BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya untuk mengatasinya. Dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan semakin lama semakin memprihatinkan, sehingga lebih mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang diwujudkan dengan tanggungjawab terhadap lingkungannya.( Rachiemah, 2008).
Dengan adanya gugatan tersebut muncul konsep akuntansi baru yang menggantikan konsep akuntansi tradisonal. Dalam akuntansi tradisional pusat perhatianhaan masyarakat hanya terbatas kepada shareholder dan bondholder, yang secara langsung memberikan kontribusi bagi perusahaan, sedangkan pihak lain diabaikan. Dalam konsep akuntansi akuntansi baru tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility untuk selanjutnya disebut CSR adalah penting bagi perusahaan di Indonesia (Rachiema, 2008).
Mengabaikan lingkungan hidup pada akhirnya dapat berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Akibat salah mengelola limbah menimbulkan gugatan dari masyarakat dan pada akhirnya akan memperburuk citra perusahaan (kasus Lapindo Brantas , Indorayon serta Freefort). Dengan meningkatnya kasus-kasus pertikaian antara masyarakat dan perusahaan, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan pelaksanaan laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan keuangannya.
Namun standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan. Hal ini menyebabkan dalam praktek, perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Pengungkapan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial terdapat dalam laporan sustainability reporting.
Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) telah diteliti dalam penelitian sebelumnya. Alasan-alasan ini untuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui CSR, memenuhi ketentuan kontrak pinjaman, memenuhi ekspetasi masyarakat, melegitimasi tindakan perusahaan dan, untuk menarik investor (Hasnas, 1985 ;Patten, 1992; Deegan dan Blomquist, 2005 dalam Yosefa, 2007). Sementara pendapatat Kotler dan Lee (2005) dalam Solihin (2009) menyebutkan dengan mengungkapkan CSR, memperoleh beberapa manfaat seperti peningkatan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi,serta meningkatkan daya tarik perusahaan dimata investor dan analis keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yosefa (2007), menunjukan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan dan menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan. Widiastuty (2002) menemukan ada pengaruh pengungkapan sukarela yang positif dan signifikan terhadap earning coeficient (ERC). Budiman (2009) menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan pada tanggal pengumuman ISRA dengan tanggal sesudah pengumuman yang berarti bahwa penerapan konsep sustainability reporting yang telah dilakukan direspon oleh pasar. Laporan CSR juga digunakan untuk kepentingan para manajer (Nes dan Mirza, 2002 dalam Handayani, 2009).
yang menerima konrak (agent). Memurut teori keagenan, agen biasanya dianggap pihak yang biasanya berusaha untuk memaksimumkan dirinya. Keinginan yang tidak sama antara agent dan principal, pihak agent antara lain berperilaku cenderung melakukan kecurangan akuntansi agar mendapat kompensasi dari principal.
Dengan keterbatasan kriteria yang kurang jelas pada sistem kinerja manajemen menyebabkan manager tidak dapat dievaluasi, sehingga memungkinkan manager untuk menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri tanpa melihat kepentingan masyarakat (Chih, 2008). Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan manajemen laba (earnings management) untuk memanipulasi nilai riil aktiva perusahaan, transaksi atau posisi keuangan sehingga mengakibatkan perusahaan kehilangan kepercayaan diri para investor ( Zahra,2005 dalam Handayani, 2009). Angka- angka akuntansi dapat dipengaruhi dengan melakukan earnings management. Earnings management diyakini muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), dem kepentingan pribadi atau perusahaan (Gumanti, 2003 dalam Anggrainy, 2006).
pengungkapan yang tinggi cenderung melakukan praktek manajemen laba (earnings management).
Agar CSR dapat. berjalan dalam jangka panjang diperlukan suatu integritas antara good corporate governance dengan strategi CSR. Mekanisme good corporate governance tidak hanya mengurangi biaya agency tetapi juga menaikan nilai terhadap stakeholder (Jamali, 2008 dalam Handayani 2009). Praktek good corporate governance diperlukan untuk meningkatkan keyakinan para pemegang saham dan juga sebagai alat pengawasan bagi pihak manajer (Handayani, 2009). Utama (2007) menyatakan bahwa mekanisme dan struktur good corporate governance dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan pengungkapan CSR di Indonesia. Dengan adanya mekanisme dan stuktur good governance dapat mengurangi asimetri informasi. Apabila asimetri informasi di biarkan terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya adverse selection maupun moral hazard, dengan konsekuensi perusahaan tidak melaksanakan CSR.
terdaftar di Financial Times dan The London Stock Exchange. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan hasil tidak ada pengaruh yang signifikan antara earnings management dengan CSR. Begitu juga penelitian yang melakukan penelitian Setyo (2012) yang menemukan hasil yang sama. Faktor-faktor Corporate Governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan . Anggraini (2006) berhasil menemukan faktor-faktor kepemilikan manajemen, jenis industri, leverage dan ukuran perusahaan .mempunyai pengaruh terhadap CSR. Rosmaita (2007) menemukan hal sama yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hal yang berbeda Setyo (2012) ukuran dewan komisaris sebagai variabel pemoderating mengindikasikan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sementara Mahcmud dan Djakman (2008) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dan menemukan bahwa keduanya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CSR.
Dengan hasil yang beragam peneliti mencoba untuk melakukan penelitian berikutnya yaitu dengan melakukan replika dari penelitian Handayani (2009). Adapun penelitian tersebut merupakan pengembangan dari penelitian Prior (2008). Penelitian tersebut menemukan bahwa earnings management dan komite audit mempunyai hubungan dengan pengungkapan CSR.
2004-2005 Kementrian Negara Lingkungan Hidup menunjukan bahwa dari 466 perusahaan dipantau ada 72 perusahaan mendapat rapot hitam, 150 rapot merah, 221 biru, 23 hijau, dan tidak ada yang berperingkat emas. Dengan banyaknya perusahaan yang mendapat rapot hitam dan merah, menunjukkan bahwa mereka tidak menerapkan tanggung jawab lingkungan (CSR) www.csrindo.com. Pengambilan sampel perusahaan manufaktur karena pada sektor ini paling banyak menghasilkan limbah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
a. Apakah ada pengaruh earnings management dan good corporate governance dalam hal ini komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional dan komite audit secara simultan terhadap corporate social responsibility?
b. Apakah ada pengaruh earnings mangement dan good corporate governance dalam hal ini komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional dan komite audit secara parsial pengaruh terhadap corporate social responsibility?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
kepemilikan institusional dan komite audit secara simultan terhadap corporate sosial responsibility (CSR).
b. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh earnings management dan good corporate governance dalam hal ini komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional dan komite audit secara parsial terhadap corporate social responsibility (CSR)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan pendorong dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan hidup. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
penyusunan standart akuntansi oleh penyusun standart akuntansi yang saat ini sedang bersama-sama dengan kementrian lingkungan hidup menyusun standart akuntansi lingkungan.
c. Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai CSR serta sebagai bahan referensi dan acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Originalitas
perusahaan, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
Anggraini (2006) mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR. Data yang digunakan adalah semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tahun amatan 2000-2004. Kategori pelaporan CSR yang digunakan antara lain kinerja lingkungan, kinerja ekonomi dan kinerja sosial. Penelitian ini menggunakan lima variabel sebagai bahan pertimbangan yaitu kepemilikan manajemen, hutang, ukuran, tipe industri dan propitabilitas. Hasil penelitian membuktikan bahwa kepemilikan manajemen, jenis industri dijadikan bahan sebagai pertimbangan oleh perusahaan dalam mengungkapkan CSR.
Rosmaita (2007) melakukan penelitian yang sama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR tapi lebih mempersempit objek dari penelitian sebelumnya yaitu pada perusahaan manufaktur. Variabel independen yang digunakan kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan, leverage, dan propitabilitas . Sampel yang digunakan adalah 113 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tahun amatan 2004-2005. Kesimpulan yang didapat variabel kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR.
dewan komisaris, independensi dewan komisaris, ukuran komite audit, jumlah rapat komite audit, kompetensi komite audit, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham asing, kepemilikan saham terkonsentrasi sebagai variabel independent dan ukuran perusahaan serta leverage sebagai variabel kontrol. Sampel yang digunakan 116 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Hasil membuktikan secara simultan semua karakteristik berpengaruh terhadap CSR dan secara parsial kepemilikan saham terkonsentrasi, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap CSR.