• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional d"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DIRGA ACHMAD (15/387661/PHK/08767)

Politik Hukum - Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, SH., MH.

Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Untuk Mencapai Tujuan Negara

A. Pendahuluan

Tujuan dari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tercantum dalam Alinea IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) yang menyatakan bahwa “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,..” untuk mencapai tujuan tersebut, disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD 1945.

Dalam mewujudkan satu hukum nasional bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa dengan kebudayaan dan agama yang berbeda,ditambah dengan keanekaragaman hukum yang ditinggalkan oleh penjajah, bukanlah pekerjaan yang mudah. Realitas kehidupan ketatanegaraan selama ini membuktikan terjadinya inkonsistensi terhadap pencapaian tujuan negara. Sistem pemerintahan itu bergeser dari pola demokrasi kepada oligarki, berlarut-larut, sehingga akhirnya terjadi diskrepansi atau kesenjangan-kesenjangan, baik dibidang sosial politik, maupun sosial ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan, keamanan, dan ketertiban masyarakat. Tujuan negara hanya dapat dicapai apabila seluruh pihak memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan hal tersebut, salah satu sarana untuk mencapai tujuan negara ialah dengan merencenakan pembangunan hukum secara nasional. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan diuraikan bagaimana merencanakan pembangunan hukum nasional untuk mencapai tujuan negara?

B. Peranan Politik Hukum dalam Pembangunan Hukum Nasional

Satjipto Raharjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat.1 Politik hukum dapat dilihat sebagai sebuah alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan

(2)

sistem hukum nasional yang dikendaki dan dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita Bangsa Indonesia. 2

Politik hukum nasional secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum/ legal policy yang hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu pemerintahan negara tertentu.3 Politik hukum nasional bisa meliputi pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisten; pembangunan hukum yang intinya adalah pembaruan terhadap ketentuan hukum yang telah ada dan yang dianggap usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat; penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan pembinaan anggotanya; dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut perspektif kelompok elit pengambil kebijakan.

Ruang lingkup atau wilayah kajian politik hukum adalah proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum; proses perdebatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi tersebut ke dalam bentuk sebuah rancangan peraturan perundang-undangan oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan politik hukum; penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan politik hukum, peraturan perundang-undangan yang memuat politik hukum; faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan suatu poliik hukum, baik yang akan, sedang, dan telah ditetapkan; dan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang merupakan implementasi dari politik hukum suatu negara.4

Pembangunan hukum nasional yang ideal sesuai dengan ekspektasi masyarakat sangat penting dan mendesak untuk segera diimplementasikan karena sampai saat ini masih banyak peraturan perundang – undangan yang dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman, termasuk peraturan perundang – undangan produk kolonial Belanda. Selain itu, banyak pula peraturan perundang – undangan sebagai suatu kaidah hukum tidak mempunyai keberlakuan secara yuridis oleh karena bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, peraturan perundang – undangan tersebut menimbulkan polemik pro – kontra dan bahkan sering dimanipulasi kelompok – kelompok tertentu sebagai alat pembenaran untuk melakukan perbuatan melanggar atau melawan hukum.

2 C.F.G. Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

Alumni, Bandung, hlm. 1.

3 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2012, Dasar-Dasar Politik Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 30-31.

(3)

Efektivitas keberlakuan hukum (peraturan perundang – undangan) bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melainkan erat hubungannya dengan masalah – masalah kemasyarakatan lainnya, terutama masalah ;pembangunan karakter bangsa Indonesia. Oleh karena itu pembangunan hukum nasional tidak mungkin dipisahkan dari perkembangan masyarakat Indonesia, atau dengan perkataan lain pembangunan hukum nasional tidak mungkin dipisahkan dari pembangunan bangsa. Dalam kerangka berpikir demikian maka dapat dikemukakan asumsi ilmiah bahwa pembangunan hukum termasuk proses penegakkan hukum harus dikembangkan secara positif dan kreatif untuk kemajuan di bidang hukum yang digerakkan secara serasi, terarah untuk mewujudkan masyarakat yang sadar dan taat pada hukum.

Strategi pembangunan hukum harus didasarkan pada semangat kebangsaan (nasionalisme) dan mengarah pada konsep pembangunan sosial kemasyarakatan yang menyeluruh (komprehensif) dan utuh sebagai satu kesatuan (integral). Dasar politik hukum yang demikian akan menjadi landasan yang kuat dan memainkan peranan yang positif terhadap pembangunan hukum nasional sebagai suatu sistem hukum ideal yang dicita – citakan. Kaidah – kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang – undangan akan dirasakan tidak hanya sebagai sesuatu yang harus dipatuhi / ditaati, melainkan akan menjadi bagian dari nilai tata kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat merasa wajib untuk menegakkannya.

Disamping semangat kebangsaan sebagai dasar strategi pembangunan hukum nasional, politik hukum pemerintah harus pula memperhatikan asas – asas hukum juniversal tetapi tetap becorak pada identitas bangsa Indonesia. Indentitas bangsa Indonesia tersebuta adalah Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) dan sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian, peranan politik hukum pemerintah sangat menentukan arah dan corak dari pembangunan hukum nasional untuk membentuk sistem hukum ideal yang dicita – citakan.

Pemerintah harus dapat memainkan peranan politik hukumnya sebagai pelopor perubahan (agent of change) dalam rangka pembangunan hukum nasional untuk membentuk sistem hukum ideal yang dicita – citakan.

(4)

dicita – citakan atau dikehendaki, bahwa ada keserasian proporsional antara pengendalian sosial oleh penguasa, kesadaran warga masyarakat dan kenyataan dipatuhinya hukum positif tertulis”.6

C. Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional melalui RPJPN dan RPJMN

Ada tiga dimensi yang dapat dijadikan sebagai alasan pentingnya pembangunan hukum nasional, yaitu dimensi konstitusional, dimensi juridis sosiologis dan dimensi perspektif. Dimensi konstitusional bermakna pembangunan hukum nasional merupakan upaya untuk mewujudkan konsepsi negara hukum dalam tata kehidupan masyarakat. berbangsa dan bernegara sekaligus mewujudkan amanat konstitusional Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yaitu segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum serta pemerintahan dengan tidak ada kecuali. Dimensi juridis sosiologis bermakna membangun hukum merupakan upaya untuk mewujudkan konsepsi hukum yang sesuai dengan ide Kerangka Teori. Dimensi perspektif bermakna pembangunan hukum nasional merupakan upaya untuk menjadikan hukum sebagai sarana pembangunan dalam arti mengatur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan.7

Pada era Orde Baru, landasan atau dasar – dasar pokok kebijakan hukum nasional tercantum dalam Garis – Garis Besar Haluan Negara (GBHN) baik 1973, 1978, 1983, 1988, maupun GBHN 1998. Pembangunan hukum nasional dalam negara hukum Indonesia adalah berlandaskan pada sumber tertib hukum negara yaitu cita – cita yang terkandung pada pandangan hidup, kesadaran dan cita – cita hukum serta cita – cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonesia yang diformulasikan dalam Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Namun harus diakui bahwa pada era Presiden Soeharto sebagai penguasa rejim Orde Baru, sama sekali tidak ada konsep yang jelas mengenai pedoman arah dan tujuan pembangunan hukum nasional meskipun secara konsep ditetapkan GBHN sebagai pedoman, akan tetapi hanya formalitas belaka, bahkan terdapat kecenderungan adanya peraturan perundang – undangan produk lembaga eksekutif dan legeslatif yang tidak mencerminkan nilai – nilai demokrasi yang bersifat universal.

Pasca lengsernya kekuasaan Orde Baru, sebagai konsekuensi perubahan UUD 1945 yang merubah sistem ketatanegaraan Indonesia, program pembangunan yang pada awalnya tertuang dalam garis-garis besar daripada

6Ibid.

(5)

haluan Negara (GBHN) tidak memperoleh tempat. Sebagai terobosan hukum, diundangkanlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, untuk selanjutnya disebut UU SPPN. Sebagai tindak lanjut dari UU SPPN, diundangkanlah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, untuk selanjutnya disebut UU RPJPN 2005 – 2025.

Dalam UU RPJPN 2005 – 2025 terdapat beberapa bidang pembangunan, yaitu:

a. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama; b. Ekonomi;

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; d. Sarana dan Prasarana

e. Politik;

f. Pertahanan dan Keamanan; g. Hukum dan Aparatur;

h. Wilayah dan Tata Ruang; dan

i. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, pembangunan hukum dilaksanakan untuk mencapai misi mewujudkan bangsa yang berdaya saing dan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.8 Hal ini merupakan bagian dari 8 (delapan) misi pembangunan nasional dalam rangka menggapai visi pembangunan nasional dalam kurun waktu 2005-2025, yaitu terwujudnya “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.9 Secara umum, pembangunan di bidang hukum

berdasarkan UU RPJPN, meliputi:

Pertama, Pembangunan substansi hukum, diarahkan untuk melanjutkan pembaruan produk hukum untuk menggantikan peraturan perundang-undangan warisan kolonial. Pembangunan materi hukum tersebut mencakup perencanaan hukum, pembentukan hukum, serta penelitian dan pengembangan hukum.

Kedua, Pembangunan struktur hukum, diarahkan untuk memantapkan dan mengefektifkan berbagai organisasi dan lembaga hukum, profesi hukum, dan badan peradilan melalui peningkatan kualitas dan profesionalisme.

Ketiga, Pembangunan budaya hukum, diarahkan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat yang diarahkan untuk mendukung pembentukan sistem hukum nasional yang dicita-citakan.

(6)

Lebih lanjut mengenai arah pembangunan diatur dalam Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), RPJMN adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang terdiri dari :

RPJM Nasional I Tahun 2005–2009, RPJM Nasional II Tahun 2010–2014, RPJM Nasional III Tahun 2015–2019, RPJM Nasional IV Tahun 2020–2024.

RPJM tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahunnya. Namun dalam implementasinya dalam kurun waktu 11 tahun berlakunya RPJP, perencanaan pembangunan hukum belum sejalan dengan pelaksanaan pembangunan hukum, hal ini disebabkan karena dinamika perencanaan pembangunan hukum yang semakin kompleks akibat adanya perubahan substansi, struktur, dan budaya hukum itu sendiri baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah. Oleh karena itu, saat ini dibutuhkan adanya komitmen dan integritas dari pemerinta untuk melakukan pembangunan dan penegakan hukum berdasarkan RPJP dan RPJM.

D. Program Legislasi Nasional sebagai Instrumen Perencanaan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Prolegnas merupakan potret politik hukum Indonesia yang berisi rencana pembangunan peraturan perundang-undangan dalam periode tertentu. Misalnya untuk lima tahun ke depan, sasaran politik hukum kita akan dibawa kepada good governance, maka baik RUU yang diajukan oleh Pemerintah dan DPR maupun RUU yang diprioritaskan untuk dibahas di DPR akan berkaitan dengan good governance, seperti adanya RUU tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang sekaligus mengamanatkan pembentukan institusi KPK, RUU tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan sebagainya.10

Pembuatan peraturan perundang-undangan (legislasi), dalam rangka pembangunan dan pembaharuan hukum, merupakan tugas yang tidak mudah, bahkan sulit dan berat karena program yang akan disusun itu akan turut menentukan kehidupan seluruh bangsa di masa sekarang juga di masa depan. Oleh karenanya maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dalam memulai proses ini, meski pembaharuan hukum itu tidak seluruhnya dapat direncanakan.11 Perencanaan yang matang dapat diwujudkan dengan terlebih dulu melakukan

10 Muhammad Amirulloh, 2009, Kajian Hukum tentang Program Legislasi Nasional (Proglegnas) sebagai Sarana Pembangunan Hukum yang demokratis dan evaluasi Proglegnas Tahun 2008, Makalah, Unpad, Bandung, hlm.3.

(7)

penelitian yang mendalam terhadap permasalahan yang ingin diselesaikan sehingga dapat diketahui apakah suatu ketentuan hukum yang sudah ada atau ketentuan hukum yang akan dibuat sesuai atau tidak dengan kesadaran hukum masyarakat.

Penelitian hukum untuk menyusun suatu naskah akademik RUU, atau penyusunan RUU dan untuk menemukan kebijaksanaan apa yang diperlukan untuk pembangunan, atau untuk perencanaan hukum harus merupakan penelitian interdisipliner agar benar-benar berbobot dan hasilnya dapat dilaksanakan. Setelah dilakukan penelitian, maka akan dapat diinventarisir berbagai permasalahan dan berbagai alternatif penyelesaiannya yang digali dari kesadaran hukum masyarakat. Ini merupakan data yang bisa dipakai untuk membuat suatu perencanaan pembaharuan hukum yang aspiratif dan pada akhirnya akan membentuk produk hukum yang responsif.

E. Penutup

Berdasarkan hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam merencanakan pembangunan nasional untuk mencapai tujuan negara saat ini terdapat beberapa arah pembangunan yang seharusnya dijadikan sebagai instrumen yakni : Pertama, RPJPN 2005-2025, yang mengarah pada pembangunan substansi, struktur dan budaya hukum; Kedua, RPJMN sebagai tindak lanjut RPJPN yang ditetapkan setiap lima tahun sekal; Ketiga, khusus dalam perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan harus mengacu pada Program Legislasi Nasional (Proglegnas).

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

C.F.G. Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2012, Dasar-Dasar Politik Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, 1979, Sendi – Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, Alumni, Bandung.

Satjipto Raharjo, 1991, Ilmu Hukum, Cetakan ke III, Citra Aditya Bakti, Bandung. Sunaryati Hartono, 1982, Penyusunan Perundang-undangan Dalam Repelita III,

Dalam Himpunan Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan, tanggal 1 s/d 20 Juni 1981, BPHN, Jakarta.

Makalah dan Artikel

Muhammad Amirulloh, 2009, Kajian Hukum tentang Program Legislasi Nasional (Proglegnas) sebagai Sarana Pembangunan Hukum yang demokratis dan evaluasi Proglegnas Tahun 2008, Makalah, Unpad, Bandung.

Patrialis Akbar, 2016, Arah Pembangunan Hukum Nasional Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Artikel diakses dalam https://fh.umj.ac.id/ pada tanggal 11 Oktober 2016.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Dalam skripsi ini sumber skunder yang dimaksud adalah buku- buku penunjang selain dari sumber primer, yaitu kitab-kitab tafsir yang ada hubungannya dengan

Hasil penelitian, Penyebab Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) menolak permohonan eksekusi jaminan atas Hak Tanggungan Pelaksanaan eksekusi jaminan,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas X di SMK Prawira Marta Kartasura dalam menyelesaikan soal cerita sistem

Database  adalah  kumpulan  dari  data  yang  saling  berhubungan  satu  dengan  yang  lainnya,  tersimpan  di  perangkat  keras  komputer  dan  digunakan 

Untuk itulah dilaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dalam bentuk “Pelatihan Digital Marketing Melalui Sosial Media” pada Kelompok Binaan Kuliner (makanan dan minuman)

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 52 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan

aluminosilikat lainnya atau polimorf silika dengan adanya perubahan iklim dan suhu (Eberl, 1984, Mirabella & Egli, 2003, Metwally & Chesnokov, 2012). Pada

Dalam setiap membicarakan himpunan, maka semua himpunan yang ditinjau adalah subhimpunan dari sebuah himpunan tertentu yang disebut himpunan semesta?. Dengan kata