• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani). Bahan pangan nabati adalah bahan- bahan makanan yang berasal dari tanaman (bisa berupa akar, batang, dahan, daun, bunga, buah atau beberapa bagian dari tanaman bahkan keseluruhannya) atau bahan makanan yang diolah dari bahan dasar dari

tanaman. Bahan pangan hewani merupakan bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan atau olahan yang bahan dasarnya dari hasil hewan. Kedua bahan pangan ini memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memerlukan penanganan dan pengolahan yang berbeda pula.

Selanjutnya

dalam hal ini yang diuraikan adalah bahan pangan hewani.

Bahan pangan hewani meliputi susu, telur, daging dan ikan serta produk-produk olahannya yang bahan dasarnya berasal dari hasil hewani.

Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahan pangan nabati. Beberapa diantaranya adalah:

a. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh lebih pendek daripada bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali telur). Pendeknya daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan kokoh sebagaimana pada hasil tanaman.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

c. Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur. Berbeda dengan pangan nabati yang memiliki kesamaan dalam hal jaringan-jaringan atau komponen-komponen

penyusunnya. Pada bahan pangan hewani, lemak pada daging terletak pada jaringan lemak, pada susu terletak pada globula-globula lemak dan pada telur terdapat pada kuning telur.

d. Bahan pangan hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak dan bahan pangan nabati merupakan sumber karbohidrat, vitamin, mineral, lemak dan protein.

▸ Baca selengkapnya: produk olahan nonpangan dari bahan hewani

(2)

dan sebagai sarana diversifikasi produk. Dengan demikian maka suatu roduk menjadi memiliki daya ekonomi yang lebih setelah mendapat sentuhan teknologi pengolahan.

(Merujuk dari beberapa sumber)

Karakteristik Bahan Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan setiap makhluk, khususnya manusia yang telah memilih macam tumbuhan dan hewan yang mudah dipelihara, mudah diolah, mudah disimpan dan diawetkan, serta mempunyai manfaat yang paling banyak; rasanya yang enak dan wangi.

Pembangunan pangan merupakan pengembangan sistem pangan yang meliputi kegiatan produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran, keterlibatan pelaku ekonomi dan kebijakan

pemerintah. Pembangunan ini dipadukan dengan perbaikan gizi untuk menjamin adanya ketahanan pangan dan keamanan pangan. Hal lainnya untuk mengembangkan diversifikasi pangan yang memperhatikan faktor-faktor seperti harga, penampakan atau kesegaran, rasa atau

selera, mutu gizi dan kaitannya dengan kesehatan atau penyakit tertentu.

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati (organik), serta air dan bahan tambahan makanan (non organik), baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau

pembuatan makanan atau minuman. Dalam konteks sistem pangan diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau

proses produks pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi manusia. Sistem pangan mencakup keamanan pangan, mutu pangan, gizi pangan dan perdagangan pangan. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka pengenalan

dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran untuk menjual pangan dan kegiatan lain yang berkenan dengan pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan. Dalam hal ini

berperan label pangan dan iklan pangan.

Karakteristik pangan dalam arti luas dapat digambarkan atas sumber, pemanfaatan, sifat-sifat fisik bahan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap preferensi pangan. Khusus tentang

sifat-sifat fisik bahan pangan berperan dalam pengendalian proses yang didasarkan atas perhitungan-perhitungan untuk bahan pangan khas Indonesia belum diteliti secara lengkap dan mendalam, diantaranya pengukuran laju difusi air, sifat struktur bahan, proses termal, panas jenis, sifat-sifat

reologi, pembentukan regangan dan tekanan, pengaruh komponen bahan dan ukuran diameter partikel, serta pendugaan sifat-sifat elastisitas bahan.

Bahan pangan hewani yang bersumber dari hewan besar menghasilkan produk utama seperti daging dan karkas. Daging sebagai bagian dari tubuh (jaringan otot, jaringan lemak dan jaringan ikat) yang terdiri dari air dan bahan-bahan dari ternak yang dalam keadaan sehat dan cukup umur

untuk dipotong tidak mengandung tulang, tersusun atas serabut-serabut otot yang sejajar dan terikat bersama-sama oleh suatu jaringan ikat, komposisi kimia tergantung dari spesis rawan, kondisi hewan, jenis daging, karkas, proses pengawetan, penyimpanan dan metode pengepakan.

(3)

sifat-sifat bahan pangan nabati. Bahan pangan Hewani adalah semua bahan pangan yang berupa atau dari hewan atau produk-produk yang diolah dengan menggunakan bahan dasar asal hewan. Kedua golongan bahan pangan tersebut sangat berbeda sifatnya, baik sifat fisik, sifat kimiawi maupun sifat biologiknya. Perbedaan sifat yang mencolok antara kedua bahan pangan tersebut

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bahan pangan hasil hewani pada umumnya tidak mempunyai daya tahan atau daya simpan yang lama terutama apabila bahan tersebut dalam keadaan segar. Sedangkan bahan pangan hasil nabati umumnya berdaya tahan lebih tinggi. Hanya telur yang merupakan salah satu bahan hasil hewani yang mempunyai daya tahan agak tinggi. Hal ini disebabkan karena telur mempunyai

kulit yang melindungi bagian dalamnya. Sifat mudah rusak bahan pangan hewani terutama disebabkan oleh tingginya kandungan air dan sifat-sifat komponen penyusum lainnya yang

merupakan komponen potesial untuk pertumbuhan mikroba.

2. Bahan pangan hewani umumnya bersifat lunak, tidak tahan terhadap tekanan dan hantaman. 3. sifat bahan pangan hewani sangat spesifik dan sangat sukar diadakan generalisasi.

Sifat-sifat daging sangat berbeda dengan Sifat-sifat-Sifat-sifat susu, telur ataupun ikan. 4. Bahan pangan Hewani pada umumnya merupakan sumber protein dan lemak.

Daging yang dapat dikonsumsi adalah daging yang berasal dari hewan yang sehat. Saat penyembelihan dan pemasaran berada dalam pengawasan petugas rumah potong hewan serta terbebas dari pencemaran mikroorganisme. Secara fisik, kriteria atau ciri-ciri daging yang baik

adalah berwarna merah segar, berbau aromatis, memiliki konsistensi yang kenyal dan bila ditekan tidak terlalu banyak mengeluarkan cairan.

Daging sebagai sumber protein hewani memiliki nilai hayati (biological value) yang tinggi, mengandung 19% protein, 5% lemak, 70% air, 3,5% zat-zat non protein dan 2,5% mineral dan bahan-bahan lainnya (Forrest et al. 1992). Komposisi daging menurut Lawrie (1991) terdiri atas 75% air, 18% protein, 3,5% lemak dan 3,5% zat-zat non protein yang dapat larut. Secara umum, komposisi kimia daging terdiri atas 70% air, 20% protein, 9% lemak dan 1% abu. Jumlah ini akan berubah bila hewan digemukkan yang akan menurunkan persentase air dan protein serta meningkatkan persentase lemak (Romans et al. 1994). Daging merupakan sumber utama untuk mendapatkan asam amino esensial. Asam amino esensial terpenting di dalam otot segar adalah

alanin, glisin, asam glutamat, dan histidin. Daging sapi mengandung asam amino leusin, lisin, dan valin yang lebih tinggi daripada daging babi atau domba. Pemanasan dapat mempengaruhi kandungan protein daging. Daging sapi yang dipanaskan pada suhu 70oC akan

mengalami pengurangan jumlah lisin menjadi 90 persen, sedangkan pemanasan pada suhu 160oC akan menurunkan jumlah lisin hingga 50 persen. Pengasapan dan penggaraman juga

sedikit mengurangi kadar asam amino.

Kandungan lemak pada daging menentukan kualitas daging karena lemak menentukan cita rasa dan aroma daging. Keragaman yang nyata pada komposisi lemak terdapat antara jenis ternak

memamah biak dan ternak tidak memamah biak adalah karena adanya hidrogenasi oleh mikroorganisme rumen (Soeparno 1998). Lawrie (1991) menyatakan lemak sapi kaya akan asam

stearat, asam palmitat dan asam oleat. Protein daging terdiri dari protein sederhana dan protein terkonjugasi.

Berdasarkan asalnya protein dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu protein sarkoplasma, protein miofibril, dan protein jaringan ikat. Protein sarkoplasma adalah protein larut air karena

(4)

larut dalam larutan garam. Protein jaringan ikat merupakan fraksi protein yang tidak larut, terdiri atas protein kolagen, elastin, dan retikulin.

Karkas adalah daging yang belum dipisahkan dari tulang kerangkanya, pemotongan karkas menghasilkan bagian-bagian daging yang berbeda mutunya, yang mana menimbulkan perbedaan

harga dan cara pengolahannya. Tahapan memperoleh karkas adalah inspeksi ante morten, penyembelihan, pemutusan darah, dressing dan inspeksi pasca morten.

Daging unggas merupakan bahan pangan yang baik, karena serat-seratnya pendek dan lunak. Ayam penghasil daging adalah ayam kampung, ayam ras dan ayam apkir. Daging unggas memiliki struktur otot daging yang serupa dengan hewan mamalia. Tetapi dengan perbedaan

pada serat daging yang lebih pendek dan lunak, serta jaringan ikat lebih tipis. Itik penghasil daging adalah itik manila dan belibis. Karkas pada unggas meliputi otot, lemak, tulang dan kulit.

Daging ikan bersumber dari ikan laut, ikan darat dan ikan migrasi yang berdasarkan komposisinya disusun atas daging merah dan daging putih komposisi kimia daging tergantung pada jenis atau spesies, umur, jenis kelamin, musim, daerah kehidupan, jenis makanan sebagai

faktor biologi (instrinsik) dan yang tersedia sebagai faktor alami (ekstrinsik).

Bahan pangan nabati bersumber dari sayuran, buah-buahan, serealia dan kacang-kacangan. Sayuran sebagai tanaman hortikultura memiliki umur kurang dari satu tahun dan merupakan

tanaman musiman yang mempunyai arti penting dalam menambah variasi pada makanan, disamping kontribusi sebagai mineral (B1, Ca dan Fe) dan vitamin (A dan C). Warnanya ditentukan oleh kandungan zat warna yang disebut khlorofil, karotenoid dan flavonoid. Warna

tersebut dapat dijadikan indikasi kesegaran dalam konsumsi.

Buah-buahan merupakan produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut, karena mengandung vitamin C, pro vitamin A, vitamin B1 dan mineral seperti Ca dan FE. Komposisi kimia pada buah-buahan dipengaruhi oleh varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman,

cara penanaman, tingkat kematangan waktu dipanen, kondisi selama pemesanan dan penyimpanan,

Serealia seperti padi. Jagung, gandum, cantel, barley, rye dan oat merupakan makanan makanan pokok manuaia, bahan pakan ternak dan industri. Struktur umum serealia meliputi kulit biji, butir

biji dan lembaga. Bentuk secara umum adalah lonjong dengan berat tiap biji bervariasi. Kedua bahan pangan tersebut memiliki beberapa sifat yang sama, yaitu mudah rusak karena

mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan-perubahan fisiologis secara spontan yang disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu, perlu diketahui cara-cara penanganan untuk mempertahankan mutunya melalui proses pengolahan lebih lanjut. Penanganan dan pemilihan bahan pangan terkait dengan sortasi dan pengkelasan mutu (grading),

dengan memperhatikan kerusakan bahan pangan. Sortasi ditujukan untuk mendapatkan atribut yang diinginkan (sistem operasi proses, keseragaman pindah panas, berat bahan dan daya tarik produk), maka dalam prakteknya dapat didasarkan atas berat, ukuran, bentuk dan warna. Grading

merupakan penilaian penerimaan bahan pangan secara menyeluruh, maka diperlukan operasi, faktor mutu dan metode penanganan.

Bentuk penanganan bahan makanan lainnya, yaitu

(1) pengecilan ukuran bahan pangan yang dapat dilakukan dengan proses basah dan kering, serta menggunakan peralatan seperti crushing rolls, penggiling palu, penggiling cakram, buhr mill,

penggiling gulingan dan pemotong;

(5)

(3) penyaringan (proses pemisahan padatan maupun cairan dari komponennya melalui suatu sarana saringan yaitu media dan pembantu);

(4) pengolahan penggunakan panas (dapat berbentuk pemberian maupun pengambilan panas dari bahan yang dapat merubah sifat fisik, kimia, dan karakteristik penyimpanannya dimana mekanismenya dapat berupa konduksi, konveksi dan radiasi yang diindikasikan oleh perubahan suhu yang dapat diukur dengan derajat Celcius dan Fahrenheit, serta skala-skala absolut derajat

Kelvine dan Rankine;

(5) evaporasi (upaya pengurangan jumlah air dari bahan mentah pada fase pengolahan pangan melalui tekanan pada suhu tertentu dengan menggunakan pemanasan uap dari suatu ketel yang berbentuk oven kettle atau pan evaporator, horizontal tube natural circulation evaporator, vertical

natural circulation evaporator, long tube vertical type evaporator, falling film type evaporator, forced circulation type evaporator dan agitated film evaporator);

(6) pengeringan (proses dasar untuk pengawetan makanan yang mudah rusak atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum digunakan atau dikonsumsi, sehingga dapat menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimpanan);

dan

(7) pendinginan dan pembekuan (upaya pengaturan suhu untuk keperluan pengawetan pangan dalam suhu rendah yang tidak mencapai titik beku (5-10°C) dan melibatkan proses perubahan

fase air dari cair menjadi padat (-2°C)).

CARA MENENTUKAN KARAKTERISTIK BAHAN

PANGAN

Uji sensori sangat penting dalam industri pangan karena hasilnya merupakan pintu terakhir yang menentukan apakah produk tersebut dapat dijual atau tidak. Karakteristik mutu yang diuji dengan uji sensori terutama adalah warna, flavor (kombinasi rasa dan bau), aroma, tekstur, dan konsistensi atau kekentalan produk. Mutu sensori bahan pangan adalah ciri karakteristik bahan pangan yang dimunculkan oleh satu atau kombinasi dari dua atau lebih sifat-sifat yang dapat

dikenali dengan menggunakan pancaindra manusia.

Fator-faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan sensasi rasa adalah persepsi terhadap faktor penampakan fisik (warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik), faktor kinestetika (tekstur, viskositas, konsistensi, dan perasaan di mulut atau mouth feel) dan faktor flavor (kombinasi rasa

atau taste dengan bau atau odor). Ada 3 kelompok besar uji sensori, yaitu uji pembedaan (difference test), uji penerimaan (acceptance test) dan uji deskriptif (descriptive test). Cara pengukuran yang paling umum untuk uji pembedaan adalah uji perbandingan berpasangan,

uji segitiga dan uji duo-trio. Cara lain yang kurang umum adalah uji dua-dari-lima, uji penjenjangan, uji pembedaan terhadap kontrol. Jenis dan jumlah panelis untuk uji pembedaan bervariasi sesuai dengan jenis dan cara pengukuran yang dilakukan. Penggunaan panelis terlatih

diharapkan menghasilkan pengukuran yang lebih baik.

Cara pengukuran uji penerimaan ada tiga macam, yaitu uji pembandingan kesukaan berpasangan, uji penjenjangan sampel jamak dan uji penilaian hedonik. Uji penerimaan tidak harus menggunakan panel terlatih, tetapi jika menggunakan panel tak terlatih jumlah panelisnya

(6)

Keunggulan uji sensori adalah mampu mendeskripsikan sifat-sifat tertentu yang tidak dapat digantikan dengan cara pengukuran menggunakan mesin, instrumen ataupun peralatan lain. Kelemahannya, antara lain bias, kesalahan panelis, kesalahan pengetesan, subyektivitas,

kelemahan-kelemahan pengendalian peubah, dan ketidaklengkapan informasi.

Pengukuran Mutu Pangan dengan Alat

Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan metode pengujian mutu secara obyektif. Metode fisik, uji kimia, uji fisiko-kimia, uji mikrobologi, uji mikro analitik dan

histologis. Untuk memonitor umur simpan produk pangan diperlukan korelasi antara hasil uji sensori dengan hasil pengukuran mutu dengan alat atau instrumen.

Metode pengukuran mutu dengan alat dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat mutu pangan yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik mutu dengan uji sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran karakteristik mutu dengan alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk menguji warna, volume, tekstur,

viskositas atau kekentalan dan konsistemsi, keempukan dan keliatan, serta bobot jenis. Metode pengukuran untuk uji kimia dibagi dua kelompok, yaitu:

(1) Analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar abu;

(2) Analisis kualitatif/kuantitatif, yaitu komponen makro (protein, lemak, karbohidrat) maupun unsur mikro (kadar asam lemak, kadar gula, kadar asam amino).

Cara pengukuran untuk uji fisiko-kimia, antara lain : (1) alat pH-meter untuk mengukur keasaman;

(2) refraktometer, untuk mengukur indeks refraksi (untuk mengukur kadar total padatan : terlarut);

(3) kolorimeter, untuk mengukur warna dan untuk menentukan kadar nitrogen, fosfor, sitrat, vanili gula dan sebagainya;

(4) spektrometer untuk analisis kualitatif.

Metode pengukuran uji mikrobiologis, digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif mikroorganisme, seperti bakteri, kapang, ragi dan protozoa. Uji mikrobiologis yang terkenal adalah uji total jumlah mikroba (total plate counts) dan uji koliform untuk mikroorganisme yang terdapat dalam kotoran manusia sebagai indikator apakah makanan tersebut tercemar atau tidak. Uji mikroanalitik dan histologis digunakan untuk menganalisis unsur-unsur mikro, vitamin dan

mineral, baik dengan teknologi spektrometri, kromatografi, maupun fotomikroskopi. Studi histologis dilaksanakan dengan kombinasi mikroskopi, baik sinar tampak, polarisasi maupun

elektron. Uji histologis digunakan untuk mendapatkan gambaran (image) struktur jaringan maupun pola kehidupan di dalam sel jaringan hewani, nabati maupun mikroorganisme, maupun

uji microstructure produk lainnya.

Kalibrasi peralatan untuk pengukuran mutu dengan alat sangat penting, sebab keakuratan dan kecermatan hasil pengukuran menjadi dasar kesahihan dan menentukan dapat/tidaknya dipercaya

hasil yang diperoleh pada semua jenis analisis.

(7)

A. KATEGORI BAHAN MAKANAN

Bahan makanan dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

1. Bahan makanan mentah (segar) Contoh : daging, beras, ubi, kentang, buah, sayuran dsb. 2. Makanan terolah (pabrikan)Contoh: tahu, tempe, kecap, ikan kaleng, kornet, roti, dsb. 3. Makanan siap saji/santapcontoh : nasi rames, soto mie, bakso, goreng ayam dsb.

B. CIRI-CIRI BAHAN MAKANAN YANG BAIK

1. Makanan hewani (berasal dari hewan) :

a. Daging ternak

1) Bersih dan lapisan luarnya kering

2) Tampak mengkilap, warna cerah dan tidak pucat.

3) Daging yang sudah ditiriskan tidak berdarah, tidak tercium bau asam atau busuk. 4) Sifat elastis artinya bila ditekan dengan jari akan segera kembali (kenyal). 5) Bila dipegang tidak lekat/lengket tetapi terasa basah.

6) Perbedaan umum untuk setiap jens daging ternak adalah :

· Sapi : warna merah segar, serat halus, lemak lunak, warna kuning.

· Kambing : warna merah jambu, serat halus, lemak keras warna putih, berbau khas (prengus).

· Babi: warna merah jambu, serat halus, lemak lunak warna putih jernih. · Kerbau : warna merah tua, serat kasar, lemak keras, warna kuning.

· Unggas: warna putih kekuningan, lembek, tulangnya jelas warna kekuningan. Bila dipotong sudah mati (bangkai) warna agak gelap, luka potong lurus pada bekas sembelihan, dagingnya kenyal.

· Ayam buras : daging agak kering dan langsing, otot jelas warna kekuningan. · Ayam ras : daging lunak, agak basah dan motok, lebih jelas pada kepala/jengger. 7) Tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk

pengawet

b. Ikan segar

1) Warna kulit terang, cerah dan tidak lebam.

2) Ikan bersisik masih melekat sisiknya dengan kuat dan tidak mudah rontok. 3) Keadaan bola mata cembung dan cemerlang serta korneanya masih bening. 4) Daging elastis, bila ditekan tidak berbekas.

5) Insang berwarna merah segar dan tidak bau.

6) Tidak terdapat lendir berlebihan pada permukaannya.

7) Tidak berbau busuk, asam atau bau asing yang lain dari biasanya. 8) Ikan akan tenggelam dalam air.

9) Prioritas dalam memilih ikan adalah : · Ikan yang dijual dalam keadaan hidup.

(8)

· Ikan beku yang berasal dari ikan segar yang telah mengalami proses pembersihan dan pencucian.

· Ikan yang bersih dijual tanpa pendinginan.

10) Tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk pengawet

c. Ikan asin/kering

1) Cukup kering dan tidak busuk.

2) Daging utuh dan bersih, bebas serangga. 3) Bebas bahan racun seperti pestisida.

4) Tidak dihinggapi/daya tarik bagi lalat/serangga lain. d. Telur

1) Tampak bersih dan kuat. 2) Tidak pecah, retak dan bocor.

3) Tidak terdapat noda atau kotoran pada kulit.

4) Mempunyai lapisan zat tepung pada permukaan kulit.Kulit telur kering dan tidak basah akibat dicuci.

5) Dikocok tidak kopyor (koclak).

6) Bila diteropong (canding) terlihat terang dan bersih. e. Susu segar

1) Warna putih susu dan kental.

2) Cairannya konstan dan tidak menggumpal.

3) Aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau amis. 4) Berat jenis lebih tinggi dari air (di atas 1,0)

5) Kalau dituang dari gelas masih menempel di dinding gelas. 6) Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam).

7) Bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu serangga dan lain-lain. 8) Tidak terkontaminasi bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan untuk

pengawet

2. Makanan nabati (berasal dari tumbuhan) a. Buah-buahan

1) Keadaan fisiknya baik, isinya penuh, kulit utuh , tidak rusak atau kotor. 2) Isi masih terbungkus kulit dengan baik.

3) Warna sesuai dengan bawaannya, tidak ada warna tambahan, warna buatan (karbitan) dan warna lain selain warna buah.

4) Tidak berbau busuk, bau asam/basi atau bau yang tidak segar lainnya. 5) Tidak ada cairan lain selain getah aslinya.

6) Terdapat lapisan pelindung alam. 7) Bebas residu pestisida

(9)

1). Daun, buah atau umbi dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu. 2). Kulit buah atau umbi utuh dan tidak rusak/pecah.

3). Tidak ada bekas gigitan hewan, serangga atau manusia.

4). Tidak ada bagian tubuh buah yang ternoda atau berubah warnanya. 5). Bebas dari tanah atau kotoran lainnya.

6). Bebas residu pestisida c. Biji-bijian

1) Kering, isi penuh ( tidak keriput dan warna mengkilap).

2) Permukaannya baik, tidak ada noda karena rusak, jamur atau kotoran selain warna aslinya.

3) Biji tidak berlubang-lubang.

4) Tidak tercium bau lain selain bau khas biji yang bersangkutan.

5) Tidak tumbuh kecambah, tunas kecuali dikehendaki untuk itu (touge). 6) Biji yang masih baik akan tenggelam bila dimasukkan ke dalam air.

7) Tidak tercemar oleh bahan kimia yang dilarang baik dalam proses maupun buat diedarkan (chlorine)

d. Jenis tepung

Tepung banyak dijumpai jenisnya seperti tepung beras, tepung gandum/ terigu, tepung singkong/tapioca, tepung jagung/maizena, sagu, telur, ikan dan sebagainya. Tepung yang disimpan terlalu lama akan terjadi perubahan warna dari warna aslinya yang disebabkan akibat mikroba ataau jamur. Maka ciri-ciri tepung yang baik adalah

1). Butiran kering dan tidak lembab/basah.

2). Warna aslinya tidak berubah karena jamur atau kapang. 3). Tidak mengandung kutu atau serangga.

4). Masih dalam kemasan pabrik. e. Sayuran berlapis

Seperti bawang, kol, sawi, jagung muda, bunga tebu dilapisi lapisan kulit luar yang berfungsi melindungi bagian dalamnya. Lapisan ini sangat menguntungkan waktu panen dan pengangkutan karena akan mencegah pencemaran. Ciri-ciri makanan jenis ini yang perlu diperhatikan :

1). Lapisan luar masih menempel dengan baik. 2). Lapisan luar telah dalam keadaan bersih. 3). Lapisan dalam masih tertutup.

4). Tidak mengandung residu pestisida 3. Makanan fermentasi

Ciri – ciri makanan fermentasi yang baik :

(10)

b. Bebas dari cemaran serangga (ulat) atau hewan lainnya.

c. Tidak terdapat noda-noda pertumbuhan benda asing seperti spot-spot berwarna, atau jamur gundul pada tempe atau oncom.

4. Makanan olahan pabrik

Ciri makanan olahan pabrik yang baik :

a. Terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (dahulu Ditjen. POM, Dep. Kes.) ditandai dengan adanya kode nomor :

ML :untuk makanan luar negeri (import) dan MD: untuk makanan dalam negeri

b. Kemasannya masih baik, utuh, tidak rusak, bocor atau kembung.

c. Minuman dalam botol tidak berubah warna atau keruh serta tidak terdapat gumpalan. d. Belum habis masa pakai (belum kadaluwarsa).

e. Segel penutup masih terpasang dengan baik.

f. Mempunyai merk dan label yang jelas nama pabrik pembuatnya.

C. Sumber Bahan Makanan Yang Baik

Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik perlu diketahui sumber-sumber makanan yang baik. Sumber makanan yang baik seringkali tidak mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang demikian panjang dan melalui jaringan perdagangan pangan. Sumber bahan makanan yang baik adalah :

1. Rumah Potong Hewan (RPH) yang diawasi pemerintah dan sebagai tempat pemotongan hewan yang resmi dan memperoleh Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

2. Tempat potong lainnya yang diketahui dan diawasi oleh petugas inpektur kehewanan/peternakan.

3. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang diawasi oleh instansi perikanan.

4. Pusat penjualan bahan makanan dengan system pengaturan suhu yang dikendalikan dengan baik (swalayan).

5. Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah dengan baik.

6. Industri pengawetan dan atau distributor bahan makanan yang telah berizin.

7. Perusahaan yang menghkhususkan diri di bidang penjualan bahan makanan mentah dan dikelola sesuai dengan persyaratan kesehatan serta telah diawasi oleh pemerintah.

8. Lokasi tempat produksi sayuran, buah atau ternak seperti daerah pertanian, peternakan atau perkebunan atau kolam ikan.

D. Penyimpanan Makanan

Untuk mencegah pertumbuhan bakteri maka makanan diusahakan disimpan pada suhu dimana kuman tidak tumbuh yaitu pada suhu di bawah 5oC atau di atas 60oC. Suhu 5oC –

(11)

bahan pangan nabati

(12)
(13)
(14)

Referensi

Dokumen terkait

mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh dalam rangka memecahkan masalah yang belum pernah dijumpai. Jadi strategi pemecahan masalah adalah segala rencana tahapan

Penelitian adalah satu hal yang tidak terpisahkan dalam satu rangkaian kegiatan akademik untuk dapat menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Ilmu Kimia pada

A módszerrel kapcsolat- ban nem világos, hogy milyen morfológiai választ várhatunk akkor, ha a populá- ció tartósan ki van téve egy adott típusú környezeti stressznek –

Aspek penilaian ada pada angka/skala sumbu mendatar dan tegak serta letak titik. Nilai 10 untuk gambar garis regresi yang

Sudijono, tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian” (hlm. Dilihat dari cara penyusunannya, tes dalam penelitian ini

Metode penelitian studi kasus membantu penulis mengungkapkan diseminasi informasi dalam kegiatan promosi dan pelayanan perpustakaan secara menyeluruh dari pihak

Dari 16 lokasi pengamatan, bongkahan batu merupakan site yang memiliki tingkat kepadatan dan biomassa ikan herbivora yang paling tinggi dikarenakan pada daerah