• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD. Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD. Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Profesional Pada Guru PAUD 1. Pengertian

Kunandar (2011) mendefinisikan kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Sanjaya dalam Suyadi (2011), mengungkapkan bahwa kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Janawi (2012) mengungkapkan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai bidang keahlian, kemanfaatan tujuan intsruksional khusus (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan diri / kinerja.

Menurut Permen Nomor 137 tahun 2014 pengertian kompetensi profesional pada guru PAUD adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Artinya guru mampu mengembangkan materi yang sesuai bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan

(2)

tahapan perkembangan anak usia dini, mampu merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, mampu merefleksi diri sehingga mengetahui apa yang mereka butuhkan guna meningkatkan keprofesionalannya

Janawi (2012) mengatakan kompetensi profesional ini merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru dan dosen adalah salah satu sumber belajar sehingga harus menguasai materi yang diajarkan dan mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang materi tersebut.

Pengertian Guru dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa : Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal dan jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dengan tanggungjawab. Menurut Suncoko, dkk (2015), Pendidik anak usia dini atau Guru PAUD adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan pada anak usia dini. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) tentang sistem pendidikan nasional Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(3)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional pada guru PAUD adalah kemampuan menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai bidang keahlian, kemanfaatan tujuan intsruksional khusus (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dengan bidang keahliannya dan mengembangkan diri / kinerja.

2. Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak mengungkapkan bahwa aspek-aspek kompetensi profesional guru PAUD meliputi:

a. Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini

1) Menelaah konsep dasar keilmuan bidang matematika, sains, bahasa, studi sosial, seni dan agama yang sesuai dengan kebutuhan, tahapan perkembangan dan psikomotorik anak usia dini

2) Mengorganisasikan konsep dasar keilmuan sebagai alat, aktivitas dan konten dalam pengembangan anak usia dini.

b. Merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini.

(4)

2) Menganalisis perkembangan anak usia dini dalam setiap bidang pengembangan.

3) Memilih materi berbagai kegiatan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini

4) Mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.

c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

1) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

2) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Janawi (2012) menjabarkan aspek-aspek kompetensi profesional :

a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu.

b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.

c. Menguasai filosofi, metodologi, teknis dan praktis penelitian dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahlian.

d. Mengembangkan diri dan kinerja profesionalnya dengan melakukan tindakan refleksi dan penggunaan TIK.

e. Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.

Dari kedua aspek di atas peneliti mengacu pada aspek yang ada di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak, yaitu : 1)

(5)

Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung

serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini; 2) merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan

tahapan perkembangan anak usia dini; 3) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Peneliti mengacu pada aspek tersebut di atas karena sesuai dengan standar nasional kompetensi guru Pendidikan Anak Usia Dini yang berlaku.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Profesional

Berdasarkan hasil penelitian dari Saripudin (2014) menyatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru secara signifikan : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap guru, dan 3) Motivasi kerja guru. Dikutip pula dari penelitian Wati (2014) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa 2 faktor yang digunakan dijadikan variabel X1 dan X2 dalam dalam penelitiannya mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD, yaitu 1) persepsi supervisi akademik dan 2) kualifikasi akademik.

1. Kepemimpinan kepala sekolah

Kepemimpinan menurut Robbins (dalam Karwati & Priansa, 2013) adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Menurut Karwati dan Priansa (2013) Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan dengan kompetensi kepala sekolah, baik hard skills maupun soft skills, untuk mempengaruhi seluruh sumber daya sekolah agar mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sekolah.

(6)

Dari penelitian Saripudin (2014) kepemimpinan kepala sekolah akan mempengaruhi kompetensi professional guru. Menurut Kartono dalam Saripudin (2014) menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi.

Menurut Rood (2010) yang diterjemahkan oleh Arifin (2010), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang dianggap cocok diterapkan di lembaga PAUD adalah gaya kepemimpinan demokratis.

2. Sikap Guru mengenai profesi yang diembannya

Menurut Saripudin (2014), Sikap guru terhadap profesinya merupakan keyakinan seorang guru mengenai profesi yang diembannya, dan memberikan dasar kepada guru untuk membuat respon atau perilaku sesuai dengan pilihannya.

Sikap guru terhadap profesi juga mempengaruhi tindakan guru dalam menjalankan profesinya. Jika seorang guru memiliki sikap positif terhadap profesinya, maka guru tersebut akan menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Demikian pula sebaliknya, jika seorang guru memiliki sikap negatif terhadap profesinya, maka guru tersebut akan menjalankan fungsi dan perannya tidak sesuai dengan tuntutan profesi yang diembannya.

3. Motivasi kerja

Motivasi kerja dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan atau kekuatan untuk melakukan suatu pekerjaan, meliputi komitmen terhadap pekerjaan, dorongan keterlibatan di dalam pekerjaan termasuk kehadiran dan penyelesaian pekerjaan, keinginan untuk

(7)

meningkatkan mobilitas kerjanya, keinginan untuk maju dan berprestasi, serta ketahanan kerja seseorang dalam menghadapi hambatan kariernya.

Guru yang memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan, menunjukkan adanya dorongan dalam dirinya untuk bekerja dengan baik. Jika seorang guru mempunyai harapan yang besar dapat berprestasi tinggi, dan jika ia menduga bahwa dengan tercapainya prestasi yang tinggi ia akan merasakan akibat-akibat yang ia harapkan, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja. Sebaliknya jika guru merasa yakin tidak akan dapat mencapai prestasi kerja sesuai dengan yang diharapkan pimpinan sekolah, maka ia akan kurang motivasinya untuk bekerja. Meningkatnya motivasi kerja akan menghasilkan lebih banyak usaha dan prestasi kerja yang lebih baik. Dengan demikian motivasi kerja diduga turut berperan di dalam meningkatkan kompetensi profesional guru.

4. Kualifikasi akademik

Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagian keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus lulusan Strara S-1 PGSD atau pendidikan yang lain yang relevan. 5. Supervisi akademik,

Supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam

(8)

proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru adalah : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap Guru mengenai profesi yang diemban, 3) Motivasi, 4) Kualifikasi akademik, dan 5) Supervisi akademik.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD tersebut di atas kepemimpinan kepala sekolah dipilih karena kepemipinan kepala sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah, fungsi dari kepemimpinan kepala sekolah sudah mencakup memberikan motivasi, supervisi, dan mengarahkan termasuk mengarahkan guru dalam bersikap (Basri, 2014).

Dari faktor kepemimpinan kepala sekolah, peneliti khusus meneliti persepsi gaya kepemimpinannya saja, sesuai dengan penjelasan Kartono (2005) yang menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi. Menurut Purwanto (2010) salah satu gaya kepemimpinan yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dianggap sebagai gaya yang ideal dan paling baik terutama untuk kepentingan pendidikan.

Selain faktor kepemimpinan kepala sekolah, faktor kualifikasi akademik tidak kalah penting, menurut Basri (2014), agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru dituntut untuk terus menerus meningkatkan dan

(9)

mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya, guru tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya apabila tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan ketrampilannya karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru harus mampu menguasai keahlian dan ketrampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikan secara nyata, sehingga guru yang mempunyai tugas mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik harus sesuai dengan prinsip profesi guru yang salah satunya adalah memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang sesuai bidang tugasnya (Janawi, 2012).

B. Persepsi Guru terhadap Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah 1. Pengertian

Walgito (2003) menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak pusat susunan saraf, dan selanjutnya merupakan proses persepsi. Proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.

Menurut Desideranto (dalam Rakhmat, 2001) persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

(10)

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan. Atau persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory Stimuli). Persepsi ditentukan oleh faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut faktor personal. Persepsi dibutuhkan guru guna menyimpulkan informasi dan pesan yang akan memberikan makna terhadap gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah yang akan mempengaruhi kompetensi profesional guru.

Nawawi dan Hadari (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatan-kegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Menurut Robbins dan Coulter (dalam Basri, 2014) gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai kesempatan untuk melatih karyawan.

Menurut Basri (2014) gaya kepemimpinan demokratis disebut juga gaya kepemimpinan modernis dan partisipatif yaitu cara memimpin yang

(11)

memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan keputusan. Apabila proses itu mempengaruhi kelompok, atau kelompok yang dimaksud mampu berperan dalam pengambilan keputusan, atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang berinisiatif, tetapi juga membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya dengan kata lain kepemimpinan ini melibatkan keikutsertaan bawahannya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatan-kegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

2. Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis

Nawawi dan Hadari (2012) menjelaskan ciri-ciri pemimpin demokratis, yaitu :

a. Pemimpin mempunyai usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif.

(12)

b. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/ organisasi.

c. Para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.

d. Bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda.

e. Dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah

Menurut Basri (2014) gaya kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri : a. Mengembangkan kreativitas kepada bawahan

b. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan; c. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama;

d. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi;

e. Mendahulukan kepentingan yang darurat demi keselamatan jiwa anak buahnya dan keselamatan organisasi yang dipimpinnya;

f. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;

g. Perluasan kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;

(13)

Kepemimpinan demokratis menurut Kartono (2005) adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Organisasi dengan seluruh bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor.

b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan semua orang menyadari tugas serta kewajiban sehingga merasa puas dan aman menyandang tugasnya. c. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran

seluruh aspek dalam kelompok atau organisasi tersebut.

d. Dengan keadaan seperti pemimpin demokratis bisa dikatakan sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama demi mencapai tujuan dengan jiwa kelompok dan situasi yang ada.

Menurut Saebani dan Sumantri (2014) menjelaskan ciri-ciri pemimpin demokratis, yaitu :

a. Bawahan diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas b. Bersifat terbuka

c. Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama d. Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi e. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi

f. Mengembangkan regenerasi kepemimpinan

g. Perluasan kaderisasi agar bawahan lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan

h. Memandang semua masalah dapat dipecahkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis yang dikemukakan dapat disimpulkan dari Nawawi dan Hadari (2012) : a. pemimpin

(14)

mempunyai usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif ; b. proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masin disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi; c. para pemimpin pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama; d. bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda; e. dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah. Ciri-ciri tersebut dipilih karena dari uraian di atas menunjukkan bahwa pemimpin selalu berpihak pada kebenaran dan keadilan, yang bukan untuk dirinya sendiri tetapi justru untuk semua anggota kelompok/organisasinya.Pemimpin bermaksud melatih orang-orang yang dipimpin agar memiliki kemampuan menghargai pendapat dan gagasan orang lain, hal ini sesuai dengan kebutuhan guru PAUD.

C. Kualifikasi Akademik 1. Pengertian

Pengertian kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Kunandar, 2007).

(15)

Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Dijelaskan pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal 9 berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.”

Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan Menteri Pendidikan Nasonal Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.”. Pasal 28 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(16)

2. Kualifikasi Akademik pada Guru PAUD

Menurut peraturan menteri pendidikan nasional nomor 137, (2014), Bab VII tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 25 yaitu kualifikasi akademik guru pada PAUD adalah :

a. Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini yang diperoleh dari program studi terakreditasi atau memiliki ijazah diploma empat (D-IV) atau

b. Sarjana (S1) kependidikan lain yang relevan atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi dan memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD dari perguruan tinggi yang terakreditasi.

Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 28 ayat 2 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki :

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);

b. Berlatar belakang pendidikan tinggi bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain atau psikologi;

c. Sertifikasi guru untuk PAUD (Pasal 29 ayat 1).

Menurut Suyadi (2011) pendidik PAUD harus mempunyai kualifikasi akademik:

(17)

b. Mampu bernyanyi, bercerita dan bermain, termasuk mampu memainkan musik c. Mempunyai 4 kompetensi dasar : profesional, pedagogi, kepribadian dan

sosial.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 disampaikan bahwa kualifikasi akademik adalah penguasaan capaian pembelajaran yang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, ketrampilan, kompetensi dan akumulasi pengalaman kerja. Bentuk dari pengakuan atas capaian pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan akan dituangkan dalam surat keterangan berupa ijazah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kualifikasi akademik Guru pada PAUD adalah :

a. Memiliki ijazah Diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini, dan kependidikan lain yang relevan dengan sistem pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi terakreditasi, atau

b. Memiliki sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari perguruan tinggi yang terakreditasi.

(18)

D. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan Kompetensi Profesional Guru

Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan bahwa kepala skolah dengan gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi dengan mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusia yang efektif sehingga pemimpin memberi kebebasan kepada guru untuk mengembangkan dan memilih materi, struktur dan konsep bidang keilmuan yang mendukung dan sejalan dengan tahap perkembangan anak, dengan menelaah konsep dasar keilmuan bidang matematika, sains, bahasa, studi sosial, seni dan agama yang sesuai dengan kebutuhan, tahapan perkembangan dan psikomotarik anak.

Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok/organisasi (dalam hal ini guru) untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi /jabatan masing-masing disamping memperhatikan jenis kemampuan setiap anggota kelompok /organisasi (guru) sehingga anggota / guru dapat mengorganisasikan konsep dasar keilmuannya sebagai alat yang digunakan untuk mengajar/mendidik, serta guru mempunyai kebebasan beraktivitas yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan konten dalam mengembangkan anak usia dini. Sesuai dengan pernyataan Wahjosumijo (dalam Saripudin, 2014) menyatakan bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan fokus dan suasana sekolah. Keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil (effective leaders). Pemimpin sekolah adalah mereka yang dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi terhadap guru/staf dan para siswa, pemimpin sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui

(19)

tentang tugas-tugas mereka, dan yang menentukan suasan untuk sekolah mereka. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah di dalam mencapai keberhasilan suatu sekolah, ditentukan dengan sejauh mana kepala sekolah mampu untuk memimpin.

Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan demokratis menganggap guru sebagai pimpinan pelaksana memperoleh pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama sehingga guru mempunyai wewenang untuk merancang berbagai kegiatan pengembangan pembelajaran secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini. Guru juga dapat merumuskan tujuan untuk setiap kegiatan pengembangannya. Guru mempunyai wewenang untuk menganalisis atau mengevaluasi perkembangan anak usia dini yang diampunya dalam setiap perkembangan anak. Guru mempunyai wewenang untuk memilih materi berbagai kegiatan pengembangan sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Guru mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.

Karwati dan Priansa (2013) mengatakan bahwa kepala sekolah yang memberikan peluang dan kesempatan pada guru untuk berkreasi dan berinovasi sehingga guru tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut dapat menciptakan budaya yang kreatif di lingkungan sekolah, yang berdampak pada kematangan guru dalam menjalankan tugas secara professional.

Menurut Saripudin (2014) guru dalam menjalankan tugas dan perananya tidak terlepas dari kebijakan dari pimpinan sekolah, sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan koordinasi yang baik. Oleh sebab itu kepala sekolah yang berhasil, yaitu tercapainya tujuan sekolah, serta tujuan dari para

(20)

guru dan staf yang ada di dalam lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian sarippudin (2014) yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi professional guru bidang kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik di SMK”, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi profesional 48%.

Nawawi dan Hadari (2012) mengatakan bahwa kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan demokratis memberikan kesempatan pada guru untuk berpartisipasi dan mengembangkan diri dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota / guru yang satu maupun dengan unit yang berbeda supaya dapat mengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif terhadap kinerja sendiri secara terus menerus dan memanfaatkan hasil refleksinya untuk meningkatkan keprofesionalannya. Menurut Saripudin (2014) kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif. Pimpinan sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan guru dan staf sekolah.

Menurut Indrafachrudi (dalam Ilahisa, 2014) segala keputusan diambil melalui musyawarah dan kesepakatan bersama, kepala sekolah menghargai pendapat para guru dan memberi kesempatan untuk mengembangkan inisiatif dan daya kreatifnya, kepala sekolah memberikan dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan keterampilannya terkait usaha-usaha mereka dalam mencoba suatu metode yang baru, kepala sekolah bersifat bijaksana dalam pembagian tugas dan tanggung jawab, kepala sekolah bersifat ramah tamah dan selalu bersedia menolong guru dan karyawan lain dengan memberi nasehat, anjuran, dan petunjuk apabila diperlukan. Di bawah

(21)

kepemimpinannya guru-guru bekerja dengan senang untuk memajukan pendidikan di sekolah. Semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati bersama. Kepala sekolah dianggap sebagai seorang bapak, saudara, atau kakak yang dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi dan keadaan lingkungan. Dengan begitu maka akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan yang sehat dan menyenangkan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah yang memberikan peluang dan kesempatan pada guru untuk berkreasi dan berinovasi maka guru tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya. Hal tersebut dapat menciptakan budaya yang kreatif di lingkungan sekolah, yang berdampak pada kematangan guru dalam menjalankan tugas secara professional. Kepala sekolah yang demikian adalah sesuai dengan gaya kepemimpnan demokratis yang memberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, memberikan wewenang dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini. Guru mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.

E. Perbedaan Kompetensi Profesional Guru dilihat dari Kualifikasi Akademik Menurut undang-undang Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi

(22)

minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Seperti tercantum dalam Peraturan Menteri pendidikan nasional nomor 137 (2014), Bab VII tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 25.

Di dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk untuk mewujudkan tujuan nasional. Pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Majid (2005) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Rendahnya kompetensi profesional guru disebabkan oleh tidak terpenuhinya kualitas pendidikan minimal. Basri (2014) mengatakan bahwa guru sebagaimana sebagai profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya apabila tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan ketrampilannya karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin luas pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalamannya, pendidik dengan kualifikasi akademik S1 PAUD/Psikologi/PLS mendapatkan pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini dari pengasuhan, merencanakan pembelajaran sampai memberikan penilaian terhadap

(23)

perkembangan anak usia dini. PPL atau praktek lapangan dilakukan guna mengasah ketrampilan serta menerapkan ilmu yang diberikan di bangku kuliah sehingga kompetensi profesionalnya meningkat (Daryanto,2013). Dari observasi di lembaga U guru PAUD yang berkualifikasi SMA atau SMK mengalami kesulitan dalam mengembangkan materi, memahami konsep dan evaluasi diri, sehingga mereka masih perlu bantuan untuk menjabarkan indikator yang harus dicapai anak ke dalam kegiatan pembelajaran serta harus diarahkan dalam mengevaluasi dirinya, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pola pikir yang terlatih yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Di dalam penelitian ini guru yang berkualifikasi SMA atau SMK nilainya rendah dalam aspek pengembangan materi dan memahami konsep tentang keilmuan sains dan aspek mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, hal ini dikarenakan pengetahuan dari bangku SMA atau SMK dalam hal tersebut masih kurang atau terbatas, metode mengajar di SMA masih bersifat ceramah, pelajaran yang berhubungan dengan aspek pendidikan anak usia dini yang mereka dapatkan di SMA/SMK yaitu tentang pemahaman nilai moral agama yang dipelajari melalui pelajaran PPKN dan agama, pemahaman konsep bahasa yang didapat dari pelajaran bahasa Indonesia yang sifatnya masih umum. Hal ini yang membedakan kompetensi profesional ditinjau dari kualifikasi akademik. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Wati (2014) bahwa ada perbedaan kompetensi profesional yang signifikan antara guru PAUD yang berkualifikasi akademik S1 PAUD, masih menempuh S1 PAUD, D2 dan SMA. Dari penelitian Wati (2014) guru dengan kualifikasi akademik S1 PAUD kompetensi profesionalnya paling tinggi dan guru dengan kualifikasi akademik SMA kompetensi profesionalnya paling rendah.

(24)

Kesimpulan dari uraian di atas adalah adanya perbedaan kualifikasi akademik guru PAUD maka ada pula perbedaan kompetensi profesional guru PAUD. Kualifikasi akademik mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD.

F. Landasan Teori

Menurut Janawi (2012) Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Kompetensi profesional guru di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 meliputi : Mengembangkan materi, struktur, dan konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak usia dini, merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru PAUD non formal. Guru PAUD non formal merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah, apalagi PAUD non formal adalah pondasi dari kehidupan sesorang. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengartuhi kompetensi profesional guru PAUD non formal di suatu sekolah perlu dikaji agar dapat meningkatkan mutu dan keberhasilan pendidikan di PAUD non formal.

Janawi (2012), mengungkapkan bahwa kompetensi professional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam

(25)

melaksanakan tugasnya sebagai guru. Ia akan disebut professional jika ia mampu menguasai keahlian dan ketrampilan teoritik dan praktik proses pembelajaran serta mengaplikasikannya secara nyata.

Berdasarkan hasil penelitian dari Saripudin (2014) menyatakan, ada 3 faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru secara signifikan : 1) Kepemimpinan kepala sekolah, 2) Sikap guru, 3) Motivasi kerja guru. Dikutip pula dari penelitian Wati (2014) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ada pengaruh 1) persepsi supervisi akademik dan 2) kualifikasi akademik terhadap kompetensi profesional guru Paud.

Dari faktor-faktor tersebut, dipilih kepemimpinan kepala sekolah khusunya mengenai gaya kepemimpinannya, sesuai dengan penjelasan Kartono (2005) menjelaskan bahwa setiap pemimpin memiliki gaya dalam memimpin sebuah organisasi. Menurut Purwanto (2010) salah satu gaya kepemimpinan yang digunakan dalam dunia pendidikan adalah gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dianggap sebagai gaya yang ideal dan paling baik.

Menurut Nawawi dan Hadari (2014) Kepala sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam menciptakan guru yang professional, karena guru professional memerlukan pemimpin dan kepemimpnan kepala sekolah yang professional. Gaya kepemimpinan adalah sikap, gerak gerik atau penampilan yang dipilih pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan yang secara umum dikenal ada tiga yaitu gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan laissez faire. Dalam penelitian ini mengambil gaya kepemimpinan demokratis karena gaya kepemimpinan ini menyajikan ruang kesetaraan dalam pendapat, sehingga guru, staf

(26)

dan pegawainya memiliki hak yang sama untuk berkontribusi dalam tanggungjawab yang diembannya.

Nawawi dan Hadari (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis terarah, kegiatan-kegiatan pengendalian dilakasanakan secara tertib dan bertanggung jawab, pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok/organisasinya. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.

Di dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatakan bahwa “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk untuk mewujudkan tujuan nasional. Pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dari penelitian Wati (2014) dengan adanya perbedaan kualifikasi akademik guru PAUD maka ada pula perbedaan kompetensi profesional guru PAUD sehingga dapat disimpulkan bahwa kualifikasi akademik mempengaruhi kompetensi profesional guru PAUD. Semakin tinggi kualifikasi akademik maka semakin tinggi pula kompetensi profesionalnya.

(27)

Dengan demikian, kompetensi profesional guru PAUD non formal (Y) apabila ditinjau dari persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah (X1) dan kualifikasi akademik (X2) menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini. Kerangka teorinya dapat di lihat di bawah ini.

(28)

Gambar 1. Gambar Kerangka Teori Keterangan Gambar 1 :

1. Hubungan persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kompetensi profesional guru PAUD

2. Perbedaan kompetensi profesional ditinjau dari kualifikasi akademik Gaya kepemimpinan demokratis kepala

sekolah (X1)

a. Hubungan manusiawi (human relationship) yang efektif

b. Memberikan keluasan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang disesuaikan dengan posisi/jabatandan jenis kemampuan masing-masing anggota kelompok/organisasi. c. Melmpahkan wewenang dan

tanggung jawab yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.

d. Memberi kesempatan

berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan mendorong terwujudnya kerjasama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang berbeda.

e. Dalam mengambil keputusan mementingkan musyawarah

Kualifikasi Akademik (X2)

a. S1 PAUD/ S1 Psikologi /PLS.

b. Baru menempuh S1 PAUD

c. S1 Non PAUD/Psikologi/PLS

d. SMA/SMK

Kompetensi professional guru (Y)

a. Mengembangkan materi,

struktur, dan konsep bidang

keilmuan yang mendukung

serta sejalan dengan kebutuhan

dan tahapan perkembangan

anak usia dini

b. Merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif

sesuai dengan tahapan

perkembangan anak usia dini

c. Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif 1

2 1

(29)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif antara persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru PAUD. Dapat diartikan semakin tinggi persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah maka semakin tinggi pula kompetensi profesional guru PAUD, demikian pula sebaliknya, semakin rendah persepsi gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah maka semakin rendah pula kompetensi professional guru PAUD non formal di wilayah sektor barat kabupaten Sleman.

2. Ada perbedaan kompetensi profesional antara guru PAUD yang berkualifikasi akademik S1 PAUD / Psikologi / PLS, Baru menempuh S1 PAUD/ Psikologi / PLS, S1 non PAUD/Psikologi/PLS dan SMA/SMK.

Gambar

Gambar 1. Gambar Kerangka Teori  Keterangan Gambar 1 :

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil terbaik dari perlakuan K 3 N 4 yaitu perlakuan dengan perbandingan air kelapa tua dengan sari sirsak 80%:20%

Diharapkan Shared Christian Praxis dapat menjawab kebutuhan dari mahasiswa PAK khususnya mahasiswa angkatan 2013, agar mereka dapat lebih mengenal sosok Bunda

Cantiak Manih which is local varieties only grown in Bukittinggi, it also growth better when planted in Pesisir Selatan.The similar data was found in Mundam varieties derived

ANALISIS KUALITAS SIARAN TELEVISI EDUKASI PADA PROGRAM ACARA ASYIK BELAJAR BIOLOGI DALAM MATA PELAJARAN

menjadi salah satu Chapter terbaik dibawah naungan Juventus Club Indonesia pusat yang berada di Jakarta. Dari pengamatan peneliti, tiap-tiap individu dari anggota

[r]

XEFI]TUSAN DEKAN FAI{ULTAS ILMU IGOLAHRAGMN UNIVERSIIAS NEGERI YOGYAKARTA TENTANG PENGANGKATAN DOSEN PENASEHAT AKADEM]K BESERTA MAHAS SWA YANG DISIMBING PROGRAM

condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan