• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Nilai Ld50 Ekstrak Etanol Bawang Bombay (Allium Cepa L.) Pada Mencit Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Nilai Ld50 Ekstrak Etanol Bawang Bombay (Allium Cepa L.) Pada Mencit Jantan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Bawang Bombay

Uraian tumbuhan meliputi morfologi tumbuhan, habitat, sistematika, nama lain, jenis, khasiat, dan kandungan kimia.

2.1.1 Morfologi

Bawang bombay mempunyai bentuk yang bermacam-macam yaitu: bulat, bulat panjang, bulat pipih, pipih dan lonjong. Ukurannya lebih besar dibandingkan dengan jenis bawang lain. Jika dikupas warnanya putih kekuning-kuningan, memiliki akar serabut dengan daun berbentuk seperti pipa agak pipih atau setengah membulat dengan warna hijau tua. Batang semunya merupakan pelepah daun yang saling membungkus sehingga potongan melintangnya terlihat berlapis-lapis membentuk cincin. Umbinya merupakan umbi berlapis-lapis yang tebal. Bunganya berupa bunga majemuk berbentuk lingkaran bulat dengan tangkai yang besar, kuat dan dapat membentuk biji berwarna hitam (Wibowo, 2008).

2.1.2 Habitat

(2)

2.1.3Sistematika Tumbuhan

Tumbuhan bawang bombay memilki sistematika sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Klas : Angiospermae Sub Klas : Monokotiledon Famili : Liliaceae Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. (Sutarmi, 1986). 2.1.4Nama lain

Tumbuhan bawang bombay memiliki sinonim Allium esculentum Salisb., Allium porrum cepa Rehb. Nama asing bawang bombay yaitu: shallot (China), hom yai (Thailand), piyaj (India) (Shrestha, 2004).

2.1.5Jenis

Bawang bombay memiliki beberapa varietas yang dikenal dan pernah dicoba di Indonesia dengan hasil yang cukup baikantara lain:

a. Varietas hari pendek: White Creole, Yellow Bermuda, danWhite Bermuda b. Varietas hari sedang: Crystal Grano, San Yoaquin,dan California Early Red c. Varietas hari panjang: Yellow Globe, dan Silver King(Wuryanti, 2009). Beberapa varietas tersebut diantaranya disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1Beberapa varietas bawang bombay (Allium cepa L.)

Keterangan:(a) White Bermuda, (b) Yellow Globe, (c) California Early Red

b c

(3)

Varietas hari pendek memerlukan lama penyinaran matahari yang relatif tidak panjang, sekitar 12 jam per hari. Varietas hari panjang dapat tumbuh dan memberikan hasil yang baik jika cukup lama mendapatkan penyinaran matahari, sekitar 14 jam (Wibowo, 2008).

2.1.6 Khasiat dan penggunaannya

Bawang bombay mempunyai khasiat sebagai penurun kadar lemak dalam darah, pereda pilek, memperbanyak keluarnya urin, menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah kanker dan sebagai antioksidan bagi tubuh(Dalimartha, 2011; Utami, 2013).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat bawang bombay, antara lain ekstrak etanol bawang bombay sebagai antibakteri terhadap bakteri gram positif Staphylococcus aureusdan gram negatif Pseudomonas aeruginosa, sebagai antioksidan dan antimutagenik. Ekstrak bawang bombay

sebagai antiinflamasi dan penurun kadar gula darah.Jus bawang bombay memiliki daya analgesik dan antiinflamasi, dengan hasil jus segar bawang bombay (7,5 ml/kg) dapat menurunkan volume edema pada telapak kaki tikus putih jantan lebih cepatdibandingkan dengan pemberian morphine (5 mg/kg) dan natrium diclofenac (10mg/kg). Minyak atsiri dari bawang bombay dapat memberikan zona

hambat sebesar 14,3 mm terhadap bakteri Eschericia coli(Pakekong, 2016; Wuryanti, 2009; Hera, 2014; Juniati, 2014; Syafa’at, 2015; Ogunmodede, dkk., 2012; Nasri,dkk., 2012; Ye, 2012).

2.1.7 Kandungan kimia

(4)

(riboflavin), vitamin B3 (niasin), vitamin C, kalsium, pospor, dan besi (Hera, 2014; Shrestha, 2004).

2.2 Uraian kandungan kimia 2.2.1 Glikosida

Glikosida merupakan suatu senyawa yang bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida dibagi atas 4 tipe berdasarkan atom penghubung glikon dan aglikon, yaitu:

a. Tipe O-heterosida atau O-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom O, contohnya: salisin.

b. Tipe S-heterosida atau S-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom S, contohnya: sinigrin dan glukosinolat.

c. Tipe N-heterosida atau N-glikosida, jika glikon dan aglikonnya dihubungkan oleh atom N, contohnya: nikleosidin dan kronotosidin. d. Tipe C-heterosida atau C-glikosida, jika glikon dan aglikonnya

dihubungkan oleh atom C, contohnya aloin dan viteksin (Farnsworth, 1996).

2.2.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yag terbesar mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) yang dihubungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1995).

(5)

bersifat polar karena mengandung sejumlah hidroksil yang tersulih atau suatu gula (Markham, 1988).

2.2.3 Steroid/triterpenoid

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo pentana perhidrofenantren.Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena.Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroida memberikan warna hijau-biru.Senyawa triterpenoid dan steroid berstruktur siklik dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang-kurangnya empat golongan senyawa: triterpenasebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena tertentu menjadi terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne, 1987).

2.2.4 Saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisa sel darah merah (Harborne, 1987).

2.2.5 Tanin

(6)

a. Berasal dari turunan pyrogallol

Adanya 3 gugus hidroksil pada inti aromatis. b. Berasal dari turunan pyrocatechol

Adanya 2 gugus hidroksil pada inti aromatis.

Pyrogallol dan pyrocatechol merupakan hasil peruraian glikosida tanin yangdapat digunakan sebagai antibakteri dan antifungi dengan adanya gugus – OH. Tanin merupakan senyawa yang tidak dapat dikristalkan, dan membentuk senyawa tidak larut yang berwarna biru gelap atau hitam kehijauan dengan garam besi (Tyler, dkk., 1988).

2.3Metode Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Ditjen POM, 2000; BPOM, 2012).

Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal dengan menggunakan pelarut. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Tujuan utama ekstraksi adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (Syamsuni, 2006).

(7)

a. Cara dingin i.Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan, sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Maserasi dilakukan dengan cara masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup (Ditjen POM, 2000; Ditjen POM, 1979).

ii. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak (Ditjen POM, 2000).

(8)

per menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Ekstrak yang diperoleh digabung dan disaring, lalu pelarut diuapkan pada tekanan rendah dengan suhu tidak lebih dari 500C sehingga didapat ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh dikeringbekukan dengan freeze dryer (Ditjen POM, 1979).

b. Cara panas i.Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

ii. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dilakukan dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

iii. Digesti

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40º-50ºC (Ditjen POM, 2000).

iv.Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian simplisia nabati dengan menggunakan pelarut air pada suhu 900C selama 15 menit (Ditjen POM, 2000).

(9)

Dekoktasi adalah proses penyariandengan menggunakan pelarut air pada temperatur 900C selama 30 menit(BPOM, 2012; Ditjen POM, 2000).

2.4 Uji Toksisitas

Zat dikatakan beracun (toksik) apabila zat tersebut berpotensi memberikan efek berbahayaterhadap mekanisme biologi tertentu pada suatuorganisme. Tokson (zat racun) adalah suatu zat yang masuk ke dalamtubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ sampai dengan kematian. Sifat toksik dari suatu senyawaditentukan oleh dosis dan konsentrasi racun di reseptor/tempat kerja. Suatu tokson akan mengalami proses librasi yaitu penghancuran sediaan di saluran pencernaan. Tokson kemudian akan diabsorbsi oleh darah dan limfe serta didistribusikan ke seluruhtubuh. Tokson akan mengalami proses toksikodinamik didalam sel. Toksikodinamikadalah interaksi antara tokson dan reseptor. Biotransformasi terjadi setelahtoksonbereaksi dengan reseptor. Biotransformasi akan menghasilkan zat baru.Zat baru yang dihasilkan dapat bersifat lebih toksik atau kurang toksik dari sebelumnya.Zat baru yang kurang toksik dari sebelumnya mengakibatkan terjadinya detoksikasisedangkan zat baru yang lebih toksik dapat menimbulkan gangguan fungsi sel (Mutschler, 1991).

(10)

Uji toksisitas terdiri atas dua jenis, yaituuji toksisitas umum (akut, subakut/subkronis, kronis) dan uji toksisitas khusus. Uji toksisitas umum dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek umum suatuobat pada hewan uji. Uji toksisitas khusus dirancang untuk mengevaluasi denganrinci tipe toksisitas secara khusus, seperti uji teratogenik, uji mutagenik, dan uji karsinogenik (Lu, 1994).

2.4.1 Toksisitas Umum 2.4.1.1 Uji toksisitas akut

Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelahpemberian suatu zat dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikandalam waktu tidak lebih dari 24 jam. Prinsip uji toksisitas akut yaitu pemberian secara oral suatu zat dalam beberapatingkatan dosis kepada beberapa kelompok hewan uji. Penilaiantoksisitas akut ditentukan dari kematian hewan uji sebagai parameter akhir. Takaran dosis yang dianjurkan pada toksisitas akut paling tidak terdapat empat peringkat dosis dari dosis terendah yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan dosis tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji (BPOM, 2014; Retnomurti, 2008).

Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan dosis letal median (LD50)suatu zat dan memberikan petunjuk tentang dosis yang sebaiknya

digunakan dalam pengujian yang lebih lama. LD50didefinisikan sebagai dosis

tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akanmembunuh 50% hewan uji. Secara umum, semakin kecil nilai LD50 maka semakin toksik senyawa tersebut

dan semakin besar nilai LD50 maka semakin rendah toksisitasnya(Lu, 1994;

(11)

Nilai LD50dapat dihubungkan dengan Efektif Dosis50 (ED50) yaitu dosis

yang secaraterapeutik efektif terhadap 50% dari sekelompok hewan percobaan.Hubungan tersebut dapat berupa perbandingan antara LD50 dengan

ED50 yangdisebut dengan Indeks Terapeutik (IT). Semakin besar indeks terapeutik

suatu obat makasemakin aman obat tersebut (Retnomurti, 2008). Nilai LD50 sangat berguna untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Klasifikasi zat berdasarkan toksisitasnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1Kriteria derajat toksisitas sediaan uji

Kategori LD50

Supertoksik 5 mg/kg atau kurang

Amat sangat toksik 5-50 mg/kg

Sangat toksik 50-500 mg/kg

Toksik sedang 0,5-5 g/kg

Toksik ringan 5-15 g/kg

Praktis tidak toksik >15 g/kg

b. Evaluasi dampak keracunan yang tidak disengaja; perencanaan penelitian toksisitas subkronik dan kronik pada hewan; memberikan informasi tentang mekanisme toksisitas, pengaruh umur, seks, faktor pejamu dan faktor lingkungan;mengetahui variasi respons antarspesies atau antarstrain hewan, reaktivitas suatu populasi hewan; dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam merencanakan pengujian obat pada manusia (Lu, 1994).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai LD50 sangat bervariasi

antara jenis yang satu dengan jenis yang lain dan antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam satu jenis. Beberapa faktor tersebut antara lain:

(12)

Setiap spesies dan strain yang berbeda memiliki sistem metabolisme dan detoksikasi yang berbeda. Setiap spesies mempunyai perbedaan kemampuan bioaktivasi dan toksikasi suatu zat. Tingginya tingkat keragaman suatu spesies dapat menyebabkan perbedaan nilai LD50.

b. Perbedaan jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi toksisitas akut yang disebabkan oleh pengaruh langsung dari kelenjar endokrin. Hewan betina mempunyai sistem hormonal yang berbeda dengan hewan jantan sehingga menyebabkan perbedaan kepekaan terhadap suatu toksikan. Hewan jantan dan betina dari strain dan spesies yang sama biasanya bereaksi terhadap toksikan dengan cara yangsama, tetapi ada perbedaan kuantitatif yang menonjol dalam kerentanan.

c. Umur

Hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap obat karena enzim untuk biotransformasi masih kurang dan fungsi ginjal belum sempurna. Fungsi biotransformasi dan ekskresi pada hewan yang lebih tua mengalami penurunan sehingga kepekaannya terhadap obat juga meningkat.

d. Berat badan

Penentuan dosis dalam pengujian toksisitas akut dapat dipengaruhi oleh berat badan. Perbedaan berat badan dalam satu spesies dapat menyebabkan perbedaan nilai LD50 karena semakin besar berat badan maka jumlah dosis yang

diberikan juga semakin besar. e. Cara pemberian

LD50 juga dapat dipengaruhi oleh cara pemberian. Pemberian obat peroral

(13)

peroral didistribusikan ke seluruh tubuh setelah terjadi penyerapan di saluran cerna sehingga mempengaruhi kecepatan metabolisme suatu zat di dalam tubuh. f. Kesehatan hewan

Status hewan dapat memberikan respon yang berbeda terhadap suatu toksikan. Kesehatan hewan sangat dipengaruhi oleh kondisi hewan dan lingkungan. Hewan yang tidak sehat dapat memberikan nilai LD50 yang berbeda

dibandingkan dengan nilai LD50 yang didapatkan dari hewan sehat.

g. Faktor lingkungan

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi toksisitas akut adalah temperatur. Perbedaan temperatur suatu tempat akan mempengaruhi keadaan fisiologis suatu hewan.

h. Diet

Komposisi makanan hewan percobaan dapat mempengaruhi nilai LD50

suatu zat karena komposisi makanan akan mempengaruhi status kesehatan hewan percobaan (Retnomurti, 2008).

2.4.1.2 Uji toksisitas subkronik

(14)

waktu tertentu, untuk memberikan informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek reversibilitas zat tersebut (BPOM, 2014).

Efek reversibilitas adalah efek toksik yang hilang bila pemaparan sediaan uji dihentikan. Efek irreversibilitas adalah efek toksik yang tidak akan hilang atau permanen meskipun sediaan uji telah dihentikandan pemberian berikutnya akan menimbulkan kerusakan yang sama sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi efek toksik (Lu, 1994).

2.4.1.3 Uji toksisitas kronik

Uji toksisitas kronik adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efektoksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang sampaiseluruh umur hewan. Uji toksisitas kronik pada prinsipnya sama dengan uji toksisitas subkronik, tetapi sediaan uji diberikan selama tidak kurang dari12 bulan. Tujuan dari uji toksisitas kronik oral adalah untuk mengetahui profilefek toksik setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu yangpanjang, dan untukmenetapkan tingkatan dosis yang tidak menimbulkan efek toksik. Uji toksisitas kronik harus dirancang sedemikianrupa sehingga dapatdiperoleh informasi toksisitas secara umum meliputi efek neurologi, fisiologi,hematologi, biokimia klinis dan histopatologi(BPOM, 2014).

2.4.2 Metode Penentuan Nilai LD50

Penentuan LD50 merupakan tahap awal untuk mengetahui keamanan bahan

yang akan digunakan manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji setelah pemberian dosis tunggal (Lu, 1994). Metode penentuan nilai LD50 adalah sebagai berikut:

(15)

Syarat yang harus dipenuhi dalam metode ini adalah perlakuan menggunakan seri dosis atau konsentrasi yang berkelipatan tetap, jumlah hewan percobaan tiap kelompok harus sama dan dosis harus diatur sedemikian rupa supaya memberikan respon dari 0-100%.

Rumus: m = a – b (Σpi – 0,5) Keterangan:

m = log LD50

a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah kematian 100% tiap kelompok

b = beda log dosis yang berurutan

pi = jumlah hewan yang mati setelah menerima dosis i, dibagi dengan jumlah seluruh hewan uji yang menerima dosis i (Ditjen POM, 1979).

b. Metode Aritmatik Reed dan Muench

Metode ini menggunakan nilai-nilai kumulatif.Asumsi yang dipakai bahwa hewan yang mati akibat dosis tertentu akan mengalami kematian juga oleh dosisyang lebih besar dan hewan yang bertahan hidup pada dosis tertentu juga akan tetap bertahanhidup pada dosis yang lebih rendah.Nilai kumulatif diperoleh dari menjumlahkan kematian hewan uji pada dosis terbesar yang menyebabkan kematian 100% hewan uji dengan jumlah hewan uji yang mati pada dosis-dosis yang lebih kecil. Nilai kumulatif survivor (hidup) diperoleh dari menjumlahkan hewan uji yang tetap hidup pada dosis terkecil yang tidak menyebabkan kematian dengan jumlah hewan uji yang tetap hidup pada dosis-dosis diatasnya. Persen hidup dari dosis-dosis yang berdekatan dengan LD50 dihitung. Penentuan LD50

(16)

P.D = 50% - % kematian tepat di bawah 50%

% kematian tepat di atas 50%- % kematian tepat di bawah 50%

Keterangan:P.D = Jarak proporsional (Supriyono, 2007). c.Metode Thomson dan Weil

Penentuan nilai LD50 dengan cara ini menggunakan tabel yang dibuat oleh

Thomson dan Weil. Percobaan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: jumlah hewan uji tiap kelompok peringkat dosis sama, interval merupakan kelipatan tetap dan jumlah kelompok paling tidak terdapat 4 peringkat dosis.

Rumus: Log m = log D + d (f + 1) Keterangan:

m = nilai LD50

D = dosis terkecil yang digunakan d = log dari kelipatan dosis

f =suatu nilai dalam tabel Thomson dan Weil (Supriyono, 2007). d. Metode Karber

Prinsip metode ini adalah menggunakan rerata interval jumlah kematian dalam masing-masing kelompok hewan dan selisih dosis pada interval yang sama. Hasildari dosis yang lebih besar dari dosis yang menyebabkan kematian seluruh hewandalam sekelompok dosis dan dosis yang lebih rendah yang dapat ditolerir oleh seluruhhewan dalam suatu kelompok tidak digunakan. Jumlah perkalian diperoleh dari hasil kalibeda dosis dengan rerata kematian pada interval yang sama. Nilai LD50didapatkandari dosis terkecil yang menyebabkan

kematianseluruh hewan dalam satu kelompok,dikurangi dengan jumlah perkalian dibagi jumlah hewan dalam tiap kelompok.

(17)

Keterangan:

a = dosis terkecil yang menyebabkan kematian tertinggi dalam satu kelompok b = jumlah perkalian antara beda dosis dengan rata-rata kematian pada interval

yang sama

c = jumlah hewan dalam satu kelompok (Supriyono, 2007).

e. Metodegrafik Miller-Tainter

Metode ini menggunakan kertas grafik khusus yaitu kertas logaritma-probit yang memiliki skala logaritmik sebagai absis dan skala logaritma-probit sebagai ordinat. Persentase kematian dikonversikan menjadi nilai probit sesuai dengan nilai yang terdapat pada tabel probit. Dosis yang menyebabkan 50% kematian pada hewan uji atau memiliki nilai probit 5 diambil sebagai nilai LD50 (Gupta dan

Bhardwaj, 2012).

2.5 Hewan Percobaan

Mencit merupakan salah satu hewan yang sering digunakan dalam penelitian. Mencit dinilai cukup efisien dan ekonomis karenamudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas, waktu kebuntingan yangsingkat yaitu 19-21 hari dan banyak memilki anak perkelahiran. Hewan ini juga memiliki banyak data toksikologi, sehinggamudah membandingkan toksisitas zat-zat kimia (Lu, 1994).

(18)

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Genus : Mus

Gambar

Tabel 2.1Kriteria derajat toksisitas sediaan uji

Referensi

Dokumen terkait

Kebahagiaan di akhirat bergantung pada hidup baik menjalin persatuan umat Islam di dunia dengan cara melaksanakan salat berjamaah.. dengan baik ialah dengan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui waktu bagi lulusan untuk mendapatkan pekerjaan pertama, (2) untuk mengetahui kesesuaian program pelatihan dengan

4.1 The Multi-site or Group COC certificate shall be administered by a Central Office, which shall be, or act on behalf of, The Organization holding the certificate. 4.2

Modal diberi balas jasa secara terbatas – dalam hal ini yang dimaksudkan modal diberi jasa secara terbatas, yaitu apabila seseorang atau badan memasukkan modal ke koperasi,

Seperti sekarang juga banyak bermunculan produk-produk nata, namun yang sering dipasarkan adalah nata dari buah kelapa, untuk itu dalam menciptakan diversifikasi produk

Demikian surat tugas ini dibuat agar menjadi maklum dan dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab.. Cikelet, 09 April 2018 Kepala

Australia; United Kingdom: Wadsworth / Cengage Learning.. Persuasion: reception and responsibility (11th ed.,

Sehubungan dengan hal tersebut, faktor-faktor produksi yang dialokasikan petani dalam usahatani kangkung di wilayah kecamatan Dolo Kabupaten Donggala pada