• Tidak ada hasil yang ditemukan

model model pengembangan kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "model model pengembangan kurikulum"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang

mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai, proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, maupun arah progam pendidikan. Aspek-Aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain, menerapkan, mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.

Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki karakteristk pada pola desain, implementasi, evaluasi masing- masing. Namun, dalam pengembangan kurikulum yang sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran saja. Oleh karena itu, dalam pengembangannya agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai maka, kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat dan memahami jenis model pengembangan kurikulum ( langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum) agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.

B. Rumusan Masalah

Untuk menjawab persoalan dalam latar belakang diatas, maka penulis perlu merumuskan permasalahannya guna menjawab dan mencari tau jalan keluar dan menjalaskan atas permasalahan di atas:

1. Apa pengertian model pengembangan kurikulum? 2. Apa model- model pengembangan kurikulum?

3. Apa pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, berikut penulis mempunyai beberapa tujuan penulisan yang diharapkan guna mengaplikasikan yang efektif dan tepat dalam penulisan makalah ini yaitu:

1. Agar pembaca mengetahui model-mdel pengembangan kurikulum. 2. Agar pembaca dapat mengetahui model-model pengembanga kurikulim. 3. Agar pembaca dapat mengetahui tentang pendekatan-pendekatan dalam

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

(3)

Menurut Good dan Travers, model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.

Jadi, Model pengembangan kurikulum adalah suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain (desining), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.1 Kurikulum juga bisa disebut model yang digunakan untuk

mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Nadler menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.2

B. Model-Model Pengembangan kurikulum 1. Model Ralph Tyler

Model pengembangan kurikulum yang di kemukakan oleh Tyler (1949) menitik beratkan pada logika dalam merancang progam kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (goal and abjectives) dan diajukan berdasarkan kepada beberapa pertanyaan yang mengarah kepada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :

a. Tujuan pendidikan apa yang harus di capai oleh sekalah?

b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang mestinya di berikan untuk mencapai tujuan pendidikan?

c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di organisasikan? d. Bagaimana menentukan baha tujuan telah tercapai?3

1 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (UPI Bandung: 2006) hlm 79. 2 Ali mudlofir, pengembangan kurikulum, ( Surabaya:PT Revka Media, 2009)hlm 59.

(4)

Oleh karena itu menurut Tyler ada 4 tahap yang harus di lakukan dalam mengembangkan kurikulum, yang meliputi :

1. Menentukan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus

menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.4

2. Menentukan proses pembelajaran yang harus di lakukan

Menentukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik.

3. Menentukan organisasi pengalaman belajar

Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.

4. Menentukan evaluasi pembelajaran

Menetukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi

pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar

penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus

memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.5

2. Model Administratif

The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Dengan wewenang

administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah pendidikan

(5)

serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di

bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn sekuens bahan

pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru. The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan

pengembangan kurikulum. Dengan wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah pendidikan serta kebudayaan kemudian

membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam

pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru.6

3. Model Grass Roots

Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif. Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan,

sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya :

1. guru harus memiliki kemampuan yang propesional.

2. guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum.

3. guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi.

4. seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana.7

Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.8

6 Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011),hlm 105.

7, Tim Pengembang MKDP, kurikulum dan pembeajaran, hlm 82.

(6)

4. Model demonstrasi

Model demontrasi pada dasarnya bersifat grass-root, datang dari bawah. Model kurikulum ini semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas yang kemudian dijadikan sebagai bentuk model dari pengembangan kurikulum, yang mana oleh sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum hingga mencakup keseluruhan kurikulum.9 Menurut

Smith, Stanley, dan Shores dalammodel demonstrasi ini terdiri atas dua bentuk, yaitu:

1. Bentuk pertama cenderung bersifat formal, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah sat atu beberapa segi/komponen kurikulum. Hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas. Kegiatan penelitian dan pengembangan ini biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan yang berwenang, seperti direktorat pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, dan sebagainya.

2. Bentuk kedua kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan

pengembangan sendiri. Dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik untuk kemudian digunakan di daerah yang lebih luas.10

5. Model Miller- Seller

Model pengembangan kurikulum ini merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (gagne) dan model transaksi (Taba’s dan Robinson), dengan tahap pengembangan sebagai berikut:

1. Klarifikasi orientasi kurikulum

Yaitu langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan mengklarifikasi orientasi. Ada 3 jenis orientasi menurut miller dan siller yaitu transmisi (mengirim), transaksi (persetujuan), transformasi (perubahan), dan Orientasi ini merefleksi padangan sofis, psikologis, sosiologis terhadap kurikulum yangseharusnya dikembangkan

2. Pengembangan tujuan

Setelah klarifikasi orientasi kurikulum, langkahberikutnya adala mengembangkan tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Dan dalam hal ini tujuan

9, Tim Pengembang MKDP, kurikulum dan pembeajaran, hlm 83.

(7)

umumnya adalah merefleksikan pandangan orang dan pandangan masyarakat, sedangkan tujuan khusus disini adalah hasil dari pengembangan dari tujuan umum tersebut.

3. Identifikasi model mengajar( strategi mengajar)

Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksanaan kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. 4. Implementasi

Langkah ni meupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan pada langkah-langkah sebelumnya dan merupakan langkah akhir dalam

pengembanagan kurikulum. Dalam hal ini implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memerhatikan komponen-komponen progam studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan professional, penetapan waktu, komunikais dan sisitem monitoring. 11

6. Model Taba ( Inverted Model)

Model taba merupakan modifikasi dari model Tyler.modifikasi tersebut

penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha perkembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai innovator dalam pengembangan kurikulummerupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba.12 Model Taba ini dalam pengembangannya bersifat induktif atau bersifat

terbalik, yaitu Model ini diawali justru dengan percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian penerapan. Pengembangan model ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu :

1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru. 2. Menguji unit experiment.

3. Mengadakan revisi dan konsolidasi.

4. Mengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work). 5. Implementasi dan desimilasi.

7. Model Beuchamp

Model ini dikemukakan oleh G.A. Beauchamp seorang ahli kurikulum.

Beauchamp mengemukakan lima langkah proses pengembangan kurikulum sebagai beriku:

1. Menetapkan wilayah atau arena yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, Wilayah tersebut bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.

2. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/kurikulum, para ahli

(8)

pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah, para profesional dalam sistem pendidikan, profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

3. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.

4. Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum, seperti pemahaman guru tentang kurikulum, sarana dan fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah, dan lain sebagainya.

5. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut: evaluasi terhadapa pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah, evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi keberhasilan anak didik, dan evaluasi sitem kurikulum.

C. pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum

John Mc Neil mengemukakan bahwa setidaknya terdapat empat pendekatan dalam mendesain dan mengembangkan kurikulum yaitu13:

1. Pendekatan akademik

Kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan akademik berangkat dari sistematika pohon ilmu atau subdisiplin ilmu yang hendak dipelajari. Sehingga, kurikulum merupakan kumpulan daftar bidang-bidang ilmu dari berbagi disiplin atau subdisiplin yang akan dipelajarkan pada siswa. Penerapan pendekatan akademik ini misalnya, mata pelajaran fiqih dikembangkan dengan melihat semua bab-bab dan kajian kajian fiqih sejak bab thaharoh, ibadah, mu’amalah, akhwal as-syakhsiyah dan sebagainya yang ada dalam kitab-kitab fiqih sejak dari tingkat dasar ( MI/SD) sampai perguruan tinggi harus dibuat perjenjangan yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan perulangan-perulangan yang tidak perlu.

2. Pendekatan teknologik

Pendekatanengan jenis kedua ini berangkat dari asumsi bahwa lembaga pendidikan merupakan lembaga penyedia tenaga kerja. Setiap lulusan sekolah akan berhadapan dengan pilihan-pilihan profesi kehidupan ril di masyarakat. Maka kurikulum sekolah harus didesain sebagai penyiapan melakukan tugas-tugas atau fungsi kerja atau jabatan tetentu. Misalnya mata pelajaran fiqih kalau dikembangkan dengan pendekatan teknologik harus diarahkan pada tugas yang jelas setelah mengikuti program pendidikan, misalnya menjadi pengulu/naib perkawinan, hakim pada peradian agama petugas amil zakat dan sebagainya. Istilah disiplin ilmu sebenarnya mengacuh pada pendekatan akademik, bagaimana menggunakan suatu ilmu pengetahuan atau gabungan beberapa ilmu dalam satu wadah untuk menjalankan tugas-tugas hidup merupakan wilayah pendekatan teknologik.

3. Pendekatan humanistik

(9)

Pendekatan ini maksudnya adalah bahwa program pendidikan sebenarnya adalah untuk menghantarkan anak didik menjadi manusia sempurna yang memiliki integritas kepribadian (insan kamil). Penerapan pendekatan ini misalnya pada mata pelajaran akidah atau akhlak, bukan diarahkan pada kompetensi dan tugas apa yang bisa dilakukan dengan pengetahuan ini, melainkan pada fungsinya dalam membentuk pribadi dan karakter anak didik agar sesuai dengan aqidah dan akhlak islam yang diharapkan.

4. Pendekatan rekayasa sosial

Pendekatan ini digunakan apabila kurikulum dianggap sebagai wahana mengembangkan dan merekayasa masyarakat guna memiliki sikap dan kemampuan tertentu sehingga hasil belajar diukur dari seberapa jauh sikap dan kemampuan yang diinginkan telah terwujud dalam diri siswa. Teori ini menganggap bahwa masyarakat itu tersusun dari individu, membangun masyarakat juga harus dimulai individu, karena siswa adalah bagian dari anggota masyarakat, maka diri siswa harus diupayakan terkonstruk dahulu dengan kemampuan atau keahlian tertentu, sehingga nanti mampu merekayasa masyarakat dan lingkunganya14.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum. Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang menitik beratkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan dan Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

 Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Rosdakarya.

 Hamaik,Oemar. 2011. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikuum. Bandung: Rosdakarya  Sukmadinata, N.S. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya.

 Hamaik,Oemar.2012. Manajenen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Rosdakarya.  Nasution. 2000. Kurikulum dan Pengajaran,Jakarta : Bumi Aksara.

 Mudlofir, Ali. 2009 .Pengembangan Kurikulum, Surabaya:PT Revka Media  Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum dan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis mengadakan penelitian menggunakan metode di atas, selanjutnya penulis menganalisis data sehingga hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat pengaruh yang

Berdasarkan penelitian diatas tentang Peranan Orang Tua Dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies Anak, diperoleh simpulan sebagai berikut : Variabel Peranan

=1 dan p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05; maka H 0 ditolak yang artinya ada hubungan antara usia ke- hamilan dengan kejadian ketuban pecah dini.Untuk nilai OR didapat

Senam otak telah diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA karena senam otak ini memberikan keuntungan yaitu

Prestasi belajar matematika siswa kelas VII C MTsN Ngantru Tulungagung Tahun Ajaran 2009/2010 pada pokok bahasan segi empat dengan menggunakan pembelajaran

Apabila ventilasi kamar tidur memenuhi syarat kesehatan maka kuman TB dapat terbawa keluar ru- angan melalui ventilasi udara dan apabilah ventilasi buruk atau tidak memenuhi

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengatasi peredaran pangan yang mengandung bahan pewarna sintetik dalam rangka perlindungan hukum bagi konsumen yang

Dari hasil pengukuran kadar BOD pada sampel limbah laundry rumah sakit sebelum pengolahan / perlakuan didapatkan rata-rata kadar BOD adalah sebesar 103.63 mg/L, dan