• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU MAKALAH PROBLEMATIKA KOMPETENSI GURU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, bangsa atau pun negara dalam menyelenggarakan Pendidikan Nasional.

Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah satu kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa

Amanat konsitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dalam UUD 1945 dengan tegas dan jelas memposisikan pendidikan nasional pada posisi strategis sebagai instrumen perjuangan bangsa yang tidak hanya berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa tapi membangun bangsa, peradaban bangsa, nilai-nilai moral dan semangat berjuangan bangsa untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan negara. Salah satu amanat UUD 1945 kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Sejalan dengan perkembangan zaman, maka timbul permasalahan-permasalahan pendidikan yang kompleks. Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Berbagai persoalan pendidikan muncul dan berkembang seperti rendahnya kualitas pendidikan secara umum, masalah anggaran pendidikan, tidak meratanya kesempatan pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan.

(2)

rendahnya kualitas guru, tidak profesional dalam melaksanakan tugas keguruan , kurangnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru, dan tingkat kesejahteraan guru yang relatif masih rendah.

Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat kompleks. Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu sama lain (http://isaninside.files.wordpress.com. diakses tgl. 25 Maret 2018).

(3)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian problematika kompetensi guru SD ?

2. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ?

3. Apa saja problematika kompetensi guru SD dan bagaimana cara mengatasi permasalahanya ?

C. Manfaat Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian problematika kompetensi guru sd.

2. Untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian problematika kompetensi guru SD

Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. (Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276)

Pengertian Kompetensi Guru. Ahmad Suyuti (2003) mengungkapkan kompetensi dari kata “Competent” yang berarti kemampuan kompetensi merupakan kemampuan individual dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja.

Menurut Syah (2000) kompetensi adalah kemampuan kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan professional adalah guru piawai dalam melaksanakam profesinya.

(5)

B. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru ada empat, hal tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial (E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,...hlm.25)

1. Kompetensi Pedagogik

a. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke sekolah. Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld (Belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kea rah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.

Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.

Berdasarkan pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagaogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.

(6)

Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut di atas dengan kompetensi pedagogik maka guru mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

1) Mengaktualisasikan landasan mengajar, 2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), 4) Menguasai teori motivasi,

5) Mengenali lingkungan masyarakat, 6) Menguasai penyusunan kurikulum, 7) Menguasai teknik penyusunan RPP,

8) Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll.

2. Kompetensi Kepribadian

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Menurut Hamzah B.Uno Kompetensi Personal, artinya sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi sumbr intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani”. Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya.

b. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian

Menurut Djam’an kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut.

(7)

2) Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.

3) Guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. 4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berpikir

kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak mentup diri dari hal-hal yang berada di luar dirinya.

5) Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksaakan proses pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.

6) Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.

7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.

8) Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.

9) Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik yang positif maupun yang negative.

10) Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai innovator dan kreator.

3. Kompetensi Profesional

a. Pengertian Kompetensi Profesional

(8)

Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi profesi, buku, seminar, dan semacamnya.

b. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional

Secara umum kompetensi profesfional dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi professional guru adalah sebagai berikut:

1) Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi. Penguasaaan ini menjadi landasan pokok untuk keterampilan mengajar.

2) Kemampuan mengelola program pembelajaran yang mencakup merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan silabus, tujuan pembelajaran, kemampuan menggunakan metode/model mengajar, kemampuan menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran redmedial.

3) Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan ini antara lain adalah; mengatur tata ruang kelas dan menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.

4) Kemampuan mengelola dan penggunaan media serta sumber belajar. Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

5) Kemampuan penguasaan tentang landasan kependidikan. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan.

(9)

7) Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah.

8) Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik. 9) Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan.

10) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik. Guru dituntut memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan perkembangan peserta didik, lalu menyesuaikan bahan yang akan diajarkan sesuai dengan karakteristik peserta didik. 11) Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.

12) Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan. 13) Kemampuan/berani mengambil keputusan.

14) Kemampuan memahami kurikulum dan perkembangannya. 15) Kemampuan bekerja berencana dan terprogram.

16) Kemampuan menggunakan waktu secara tepat.

Jadi dari uraian ruang lingkup diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

4. Kompetensi Sosial

a. Pengertian Kompetensi Sosial

Dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno kompetensi sosial artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.

(10)

jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan berinteraksi sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan norma moral.

b. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman.

Menurut Djam’an Satori, kompetensi sosial adalah sebagai berikut. 1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. 2) Bersikap simpatik.

3) Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. 4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. 5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

(11)

C. Problematika kompetensi guru SD dan mengatasi permasalahanya

Namun menurut Supriadi dalam bukunya Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, ia mengatakan bahwa masalah guru antara lain :

1. Latar Belakang pendidikan Guru tidak sesuai dengan bidang keahliannya

Banyak Guru Tidak Layak Mengajar Data Pusat Informatika Balitbang Dikbud 1996/1997 ada 3,72% guru SLTA berpendidikan D2, dan menurut statistik persekolahan 1995/1996 guru yang tidak memenuhi kualifikasi minimal pada tingkat SLTA 26%. ( Dedi Supriadi: 1999)

Jumlah guru yang tidak layak mengajar pada SMA ada 75.684 orang. Sedangkan guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya ada 15% dari seluruh guru dari tingkat SD sampai dengan SLTA yang berjumlah 2,6 juta guru (Kompas, 9-12-2005). Guru masih jauh dari nilai-nilai profesionalisme. Banyak perguruan tinggi pendidikan menyelenggarakan program sarjana setengah matang, dengan cara perkuliahan yang minim dan jaminan lulus. Banyak guru mismatch, mengajar tidak sesuai dengan keahlian. Hal ini mengindikasikan bahwa sembarang orang bisa jadi guru, dan jelas tidak tidak mempunyai kompetensi kompetensi untuk mengajar mata pelajaran yang bukan bidang keahliannya, sehingga dapat menurunkan kualitas pembelajaran.

Solusi : Pendidikan dan Rekruitmen Guru harus mengedepankan sesuai bidang keahlian dan apabila ada guru yang sudah terlanjur mengajar tidak sesuai bidangnya agar melanjutkan pendidikan lebih lanjut (kuliah lagi).

2. Guru Semakin Terbelakang (kesejahtraan guru)

Kondisi kesejahterann guru yang memprihatinkan, mengisyaratkan perlunya perubahan secepatnya sistem penggajian guru berbeda dengan pegawai. Dampak dari sistem penggajian sekarang guru tidak mampu mengalokasikan gajinya untuk membeli buku apalagi melakukan saving. Dapatlah dimaklumi kalau referensi bacaan guru kebayakan berupa LKS atau buku-buku untuk siswa dari penerbit sebagai kopensasi atas dipakainya buku tersebut atas siswanya. Maka tidaklah mengherankan bila guru bukannya semakin maju tetapi malah berjalan di tempat.

Solusi : Kesejahteraan dan konpensasi guru

(12)

tunjangan pengembangan profesi guru, sehingga melalui sistem yang baru diharapkan guru mampu mengikuti perkembangan zaman dan mampu mengembangkan profesinya.

3. Banyak guru berkompetensi rendah.

Masalah ini lah yang menurut saya benar-benar substansial, sekarang pertanyaan yang pelu kita renungkan bersama yaitu bagaimana kualitas pendidikan bisa baik kalau gurunya saja berkompetensi rendah. Padahal guru memegang peranan yang pokok dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Solusi untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah membuat progam Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) serta Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk mengatasi permasalahan kualitas guru. Akan tetapi menurut saya pelaksanaan UKG dinilai bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah kualitas dan profesionalisme guru yang rendah. Pemerintah justru harus memperbaiki LPTK sebagai penghasil guru. Untuk itu reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan di LPTK harus dilaksanakan dengan baik. Dari proses seleksi sampai proses pembelajaran di kampus harus benar-benar dilaksanakan dengan sebaik mungkin serta penuh rasa tanggungjawab karena output yang dihasilkan harus memiliki kualitas serta kompetensi yang unggul.

4. Belum semua guru mendapatkan program peningkatan kompetensi.

Permasalahan ini terkait dengan kebijakan pemerintah juga, guru yang mengikuti progam-progam peningkatan kompetensi yang diselenggarakan pemerintah seperti PLPG yang saat ini sedang berjalan harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu memang. Misalnya berdasarkan masa tugas atau usia, lulus test seleksi, memenuhi target 24 JP mengajar secara linier dan sebagainya. Solusi untuk permasalahan ini yaitu untuk tahun-tahun berikutnya pemerintah harus melakukan penambahan kuota peserta PLPG untuk meminimalisir jumlah guru yang belum mendapatkan progam peningkatan kompetensi, tanpa mengesampingkan kualitas pendidikan yang diberikan.

5. Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan kompetensi (ICT) bagi para guru.

(13)

yang saat ini seolah-olah sudah menjadi kebutuhan setiap guru dalam mengakses informasi atau sebagai media dalam proses pembelajaran. Solusi untuk masalah ini yaitu pihak sekolah maupun pemerintah harus memberi pelatihan kepada para guru tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan bisa melalui workshop atau lokakarya yang dilaksanakan secara berkala. Penguasaan TIK ini menurut saya memang sangat penting sekali karena guru harus bisa mengikuti perkembangan jaman, dimana arus informasi dan komunikasi bejalan sangat cepat sekali tanpa mengenal batas ruang dan waktu di era globalisasi seperti sekarang ini.

.

6. Distribusi guru belum merata.

Masalah yang ketiga ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah tentang desentralisasi pengelolaan guru serta kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata. Dengan adanya desentralisasi pengelolaan guru terkait dengan kebijakan otonomi daerah yang sedang berlangsung saat ini, menjadikan pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh atas PNS guru maupun non guru yang berada di wilayah kerja kota/kab. tertentu. Hal inilah yang menyebabkan persebaran guru tidak merata. Jadi misalnya suatu daerah kekurangan tenaga guru, mereka tidak bisa meminta bantuan guru dari daerah lain.

Berikutnya kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata, kalau kita melihat kondisi geografis wilayah negara Indonesia yang berupa negara kepulauan memang menyulitkan bagi pemerataan pembangunaan. Saat ini pembangunan yang cukup pesat hanya terjadi di wilayah pulau Jawa, Sumatra, Bali sedangkan wilayah-wilayah yang lain sangat lambat proses pembangunannya. Entah kenapa guru-guru yang di tempatkan di daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa atau daerah-daerah terpencil seringkali tidak mau. Mungkin memang naluri manusia itu sendiri yang menginginkan hidup sejahtera serta dekat dengan sanak saudara, jadi kalau mereka ditempatkan di suatu tempat yang minim sekali sarana prasarana, fasilitas penunjang hidup serta jauh dengan family memang jarang sekali yang berminat.

(14)

birokrasi pemerintah daerah. Berikutnya pemerintah juga harus memperhatikan wilayah-wilayah di luar pulau Jawa yang masih tertinggal, proses pembangunan jangan hanya terpusat di Jawa saja akan tetapi wilayah-wilayah lain juga sangat memerlukan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan. Selain itu perlu adanya pemberian motivasi dan mindset kepada para guru agar mempunyai kesadaran untuk memajukan dunia pendidikan bersama di wilayah-wilayah terpencil yang masih sangat memerlukan pendidikan bisa melalui forum seminar, workshop atau sejenisnya.

7. Pendataan guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and demand.

Masalah yang kedua ini memang rumit dan berlarut-larut. Kenapa saya katakan demikian, karena proses pendataan yang terjadi dilapangan ini banyak sekali problem yang terjadi dan data guru ini memang selalu berubah setiap tahunnya. Sulit memang untuk mengetahui jumlah kekurangan dan kelebihan guru ini secara akurat, hal ini dikarenakan masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan ijazahnya dan data yang dilaporkan oleh pihak sekolah masih banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya saja dalam satu sekolah seorang guru mapel X mengajar dua mapel sekaligus dengan mapel Y, akan tetapi data yang dilaporkan ke dinas biasanya hanya satu mapel saja yang benar-benar sesuai dengan ijazahnya misal mapel X tadi yang sesuai akan tetapi jam mapel Y tadi biasanya diakumulasikan ke mapel X untuk dilaporkan kedinas. Selain itu ada juga guru yang sebenarnya tidak birijazah PGSD yang karena kedekatannya dengan kepala sekolah akhirnya diijinkan untuk mengajar di SD yang dipimpinnya karena mungkin terlalu sulitnya mencari peluang di sekolah lain.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Problematika kompetensi guru adalah persoalan atau masalah kemampuan kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru ada empat, hal tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial

(16)

yang dilaksanakan secara berkala. Distribusi guru belum merata. Solusi untuk permasalahan distribusi guru yang tidak merata ini menurut saya yaitu, pertama sistem desentralisasi pengelolaan guru ini harus dikembalikan pada sistem sentralisasi. Jadi pengelolaan guru memang menjadi wewenang penuh pemerintah pusat, kalau semisal suatu daerah banyak membutuhkan tenaga guru sedangkan daerah lain kelebihan guru bisa dengan mudah untuk melakukan pemerataan tenaga guru tanpa terkendala birokrasi pemerintah daerah. Pendataan guru yang belum sepenuhnya selesai sehingga sulit untuk mengetahui supply and demand. Solusi untuk masalah pendataan guru ini yaitu saya mengaharapkan untuk sekolah agar melaporkan data guru apa adanya yang sesuai dengan kompetensi dan ijazahnya agar dapat dilakukan pemetaaan kelebihan atau kekurangan guru mapel atau guru SD dalam suatu daerah.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang problematika kompetensi guru SD. Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat terciptanya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang benar kepada pembaca.

(17)

E. Mulyasa. 2013. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal. 276

Muhibbin, Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Globalisasi,(Jakarta: Erlangga.2013), hlm.39

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalaui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik,...hlm.28

Jamil Suprihatiningkrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru,),...hlm.100

Direktorat Dikmenum Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam standart nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (d) dikemukakan 12 bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1), yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa, yang dimaksud dengan

Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, menyebutkan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi,

Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 28 ayat 2 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai

Dalam standar Nasional Pendidikan di Indonesia, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelaran