• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan Total Quality Managem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Penerapan Total Quality Managem"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR

Oleh

PUTRI RESTU MELISSA

H24051307

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

PUTRI RESTU MELISSA

H24051307

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRAK

Putri Restu Melissa. H24051307. Pengaruh Penerapan Total Quality

Management terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Giant Hypermarket Botani Square Bogor. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis

Persaingan yang ketat akan menuntut perusahaan untuk memberikan produk yang bermutu kepada konsumen. Namun perhatian perusahaan tidak terbatas pada mutu produk yang dihasilkan, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia (SDM) dan lingkungan. Giant hypermarket merupakan perusahaan ritel di Indonesia yang menghadapi persaingan dalam bisnis ritel yang berkembang semakin pesat, salah satu cara yang dilakukan Giant hypermarket agar tetap bersaing dengan menerapkan Total Quality Management (TQM), melalui perbaikan secara terus menerus terhadap produk, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. TQM merupakan suatu sistem untuk mencapai sasaran organisasi, salah satunya peningkatan produktivitas karyawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui penerapan TQM di Giant hypermarket; (2) Menganalisis pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas karyawan di Giant hypermarket; (3) Menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja karyawan di Giant hypermarket.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil wawancara dan kuesioner, serta data sekunder dari studi pustaka, internet, literatur dan dokumen perusahaan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 150 orang dipilih dengan simple random sampling dan data diolah dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Linear Structural Relationship (LISREL) 8.30. Penerapan TQM di Giant hypermarket dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap unsur-unsur TQM, yaitu SDM, Standar, Sarana, Organisasi, Audit Internal dan Diklat.

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PENGARUH PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Putri Restu Melissa

H24051307

Menyetujui, Mei 2009

Prof.Dr.Ir.H Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing.,DEA

Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc

Ketua Departemen

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 22 Mei 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari empat orang bersaudara pasangan Drs. H. Syafruddin dt Keraing dan Hj. Nurmahelis.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Bhayangkari Payakumbuh pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Air Tabit Payakumbuh. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Payakumbuh dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Payakumbuh. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan pada tahun 2006 diterima pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa di panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Pengaruh Penerapan Total Quality Management terhadap produktivitas kerja karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor“ yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Banyak pihak yang telah memberikan saran, masukan, bimbingan, bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si atas

kesediaanya meluangkan waktu menjadi dosen penguji.

3. Bapak Untung Kartika yang telah memberikan izin untuk melakukan

penelitian di Giant, Bapak Tajudin Noor dan Mbak Cahaya, serta seluruh karyawan Giant hypermarket Botani Square yang telah memberikan informasi serta masukan dalam penelitian.

4. Seluruh dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu kepada

penulis dan kepada seluruh staf yang telah membantu penulis dalam seminar dan sidang.

5. Kedua orang tua tercinta dan kakak-kakak yang telah memberikan perhatian

dan dukungan.

6. Fuad Makayasa Putra, terima kasih atas perhatian, dukungan dan bantuannya. 7. Mbak Ami, Mas Didi Supriadi, Mas Roes dan Kak Dani Surahman yang telah

sabar dalam mengajar penulis dalam mengolah data.

8. Teman-teman Manajemen 42 : ita dan ocy, teman-teman satu bimbingan

(7)

nindya, wibi, iqbal, momon, galih, alfa, ao, resty, rani , reki, wulan, puti,

fany, velma, , dan semua mene 42 lainnya.

9. Anak-anak PTD : Tuty, Mas Abdul, Yuges, Kak Demin, Kak Deni, Kak Ari,

Kak Yance, Tanjung, Victor dan Handy.

10. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.

(8)
(9)

4.4.4. Lama Bekerja……… 4.5. Analisis SEM………... 4.5.1. Peubah Laten Bebas Penerapan TQM………... 4.5.2. Peubah Laten Terikat Produktivitas Kerja………. 4.6. Implikasi Manajerial………

KESIMPULAN DAN SARAN...

1. Kesimpulan………... 2. Saran……….

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN………

(10)

DAFTAR TABEL

No

1. Pangsa pasar hypermarket Indonesia……… 2. Tiga proses umum manajemen mutu……… 3. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket………. 4. Jenis toko Giant……… 5. Jumlah karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor… 6. Peubah-peubah dalam penelitian……….. 7. Nilai estimasi muatan faktor dan R2... 8. Uji kecocokkan model……….. 9. Nilai construct reliability dan variance extracted penelitian...

Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

No

1. Manfaat penerapan TQM bagi perusahaan……… 2. Kerangka pemikiran penelitian……….. 3. Gambar model SEM penelitian………. 4. Karakteristik responden berdasarkan usia………. 5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan……….. 6. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja……… 7. Nilai estimasi struktural……….

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Kuesioner penelitian……… 2. Struktur organisasi Giant hypermarket……… 3. Uji validitas kuesioner………. 4. Uji reliabilitas kuesioner………. 5. Ouput Lisrel 8.30………. 6. Perhitungan Construct Reliability dan Variance Extracted……

Halaman

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era perdagangan setiap perusahaan akan menghadapi persaingan

ketat dengan produsen lain dari seluruh dunia. Meningkatnya intensitas

persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen memenuhi

kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang

dilakukan oleh para pesaing, sehingga dalam perdagangan global ini

diperlukan suatu persamaan persepsi dalam mendefinisikan suatu produk.

Oleh karena itu, mutu merupakan faktor penting bagi produsen.

Namun perhatian produsen tidak terbatas pada mutu produk yang

dihasilkan, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia (SDM) dan

lingkungan. Sedangkan lingkungan yang dihadapi produsen semakin

kompleks dan hanya produsen yang benar-benar bermutu yang dapat bersaing

dalam pasar global. Persaingan di pasar Internasional hanya akan

dimenangkan oleh perusahaan yang adaptif dan memiliki keunggulan dalam

memenuhi kebutuhan konsumen. Kompleksitas persaingan global juga

menyebabkan setiap produsen untuk selalu berusaha meningkatkan mutu agar

memenuhi kebutuhan konsumen.

Dunia bisnis ritel modern di Indonesia berkembang demikian pesat

sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

proses modernisasi dalam era globalisasi ini. Perkembangan bisnis ritel

modern dapat dilihat dari segi omzet yang meningkat secara nyata, yaitu Rp 42 triliun pada tahun 2005, meningkat menjadi Rp 58 triliun pada tahun 2007 dan tahun 2008 mencapai Rp 67 triliun. Peningkatan omzet ini didorong semakin maraknya pembukaan gerai baru hypermarket dan minimarket (www.indocashregister.com, 2009).

Giant hypermarket merupakan salah satu bisnis ritel modern yang

memiliki pangsa pasar kedua terbesar di Indonesia. Pada tahun 2008, pangsa

(14)

Tabel 1. Pangsa pasar hypermaket Indonesia

Sumber : www.korantempo.com, 2008.

Salah satu cara yang digunakan Giant hypermarket agar bersaing adalah

menerapkan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu

Terpadu. TQM merupakan suatu pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan

untuk memperbaiki mutu produk, meningkatkan produktivitas dan menekan

biaya produksi. TQM mencoba meningkatkan daya saing perusahaan melalui

perbaikan secara terus menerus terhadap produk, tenaga kerja, proses dan

lingkungannya (Nasution, 2004).

TQM bukan merupakan tujuan akhir perusahaan atau organisasi,

melainkan merupakan suatu cara unuk mencapai sasaran organisasi (Ariani,

2002). Salah satu sasaran perusahaan adalah meningkatkan produktivitas

perusahaan. Penerapan TQM akan memberikan pengaruh bagi poduktivitas

perusahaan, salah satunya adalah produktivitas tenaga kerja. Tenaga kerja

merupakan faktor yang paling menentukan tingkat produktivitas karena dua

hal. Pertama, tenaga kerja merupakan bagian dari biaya yang terbesar dalam

pengadaan barang atau jasa. Kedua, masukan pada sumber daya manuasia

lebih mudah dihitung dibandingkan dengan masukan faktor lain seperti modal

(Kussriyanto dalam Kintarti, 2005).

Penelitian dengan menganalisis pengaruh TQM terhadap produktivitas

kerja pada Giant hypermarket diharapakan dapat memberikan jawaban

mengenai penerapan TQM dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja di

perusahaan, sehingga Giant hypermarket tetap bersaing di era yang kompetitif

ini.

Nama Pangsa pasar (%)

Carrefour 66,73

Giant 19,16

Hypermart 10,88

Lainnya 3,23

(15)

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan TQM di Giant hypermarket ?

2. Seberapa besar pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas kerja

karyawan di Giant hypermarket ?

3. Faktor-faktor apakah yang paling dominan dalam mempengaruhi

keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja di Giant

hypermarket ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penerapan TQM di Giant hypermarket.

2. Menganalisis pengaruh penerapan TQM terhadap produktivitas karyawan

di Giant hypermarket.

3. Menganalisis faktor-faktor yang paling dominan yang mempengaruhi

keberhasilan penerapan TQM dan produktivitas kerja karyawan di Giant

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mutu

Gaspersz (2003) mengemukakan bahwa mutu secara konvensional

dapat diartikan sebagai karakteristik langsung dari suatu produk, seperti

kinerja (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (ease

of use), estetika (esthetics) dan sebagainya. Secara strategik, mutu dapat

diartikan sebagai segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau

kebutuhan pelanggan.

Menurut Juran dalam Nasution (2004), mutu merupakan kecocokan

penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Kecocokan penggunaan ini didasarkan atas lima ciri, yaitu :

1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.

2. Psikologis, yaitu cita rasa atau status.

3. Waktu, yaitu kehandalan.

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah, atau jujur.

Philips B. Crosby dalam Nasution (2004) mendefinisikan mutu sebagai

Conformance to Requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan kegiatan mutu

perusahaan untuk mencoba mengerti harapan dan memenuhi harapan

konsumen tersebut, sehingga perlu pandangan eksternal tentang mutu agar

penyusunan sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau

keinginan.

Deming dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa mutu adalah

kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat

memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan

dihasilkan.

Feigenbaum dalam Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu adalah

kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk

bermutu apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen,

(17)

dan Feigenbaum dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa mutu merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga

kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan atau konsumen.

Dari semua definisi yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat beberapa

kesamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut :

a. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya, apa yang

dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu

pada masa mendatang).

2.2. Dimensi Mutu

Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001), terdapat delapan

dimensi mutu, yaitu :

1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik

sekunder atau pelengkap.

3. Kehandalan (reability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu

sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar

yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

dapat terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi dan penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.

8. Mutu yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

(18)

2.3. TQM

TQM muncul pertama kali di Amerika Serikat, tetapi kemudian

diorganisasikan dan dilaksanakan di beberapa perusahaan Jepang, khususnya

setelah Perang Dunia II, TQM diseminarkan sekaligus diterapkan dalam

bentuk program-program pelatihan di berbagai sektor industri. Dua pakar

terkemuka dalam TQM, baik di Jepang maupun Amerika Serikat adalah W.

Edward Deming dan Joseph M. Juran.

Deming mengemukakan bahwa pihak manajemen harus bertanggung

jawab penuh dalam penerapan sistem mutu produk secara total dalam

menghasilkan produk yang baik dan tidak cacat (Prawirosentono, 2001).

Empat belas poin Deming merupakan ringkasan dari keseluruhan pandangan

Deming terhadap apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan

transisi positif dari bisnis biasa hingga menjadi bisnis bermutu di tingkat

dunia. Empat belas poin Deming tersebut adalah :

1. Ciptakan kondisi yang langgeng untuk memperbaiki produk dan jasa.

2. Adopsi falsafah baru. Dalam hal ini manajemen harus memahami adanya

era ekonomi baru dan siap menghadapi tantangan, belajar bertanggung

jawab dan mengambil alih kepemimpinan.

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk.

4. Hentikan praktek menghargai kontrak berdasarkan tawaran yang rendah.

5. Perbaiki secara konstan dan terus menerus sistem produksi dan jasa,

untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, yang pada gilirannya secara

konstan menurunkan biaya.

6. Lembagakan on the job trainning.

7. Lembagakan kepemimpinan.

8. Hapuskan rasa takut, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif.

9. Hilangkan dinding pemisah antar departemen, sehingga orang dapat

bekerja sebagai suatu tim.

10. Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal tersebut

dapat menciptakan permusuhan.

11. Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran, tetapi dengan

(19)

12. Hilangkan penghalang yang dapat merusak kebebasan karyawan atas

keahliannya.

13. Giatkan program pendidikan self-improvement.

14. Buatlah transformasi pekerjaan setiap orang dan siapkan setiap orang

untuk mengerjakannya.

Juran dalam Muhandri dan Kadarisman (2008) mengemukakan bahwa

TQM diimplementasikan apabila mengikuti tiga proses manajerial, yaitu (1)

perencanaan mutu, (2) pengendalian mutu dan (3) peningkatan/perbaikan

mutu. Proses yang dikembangkan Juran ini dikenal dengan istilah “Trilogi

Juran”. Kegiatan dari masing-masing proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Tiga proses umum manajemen mutu

Perencanaan Mutu Pengendalian Mutu Peningkatan Mutu

Menetapkan tujuan

TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai

strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan

(20)

berfokus pada orang/karyawan dan bertujuan untuk terus menerus

meningkatkan nilai yang diberikan kepada pelanggan dengan biaya

penciptaan nilai yang rendah tersebut. TQM merupakan suatu pendekatan

dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing

organisasi melalui perbaikan terus menerus terhadap produk, jasa, tenaga

kerja, proses dan lingkungannya (Nasution, 2004).

TQM merupakan penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan

kemanusiaan untuk: (1) memperbaiki material dan jasa yang menjadi

masukan organisasi, (2) memperbaiki semua proses penting dalam organisasi,

dan (3) memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan

jasa pada masa kini dan waktu yang akan datang (Harjosoedarmo, 2004).

Menurut Ibrahim dalam Arthatiani (2008), konsep dasar TQM

memuat prinsip-prinsip dasar yang pada akhirnya akan menentukan berhasil

atau gagalnya penerapan TQM, oleh karena itu prinsip-prinsip dasar dari

TQM sangat berperan dalam pelaksanaannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Komitmen Manajemen

Manajemen sebagai penanggungjawab dalam bidang kepemimpinan yang

bertugas sebagai penunjuk dan pemberi semangat bagi perusahaan, karena

keberadaannya sangat didukung dalam penerapan TQM agar dapat

terlaksana dengan baik.

2. Perbaikan Mutu dan Sistem Secara Berkesinambungan

Mutu sebagai hal yang penting dalam produksi harus terus dilakukan

perbaikan secara terus menerus. Hal ini tidak hanya dilakukan pada akhir

proses saja, tetapi juga harus dilakukan dari awal proses sehingga produk

yang dihasilkan tidak memiliki cacat.

3. Perspektif Jangka Panjang

Waktu yang singkat tidak hanya dapat menunjukkan keberhasilan ataupun

kegagalan dari penerapan TQM, tetapi butuh waktu yang panjang.

4. Fokus Pada Pelanggan

Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus diharapkan akan dapat

(21)

5. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

Keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan akan menanamkan

rasa loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan timbul rasa memiliki dari

karyawan tersebut terhadap perusahaan. Cara untuk meningkatkan

keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan tersebut adalah

dengan memberikan pelatihan serta kompensasi tidak hanya dalam bentuk

uang, tetapi pujian dan penghargaan, agar apa yang dilakukan dihargai

perusahaan.

6. Kerjasama Tim

Kerjasama tim sangat dibutuhkan dalam TQM, sehingga produk X tidak

hanya dilakukan oleh departemen X melainkan tanggungjawab semua

departemen.

Menurut Ibrahim dalam Arthatiani (2008), unsur-unsur utama dari

TQM yang sangat mempengaruhi pelaksanaan TQM adalah :

1. SDM

Pihak-pihak yang berhubungan dengan dengan kegiatan perusahaan.

2. Standar

Spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua

kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan perusahaan.

3. Sarana

Peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu.

4. Pengorganisasian

Pendelegasian tugas dan wewenang di dalam perusahaan.

5. Audit Internal

Kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan

terhadap standar.

6. Diklat

Kegiatan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu,

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan karyawan dalam

memecahkan masalah, serta untuk mengembangkan sistem pengendalian

(22)

7. Visi dan Misi

Tujuan jangka panjang atau target jangka panjang yang ingin dicapai oleh

perusahaan yang membedakannya dengan perusahan lain dan menjadi

prioritas bagi setiap pelaku manajemen dalam perusahaan.

2.4. Manfaat Implementasi TQM

Menerapkan TQM di perusahaan akan memberikan manfaat bagi

perusahaan (Gambar 1) maupun karyawannya. Dengan menerapkan TQM,

manfaat yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari

perbaikan posisi persaingan dan dari pengurangan cacat produk yang

dihasilkan. Jika produk cacat dapat diminimumkan, maka biaya mutu (produk

gagal, pekerjaan ulang, pemeriksaan dan pengembalian dari konsumen) akan

berkurang, dan lebih jauh lagi mengurangi total biaya produksi. Perusahaan

yang menghasilkan mutu produk yang lebih baik dan mampu memberikan

jaminan kepada konsumen, akan mendapatkan citra positif dari konsumen.

Selanjutnya, posisi persaingan semakin baik, pemasaran semakin luas, bahkan

sampai ke posisi ekspor. Harga produk dapat lebih ditingkatkan, sehingga

keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar (Muhandri dan Kadarisman,

2008).

Menurut Hardjosoedarmo (2004), penerapan TQM akan memberikan

dampak yang positif bagi karyawan, yaitu :

1. Karyawan akan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap

bahwa keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi.

2. Karyawan akan menunjukkan pekerjaan mutu, karena percaya akan mutu,

sehingga organisasi tidak lagi terlalu bertumpu pada struktur untuk

menciptakan tatalaku mutu.

3. Karyawan akan mengorganisasikan dirinya secara sukarela untuk

melakukan perbaikan proses tanpa campur tangan, tekanan, ataupun

dorongan manajemen.

4. Karyawan baru, terlepas dari latar belakang dan orientasinya, dengan

(23)

dalam organisasi oleh karena itu pergantian, absensi, dan unjukrasa dapat

dikurangi, bahkan ditiadakan.

Gambar 1. Manfaat penerapan TQM bagi perusahaan (Muhandri dan Kadarisman, 2008)

2.5. Produktivitas Kerja

Produktvitas merupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dengan

segala pengorbanan (input) dalam menghasilkan sesuatu (Nasution, 2004).

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), input terdiri dari manajemen,

tenaga kerja, biaya produksi, peralatan dan waktu. Output meliputi produksi,

produk, penjualan, pendapatan, pangsa pasar dan kerusakan produk. Dalam

perspektif normatif, pengertian produktivitas adalah jika hari ini karyawan

lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik daripada sekarang.

Terdapat tiga macam produktivitas berdasarkan sumber input, yaitu

produktivitas modal, produktivitas bahan baku dan produktivitas tenaga kerja.

Perbaikan mutu

Perbaikan posisi persaingan

Peningkatan produk bebas cacat

Harga lebih tinggi Peningkatan pangsa pasar

Peningkatan penghasilan

Penurunan biaya produksi

(24)

Produktivitas tenaga kerja menunjukkan perbandingan antara hasil kerja

seorang tenaga kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan suatu produk (Ravianto, 1990). Produktivitas tenaga kerja

dapat dirumuskan :

Jumlah hasil produksi atau penjualan ………….(1)

Satuan waktu

Menurut Ravianto (1990), produktivitas kerja seseorang pada dasarnya

sangat dipengarugi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan dan

pelatihan, fisik dan biologis, tingkat penghasilan, teknologi dan sarana

penyerta produksi, kemampuan manajerial pimpinan dan faktor kesempatan.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh harapan karyawan dan perusahaan.

Harapan karyawan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri

dan keluarga. Harapan perusahaan merupakan harapan kepada karyawan yang

tidak selalu searah dengan harapan karyawan sendiri. Harapan perusahaan

dalam banyak hal, berbeda dengan harapan karyawan. Perpaduan antara dua

macam harapan ini akan menentukan besar kecilnya nilai produktivitas.

Nasution (2004) mengemukakan bahwa individu yang produktif

memiliki karakteristik berikut :

1. Secara konsisten selalu mencari gagasan-gagasan yang lebih baik dan

cara penyelesaian tugas yang lebih baik lagi.

2. Selalu memberi saran-saran untuk perbaikan secara sukarela.

3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.

4. Selalu melakukan perencanaan dan menyertakan jadwal waktu.

5. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.

6. Dapat berlaku sebagai anggota kelompok yang baik sebagaimana

menjadi seorang pemimpin yang baik.

7. Dapat memotivasi dirinya sendiri melalui dorongan dari dalam.

8. Memahami pekerjaan orang lain yang lebih baik.

9. Bersedia mendengar ide-ide orang lain yang lebih baik.

10. Hubungan antarpribadi dengan semua tingkatan dalam organisasi

berlangsung dengan baik. Produktivitas

tenaga kerja =

(25)

11. Sangat menyadari dan memperhatikan masalah pemborosan dan

biaya-biaya.

12. Mempunyai tingkat kehadiran yang baik (tidak banyak absen dalam

pekerjaannya).

13. Sering melampui standar yang telah ditetapkan.

14. Selalu mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat.

15. Tidak selalu mengeluh dalam bekerja.

Menurut Simanjuntak dalam Indraswari (2007), faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kerja digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :

1. Mutu dan kemampuan fisik pekerja yang dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan

fisik pekerja yang bersangkutan.

2. Sarana pendukung kerja mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan

tenaga kerja. Lingkungan kerja termasuk teknologi dan cara produksi,

sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan

kesehatan kerja, serta suasana dalam lingkungan itu sendiri.

Kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem pengupahan dan

jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja.

3. Supra sarana, meliputi kebutuhan pemerintah, hubungan industrial dan

kemampuan dalam mencapai sistem kerja yang optimal.

2.6. Hypermarket

Hypermarket merupakan salah satu jenis warehouse retailing, yaitu

pedagang enceran yang memiliki fasilitas kombinasi gudang dan ruang pamer

(display)toko. Hypermarket menyediakan berbagai jenis barang, menyimpan

dan menjual produk makanan dan barang-barang seperti pakaian dan

elektronik. Hypermarket menggunakan prinsip gudang untuk mengurangi

biaya operasi dan memberikan harga diskon kepada konsumen. Dengan

pelayanan sendiri (self-service), pengecekan secara terpusat dan penanganan

material yang baik, hypermarket mampu menetapkan harga lebih rendah

dibandingkan pedagang eceran lainnya sebesar 15%-20% (Lewinson and

(26)

Lewinson and Delozier (1989) mengemukakan ada 10 jenis ritel

berdasarkan karakteristiknya, yaitu :

1. Specialty Store Retailing

2. Department Store Retailing

3. Chain Store Retailing

4. Discount Store Retailing

5. Off-Price Retailing

6. Supermarket Retailing

7. Convenience Store Retailing

8. Contractual Retailing

9. Warehouse Retailing

10. Nonstore Retailing

Menurut Levy dan Weitz dalam Yusrianti (2008), hypermarket

merupakan jenis pedagang eceran dengan gerai besar dan menawarkan

produk dengan harga rendah. Luas hypermarket mencapai 30.000 kaki atau

enam kali lapangan sepak bola dan memiliki persediaan produk hingga

50.000 item.

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Indraswari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul "Pengaruh

Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Penelitian ini menggunakan

metode Structural Equation Modelling (SEM). Hasil Penelitian ini

menjelaskan bahwa Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada PTPN

VIII Gunung Mas Bogor mempengaruhi produktivitas kerja karyawan sebesar

36%. Peubah komunikasi dan koordinasi mempunyai kontribusi paling besar

membentuk Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 dan kontribusi

terbesar terhadap produktivitas diberikan oleh peubah kemampuan kerja dan

peubah lingkungan kerja memberikan kontribusi yang paling kecil.

Dengan menggunakan diagram Pareto dan Proses Hirarki Analitik

(PHA) pada PT. Maya Food Industries di kota Pekalongan, Arthatiani (2008)

mengemukakan bahwa terdapat tujuh permasalahan penting yang dihadapi

(27)

quality control yang kurang maksimal, sistem pelaksanaan pelaporan belum

dijalankan dengan baik, ketersediaan bahan baku yang tidak kontinu, sanitasi

dan higienitas belum optimal, daya tawar pemasok tinggi dan kurangnya

prasarana. Untuk mengatasi masalah ini, prioritas alternatif perbaikan yang

diperoleh dengan analisis PHA disesuaikan dengan kondisi perusahaan adalah

kinerja organisasi, perbaikan dan peningkatan mutu SDM, modernisasi

peralatan, perbaikan sistem administrasi dan penerapan sistem informasi

manajemen (SIM).

Nita (2006) melakukan kajian penerapan MMT di CV. Banyu Biru,

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pelaksanaan MMT di CV. Banyu Biru

sudah berjalan baik, namun masih terdapat permasalahan. Permasalahan ini

kemudian dianalisis dengan metode PHA dan didapatkan bahwa masalah

yang dihadapi oleh perusahan adalah masalah mutu, waktu, kontinuitas,

jumlah dan biaya. Untuk mengatasi permasalahannya, maka susunan prioritas

alternatif perbaikan secara berturut-turut adalah team work, diklat, patok

duga, sistem informasi, variasi produk, perbaikan sistem adminstrasi dan info

(28)

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk

mempunyai keunggulan kompetitif, salah satunya dengan menerapkan TQM.

Penerapan TQM memiliki manfaat baik untuk perusahaan maupun

karyawannya. Salah satu tujuan dari penerapan TQM adalah peningkatan

produktivitas kerja karyawan perusahan.

Penelitian ini dimulai dengan menganalisis bagaimana penerapan

TQM di Giant hypermarket dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap

berikutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor untuk mengetahui hubungan

TQM dengan produktivitas kerja. Pelaksananan TQM di Giant hypermarket

didasarkan pada unsur-unsur TQM yang faktor-faktornya adalah SDM,

Standar, Sarana, Organisasi, Audit Internal dan Diklat (Ibrahim dalam

Arthatiani, 2008). Sedangkan faktor-faktor produktivitas adalah Kemauan

Kerja, Kemampuan Kerja, Lingkungan Kerja, Hubungan Kerja (Sinungan,

1995). Seluruh faktor TQM dan faktor produktivitas kerja merupakan peubah

indikator.

Setelah data terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan

metode SEM untuk mengidentifikasi pengaruh peubah indikator terhadap

peubah laten maupun pengaruh peubah laten bebas (TQM) terhadap peubah

laten terikat (produktivitas kerja). Hasil akhir yang diperoleh dapat digunakan

masukan bagi pihak manajemen untuk melakukan tindakan lebih lanjut

mengenai penerapan TQM dan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja

(29)

Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

Penerapan TQM

Faktor-faktor TQM

SDM Standar Sarana Organisasi Audit Internal Diklat

Faktor-faktor produktivitas

Kemauan Kerja Kemampuan Kerja Lingkungan Kerja Hubungan Kerja

Structural Equation Modeling (SEM)

Masukan bagi pihak Manajemen

Giant hypermarket Botani Square Bogor

Pengaruh TQM terhadap

produktivitas kerja

Faktor-faktor dominan mempengaruhi TQM

(30)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Giant hypermarket Botani Square Jl. Pajajaran

Bogor, pada bulan Februari sampai Maret 2009.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Pengumpulan Data

Penggunaan metode SEM membutuhkan jumlah contoh yang

besar agar diperoleh hasil yang mempunyai kredibilitas cukup. Sampai

saat ini tidak ada kesepakatan tentang jumlah minimum contoh yang

dibutuhkan, namun ada beberapa pertimbangan praktis yang dapat

dijadikan acuan dalam menentukan ukuran contoh. Model SEM dengan

jumlah peubah laten sampai lima buah dan setiap konstruk dijelaskan

oleh tiga atau lebih indikator, jumlah contoh 100-150 data sudah

dianggap memadai (Santoso, 2007). Dalam penelitian ini jumlah

responden adalah 150 orang, dipilih dengan metode simple random

sampling dari jumlah keseluruhan karyawan sebanyak 222 orang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, pengisian

kuesioner (Lampiran 1) serta wawancara dengan pihak manajemen

perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen

perusahaan, buku, jurnal, artikel-artikel, internet dan literatur terkait

lainnya.

Pengambilan data, terutama untuk kuesioner akan dilakukan

pengujian yang menentukan apakah kuesioner sebagai alat pengukur

tersebut sahih atau tidak andal dengan cara berikut :

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur (kuesioner)

itu mengukur apa yang ingin diukur. Teknik analisis yang

digunakan adalah korelasi product moment Pearson, yaitu untuk

menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan dengan skor

(31)

Dimana,

r = angka korelasi

n = jumlah contoh dalam penelitian

x = skor pertanyaan

y = skor total responden dalam menjawab seluruh

pertanyaan

2. Uji Reliabilitas

Setelah alat ukur dinyatakan sahih, maka berikutnya alat ukur

tersebut diuji reliabilitasnya, yaitu suatu nilai yang menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang

sama. Untuk mengukur reabilitas kuesioner digunakan teknik alpha

cronbanch (Umar, 2006), dengan rumus berikut :

Dimana,

r = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

= ragam

= jumlah ragam butir

Rumus ragam yang digunakan :

Dimana,

n = jumlah responden

x = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor

butir pertanyaan)

……… (2)

(32)

Nilai alpha lebih besar dari 0,6 dikatakan andal dan begitu juga

sebaliknya.

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan SEM atau model

persamaan struktural. SEM adalah teknik analisis multivariate yang

memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara peubah yang

kompleks baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh

gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Ghozali dan Fuad,

2005).

SEM terdiri dari peubah laten (latent variables) dan peubah

teramati (measured variables). Peubah laten merupakan peubah kunci

yang menjadi perhatian dalam SEM dan merupakan konsep abstrak.

Peubah laten dibagi atas peubah eksogen (ξ1) yang merupakan peubah bebas pada semua persamaan yang ada dalam SEM dan peubah

endogen (ε) yang terikat paling sedikit satu persamaan dalam model. Parameter yang menunjukkan regresi peubah laten endogen pada

peubah laten eksogen disimbolkan dengan γ (gamma), sedangkan

regresi peubah laten endogen terhadap peubah laten endogen lainnya

disimbolkan dengan β (beta). Peubah teramati merupakan peubah yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut

dengan indikator. Peubah teramati merupakan efek atau ukuran dari

peubah laten. Pada metode survei dengan menggunakan kuesioner,

setiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah peubah teramati.

Muatan faktor yang menghubungkan peubah laten dengan peubah

teramati disimbolkan dengan λ (lambda). Simbol diagram lintasan dari peubah teramati adalah bujur sangkar/empatpersegi panjang dan

pemberian nama peubah diamati biasanya menggunkan notasi

matematika ( X dan Y). Model pada SEM terdiri dari dua, yaitu model

persamaan struktural yang menggambarkan hubungan antara peubah

laten dan model pengukuran yang menggambarkan hubungan antara

(33)

Salah satu kelebihan metode SEM adalah dapat mengidentifikasi

kesalahan pengukuran. Kesalahan struktural menunjukkan peubah

bebas tidak dapat memprediksi peubah terikat secara sempurna,

kesalahan struktural dilambangkan dengan δ (zeta). Kesalahan pengukuran mengidentifikasikan peubah teramati dari suatu peubah

laten tidak dapat merefleksikan peubah laten secara sempurna, sehingga

penambahan kesalahan pegukuran diperlukan agar model menjadi

lengkap. Kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan peubah teramati

X dilambangkan dengan δ (delta) dan peubah teramati Y dilambangkan dengan ε (epsilon). Semakin kecil nilai kesalahan pengukuran maka

model semakin baik, dengan nilai cut off error 0,6, artinya apabila nilai

error melebihi 0,6 maka peubah indikator tidak sahih sebagai

manifestasi dari peubah latennya (Sitinjak dan Sugiarto, 2006).

SEM memiliki karakteristik yang berbeda dengan regresi biasa.

Regresi biasa pada umumnya menspesifikasikasikan hubungan kausal

antara peubah yang teramati, sedangkan pada model peubah laten SEM,

hubungan kausal terjadi diantara peubah-peubah tidak teramati atau

peubah-peubah laten. Secara umum, prosedurnya melalui tahap-tahap

berikut :

1. Spesifikasi model

Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan

struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal diformulasikan

berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya.

2. Identifikasi

Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan

diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di

dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada

solusinya.

3. Estimasi

Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk

menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu

(34)

digunakan biasanya ditentukan berdasarkan karakteristik dari

peubah-peubah yang dianalisis.

4. Uji kecocokan

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model

dengan data. Beberapa kriteria kecocokan atau Goodness Of Fit

(GOF) dapat digunakan untuk melaksanan langkah ini.

Uji kecocokan terdiri dari :

a. Chi-square

Digunakan untuk menguji seberapa dekat kecocokan antara

matrik kovarian contoh dengan matrik kovarian model.

Menurut Wijanto (2008), nilai yang semakin kecil semakin

baik.

b. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah rata-rata perbedaan per derajat perbedaan yang

diharapkan terjadi dalam populasi, bukan dalam contoh.

McCallum dalam Wijanto (2008) menjelaskan nilai RMSEA

sebagai berikut :

0,05 < RMSEA ≤ 0,08 (good fit) 0,08 < RMSEA ≤ 0,10 (marginal fit) RMSEA > 0,10 (poor fit)

c. GFI (Goodness-of-Fit Index)

GFI merupakan ukuran kesesuaian model secara deskriptif.

GFI ≥ 0,90 merupakan tingkat kecocokan yang baik. (Schumacker dan Lomax dalam Kusnendi 2007)

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index)

AGFI merupakan perluasan dari GFI yang disesuaikan dengan

degree of freedom. Menurut Sharma dalam Surahman (2008),

AGFI ≥ 0,8 memiliki tingkat kecocokan yang baik. e. NFI (Normed Fit Index)

NFI merupakan ukuran komparatif terhadap base line atau

model null. NFI = 0,90 artinya model diindikaskan 90% lebih

(35)

tingkat kecocokan yang baik (Schumacker dan Lomax dalam

Kusnendi 2007).

f. NNFI (Non Normed Fit)

NNFI merupakan ukuran kesesuaian model sebagai koreksi

terhadap ukuran NFI. NNFI ≥ 0,90 memiliki tingkat kecocokan yang baik (Schumacker dan Lomax dalam Kusnendi 2007).

g. CFI (Comparative Fit Index)

CFI merupakan ukuran kesesuaian model berbasis komparatif

dengan model null. CFI mempunyai nilai dalam kisaran 0,0

sampai 1,0. CFI > 0.90 mengindikasikan model cocok dengan

data.

Selain uji kecocokan di atas, dalam metode SEM terdapat uji

kecocokan pengukuran yang dilakukan terhadap setiap konstruk

atau model pengukuran (hubungan antara sebuah peubah laten

dengan beberapa peubah yang teramati) secara terpisah melalaui

evaluasi validitas dan reliabilitas dari model pengukuran.

a. Uji validitas

Validitas berhubungan dengan apakah suatu peubah mengukur

apa yang seharusnya diukur. Menurut Rigdon dan Ferguson

dalam Wijanto (2008), suatu peubah memiliki validitas yang

baik terhadap konstruk atau peubah latennya, apabila :

1) Nilai t muatan faktornya (loading factor) lebih besar dari

nilai kritis (atau ≥ 1,96 atau untuk praktisnya ≥ 2)

2) Muatan faktor standarnya (standardized loading factors) 0,70.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas

tinggi menunjukkan bahwa indikator memiliki konsistensi

tinggi dalam mengukur konstruk latennya.

Uji reliabilitas dihitung dengan rumus (Hair et.al., dalam

(36)

Construct reliability =

Variance extracted =

Sebuah konstruk memiliki nilai reliabilitas yang baik apabila

nilai construct reliability ≥ 0,70 dan variance extracted ≥ 0,5. 5. Respesifikasi

Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas

hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.

Analisa data digunakan untuk menjelaskan hubungan antara

penerapan TQM terhadap produktivitas kerja karyawan. Analisa data

juga digunakan untuk menentukan faktor dominan dari setiap unsur

TQM dalam mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Analisa

masing-masing peubah akan diolah dengan menggunakan software

Linear Structural Relationship (LISREL) 8.30.

Peubah penerapan TQM dengan indikator berikut :

X1 = SDM

Peubah diatas dikorelasikan dengan peubah produktivitas kerja

karyawan (PK), dengan indikator berikut :

(37)

X6

Secara umum model SEM penelitian “Pengaruh Penerapan TQM terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” dapat dijelaskan pada Gambar 3.

Notasi matematika dari persamaan struktural adalah :

PK = γ TQM + δ

Notasi matematika dari persamaan pengukuran adalah :

X1 = λX1 TQM + δ1 Y1 = λY1 PK + ε1

Gambar 3. Gambaran model SEM penelitian

ξ η

(38)

Perumusan Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : terdapat hubungan positif antara penerapan TQM dengan

produktivitas kerja karyawan Giant hypermarket Botani Square

Bogor

H2 : terdapat hubungan positif antara SDM, standar, sarana,

organisasi, audit internal dan diklat terhadap penerapan TQM

H3 : terdapat hubungan positif antara kemauan kerja, kemampuan

kerja, lingkungan kerja, hubungan kerja terhadap produktivitas

(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan

Giant hypermarket adalah salah satu unit usaha dari PT.Hero

Supermarket Tbk yang merupakan perusahan ritel terkemuka di

Indonesia. Pencetus berdirinya PT. Hero Supermarket adalah Bapak

Mohammad Saleh Kurnia, yang mengawali usahanya pada tahun 1951

dengan membuka toko kelontong “Hero” di gang Ribal. Pada tahun

1971, Hero Mini Market pertama didirikan di Jl. Falarehan I No.23

Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tanggal 30 Juni 1989 perusahaan

Hero Supermarket berubah menjadi perusahaan terbuka dan terdaftar

di bursa efek Jakarta, serta menjadi perusahaan ritel pasar swalayan

pertama di Indonesia yang memperoleh kepercayaan untuk menjual

sahamnya kepada masyarakat luas.

Selain Giant hypermarket, PT Hero Supermarket Tbk memiliki

beberapa unit usaha lainnya, yaitu Hero Supermarket, Star Mart,

Guardian, Giant Supermarket dan Mitra Toko Diskon. Hingga tahun

2008, jumlah gerai yang dimiliki oleh PT. Hero Supermarket Tbk

mencapai 368 gerai (Tabel 3).

Giant sendiri didirikan oleh Teng Meng Chun (Teng Family)

tahun 1944, diawali dengan toko kecil di Sentul Market, Malaysia.

Mini market pertama didirikan tahun 1971 dengan nama “TMC” (Teng Mini Market Center) di Bangsar Kuala Lumpur. Toko tersebut

masih ada sampai sekarang dan terkenal dengan nama“TMC”dan pada

tahun 1985 Giant pertama dibuka di Kelana Jaya. Pada bulan Februari

1988 melakukan strategi aliansi dengan Dairy Farm Hongkong,

(40)

Tabel 3. Jumlah gerai PT. Hero Supermarket Tbk sampai tahun 2008

No Jenis Toko Jumlah Gerai

1 Hero Supermarket 86

2 Star Mart 91

3 Guardian 141

4 Giant Hypermarket 17

5 Giant Supermarket 22

6 Mitra 11

Total 368

Sumber : PT. Hero Supermarket Tbk, 2008.

Giant memiliki konsep “One Stop Shopping, Lower Prices Everydaymenyediakan barang berjumlah 35.000-50.000 item. Giant

terdiri dari empat jenis toko, yaitu Hypermarket, Superstore, Small

Superstore dan Supermarket. Perbedaan jenis toko tersebut terletak

luas toko dan jumlah karyawannya (Tabel 4).

Tabel 4. Jenis toko Giant

Jenis Toko Luas (m2) Jumlah

Karyawan

Hypermarket 6.000-10.000 275-360

Superstore 5.000-6.000 210-275

Small Superstore 3.000-6.000 190-210

Supermarket <3.000 <100

Sumber : Giant hypermarket Botani Square Bogor, 2008.

Giant pertama yang didirikan di Indonesia adalah Giant Villa

Melati Mas Serpong Tangerang, yang didirikan pada tahun 2002.

Hingga tahun 2008, gerai Giant terus bertambah menjadi 17 gerai

yang tersebar di delapan kota, yaitu : Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya dan Sidoarjo. Giant

(41)

2006 dengan luas ± 9.995 m2. Giant hypermarket Bogor berada di

gedung IPB International Convention Center, Botani Square Jl.

Pajajaran No. 3 Tegalega Kota Bogor.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi agar tujuan yang ingin

dicapai perusahaan menjadi jelas dan terarah. Visi dan misi Giant

hypermarket sama dengan visi dan misi PT. Hero Supermarket Tbk,

yaitu :

Visi : Menjadi peritel terkemuka di Indonesia dalam segi penjualan

dan penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.

Misi : Meningkatkan nilai investasi pemegang saham Hero melalui

keberhasilan komersial dengan menarik pelanggan dan

meningkatkan daya saing yang mantap.

Disamping visi dan misi, PT. Hero Supermarket, Tbk juga

memiliki falsafah yang diharapkan dapat berpartisipasi dalam

pembangunan negara, mencapai kesejahteraan sesama karyawan dan

menuju kemajuan perusahaan. Falsafah PT. Hero Supermarket

adalah :

1. Selalu mengutamakan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan

2. Selalu menyediakan produk bermutu tinggi sesuai dengan

keinginan pelanggan.

3. Bersama-sama menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna.

4.1.3. Fungsi Sosial dan Ekonomi PT. Hero Supermarket Tbk

PT. Hero Supermarket, Tbk merupakan perusahaan ritel modern

yang bertujuan untuk mendapatkan laba dari barang-barang dijual.

Selain bertujuan untuk memperoleh laba, PT Hero Supermarket juga

memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi, yaitu :

a. Fungsi Sosial

1. Memberikan kesempatan kerja

PT. Hero Supermarket telah memberikan kesempatan kerja

(42)

gerai-gerai Hero Supermarket, Guardian, Shop in, Star Mart dan

Head Office.

2. Kesejahteraan karyawan

Kesejahteraan karyawan sangat diperhatikan oleh PT. Hero

Supermarket, salah satunya adalah gaji memadai di atas Upah

Minimum Provinsi (UMP). Disamping itu perusahaan

memberikan tunjangan kesehatan, hari tua, kecelakaan,

kematian, uang makan dan uang transport.

3. Kepemilikan umum

Hero merupakan perusahaan terbuka (Go Publik), sehingga

saham Hero dapat dimiliki oleh masyarakat.

4. Kegiatan sosial masyarakat

Bentuk kegiatan sosial yang dilakukan antara lain menyumbang

yayasan kurang mampu (fakir miskin), membantu

pengembangan koperasi dan usaha kecil melalui kegiatan

kemitraan serta menyelenggarakan perayaan keagamaan, hari

kemerdekaan dan lain-lain.

b. Fungsi Ekonomi

1. Membantu menyediakan bahan makanan yang baik dan sehat.

2. Membantu meningkatkan penghasilan negara melalui kontribusi

pajak.

3. Meramaikan bursa efek.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang dimiliki Giant hypermarket dipimpin oleh

seorang manajer yang disebut Store General Manager (SGM). SGM

membawahi empat orang manajer divisi. Tiap divisi dibantu oleh

DH-ADH (Departement Head-Assistant Departmen Head), supervisor dan

staf. Tiga divisi utama dibagi berdasarkan pengelompokan produk,

yaitu divisi Fresh, Grocery, Generale Marchandise dan satu divisi

pendukung yang disebut divisi sales and support (Lampiran 2).

(43)

a. SGM : memimpin dan mengawasi semua kegiatan di Giant

hypermarket.

b. Manajer divisi : bertanggungjawab terhadap divisi yang

dipimpinnya serta mengawasi kinerja bawahannya.

c. DH-ADH : Membantu tugas manajemen, mengawasi dan

memonitor semua kegiatan supervisor dan staf di divisi

masing-masing, mengecek penjualan, menyusun rencana diskon terhadap

suatu barang (dilakukan sekali dalam seminggu) serta mengontrol

penyediaan barang.

d. Supervisor : Mengawasi kerja staf, melakukan kontrol terhadap

departemen bersangkutan, serta menjadi jembatan komunikasi

antara staf dan DH.

e. Staf : mengecek area masing-masing, mengecek barang-barang

yang kosong, mengambil barang-barang yang kosong dari gudang

dan memajang barang-barang. Selain itu staf memiliki tugas

tambahan yaitu : mengontrol Sales Promotion Girl (SPG) dan Sales

Promotion Man (SPM), mempromosikan barang-barang yang

sedang promosi serta melakukan pelimpahan tugas kepada shif

selanjutnya.

f. Receiving : Menerima dan mengecek barang yang datang dari

supplier.

g. Marketing : Menarik konsumen untuk berbelanja dan

meningkatkan penjualan.

h. LP (Lost Prevention) : Mengawasi keamanan toko, serta sistem dan

prosedur yang berlaku di toko.

i. IT : Mengolah seluruh data dan komputerisasi toko.

j. HRD : Mengatur semua hal yang berhubungan dengan karyawan,

seperti absensi, cuti, keterlambatan, keluar masuk karyawan dan

melakukan kegiatan administrasi lainnya.

k. Accounting : Mengatur masalah keuangan dan melakukan

koordinasi dengan accounting pusat mengenai penjualan, profit dan

(44)

4.1.5 Gambaran Produk

Giant hypermarket menyediakan berbagai produk, mulai dari

makanan dan minuman, pakaian, peralatan rumah tangga, kosmetik,

barang-barang elektronik, dan lain-lain. Jumlah barang yang terdapat di

Giant hypermarket sangat besar yaitu, 35.000-50.000 item. Produk ini

dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu Grocery, Fresh dan General

Marchandise (GMS).

1. Grocery

Produk yang ada di grocery merupakan barang kebutuhan

sehari-hari. Produk grocery terbagi dua yaitu Food dan Non food.

Produk Food terdiri dari “Grocery 1”(produk yang bisa langsung dimakan, seperti makanan dan minuman ringan) dan “Grocery 2” (produk yang harus diolah dahulu sebelum dimakan seperti

barang-barang sembako). Untuk bagian Non food terdiri dari

Grocery 3“( seperti sabun dan detergen) dan “Grocery 4” ( alat -alat kosmetik).

2. Fresh

Produk Fresh merupakan produk yang memiliki sifat daya tahan

dan kesegaran yang singkat. Produk Fresh terdiri dari :

a. Produce : sayuran dan buahan.

b. Seafood : ikan, udang, kepiting dan hasil laut lainnya.

c. Daging dan Ayam

d. Ready to eat : makanan siap saji

e. Bakery : Roti dan kue

f. Dairy and daily : susu segar, makanan olahan, dan lain-lain.

3. Generale Marchandise (GMS)

Produk GMS terdiri dari :

a. Textile : home textile, pakaian, sepatu, perlengkapan bayi dan

anak.

b. Bazaar : peralatan rumah tangga, mainan dan furniture, dan

lain-lain.

(45)

Produk yang ada di Giant hypermarket berasal dari Hero pusat,

tetapi terdapat juga barang yang dipasok langsung oleh supplier.

Barang-barang yang berasal dari Hero pusat berlokasi di Cibitung (Hero

Sentral Distribusi). Dari sini, barang-barang langsung dikirimkan ke

masing-masing gerai. Disamping itu terdapat juga barang yang

langsung dipasok supplier ke gerai yang bersangkutan, pemilihan

supplier tetap harus mendapat persetujuan dari Hero Pusat.

Barang yang datang dari supplier (pemasok) langsung diterima

oleh bagian receiving, bagian ini akan mengecek spesifikasi barang,

apakah sesuai dengan pemesanan yang dilakukan, seperti jumlah,

ukuran dan tanggal kadaluarsa. Bagian receiving juga memeriksa mutu

barang yang masuk apakah sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Apabila ada barang yang rusak atau tidak sesuai maka dikembalikan

lagi kepada supplier. Setelah melalui bagian receiving, barang-barang

kemudian dimasukkan ke dalam gudang. Dari gudang barang-barang

tersebut akan dimasukkan ke dalam toko untuk dipajang dan dijual.

Khusus untuk barang-barang Fresh, dilakukan penyortiran terlebih

dahulu. Produk-poduk yang kurang bagus akan diproses lebih lanjut,

yaitu diolah dan dijual lagi. Produk yang diolah untuk dijual harus tetap

diperhatikan mutunya, tetapi produk yang benar-benar rusak total akan

dimusnahkan. Barang yang sudah disortir akan dipajang di toko untuk

siap dijual. Pemajangan barang dilakukan berdasarkan jenis, ukuran,

warna dan spesifikasi barang. Pemajangan yang baik akan dapat

menarik perhatian konsumen sehingga konsumen tertarik untuk

membeli produk tersebut. Pada saat toko akan ditutup, dilakukan proses

penyimpanan. Produk-produk Fresh memerlukan perlakuan khusus

dalam penyimpanan karena menyangkut sifat fisiknya yang mudah

rusak. Apabila toko dibuka pada hari berikutnya, kegiatan dimulai dari

(46)

4.2. Penerapan TQM Giant hypermarket

Giant hypermarket membutuhkan sejumlah unsur yang digunakan

sebagai alat untuk menerapkan TQM. Keberadaan dan penerapan unsur-unsur

ini sangat menentukan keberhasilan TQM. Unsur-unsur TQM di Giant

hypermarket adalah :

a. SDM

Karyawan yang ada di Giant hypermarket sampai bulan Maret

2009 berjumlah 222 orang. Jumlah karyawan pada Giant hypermarket

dapat dilihat pada Tabel 5, karyawan Giant hypermarket bekerja setiap

hari Senin sampai Minggu dan jam kerja karyawan dibagi menjadi dua

shif, yaitu shif pagi pukul 06.00-14.00 WIB dan shif siang pukul

14.00-22.00 WIB.

Proses penerimaan karyawan dilakukan oleh Hero Pusat, tetapi

apabila memerlukan tenaga kerja tambahan, Giant akan merekrut langsung

karyawan melalui persetujuan dari Hero pusat. Karyawan yang telah

diterima akan menjalani pelatihan di LCDC (Learning and Career

Development Center) selama dua minggu. Pelatihan dilakukan untuk

memberikan pengetahuan bagi karyawan mengenai pekerjaan yang akan

mereka lakukan. Selain pelatihan di LCDC, karyawan juga diberikan

pelatihan langsung di lapangan atau on the job trainning, apabila kinerja

yang dihasilkan bagus, maka karyawan tersebut akan diangkat menjadi

karyawan tetap.

Giant hypermarket setiap bulannya akan memilih karyawan teladan

yang dipilih berdasarkan absensi dan kinerja karyawan. Manajer tiap-tiap

divisi akan merekomendasikan karyawannya dan SGM akan memilih satu

karyawan teladan melalui beberapa penilaian. Dengan melaksanakan

pemilihan karyawan teladan, perusahaan berharap karyawan termotivasi

(47)

Tabel 5. Jumlah karyawan Giant hypermarket Botani Square Bogor

Jabatan Tenaga kerja

(orang)

SGM (Store General Manager) 1

DM (Division Manager) 4

DH (Division Head) 2

ADH (Assistant Division Head) 9

Supervisor 29

Chasier 38

Staf 139

Total 222

Sumber : Giant hypermarket Botani Square Bogor, 2009

b. Standar

Semua barang yang ada di Giant hypermarket memiliki standar yang

telah ditentukan oleh Hero Pusat, baik kualitas maupun kuantitas. Giant

hypermarket memiliki prinsip bersedia menukar produknya apabila

konsumen mendapatkan produk yang tidak sesuai dengan standar pasar.

Standar mutu lebih difokuskan pada divisi Fresh karena sifat produk yang

tidak tahan lama dan mudah rusak. Giant hypermarket memiliki grade

terhadap suatu produk, dimana produk dipisahkan menurut pengkhususan

yang telah ditetapkan. Produk pada grade pertama merupakan produk yang

bermutu tinggi sehingga harga jualnya juga akan tinggi. Disamping

produk, karyawan juga memiliki standar dalam melakukan pekerjaan

berupa Standard Operational Procedure (SOP). Dengan adanya SOP

karyawan dapat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat

melakukan pekerjaan dengan baik dan benar.

c. Sarana

Sarana merupakan seluruh peralatan yang digunakan untuk

mendukung terlaksananya pengendalian mutu. Pengangkutan produk dari

pemasok ke Giant hypermarket menggunakan mobil box, khusus untuk

produk Fresh pengangkutan produk menggunakan mobil refrigerated,

(48)

produk akan disusun pada rak besar dan dikelompokkan menurut jenis dan

karakteristik. Untuk memudahkan karyawan dalam mengambil dan

memindahkan barang, Giant hypermarket memiliki forklift dan handpalet.

Produk yang dijual di toko ditempatkan pada rak sesuai dengan

karakteristik dari masing-masing barang tersebut. Semua barang

dikelompokkan dengan baik dan jelas kemudian dipajang degan rapi dan

semenarik mungkin sehingga akan memudahkan konsumen dalam

berbelanja. Produk yang memiliki daya simpan yang tidak lama akan

ditempatkan pada peralatan khusus, misalnya box freezer, fish bed, chiller,

stockist dan akuarium, sehingga mutu dan kesegaran produk akan tetap

terjaga.

TQM merupakan suatu sistem yang fokus terhadap pelanggan,

sehingga sarana dan prasarana untuk konsumen juga diperhatikan. Untuk

memberikan kenyamanan bagi konsumen untuk berbelanja, Giant

hypermarket menyediakan tempat parkir yang luas bagi pengendara mobil

dan motor. Sarana penunjang lainnya adalah toilet, pendingin ruangan

(AC), kebersihan dan keamanan yang terjaga, pemilihan lampu

penerangan dan musik untuk melengkapi kenyaman dalam berbelanja.

Konsumen juga diberikan sarana dalam menyampaikan saran, masukan

ataupun keluhan melalui customer center.

d. Organisasi

Struktur organisasi di Giant hypermarket sudah terdefinisi dengan

jelas, karena pembagian divisi dibagi berdasarkan produk-produk yang

dijual sehingga setiap karyawan akan fokus dalam mengendalikan mutu

produk di divisi masing-masing. Karyawan diberikan kebebasan dalam

mengeluarkan ide, pendapat ataupun keluhannya. Penyampaian ide saran

atau keluhan dari karyawan akan disampaikan kepada supervisor,

dilanjutkan ke DH, manajer divisi dan SGM. Begitu juga sebaliknya,

pendelegasian tugas dan wewenang disampaikan oleh SGM kepada

manajer masing-masing divisi diteruskan hingga ke staf. Setiap satu

minggu sekali, akan dilakukan briefing karyawan mengenai informasi toko

(49)

e. Audit Internal

Audit dilaksanakan untuk menilai apakah hasil yang diperoleh

sudah sesuai dengan komitmen, sasaran dan tujuan perusahaan. Audit

internal pada Giant hypermarket dilakukan dua kali dalam setahun oleh

Hero Pusat dan sekali dalam setahun oleh pihak Dairy Farm- Jardine

Matheson Group. Auditor akan memeriksa kinerja karyawan dan kinerja

perusahaan terkait penjualan dan pendapatan serta memeriksa

produk-produk yang ada di toko apakah sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.

f. Diklat

Pengembangan dan pelatihan yang dilakukan Giant hypermarket

terhadap kayawan yaitu memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat)

yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan serta kecakapan dalam

melakukan pekerjaan. Setiap karyawan baru akan mendapatkan Diklat di

LCDC selama dua minggu. Pendidikan yang diberikan berupa

Pendidikan Dasar Usaha Ritel (PDUR). Disamping itu Giant

hypermarket juga melakukan on the job training kepada karyawan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian HRD, diklat yang

dilakukan oleh Giant hypermarket hanya dilakukan oleh kepala bagian

atau manajer divisi, selanjutnya mengaplikasikan dan membagikan ilmu

yang diperoleh dari diklat tersebut kepada karyawan yang lain.

4.3. Uji Coba Kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas digunakan agar kuesioner yang digunakan

akurat dan layak untuk disebarkan kepada responden. Pengujian validitas dan

reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 30 jawaban responden awal yang

telah mengisi kuesioner.

4.3.1. Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menghitung nilai

kolerasi pada setiap instrumen pertanyaan terhadap skor totalnya,

Gambar

Tabel 2. Tiga proses umum manajemen mutu
Gambar 1. Manfaat penerapan TQM bagi perusahaan      (Muhandri dan Kadarisman, 2008)
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

Puji syukur senantiasa Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, perlindungan dan ridho- Nya, baik berupa kenikmatan

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, setelah proses yang cukup panjang akhirnya skripsi dengan judul

xi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: