• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR DAN RUANG LINGKUP PELAYANAN FISI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STANDAR DAN RUANG LINGKUP PELAYANAN FISI (1)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Bayu Indra

Nim : 201410301067

Semester/ kelas : I/ B

Mata kuliah : Dasar Keilmuan

STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

Tujuan belajar 1:

1. Standar pelayanan Fisioterapi

2. Macam-macam ruang lingkup pelayanan fisioterapi Hasil pembelajaran mandiri:

1. Standar Pelayanan fisioterapi: A. Assesmen

Asesmen fisioterapi yaitu pemeriksaan pada perorangan atau kelompok untuk merumuskan keadaan nyata atau berpotensi untuk terjadinya kelemahan keterbatasan fungsi, ketidak mampuan atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit, atau history taking, screening, tes khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesis dalam sebuah proses pertimbangan klinik dalam standarasesmen dikembangkan teknis pengukuran yang dilakukan untuk proses pengumpulan data.

Asesmen fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi: a. Identifikasi umum :

- Individu pasien/klien: Mencakup nama lengkap pasien/klien, jenis, tempat tanggal lahir, agama/kepercayaan, pekerjaan.

- Rujukan dari pemrakarsa pelayanan fisioterapi :

(2)

b. Assesmen dan konsultasi.

- Riwayat penyakit dan harapan :

1. Riwayat problem sekarang, keluhan, tanggal mulai dirasakan dan upaya pencegahannya.

2. Diagnosis dan riwayat medik yang berkaitan.

3. Karakteristik demografi, psikologik, social dan faktor lingkungan yang terkait.

4. Pelayanan terkait sebelumnya atau yang bersamaan dengan episode pelayanan fisioterapi.

5. Penyakit lain yang berpengaruh terhadap prognosis.

6. Pernyataan pasien/klien tentang problemnya sesuai dengan kadar pengetahuannya.

7. Antisipasi tujuan dan harapan setelah terapi (outcomes) dari pasien/klien dan keluarga dan pihak lain yang berpengaruh.

- Telaah sistemik.

Status anatomi dan fisiologi yang berkait dengan data awal, mencakup system-sistem Muskuloskeletal

- Telaah tentang komunikasi, afeksi, kognisi, bahasa dan kemampuan pembelajaran.

- Pengujian dan pengukuran yang terpilih untuk menentukan status pasien/klien. Pengujian dan pengukuran termasuk dan tidak terbatas pada :

1. Arousal, atensi dan kognisi. Yang meliputi: Tingkat kesadaran, Kemampuan menjawab perintah, Kemampuan tampilan secara umum.

(3)

3. Penampilan otot (termasuk kekuatan, tenaga dan daya tahan), yaitu: Force, velocity, torque, work, power, Gradasi manual muscle test, Elektromiografi (Amplitudo, durasi, waveform, dan frekwensi).

4. Ventilasi, respirasi (pertukaran gas) dan sirkulasi, yaitu: Frekwensi denyut jantung, frekwensi pernafasanm tekanan darah, Gas darah arteri, Palpasi denyut perifer.

5. Sikap,

a. Sikap statis

(4)

6. Langkah, gerak (lokomasi) dan keseimbangan: - Karakteristik langkah.

- Fungsional lokomasi.

- Karakteristik keseimbangan.

7. Pemeliharaan diri dan pengelolaan tempat tinggal, yaitu: Aktifitas hidup harian, Kapasitas fungsional, Transfer.

8. Integrasi/reintegrasi masyarakat dan kerja (pekerjaan/sekolah/bermain), yaitu: Aktifitas instrumentasi kehidupan harian. Kapasitas fungsional, Kemampuan adaptasi. 9. Pemeriksaan dan pengukuran lain-lain terpilih.

- Pemeriksaan penunjang dengan cara Fisioterapis merujuk ke pelayanan lain sesuai kebutuhan pasien/klien, seperti radiologi, laboratorium dan lain sebagainya.

- Analisa data sebagai proses dinamis keputusan klinis oleh Fisioterapi berdasar data yang terkumpul pertimbangan klinis menyimpulkan diagnosis dan prognosis.

B. Diagnosa

(5)

1. Kategori diagnose musculoskeletal

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system muskuloskeletal/ demineralisasi

b. Gangguan Sikap c. Gangguan Kinerja otot

d. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan connective tissue

e. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan inflamasi lokal.

f. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan kerusakan spinal.

g. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan fraktur.

h. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan Arthroplasti sendi.

i. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan bedah tulang atau jaringan lunak.

j. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait, locomotion, balance yang berkaitan dengan amputasi

2. Kategori diagnose musculoskeletal

a. Pencegahan dini/pengurangan resiko terhadap kehilangan balance and jatuh

b. Gangguan Perkembangan Neuromotor

(6)

d. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non progressive disorder CNS – pada usia dewasa

e. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan progressive disorder CNS

f. Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan dengan Peripheral Nerve Injury.

g. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Acute atau Chronic Polyneuropathies.

h. Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan dengan Non progressive disorder Spinal Cord.

i. Gangguan kesadaran , ROM, Motor Control yang berkaitan dengan Coma, Near coma, atau status vegetative.

3. Kategori diagnose cardiovascularpulmonal

Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system cardiovascular-pulmonary Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan decontioning syndrome

a. Gangguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang berkaitan dengan Airways clearance dysfunction.

4. Kategori diagnose Olah raga dan kebugaran

(7)

C. Perencanaan dan persetujuan tindakan fisioterapi

perencanaan dimula dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun kepada pengembangan intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui pasien atau klien, keluarga atau petugas kesehatan lainnya dan pemikiran perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat untuk fisioterapi.

D. Intervensi

implementasi dan dimodifikasi untuk tujuan yang disepakati dan termasuk penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan fisis, peralatan elektroterapuetis dan peralatan mekanis, pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan bantu, intruksi dan konseling, dokumentasi, koordinasi dan komunikasi.

E. Evaluasi

keharusan untuk evaluasi atau re-asesmen untuk keadaan diagnostik baru pasien atau klien setelah menjalani periode intervensi dan untuk menetapkan kriteria penghentian tindakan.

1) Kategori Musculoskeletal

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system muskuloskeletal/ demineralisasi

b. Gangguan Sikap c. Gangguan Kinerja otot

d. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan connective tissue

(8)

f. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan kerusakan spinal.

g. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan fraktur.

h. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan Arthroplasti sendi.

i. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, dan ROM yang berkaitan dengan bedah tulang atau jaringan lunak.

j. Gangguan mobilitas sendi, motor function, kinerja otot, ROM, gait, locomotion, balance yang berkaitan dengan amputasi

2) Kategori Neuromuscular

a. Pencegahan dini / pengurangan resiko terhadap kehilangan balance and jatuh

b. Gangguan Perkembangan Neuromotor

c. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non progressive disorder CNS – congenital atau pada bayi dan masa anak.

d. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Non progressive disorder CNS – pada usia dewasa

e. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan progressive disorder CNS

f. Gangguan Peripheral nerve integrity dan motor function yang berkaitan dengan Peripheral Nerve Injury.

g. Gangguan motor function dan sensory integration yang berkaitan dengan Acute atau Chronic Polyneuropathies.

h. Gangguan motor function dan Peripheral nerve integration yang berkaitan dengan Non progressive disorder Spinal Cord.

(9)

3) Kategori Kardiovascularpulmonal

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system cardiovascular-pulmonary

b. Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan decontioning syndrome

c. Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang berkaitan dengan Airways clearance dysfunction.

d. Gangguan kapasitas aerobik/ketahanan yang berkaitan dengan Cardiovascular Pump Dysfuntion or failure

e. Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang berkaitan dengan Ventilatory Pump Dysfunction or Failure.

f. Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic capacity/indurance yang berkaitan dengan Respiratory Failure. g. Ganguan ventilasi, respirasi/gas exchange, aerobic

capacity/indurance yang berkaitan dengan Respiratory Failure pada neonatus

h. Ganguan sirkulasi darah, anthropometric dimensions berkaitan dengan Lymphatetic System disorders

4) Kategori Integumentary

a. Berpotensi untuk terjadi gangguan kinerja system integument b. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Superficial

skin involvement

c. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan partial thickness skin involvement

(10)

e. Gangguan integumenary integrity berkaitan dengan Skin Involvement extended Into Facia, Muscle, or Bone and scar formation.

F. Dokumentasi/ rekam fisioterapi

rekam fisioterapi dimulai sejak pasien/ klien diterima di sarana pelayanan fisioterapi hingga berakhirnya masa pelayanan. Setiap pemberian pelayanan tersebut wajib disertakan bukti pemberian pelayanan yang tertuang dalam berbagai jenis formulir. pengisisn rekam fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang melaksanakan pelayanan terhadap pasien/ klien.

sebagai acuan disusun formulir-formulir rekam fisioterapi, antara lain: a. Rujukan keluar dan masuk

b. Persetujuan/ penolakan intervensi fisioterapi. c. Catatan proses dan perkembangan

d. Hasil pemeriksaan dan pengukuran khusus

e. Catatan hasil assesmen ulang serta assesmen akhir pada penyelesaian pelayanan.

f. Rekomendasi tindak lanjut pelayanan untuk pasien/klien. g. Ringkasan riwayat keluar (discharge summary).

2. Macam-macam ruang lingkup pelayanan fisioterapi A. Fisioterapi musculoskeletal

(11)

kelahiran) yang dapat ditangani dengan fisioterapi antara lain keterlambatan perkembangan, cerebral palsy, distrofi otot, skoliosis, nyeri dan kelemahan otot tungkai.

B. Fisioterapi Neuromuskular yaitu penyembuhan dan pemulihan pada gangguan sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi.

Beberapa penyakit utama yang mempengaruhi sistem neuromuskular

diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama, termasuk:

 Penyakit neuron motorik – untuk alasan yang tidak diketahui atau

genetik, neuron motorik bawah (dan kadang-kadang juga atas) secara

bertahap mati. Beberapa jenis penyakit neuron motorik genetik

(diwariskan) mencakup infantile progresif atrofi otot tulang belakang

(SMA1), atrofi otot tulang belakang menengah (sma2), atrofi otot

tulang belakang remaja (SMA3) dan atrofi otot tulang belakang

dewasa. Bentuk yang paling umum dari penyakit neuron motorik, yang

dikenal hanya sebagai penyakit neuron motorik atau amyotrophic

lateral sclerosis atau penyakit Lou Gehrig, biasanya tidak diwariskan

dan penyebabnya belum diketahui.

 Neuropati – sistem saraf perifer (saraf selain yang di dalam sumsum

tulang belakang) yang terpengaruh. Beberapa penyakit yang berbeda

dari saraf perifer termasuk penyakit genetik penyakit

Charcot-Marie-Tooth, diabetes gangguan hormonal (jika tidak terkontrol), dan

penyakit autoimun seperti demielinasi neuropati inflamasi kronis

(CIDP).

 Gangguan sambungan neuromuskular – dalam penyakit ini, transmisi

sinyal untuk bergerak (kontraksi) otot tersumbat seperti mencoba untuk

menjembatani gap antara saraf dan otot. Yang paling umum dari

penyakit ini adalah myasthenia gravis, penyakit autoimun dimana

(12)

sambungan neuromuskular dan mencegah transmisi impuls saraf ke

otot.

 Miopati termasuk distrofi otot – berbagai jenis distrofi otot

(pemborosan otot) disebabkan oleh berbagai mutasi genetik yang

mencegah pemeliharaan dan perbaikan jaringan otot. Beberapa jenis

termasuk distrofi otot Becker, distrofi otot bawaan, distrofi otot

Duchenne dan distrofi otot Facioscapulohumeral. Penyakit lain dari otot

(miopati) dapat disebabkan sebagai efek samping yang jarang dari obat

(misalnya, obat penurun kolesterol yang dikenal sebagai statin),

penyakit autoimun seperti polimiositis atau polymyalgia rheumatica

atau gangguan hormonal seperti hipotiroidisme.

C. Fisioterapi Kardiovaskulopulmonal

Fisioterapi kardiopulmonary menangani masalah kardiopulmoner seperti asthma, pneumonia jenis Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), cystic fibrosis (CF) dan paska infark myocard. Fisioterapi ini dapat dilakukan pada semua umur. Metode fisioterapi ini sangat baik untuk menangani gangguan fisiologis non-organ pada sistem kardiopulmoner. Berbagai jenis teknik ini pada rumah sakit sudah dimasukkan dalam standard pelayanan gangguan sistem kardiopulmoner

D. Fisioterapi Integumen

Jenis fisioterapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan kulit dan organ-organ lain yang berhubungan. Intervensi terapi meliputi pembersihan luka serta pencegahan parut.

E. Fisioterapi Kesehatan Wanita

(13)

TENTANG KEHAMILAN

Kehamilan, persalinan dan menjadi ibu membawa perubahan besar pada tubuh wanita, seperti berat badan, kehilangan nada, masalah dasar panggul, perubahan postur, nyeri, dll. ketidaknyamanan fisik yang terjadi akibat kehamilan dapat dicegah atau diminimalkan dengan fisioterapi. Fisioterapi membantu untuk mengelola masalah-masalah yang berhubungan dengan kehamilan, seperti :

Instabilitas Panggul, Perubahan Postur,Kelemahan Otot Perut,Carpal Tunnel Syndrome,De Quervain’s syndrome,Urinary Incontinence and Mastitis.

PRA-KEHAMILAN

Program pra-kehamilan harus membuat perempuan menjadi terbiasa dengan postur yang ideal dan bagaimana mencapainya; stabilitas panggul dan memastikan panggul yang optimal selaras dan didukung untuk menghadapi tekanan dan alunan kehamilan. Latihan untuk meningkatkan penguatan otot perut, dasar panggul dan tulang belakang termasuk dalam program pra-kehamilan. Ini juga akan menjadi waktu yang tepat untuk membahas latihan preferensi wanita yang cocok untuk kehamilan.

SELAMA KEHAMILAN

Perempuan mungkin mengalami :Nyeri Punggung,Nyeri panggul, ABDOMINAL strength, Perubahan postur, Urinary incontinence.

Fisioterapi dapat membantu dan mengendalikan gejala-gejala ini. fisioterapis ahli kami akan menjalankan latihan low-impact seperti pilates klinis di desain khusus untuk wanita hamil untuk memperkuat otot, mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kebugaran secara umum.

(14)

SETELAH KEHAMILAN

Ada beberapa masalah yang mungkin dialami oleh ibu baru :

Nyeri punggung, Nyeri leher, Abdominal strength, Urinary incontinence Mastitis, Nyeri pergelangan, Tendonitis

Periode post-partum merupakan masa yang sulit penyesuaian untuk ibu baru. Fisioterapi dapat mengajarkan Anda beberapa teknik bagaimana mengelola masalah ini. Anda juga bisa belajar latihan beberapa dari fisioterapi untuk meningkatkan kekuatan dan mobilitas, membantu keselarasan dan keseimbangan postural tubuh.

TENTANG OSTEOPOROSIS

Osteoporosis, atau ‘tulang keropos’ adalah kondisi yang menyebabkan hilangnya kepadatan tulang dan melemahnya tulang, meningkatkan risiko patah tulang. Hal ini umum pada orang tua, tetapi dapat mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Wanita lebih mungkin mengalami osteoporosis daripada pria. Osteoporosis terjadi secara perlahan dan diam-diam dengan kebanyakan penderita tidak menyadari ada sesuatu yang salah sampai terlambat. Patah tulang pada orang dengan osteoporosis dapat terjadi di tulang belakang sebagai akibat dari kekuatan minimal saja. Pergelangan tangan, pinggul dan tulang lain yang lebih mudah rusak ketika jatuh jika seseorang memiliki osteoporosis.

(15)

dengan Anda untuk merancang program pribadi yang cocok untuk anda. Anda akan dapat melihat peningkatan dalam kapasitas fungsional, kualitas hidup dan kekuatan.

F. Fisioterapi kesehatan dan keselamatan kerja

Beberapa faktor kesehatan keselamatan kerja (K3) seperti faktor Fisik, Ergonomi, Psikososial, dan faktor Biologis merupakan hal yang sering terjadi dilingkungan kerja fisioterapis, dan menjadi sebuah gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan, sehingga tercipta keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.

G. Fisioterapi Tumbuh kembang

Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang menitik beratkanuntuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuhyang terganggu kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

Fisioterapi membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar.Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, dst

Layanan fisioterapi juga bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalamigangguanfisik untuk memperbaiki gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) agar dapat berfungsi seperti semula.

(16)

motorik kasar, pasien pasca stroke yang memerlukanpemulihan kondisi fisiknya serta trauma lain yangmenyebabkan penampilan fisikterganggu.

H. Fisioterapi Geriatri/ Usia lanjut

Gangguan muskuloskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu dan demikian banyak kasus geriatri yang lazim dijumpai di praktik sehari-hari. Pada kenyataannya, sedikit sekali jenis kelainan muskuloskeletal yang bersifat endemis pada usia lanjut. Tidak dapat disangkal bahwa kaum usia lanjut lebih sering menderita osteoarthritis, penggantian sendi melalui tindakan bedah, maupun kelainan kronis pada rotator cuff. Untuk dapat memahami kelainan muskuloskeletal pada kelompok usia lanjut, perubahan-perubahan seiring dengan pertambahan usia yang timbul pada otot, tulang, persendian, jaringan ikat, dan persarafan harus diketahui.

I. Fisioterapi Olah raga dan kebugaran

Prinsip Fisioterapi Penanganan Cedera Olahraga

Dalam penanganan cedera, diagnosis kerusakan struktur serta proses cedera perlu ditegakkan terlebih dahulu. Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik perlu ditetapkan tahapan keluhan apakah termasuk keluhan akut, sub kronis maupun kronis.

Pada prinsipnya, penanganan cedera akut harus dilaksanakan untuk mengurangi kerusakan lanjutan serta mengurangi keluhan keluhan akibat respon peradangan tubuh.

Beberapa prinsip dasar intervensi fisioterapi pada cedera olahraga adalah sebagai berikut :

1. Pada tahap sangat awal cedera dimana belum terjadi tahap peradangan, dapat dilakukan reposisi apabila terjadi dislokasi.

(17)

elevation). Proses fisioterapi yang ideal dalam hal ini adalah hydrotherapy, maupun cold therapy.

3. Pada tahap sub-kronis dimana respon peradangan sudah menurun, dapat dilakukan heat therapy dan manual therapy untuk mempercepat proses regenerasi tubuh akibat cedera.

4. Pada tahap kronis, heat therapy dapat dikombinasi dengan cold therapy dalam paket contrast therapy. Pada keadaan ini manual therapy dapat dilanjutkan dan mulai dikombinasikan dengan exercise therapy. Tujuan dari fase ini selain untuk mempercepat proses regenerasi adalah untuk memulihkan kembali fungsi tubuh

J. Fisioterapi Kesehatan Masyarakat

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

P a n d u a n P r o s e d u r O p e r a s i o n a l F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a, Diakses dari: http://ifi.or.id/upload/file/GUDIE_LINE_SPO_FISIOTERAPI.pdf Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olah Raga, Diakses dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Buku%20Ajar%20Kuliah%20Fisioterapi.pdf

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

778/MENKES/SK/VIII/2008 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN

FISIOTERAPI DISARANA KESEHATAN, Diakses dari:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20778%20ttg%

20Pedoman%20Pelayanan%20Fisioterapi%20Di%20Sarana%20Kesehatan.pdf

Kesehatan perempuan, diakses dari: http://www.eastwest.co.id/id/services/kesehatan-perempuan.html

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) DILINGKUNGAN KERJA FISIOTERAPI, diakses dari:

http://www.academia.edu/7921817/Kesehatan_Keselamatan_Kerja_dan_Fisioterapi

PENATALAKSANAAN TERAPI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG ABK, diakses dari: http://tazkia.stainsalatiga.ac.id/?p=81

Referensi

Dokumen terkait

tahunan, selebaran berita, surat pembaca (di surat kabar, majalah) dan karangan di surat kabar. 27 Dengan dokumentasi, peneliti mencatat tentang sejarah Pondok

Jual beli dengan cara tawar-menawar yang ada di pasar tradisional blauran/ pasar besar Palangka Raya selain kesepakatan antara kedua belah pihak atau isyarat

komponen utama minyak atsiri sirih merah tersusun atas senyawa terpenoid yaitu1. monoterpen dan seskuiterpen (Bulleti et

Methods: We assessed three genetic thrombophilic markers (mutation of Factor V Leiden [FV G1691A], 677T polymorphism of thermolabile methylenetetrahydrofolate reductase [MTHFR]

Tingkat pengetahuan yang tergolong baik ini sebenarnya belum menggambarkan tingkat pemahaman yang sebenarnya, karena peningkatan tersebut hanya

Analisis Strategi Divisi Sumber Daya Manusia untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan pada PT Bank Syariah Mandiri KCP Sentra Antasari Analisis yang telah dilakukan penulis

Penelitian ini bertujuan mengetahui komposisi dari poliblend PLGA dan PCL yang memiliki waktu degadasi relatif singkat dengan mengamati perubahan dari viskositas intrinsik,

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, pembahasan dan hasil penelitian dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1) Melalui pelaksanaan simulasi materi press conference pada siklus