• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMEN KIMIA SEDERHANA Membuat Bom S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSPERIMEN KIMIA SEDERHANA Membuat Bom S"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMEN KIMIA SEDERHANA

“Membuat Bom Sederhana”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Sains Terapan Dosen Pengampu : Azmi Azhari, S.Si,M.Si

Disusun Oleh:

1. IMANAH (1414162079)

2. SITI SHOFIYAH (1414161051)

Tadris IPA Biologi B/7

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)

EKSPERIMEN KIMIA SEDERHANA Membuat Bom Sederhana

Imanah1, Siti Shofiyah2

A. Pengantar Percobaan

Konteks sains pada saat ini telah sesuai dengan hakikat pembelajarannya mengandung empat hal yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Keempat hal tersebut sesuai menurut Carin dan Sund, dalam Astuti (2012) Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan. Selain sebagai produk dan proses, sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur, dan objektif. Sains sebagai teknologi mengandung pengertian bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hakikat dan karakteristik sains diatas, hendaknya pembelajaran IPA di sekolah tidak hanya mengedepankan pada produk, tetapi juga harus meliputi semua aspek seperti proses, sikap, teknologi dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan agar pembelajaran dapat diingat dan dipahami siswa. Menurut Thomas dalam Utomo (1994: 185) pembelajaran yang monoton tanpa selingan apapun dari guru, maka konsentrasi siswa akan menurun dengan nyata sesudah 20 menit. Dewasa ini, kurikulum lebih mengedepankan aktifitas siswa, sehingga adanya pembelajaran yang mengedepankan keempat aspek tersebut diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Mata pelajaran IPA ditingkat SMA/MA merupakan tingkatan lebih spesifik dalam hal materi pembelajarannya. IPA diketahui sebagai Ilmu Pengetahuan Alam yang di dalamnya mencakup beberapa pelajaran yang dijabarkan dalam tiga konten, diantaranya IPA Biologi, IPA Kimia dan IPA Fisika. Ketiga pelajaran tersebut dikembangkan lebih dalam dan spesifik terkait pemahaman siswa tentang materi IPA di tingkat SMP atau SD sebelumnya. Hal tersebut tetap menyesuaikan dengan konteks IPA yang harus mencapai hakikat dan karakteristik sains seperti yang telah dijelaskan dimuka.

(3)

hokum perbandingan volume Gay Lussac, dan hukum Avogadro. Konsep dari seluruh hukum yang dipelajari tersebut saling berhubungan, sehingga apabila konsep satu hukum tidak tertanam dengan kuat maka siswa cenderung akan mengalami kesulitan dengan konsep hukum yang lain. Kurang kuatnya konsep siswa inilah yang diindikasikan sebagai penyebab lemahnya pemahaman siswa mengenai hukum-hukum dasar kimia.

Bom merupakan hal yang sering kita dengar dan dipahami bahwa bom identik dengan meledak serta menghancurkan segala sesuatu yang berada disekitarnya. Namun dalam hal ini, bom yang dicobakan dalam memenuhi tugas Sains Terapan, bukanlah bom yang dapat merusak segala sesuatu yang berada disekitarnya karena termasuk percobaan sederhana dan menggunakan alat dan bahan yang sederhana pula. Seperti yang kita ketahui bahwa pada mata kuliah Sains Terapan menurut Muspiroh (2015: 2) menyatakan bahwa Sains Terapan merupakan matakuliah pilihan yang diambil oleh mahasiswa yang memfokuskan pada pembuatan produk yang berbasis sains baik biologi.

Berdasarkan pengertian Sains Terapan yang telah dijelaskan di atas, banyak contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita lakukan sendiri secara sederhana diantaranya seperti mengambil koin dalam air tanpa basah yang asalnya menerapkan prinsip hukum boyle, merica penakut dengan prinsip tegangan permukaan, telur yang mengapung, tenggelam dan melayang seperti hukum archimedes dan masih banyak lagi contoh yang terkait Sains Terapan. Dalam hal ini, kita melakukan percobaan atau eksperimen kimia sederhana yang berjudul “Membuat Bom Sederhana” yang menerapkan prinsip hukum Gay Lussac yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan suhu suatu zat.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

a. 2 buah aqua gelas

(4)

No Prosedur percobaan Gambar 1. Bahan dan alat disiapkan

2. Air panas dan cuka masing-masing dituangkan kedalam aqua gelas

3. Kertas dipotong berbentuk persegi panjang, kemudian lipat sesuai gambar lipatan dibawah

4. Soda kue dimasukkan kedalam kertas secukupnya (disesuaikan dengan banyaknya air panas dan cuka)

5. Penutup pada plastik dibuka kemudian masukkan cuka dan air panas kedalamnya

6. Kertas yang berisi soda kue dimasukkan ke bagian terdekat dari mulut plastik obat yang telah berisi air panas dan air cuka (tidak langsung dipertemukan dengan air panas dan air cuka), kemudian ditutup rapat

(5)

8. Percobaan diamati sampai terdengan suara bom meledak

D. Hasil Percobaan

No Perlakuan Gambar Hasil Pengamatan

1. Soda kue dalam kertas + Air panas + asam cuka dalam plastik obat

Reaksi antara soda kue dan asam

cuka menghasilkan

karbondioksida yang dapat menggelembungkan plastik obat yang telah tertutup rapat, karena menggunakan alat dan bahan sederhana menyerupai Bom sungguhan, hal tersebut sesuai dengan pengertian Sains Terapan menurut Muspiroh (2015: 2) menyatakan

bahwa Sains Terapan merupakan matakuliah pilihan yang diambil oleh mahasiswa

yang memfokuskan pada pembuatan produk yang berbasis sains baik biologi.

(6)

Berdasarkan percobaan pembuatan bom sederhana yang berkaitan dengan hukum Gay Lussac terdapat pada pencampuran antara air panas dan asam cuka. Air panas memiliki suhu yang tinggi, sehingga tekanan di dalam plastik juga akan meningkat (kecepatan partikel-partikel gas akan meningkat). Tekanan dan suhu yang meningkat akan menumbuk dinding plastik, dan menimbulkan ledakan. Dalam hal ini, sesuai dengan bunyi Hukum Gay Lussac dalam Winarni (2013) yang menyatakan bahwa “volum gas-gas yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi yang diukur pada suhu(T) dan tekanan(P) yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”. Artinya, ketika suhu tinggi, maka tekanan akan meningkat dan suhu yang rendah, maka tekanan akan menurun atau tetap.

Percobaan bom sederhana sebenarnya tidak hanya terkait prinsip hukum Gay Lussac, namun dalam hal ini juga menggunakan prinsip reaksi kimia antara soda kue (NaHCO3) dan asam cuka (CH3COOH). Reaksi kimia yang dilakukan, secara umum

akan menghasilkan 4 tanda atau ciri yang menunjukkan keberhasilan suatu pelarut dengan larutannya. Hal tersebut sesuai menurut Salirawati (2011) bahwa 4 ciri / tanda terjadinya reaksi kimia, yaitu pembentukan gas, pembentukan endapan, perubahan warna, dan perubahan suhu yang ditunjukkan dengan reaksi yang menggunakan bahan-bahan kimia yang mudah diperoleh dan dijumpai sehari-hari. Adapun reaksi antar kedua bahan tersebut adalah:

NaHCO3 + CH3COOH -> CH3COONa + CO2 + H2O

Soda kue asam cuka garam karbondioksida air

Berdasarkan persamaan reaksi diatas, terdapat pencampuran antara asam cuka dan soda kue sehingga menghasilkan garam, karbon dioksida dan air. Dalam percobaan ini, campuran asam cuka dan soda kue ditandai dengan pembentukan gas berupa karbondioksida. Menurut Meliyanto (2014) Karbon dioksida adalah sejenis senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon. Asam cuka dan soda kue dimasukkan ke dalam plastik obat yang ditutup rapat/terisolasi (tidak ada udara yang keluar), dengan adanya kocokan yang diberikan, maka soda kue dan asam cuka akan tercampur sempurna, sehingga lama kelamaan karbondioksida akan semakin banyak terbentuk dan mendesak keluar dari plastik, sehingga plastik akan pecah/meledak.

(7)

di sekolah-sekolah tingkat SMA/MA untuk mempermudah pemahaman siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dalam penelitian Sumiati (2009) yang menyatakan bahwa Materi pembelajaran Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac) dan Hukum Avogadro adalah materi kimia yang abstrak, sehingga adanya percobaan ini dapat menambah wawasan dan penerapan sains yang sesungguhnya dari salah satu mata pelajaran di sekolah, khususnya Kimia.

F. Referensi

Astuti, R, et.al. (2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing ditinjau dari sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 1: 51-59

Hidayat, A. Et.al (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Ensiklopedia Hukum-hukum Dasar Kimia untuk Pembelajaran Kimia kelas X SMAN 1 Boyolali dan SMAN 1 Teras. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2: 47-56

Meliyanto, N dan Eka, B. (2014). Pengendali Kipas Sirkulasi Udara Melalui Deteksi Suhu Udara dan Kadar Karbondioksida Berlebih. Jurnal Ilmiah Go Infotech. Volume 20 No. 1

Muspiroh, N. (2015). Penerapan Project Based Learning (PBL) bagi Mahasiswa Calon Guru Biologi pada Mata Kuliah Sains Terapan. Scientiae Educatia Vol 5 (1): 1-8

Salirawati, D. (2011). Pengenalan dan Pengkajian Materi Kimia SLTP Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang Terintegrasi dalam Mata Pelajaran Sains. Jurdik Kimia - FMIPA – UNY

Sumiati, S (2009). Visualisasi Hukum Perbandingan Volume dan Hipotesis Avogadro dengan Menggunakan Barang Bekas untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas XA SMAN 1 Bantaeng. Jurnal Chemica. Vol. 10 Nomor 2: 32 - 39

Utomo, T dan Ruijter. K. (1994). Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

(8)

Gambar

Gambar Hasil Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Moewardi Surakarta penulis melakukan pengkajian sesuai dengan teori Nanda (2009) dan Black and Hawks (2005) yang menyatakan kelebihan volume cairan ditandai salah satunya

Hal ini sesuai dengan pendapat Dhamastuti (2004) dalam Utami (2009) yang menyatakan bahwa jika DER tinggi menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh

Hal ini sesuai pula dengan pendapat Tedjasaputra M, (2005:16) yang menyatakan bahwa dengan bermain dapat membantu perkembangan aspek kognisi anak berupa daya nalar, kreativitas

Hal ini sangat sesuai dengan pendapat Supriatna (2009 : 13), bahwa “rancangan isi dan desain multimedia interaktif, memberi peluang untuk menumbuhkan kreatifitas peserta

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wilson (2009) yang menyatakan bahwa seekor kuda yang sedang melakukan aktivitas latihan akan meningkat frekuensi respirasinya menjadi 30

Hal ini sesuai dengan pendapat Indrawati (2005) yang menyatakan bahwa guru dapat memberikan tugas- tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi

Hal ini sesuai dengan pendapat Indrawati (2005) yang menyatakan bahwa guru dapat memberikan tugas- tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi

Pendapat tersebut sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh (Winataputra, 2007, hal. 32) yang menyatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah