• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertanian d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertanian d"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL, SEKTOR PERTANIAN &

SUBSEKTOR PERTANIAN

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Semester VI

Disusun Oleh :

Risyad M. Ikhsan 150610120042 M. Fadllan Putranto 150610120052 Anisa Aprilia Fajar 150610120057 Annisa Desryana P. 150610120065 Fauziana Hilda 150610120066

Kelas B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr, wb.

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat ridho-Nya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah untuk Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ini dengan maksimal dan tepat waktu.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjautan yang telah

membimbing kami mahasiswa-mahasiswinya dalam menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa juga kami berterimakasih kepada orangtua dan keluarga kami yang selalu setia mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami selaku penyusun laporan ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sehingga makalah ini dapat tersaji menjadi lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk sekedar membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum, wr, wb

Jatinangor, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3 DAFTAR TABEL 4 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 5 1.2. Rumusan Masalah 6 1.3. Tujuan Penulisan

6

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional 7

2.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor Pertanian Indonesia 13 2.3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Subsektor Pertanian Komoditas Padi 15 2.4. Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional 18 BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan 24 3.2. Saran 24 DAFTAR PUSTAKA

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1998-2013 7

Tabel 2. PDB Indonesia tahun 2006-2013 8

Tabel 3. Komposisi PDB Indonesia 11

Tabel 4. PDB Indonesia per Kapita & PDB Riil 12

Tabel 5. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pada Sektor Pertanian Indonesia 2001-2012 14

Tabel 6. Produksi Padi Nasional Periode 2010-2014 15

Tabel 7. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi 16

Tabel 8. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Berlaku dan Kontribusinya Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2010-2012 19

Tabel 9. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan, Tahun 2010-2012 20

Tabel 10. Capaian Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun 2013 21

Tabel 11. Trend Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2013 23

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu indikator yang sangat penting daam menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adaah pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mengandung makna yang berbeda. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh sistem kelembagaan. Adapun pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,1999 : 11,13).

Perkembangan perekonomian secara nasional ditinjau dari tingkat pertumbuhan ekonomi. Jenis penelitian deskriftif kualitatif, untuk mengetahui perkembangan perekonomian nasional masa pemerintahan orde lama, orde baru, dan setelah krisis ekonomi tahun 1997 - 1998. Data yang digunakan adalah data sekunder melalui penelusuran kepustakaan dan dianalis dengan menggunakan analisa pertumbuhan. Hasil analisis menunjukan bahwa masa pemerintahan orde lama perekonomian nasional diperhadapkan dengan inflasi yang sangat tinggi yang disebut Hiper Inflation yang mencapai 500% – 650%.

(6)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi nasional?

2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia lima tahun terkahir?

3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dan subsektor komoditas padi selama lima tahun terakhir?

4. Bagaimana peran sektor pertanian dan komoditas padi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional selama lima tahun terkahir?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Mengetahui pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia lima tahun terakhir.

3. Mnegetahui pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dan subsektor komoditas padi selama lima tahun terkahir.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Antara tahun 1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh dengan persentase rata-rata per tahunnya tujuh persen. Dengan pencapaian ini Indonesia tidak lagi berada di tingkatan “negara-negara berpendapatan rendah” melainkan masuk ke tingkatan “negara-negara berpendapatan menengah”. Meskipun demikian, Krisis Keuangan Asia yang terjadi di akhir tahun 1990an telah memberikan efek negatif bagi perekenomian nasional, akibatnya produk domestik bruto (PDB) Indonesia turun 13.6 persen di tahun 1998 dan naik sedikit di tahun 1999 sebanyak 0.3 persen. Antara tahun 2000 sampai 2004 perekenomian mulai memulih dengan rata-rata pertumbuhan PDB sebanyak 4.6 persen per tahun. Setelah itu PDB Indonesia meningkat dengan nilai rata- rata per tahun sekitar enam persen, kecuali tahun 2009 dan 2013, ketika gejolak krisis keuangan global dan ketidakpastian terjadi. Meski masih cukup mengagumkan, PDB Indonesia turun ke nilai 4.6 persen dan 5.8 persen pada kedua tahun tersebut.

Rata-rata Pertumbuhan PDB (%) 1998 – 1999 - 6.65

2000 – 2004 4.60 2005 – 2009 5.64 2010 – 2013 6.15

(8)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Seperti yang terlihat dari tabel di atas, penurunan perekonomian global akibat krisis ekenomi yang terjadi di akhir tahun 2000an berdampak kecil bagi perekonomian Indonesia jika dibandingkan dengan dampak yang dialami negara lain. Tahun 2009 PDB Indonesia turun ke 4.6 persen. Ini berarti Indonesia adalah salah satu negara dengan performa pertumbuhan PDB tertinggi di seluruh dunia pada tahun itu (dan berada di posisi tiga di antara kelompok negara-negara G-20). Meskipun harga-harga komoditas menurun drastis, bursa saham pun nilainya turun, imbal hasil obligasi domestik dan internasional cukup tinggi dan nilai tukar valuta yang melemah, Indonesia masih mampu tumbuh secara signifikan.

(9)

pertumbuhan ekonomi tahun 2013 (5.78 persen) terjadi karena kombinasi ketidakpastian global yang parah disebabkan oleh perancangan ulang program pembelian aset per bulan Federal Reserve sebesar USD $85 milyar (pelonggaran kuantitatif) yang mengakibatkan arus keluar modal secara signifikan dari negara-negara berkembang, dan kelemahan isu finansial internal: defisit transaksi berjalan dengan rekor tertinggi, inflasi tinggi (setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni 2013) dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tajam. Untuk menanggulangi masalah-masalah ini dan menjaga stabilitas keuangan negara, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan secara signifikan, walau ini berarti pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dikorbankan.

Perkiraan perkembangan perekonomian Indonesia di masa depan masih cukup positif tetapi telah direvisi oleh organisasi-organisasi internasional dan pemerintah Indonesia karena ketidakpastian global yang berkepanjangan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (disingkat MP3EI) yang baru-baru ini dikeluarkan, mencakup tahun 2011 sampai 2025, menunjuk enam sektor sebagai koridor utama perekonomian dengan tujuan menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar perekonomian global pada tahun 2025. Rencana ini mengimplikasikan investasi besar pada sektor infrastruktur - sektor yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia - dan tujuan akhirnya adalah PDB akan naik per tahunnya sebanyak delapan sampai sembilan persen. Namun, target tersebut sepertinya terlalu ambisius jika ingin dicapai dalam waktu dekat (2014-2017). Institusi-Institusi otoritas internasional (Bank Dunia, IMF dan Bank Pembangunan Asia) memproyeksikan pertumbuhan PDB tahunan Indonesia dalam kisaran 5.3 sampai 6.0 persen untuk periode 2014 sampai 2017. Organisasi-organisasi ini menekankan bahwa reformasi politik dan ekonomi praktis dikombinasikan dengan investasi besar dalam sektor infrasktruktur akan menambahkan satu atau dua persen dari perkiraan pertumbuhan PDB saat ini.

(10)

yang dominan) dapat mempengaruhi pertumbuhan PDB (sebagai perbandingan, misalnya saja, pengaruh kebudayaan Cina terhadap pertumbuhan PDB Cina). Informasi lebih lanjut tentang topik ini, silakan lihat bagian Budaya Berbisnis di Indonesia.

2.1.1. PDB Indonesia per Kapita dan Distribusi

Pendapatan Tak Merata PDB per kapita baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam sejarah perekonomian Indonesia dan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi. Namun, apakah PDB per kapita adalah tolak ukur yang cocok untuk Indonesia di mana masyarakat Indonesia dicirikan oleh tingkat perbedaan yang cukup tinggi terutama dalam distribusi pendapatan, masih menjadi tanda tanya. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan antara stastistik dan realitas sebagaimana kekayaan 43 ribu orang terkaya Indonesia (yang hanya berkisar 0.02 persen dari total penduduk Indonesia) adalah setara dengan 25 persen PDB Indonesia. Kekayaan empat puluh orang terkaya Indonesia mecakup 10.3 persen dari PDB (jumlah ini berbanding sama dengan jumlah kekayaan 60 juta orang Indonesia termiskin). Angka-angka ini mengindikasikan konsentrasi kekayaan yang besar dalam kalangan elit yang kecil. Apalagi kesenjangan distribusi pendapatan ini diprediksi akan semakin meluas ke depan.

2.1.2. Komposisi PDB Indonesia: Pertanian, Industri dan Jasa

(11)

1965 1980 1996 2010 Pertanian 51% 24% 16% 15% Industri 13% 42% 43% 47% Jasa 36% 34% 41% 38% Tabel 3. Komposisi PDB Indonesia.

Sumber: Bank Duna dan CIA World Factbook.

Ada asumsi bahwa peran sektor industri akan menguat terhadap PDB Indonesia sementara sektor pertanian dan jasa akan melemah, karena saat ini sektor manufaktur adalah sektor yang paling popular di Indonesia untuk investasi asing langsung. Selain itu, untuk industri-industri inovatif tertentu pemerintah Indonesia memberikan tax holiday (membebaskan atau mengurangi pajak penghasilan sementara untuk investor asing) dan dalam waktu yang bersamaan akan

menyiapkan insentif-insentif guna merangsang industri nasional dengan melarang ekspor bahan baku di tahun 2014 (untuk industri pertambangan). Langkah ini memaksa dunia perindustrian untuk membangun pabrik dan fasilitas pengolahan untuk menghasilkan produk nilai tambah.

Salah satu ciri khas Indonesia yang cukup menonjol adalah bahwa bagian barat negeri ini secara signifikan mendapatkan porsi lebih besar berkaitan dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB. Pulau Jawa (terutama Jakarta dan sekitarnya) dan Sumatra berkontribusi lebih dari delapan puluh persen total PDB Indonesia. Alasan utama situasi ini adalah karena bagian barat Indonesia

(12)

2.1.3. PDB Indonesia dalam Perspektif Global

Tabel di bawah ini menunjukkan PDB Indonesia per kapita dan PDB riil dan membandingkannya dengan dua kekuatan ekonomi penting dunia: Amerika Serikat (AS) dan Cina.

PDB per Kapita (USD) Pertumbuhan PDB Riil (%) 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013

AS 48,358 49,854 51,749 - 2.9 1.5 2.8 1.9

Cina 4,433 5,447 6,091 - 10.3 9.2 7.4 7.7 Indonesia 3,010 3,540 3,592 - 6.1 6.5 6.2 5.8

Tabel 4. PDB Indonesia per Kapita & PDB Riil. Sumber: Bank Dunia

Melihat PDB per kapita di atas, dapat disimpulkan langsung bahwa Indonesia masih harus berusaha lebih lama lagi jika

dibandingkan dengan negara-negara yang lebih maju. Kenyataannya adalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan PDB terendah di dunia. Melalui beberapa rencana pembangunan, pemerintah Indonesia mencoba untuk merubah angka tersebut menjadi sekitar USD $14,250 - $15,500 pada tahun 2025, tetapi apakah tujuan ambisius ini akan tercapai, cukup meragukan - dan seperti disebut di atas - angka ini tidak merefleksikan distribusi pendapatan atau kesejahteraan (yg tidak adil) dalam masyarakat Indonesia. Kebijakan pemerintah yang efektif sangat diperlukan demi menyokong

pendidikan anak-anak Indonesia serta menstimulasi pasar kerja sehingga pertumbuhan tenaga kerja dapat disalurkan.

(13)

level USD $3,000 ini dianggap sebagai langkah penting karena imbasnya adalah percepatan pembangunan di berbagai sektor (seperti ritel, otomotif dan properti) oleh karena peningkatan permintaan konsumen sehingga menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai level USD $5,000 pada tahun 2015.

Pertumbuhan PDB riil menunjukkan perspektif yang

menjanjikan. Sementara negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat - digalaukan oleh hutang publik - akan tumbuh secara lamban dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, negara-negara ekonomi berkembang di Amerika Selatan dan Asia akan menunjukkan

pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat. Negara-negara ini memiliki karakteristik yang mirip, seperti persediaan sumber daya alam yang melimpah, populasi yang terus berkembang pesat, upah buruh dan biaya produksi rendah dan yang tidak kalah penting ranah politik yang cukup stabil. Salah satu negara ini adalah Indonesia. Tetapi untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang memukau seperti apa yang telah dilakukan Cina dalam dua dekade terakhir, perlu adanya investasi besar dalam infrastruktur dan memfokuskan diri pada reformasi politik, ekonomi dan sosial.

2.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor Pertanian Indonesia Sektor pertanian sepertinya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Sektor pertanian dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional. Hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian juga.

(14)

Sumber: BPS, diolah

Selama 2001-2012, pertumbuhan PDB pertanian memperlihatkan naik turunnya angka pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Pada tabel tersebut memperlihatkan bagaimana naik turunnya pertumbuhan ekonomi yang tetapi tidak terlalu signifikan dibandingkan sektor lain. Tabel diatas menunjukkan bagaimana resistensi sektor pertanian yang masih bisa tumbuh di tengah melemahnya permintaan global (barang ekspor) akibat krisis yang sedang melanda.

Grafik 1. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011 (persen)

Source : BPS

Jika dilihat pada Grafik diatas, dibandingkan dengan besar pangsa sektor pertanian sebagai penyumbang PDB di Indonesia, ternyata tidak begitu signifikan. Padahal peluang yang dihadapi Indonesia adalah

(15)

tabel tersebut sektor pertanian memiliki peluang yang cukup dilihat dari resistensi pertumbuhan ekonominya. Dengan melalui swasembada

pengembangan sektor pertanian dilihat dapat menjadi dasar pembangunan nasional. Sangatlah beralasan jika pertanian dijadikan sektor andalan dalam pembangunan nasional.

Peluang lain yang dimiliki Indonesia adalah permintaan yang besar dalam negeri yakni jumlah penduduk sekitar 200 juta orang. Kebangkitan perekonomian nasional akan memacu permintaan akan komoditas pertaniaan khusunya pada tanaman pangan. Kebangkitan sektor riil di dalam negeri akan meningkatkan permintaan bahan baku hasil pertanian bagi agroindustri di dalam negeri.

2.3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi pada Subsektor Pertanian Komoditas Padi

Tabel 6. Produksi Padi Nasional Periode 2010-2014

Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha

Data di atas menunjukan produktivitas padi nasional sepanjang 5 tahun terakhir (2010-2014) secara keseluruhan yang cendurung meningkat dengan kenaikan produktivitas sebesar satu persen per tahunnya.

Tabel 7. Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi

(16)

Jambi 153243 43.36 664535

(17)

penurunan sebesar 0,57 juta ton (2,43 persen) dibandingkan dengan produksi pada subround yang sama di tahun 2012 (year-on-year).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sumbangsih padi terbesar berasal dari Provinsi Jawa Barat dengan produktivitas sebesar 59,53 kw/ha dengan jumlah produksi sebesar 12.083.162 ton. Selanjutnya diikuti dengan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan produksi berturut-turut sebesar

12.049.342 ton dan 10.344.816 ton. Sedangkan luas lahan panen terluas berada di Provinsi Jawa Timur yaitu seluas 2.037.021 ha. Dapat dilihat bahwa Pulau Jawa merupakan penyumbang produksi padi tertinggi nasional. Di sisi lain dapat dilihat kenaikan produksi padi yang terjadi di Jawa sebesar 0,97 juta ton dan di luar Jawa 1,27 juta ton. Kenaikan ini terjadi karena kenaikan luas panen seluas 391,69 ribu hektar atau 2,91 persen dan kenaikan produktivitas sebesar 0,16 kwintal per hektar atau sebesar 0,31 persen.

Tiga provinsi dengan produktivitas tertinggi diduduki oleh Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. DKI Jakarta sebagia ibukota memiliki

produktivitas padi yang terbilang tinggi yaitu sebesar 58,88 persen walau dengan luas lahan panen yang dimiliki yang terbilang kecil hanya seluas 1.1744 ha dengan produksi padi sejumlah 10.268 ton.

Sumbangsih produksi padi terbanyak setelah Pulau Jawa kemudian diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan diikuti dengan Pulau Sumatra.

(18)

2.4. Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

2.4.1. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Selama tahun 2010 sampai tahun 2012 terlihat terjadi

peningkatan PDB Indonesia, yang diikuti pula peningkatan PDB sektor pertanian. PDB sektor pertanian luas (termasuk kehutanan dan

perikanan) atas dasar harga berlaku tahun 2010 sebesar 985,5 triliun rupiah meningkat menjadi 1.190,4 triliun rupiah pada tahun 2012. Kondisi demikian juga terjadi di sektor pertanian sempit, yaitu tahun 2010 sebesar 737,8 triliun rupiah menjadi 880,2 triliun rupiah di tahun 2012. Sementara di sektor industri pengolahan yaitu tahun 2010 sebesar 1.599,1 triliun rupiah menjadi 1.972,8 triliun rupiah di tahun 2012, begitu juga di sektor perdagangan tahun 2010 sebesar 882,5 triliun rupiah menjadi 1.145,6 triliun rupiah pada tahun 2012.

Kontribusi terbesar pada tahun 2012 terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar 23,94%, peringkat kedua diduduki oleh sektor pertanian secara luas mencapai 14,44%, sedangkan peringkat ketiga diduduki oleh sektor perdagangan sebesar 13,90%.

Tabel 8. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Berlaku dan Kontribusinya Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2010-2012

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2012 meningkat

(19)

sebesar 6,22%, sementara tahun 2011 meningkat sebesar 6,49%. Pada tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi meningkat lambat sebesar 6,23%.

Seiring dengan kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor pertanian secara luas tahun 2010 meningkat sebesar 3,01%, kembali meningkat pada tahun 2011 sebesar 3,37%, begitu juga di tahun 2012 meningkat sebesar 3,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pertanian secara sempit memiliki pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu tahun 2010 meningkat sebesar 2,40%, kemudian tahun 2011 meningkat sebesar 2,31% dan tahun 2012 meningkat sebesar 4,18%.

Jika dilihat dari PDB atas dasar harga konstan tahun 2000, PDB sektor pertanian sempit (tanaman bahan makanan, tanaman

perkebunan dan peternakan) tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 masing-masing sebesar 236,8 triliun rupiah tahun 2010, pada tahun 2011 sebesar 242,3 triliun rupiah dan tahun 2012 meningkat hingga mampu menyumbangkan PDB Indonesia sebesar 252,4 triliun rupiah.

Tabel 9. PDB Sektor Pertanian Atas Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan, Tahun 2010-2012.

Analisis

(20)

Hal tersebut terjadi karena adanya kondisi iklim yang relatif basah sepanjang tahun, banyaknya kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan terhadap para petani padi Indonesia, terlaksananya kegaitan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, adanya jaminan pemasaran dan harga jual hasil padi yang relatif tinggi, serta adanya perluasan penerapan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT). Sektor pertanian khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan merupakan subsektor pertanian yang kontribusi PDB-nya tertinggi dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya.

2.4.2. Kontribusi Subsektor Pertanian (Padi) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Berdasarkan Angka Sementara BPS, produksi padi tahun 2013 mencapai 71,29 juta ton GKG. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 2012 sebesar 69,06 juta ton, terjadi peningkatan 2,235 juta ton (3,24%). Peningkatan produksi tahun 2013 terhadap 2012 terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,966 juta ton GKG (2,65%), di luar Pulau Jawa sebesar 1,269 juta ton GKG (3,90%).

Tabel 10. Capaian Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun 2013.

(21)

(sebesar 76,57 juta ton), capaian produksi padi tahun 2013 (ASEM) mencapai 93,11%.

Walaupun produksi padi tahun 2013 (ASEM) belum mencapai 100% terhadap target, namun bila dibandingkan dengan kebutuhan beras untuk konsumsi dalam negeri menunjukkan surplus 5,656 juta ton beras dengan indeks swasembada 116,43%. Dengan demikian swasembada dan surplus beras yang dicapai pada tahun 2013 dapat dipertahankan secara berkelanjutan sejak tahun 2010 awal periode kabinet Indonesia Bersatu II.

Angka swasembada dan surplus beras tahun 2013 tersebut diperoleh dengan cara penghitungan produksi padi sebesar 71,29 juta ton GKG setara dengan 40,08 juta ton beras tersedia untuk konsumsi manusia (konversi dari 71,291 juta ton GKG x 0,562), sementara total kebutuhan beras nasional (untuk konsumsi penduduk) sebesar 34,424 juta ton beras (247,388 juta jiwa x konsumsi per kapita 139,15 kg per tahun).

Menurut Laporan Kementerian Pertanian 2013 peningkatan produksi padi tahun 2013 (ASEM) secara nasional terutama

disebabkan oleh meningkatnya luas panen 391 ribu ha (2,91%) dan produktivitas 0,16 ku/ha (0,31%). Faktor penyebab meningkatnya luas panen padi tahun 2013 karena kondisi iklim yang relatif basah

sepanjang tahun, serta jaminan pemasaran dan harga jual hasil padi yang relatif tinggi (selama tahun 2013 harga gabah kering giling di tingkat petani berkisar antara Rp.4.232 – Rp.4.806 rata-rata Rp. 4.574/kg (di atas HPP GKG di penggilingan Rp.4.150/kg). Sedangkan faktor penyebab peningkatan produktivitas antara lain didorong karena perluasan penerapan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT).

(22)

mencapai 51,52 ku/ha, serta belum tercapainya target luas panen 13,858 juta ha, yang baru terealisasi 13,837 juta ha (kurang 21.000 ha).

Belum optimalnya peningkatan produktivitas disebabkan oleh terganggunya penyerbukan malai serta efisiensi serapan unsur hara pupuk akibat tingginya curah hujan sepanjang tahun. Sedangkan belum tercapainya target luas panen disebabkan pemanfaatan lahan rawa lebak yang tidak optimal karena tingginya genangan air terutama di Kalimantan Selatan dan Riau, meningkatnya pertanaman yang terkena OPT dan banjir dan puso mencapai 96.754 ha (meningkat 6.089 ha) dibanding tahun 2012 yang hanya seluas 90.665 ha, dan terjadinya konversi lahan ke non pangan (kelapa sawit) yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.

Perkembangan produksi padi selama periode tahun 2008-2013 menunjukkan trend pertumbuhan yang positif, meningkat dari 60,325 juta ton pada tahun 2008 menjadi 71,291 juta ton GKG tahun 2013 atau rata-rata tumbuh 3,43% atau sebesar 2,193 juta ton per tahun. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh kenaikan produktivitas dari 48,94 ku/ha tahun 2008 menjadi 51,52 ku/ha tahun 2013, serta luas panen 12,327 juta ha tahun 2008 menjadi 13,837 juta ha tahun 2013.

Tabel 11. Trend Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Padi Tahun 2008-2013.

Analisis

Kontribusi subsektor pertanian khususnya pada komoditas padi terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 meningkat

(23)

peningkatan produktivitas yang disebabkan oleh terganggunya penyerbukan malai serta efisiensi serapan unsur hara pupuk akibat tingginya curah hujan sepanjang tahun serta belum tercapainya target luas panen padi yang disebabkan pemanfaatan lahan rawa lebak yang tidak optimal karena tingginya genangan air.

(24)

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan

PDB Indonesia meningkat dengan nilai rata- rata per tahun sekitar enam persen, kecuali tahun 2009 dan 2013, ketika gejolak krisis keuangan global. Meski masih cukup mengagumkan, PDB Indonesia turun ke nilai 4.6 persen dan 5.8 persen pada kedua tahun tersebut. Indonesia berubah dari negara yang perekonomiannya sangat bergantung pada pertanian menjadi negara yang perekonomiannya lebih seimbang, di mana sektor manufaktur (sejenis industri) kini lebih dominan daripada sektor pertanian.

Dibandingkan dengan besar pangsa sektor pertanian sebagai penyumbang PDB di Indonesia, ternyata tidak begitu signifikan. Padahal peluang yang dihadapi Indonesia adalah keunggulan dalam bentuk kekayaan sumberdaya alam dan air, aneka ragam komoditas dan iklim yang

mendukung, dan juga memiliki peluang yang cukup dilihat dari resistensi pertumbuhan ekonominya.

Sumbangsih produksi padi terbanyak setelah Pulau Jawa kemudian diikuti oleh Provinsi Sulawesi Selatan dan diikuti dengan Pulau Sumatra. Kontribusi subsektor pertanian khususnya pada komoditas padi terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 meningkat dibandingkan pada tahun 2012 walaupun masih dibawah target yang direncanakan. Namun

peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 terjadi karena kondisi iklim yang relatif basah sepanjang tahun, serta jaminan pemasaran dan harga jual hasil padi yang relatif tinggi dan adanya perluasan penerapan

pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT).

3.2. Saran

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Data Produktivitas Padi Nasional Tahun 2013. Dalam: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3&id_subyek=53&notab=0. Diakses pada 6 Maret 2015 pukul 14.00 WIB.

Deptan. “Laporan Kinerja Kementerian Pertanian Tahun 2011”. http://www.deptan.go.id/sakip/admin/data2/LAKIP_%20KEMENTAN %20_2011.pdf. Diakses pada 06 Maret 2015

Bappenas. 2012. “Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan

Petani”.http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/14418/3970/. Diakses pada 06 Maret 2015

BPS. 2012. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2012

“.http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_05nov12.pdf. Diakses pada 06 Maret 2015

BPS. 2011. “Berita Resmi Statistik : Pertumbuhan PDB Indonesia Mencapai 6,5%”. http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner1.pdf. Diakses pada 06 Maret 2015

Kementrian Pertanian. 2014. Laporan Evaluasi Program Kegiatan dan Anggaran Kementrian Pertanian Tahun 2013. Dalam:

http://setjen.pertanian.go.id/filebank/setjen/Laporan%20Tahunan%20Kementan %202013%20LENGKAP%20FINAL%20OK.pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret 2015 pukul 14.45.

Nugroho, Sae. 2009. Jurnal (Landasan Teori): Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi. Dalam:

(26)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2013. Dalam:

http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Analisis_PDB_2013. pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret 2015 pukul 14.40.

Rumbia, Wali Aya. 2009. Perekonomian Nasional; ditinjau dari Tingkat Pertumbuhan Ekonomi. Dalam: http://118.97.35.230/pustaka/download/wali-aya-rumbia/perekonomian%20nasional%20ditinjau%20dari%20tingkat

Gambar

Tabel 2. PDB Indonesia tahun 2006-2013.
Tabel 4. PDB Indonesia per Kapita & PDB Riil.
Tabel 5. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Pada
Grafik 1. Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan Tugas Akhir ini dihasilkan suatu performa bahwa routing protokol AODV dengan parameter 802.11p pada skenario riil mengalami peningkatan nilai

Penelitian ini penting dilakukan dalam mengembangkan ilmu pariwisata, di mana konsep Sapta Pesona merupakan konsep yang digunakan dalam mengembangkan kepariwisataan

Kompetensi yang dimaksud dijelaskan dalam Panduan Tugas Akhir Mahasiswa Jenjang Pendidikan Strata 1 bahwa: “ Penyaji tari harus memiliki kemampuan menyajikan repertoar tari hasil

Lamanya waktu pencetakan sertifikat, hal tersebut dikarenakan pencetakan sertifikat dilakukan 1 (satu) minggu setelah kegiatan seminar dilakukan. Lamanya waktu

Kontribusi tertinggi tahun 2013 adalah kontribusi PDB sektor pertanian sempit (on farm) sebesar 10,59 persen terhadap PDB Indonesia, disusul sektor industri

anak balita di PAUD Fairuz Aqila Sorogenen II Sleman Yogyakarta dikategorikan rendah karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kemandirian anak selain

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan pemerintah Kota Samarinda dalam mengatasi masalah sampah plastik belum mengacu pada manajemen inovasi yang

Non Applicable UD Latarau Dg. Manassa tidak melakukan kegiatan impor kayu atau produk turunannya. Bukti pembayaran bea masuk bila terkena bea masuk. Non Applicable UD