• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan dan Perubahan Organisasi. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan dan Perubahan Organisasi. pdf"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 1

BAB 15

PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

Manajer harus dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang direncanakan di sebuah organisasi atau kelompok kerja.

KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN

Faktor dalam lingkungan internal yang mempengaruhi cara organisasi melaksanakan kegiatan-kegiatannya, juga merupakan kelompok kekuatan lainnya yang menyebabkan timbulnya perubahan.

Kekuatan-Kekuatan Eksternal

Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variabel eksternal, seperti sistem politik, ekonomi, teknologi, pasar dan nilai-nilai. Berbagai kekuatan eksternal, dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metoda operasinya.

Pendididikan

Kebudayaan Sosial

Teknologi

Politik Ekonomi

Gambar : Kekuatan-kekuatan perubah eksternal dan internal ORGANISASI

Kekuatan Perubahan Eksternal Kekuatan Perubahan Internal

Kegiatan-Kegiatan Karyawan

Tujuan

Strategi, Kebijaksan

aan

(2)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 2  Kekuatan-Kekuatan Internal

Merupakan hasil dari faktor-faktor seperti tujuan, strategim kebijaksanaan manajerial dari teknologi baru, serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidakpuasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen.

Kekuatan-kekuatan eksternal dan internal penyebab perubahan merupakan hasil perubahan-perubahan dalam nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi orang dalam sistem.

CARA-CARA PENANGANAN PERUBAHAN

Dua pendekatan utama penanganan perubahan organisasi, yaitu :

1. Proses Perubahan Reaktif, dimana manajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah-masalah tertentu yang timbul.

2. Proses Perubahan yang Direncanakan (Planned Change) disebut sebagai Proses Proaktif, melalui pelaksanaan berbagai investasi waktu dan sumber daya lainnya yang berarti untuk mengubah cara-cara operasi organisasi.

Pendekatan pertama, sederhana dan murah. Manajer memerlukan perencanaan minimal karena dapat dan seharusnya ditangani dengan cara-cara yang cepat dan rutin, dimana manajer memberikan reaksi setelah masalah terjadi pada organisasi perusahaan.

Pendekatan kedua, program perubahan menyangkut kegiatan-kegiatan yang disengaja untuk mengubah status quo meliputi perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat; iklim dan gaya pengoperasian secara sengaja.

Peranan Pengantar Perubahan

(3)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 3

PENOLAKAN TERHADAP PERUBAHAN

Berbagai reaksi khas karyawan terhadap perubahan adalah sebagai berikut : 1. Orang mungkin menyangkal bahwa perubahan sedang terjadi.

2. Orang mungkin mengabaikan perubahan 3. Orang mungkin menolak perubahan

4. Orang mungkin menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut

5. Orang juga mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya

Hambatan utama implementasi kebijkasanaan, tujuan atau metoda operasi baru adalah penolakan para anggota organisasi terhadap perubahan (resistance to change). Ada tiga sumber umum penolakan terhadap perubahan :

1. Ketidakpastian tentang akibat dan pengaruh perubahan. Para anggota organisasi mungkin secara psikologik menolak perubahan karena mereka menghindari ketidakpastian.

2. Ketidakpastian untuk melepaskan keuntungan-keuntungan yang ada.

Perubahan yang akan memberikan banyak manfaat bagi organisasi secara keseluruhan, belum tentu akan menguntungkan sekelompok orang atau individu.

3. Pengetahuan akan kelemahan-kelemahan dalam perubahan yang diusulkan. Perbedaan penilaian terhadap situasi memberikan jenis konflik yang diperlukan bagi manajer untuk membuat usulan perubahan menjadi lebih efektif.

Penanggulangan Penolakan Terhadap Perubahan

Kotter dan Schlesinger mengemukakan enam cara penanggulangan penolakan terhadap perubahan sebagai berikut :

Pendekatan Biasa Digunakan Bila

Kebaikan Kelemahan

1. Pendidikan dan

komunikasi

Ada kekurangan informasi atau ketidaktepatan

Setelah diyakinkan

orang-orang sering akan membantu untuk

(4)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 4 perubahan, dan setiap informasi yang relevan dari mereka akan terintegrasi dalam

Tidak ada pendekatan lain yang dapat

digunakan sebaik pendekatan ini dalam menangani

masalah-merupakan cara yang relatif mudah untuk menghindari penolakan

(5)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 5 6. Paksaan

eksplisit dan implisit

Kecepatan adalah esensial dan para

pengusul perubahan mempunyai kekuasaan

Pendekatan ini cepat dan cepat mengatasi segala jenis penolakan

Dapat

mengandung risiko cukup besar bila orang-orang di biarkan marah

PROSES PENGELOLAAN PERUBAHAN

Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan dasar bila perubahan adalah mengarah pada efektifitas organisasi yaitu, ada redistribusi kekuasaan dalam struktur organisasi dan redistribusi dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.

Tahap-tahap Proses Perubahan

Tahap 1 : Tekanan dan desakan. Tahap 2 : Intervensi dan reorientansi

Tahap 3 : Diagnosa dan pengenalan masalah

Tahap 4 : Penemuan dan komitmen pada penyelesaian Tahap 5 : Percobaan dan pencarian hasil-hasil

Tahap 6 : Penguatan dan penerimaan

Pemastian bahwa Perubahan adalah Permanen

Manajer harus dapat memperbaiki hubungan-hubungan struktur - teknologi - karyawan dalam organisasi sekaligus membuat perubahan-perubahan dengan cara dimana perilaku manusiawi yang saling berhubungan diubah secara paling efektif. Ahli sosiologi Kurt Lewin mengemukakan bahwa perubahan keperilakuan yang efektif akan menyangkut tiga kondisi berhubungan yang dialami individu :

1 . Unfreezing, yatiu keadaan dimana orang akan menjadi siap sedia untuk memperoleh atau mempelajari perilaku baru.

(6)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 6

3 .Refreezing, telah terjadi bila orang memandang bahwa pola perilaku

baru yang telah dicobanya selama periode “changing” menjadi bagian

dari orang tersebut.

BERBAGAI PENDEKATAN PERUBAHAN ORGANISASI

Bila manajemen merencanakan suatu perubahan, maka harus memutuskan unsur-unsur apa dalam organisasi yang akan diubah. Pengubahan orang-orang organisasi mencakup pengubahan antara lain : 1. Kebijaksanaan dan prosedur penarikan dan seleksi

2. Kegiatan-kegiatan latihan dan pengembangan 3. Sitem balas jasa

4. Keterampilan-keterampilan kepemimpinan dan komunikasi manajerial 5. Sikap, kepercayaan, peranan atau karakteristik-karakteristik karyawan

lainnya

Pendekatan Struktural

Menurut Leavitt, pengubahan struktur dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah perubahan-perubahan struktural yang diciptakan melalui aplikasi prinsip-prinsip perancang organisasi klasik. Kelompok kedua adalah pengubahan organisasi melalui desentralisasi, pendekatan ini didasarkan atas gagasan bahwa penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri akan meningkatkan motivasi para angora satuan-satuan tersebut dan membantu mzereka untuk memusatkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan berprioritas tertinggi. Pendekatan struktural ketiga bermaksud melakukan perbaikan prestasi organisasi melalui aliran kerja dalam organisasi.

Pendekatan Teknologis

(7)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 7  Pendekatan Orang

Pendekatan teknik maupun struktural bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang mengarah pada perbaikan prestasi organisasi. Usaha-usaha untuk mengubah perilaku dan sikap orang dapat diarahkan kepada perseoranga, kelompok, atau organisasi sebagai keseluruhan.

KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pengembangan Organisasi (PO), atau Organizational Development (OD), dilain pihak tidak dirancang untuk memecahkan masalah-masalah terpisah atau sementara. Pengembangan Organisasi adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi. Dalam definisi ini, melibatkan proses-proses pemecahan masalah, proses pembaharuan, manajemen kolaboratif, budaya, dan riset kegiatan.

Teknik-teknik Pengembangan Organisasi

Berikut ini teknik-teknik yang digunakan untuk setiap kelompok sasaran : 1. PO untuk perseorangan. Latihan sensitifitas adalah teknik PO pertama

dan cukup meluas penggunaannya.

2. PO untuk dua / tiga orang. Analisa transaksional memusatkan perhatiannya pada gaya dan isi komunikasi antara orang-orang.

3. PO untuk tim / kelompok. Konsultasi proses membantu memahami dinamika hubungan-hubungan pekerjaan dalam berbagai situasi kelompok atau tim.

Gambar: Model riet kegiatan PO Diagnose

Riset

Perencanaan

(8)

Rangkuman Perubahan dan Pengembangan Organisasi – Wiwi Mustika Page 8

4. PO untuk hubungan-hubungan antar kelompok. Pertemuan konfrontasi membahas masalah, menganalisa, dan merencanakan kegiatan-kegiatan perbaikan.

5. PO untuk organisasi keseluruhan. Teknik survai umpan balik digunakan untuk memperbaiki operasi-operasi organisasi keseluruhan.

Grid OD

Teknik PO yang lebih dikenal “grid OD”, didasarkan atas kisi-kisi

manajerial. Kisi-kisi manajerial mengidentifikasi berbagai kombinasi perhatian terhadap produksi dan perhatian terhadap orang (karyawan) dan bermaksud meningkatkan perhatian terhadap kedua variabel ini. Enam tahap Program “grid OD” :

Tahap 1 : Latihan

Tahap 2 : Pengembangan tim

Tahap 3 : Pengembangan antar kelompok Tahap 4 : Penetapan tujuan organisasional Tahap 5 : Pencapaian tujuan

Tahap 6 : Stabilisasi

Berbagai Kondisi bagi Keberhasilan Program-Program PO

French dan Bell mengidentifikasikan sekumpulan kondisi yang diperlukan bagi sukses program PO, yaitu :

1. Pengenalan oleh manajer puncak atau lainnya bahwa organisasi mempunyai berbagai masalah.

2. Penggunaan ahli keperilakuan dari luar organisasi sebagai konsultan. 3. Dukungan dan keterlibatan para manajer tingkat atas.

4. Keterlibatan para pemimpin kelompok kerja. 5. Pencapaian sukses awal dengan usaha PO.

6. Pendidikan bagi para anggota organisasi tentang PO. 7. Penghargaan terhadap kekuatan-kekuatan para manajer. 8. Keterlibatan para manajer departemen personalia.

9. Pengembangan sumber daya PO internal. 10.Manajemen efektif program PO.

Gambar

Gambar : Kekuatan-kekuatan perubah eksternal dan internal

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.11 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Keinginan Untuk Pindah Dengan Dimoderasi Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan ....61. Tabel 4.12 Tabel

Dari hasil analisis dapat diketahui perubahan penggunaan lahan yang mudah dideteksi adalah perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lahan lainnya mengingat luasnya lahan

yang posistif terhadap persepsi perubahan Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh organisasi karena apabila persepsi karyawan dukungan sosial, secara emosional

Saran yang bisa disampaikan bagi Perguruan Tinggi berkenaan dengan perubahan organisasi, bahwa dibutuhkan dukungan penuh dari dosen dalam bentuk komitmen pada organisasi, perilaku

1). Evaluasi Program:Evaluasi program adalah proses sistematis untuk mengukur efektivitas, dampak, dan hasil dari program atau inisiatif tertentu. Ini mencakup pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan tentang sejauh mana program tersebut mencapai tujuannya. Evaluasi program tidak hanya melibatkan pengukuran hasil fisik, tetapi juga dampak sosial, ekonomi, atau psikologis yang mungkin timbul dari program tersebut. 2). Model Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation Model): Evaluasi efektivitas kebijakan sekolah terkait bullying, model evaluasi kebijakan dapat digunakan dan dapat melibatkan penilaian terhadap kebijakan yang ada (Guru diberi ruang untuk mendisplinkan Siswa), apakah cukup efektif dalam mencegah dan menangani bullying atau tidak. 2). Model Evaluasi Dampak (Impact Evaluation Model): Model evaluasi dampak membantu dalam mengukur dampak dampak dari berita atau konten yang berkaitan dengan fenomena bullying di sekolah yang diviralkan di media digital. Metode evaluasi ini mencakup pengukuran interaksi, berapa banyak tindakan melaporkan, atau perubahan perilaku yang terkait dengan kesadaran tentang masalah ini. 4). Model Evaluasi Perilaku Online Model ini didasakan pada data bagaimana mengevaluasi perilaku online, seperti jumlah like, komentar, atau berbagi pada platform media sosial, untuk mengevaluasi sejauh mana fenomena ini menarik perhatian atau reaksi dari pengguna online. Metode ini dapat memberikan wawasan tentang tingkat kesadaran dan perhatian yang diberikan kepada fenomena bullying di sekolah. 5). Model Evaluasi Partisipatif (Participatory Evaluation Model): Model evaluasi partisipatif melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk siswa, orang tua, guru, dan staf sekolah dalam proses evaluasi. Ini dapat membantu dalam memahami perspektif yang berbeda tentang masalah bullying di sekolah.

Pemerintah dan masyarakat dapat memperkuat upaya perlindungan hak-hak penyandang disabilitas dengan mengadopsi perspektif Sila Kelima Pancasila. Sebab, prinsip keadilan sosial menjadi landasan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh negara Indonesia. Semangat keadilan sosial dalam penerapan nilai-nilai Pancasila tercermin dalam kesetaraan, pengakuan hak, dan partisipasi penuh penyandang disabilitas di segala bidang kehidupan. Dalam perspektif Sila Kelima Pancasila, sekolah inklusif berfungsi sebagai sarana untuk mengamalkan prinsip keadilan sosial dan memberikan layanan pendidikan kepada anak penyandang disabilitas, tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, atau lainnya. Gagasan ini menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas pendidikan yang bebas dari diskriminasi. Pembelajaran, pengajaran, kurikulum, sarana dan prasarana, serta sistem penilaian, semuanya diciptakan dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Hal ini untuk memastikan mereka dapat menyesuaikan diri dan mendapatkan pendidikan terbaik berdasarkan kemampuan unik mereka. Sekolah inklusif tidak hanya memperhatikan berbagai keadaan siswanya, tetapi juga memperlakukan mereka dengan layak, memperhatikan minat, jiwa, serta aspek masyarakat dengan segala kreatifitas, empati, dan pemberdayaan