• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa dan Konsep Pengembangan Kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisa dan Konsep Pengembangan Kawasan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Page | 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur pertama-tama dan sudah sepatutnya kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya lah. Tugas Rencana Dasar Tata Bangunan dan Lingkungan yang mengambil judul “Analisa dan Konsep Pengembangan Kawasan Mitigasi Rawan Bencana Kebakaran (Studi Kasus : Banyu Urip Kota Surabaya)”, ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Seminar,yaitu Bapak Ir. Heru Purwadio, MSP dan Bapak Mochamad Yusuf, ST.

M.Sc Selaku Dosen Pengampu.

Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidah dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Demikian beberapa kata yang penyusun tulis untuk mengantar para pembaca menjelajahi makalah ini. Kami sebagai penyusun hanyalah manusia biasa yang tentu tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam

makalah ini, kami sebagai penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 15 Nopember 2015

(3)

Page | 2

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN ... 5

1.3 MANFAAT PENULISAN... 5

1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 5

1.4.1 RUANG LINGKUP WILAYAH ... 5

1.4.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ... 6

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ... 6

BAB II ANALISA ... 8

2.1 PENGGUNAAN LAHAN ... 8

2.2 PERPETAKAN... 9

2.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR ... 13

2.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN ... 18

2.4.1 RUANG TERBUKA ... 18

2.4.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau) ... 18

2.4.3 PENGHIJAUAN ... 18

3.1 PENGGUNAAN LAHAN ... 20

3.2 PERPETAKAN... 21

3.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR ... 25

3.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN ... 26

3.5 FASADE ... 27

3.6 PERABOT RUANG LUAR ... 28

BAB IV PENUTUP ... 31

(4)

Page | 3

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Eksisting dengan Arahan Perencanaan Penggunaan Lahan ... 8

Tabel 2. Perda Terkait Jarak Antar Bangunan Menurut Ketinggian Bangunan ... 10

Tabel 3. Dimensi Mobil Pemadam Kebakaran ... 14

Tabel 4. Dimensi Jalan di Kawasan Studi ... 15

Tabel 5. Analisa Konsep Ruang Terbuka dan Penghijauan di Wilayah Perencanaan ... 26

Tabel 6. Analisa Konsep Fasade di Wilayah Perencanaan ... 27

Tabel 7. Analisa Konsep Perabot Ruang Luar di Wilayah Perencanaan ... 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Beragam jenis penggunaan lahan di wilayah perencanaan ... 9

Gambar 2. Kondisi Jarak Bangunan di Jalan Banyu Urip V ... 11

Gambar 3. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Banyu Urip Lor IV ... 12

Gambar 4. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Simo Gunung Kramat Timur ... 13

Gambar 5. Peta Konsep Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan ... 21

Gambar 6. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul V ... 22

Gambar 7. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul VI A ... 23

Gambar 8. Konsep Perpetakan di Jalan Simo Gunung Kramat Timur ... 24

(5)

Page | 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam proses pengembangan suatu kawasan, tentunya akan melibatkan unsur perencanaan dan perancangan. Perencanaan kawasan dan perancangan kawasan merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, namun pengaplikasian unsur perencanaan tidak bisa lepas dari unsur perancangan. Untuk

membuat sebuah kawasan yang ideal dan berkelanjutan, diperlukan perencanaan dan perancangan kawasan yang selaras. Perancangan kawasan dapat dikatakan sebagai bagian dari perencanaan

kawasan, dikarenakan unsur perancangan merupakan salah satu bentuk visualisasi jangka pendek dari unsur perencanaan. Dalam pengimplementasiannya, perencanaan dan perancangan kota

diperlukan untuk mengarahkan pembangunan fisik kota yang diinginkan dengan cara mempertimbangkan aspek makro dan mikro perkotaan. Salah satu produk rencana kota yang

tengah dikembangkan untuk melibatkan unsur perencanaan dan perancangan suatu kawasan adalah dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang dianggap sebagai suatu produk

dari urban design.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan salah satu dokumen perencanaan kawasan

yang memuat rencana pendayagunaan pemanfaatan ruang kota dalam membentuk jati diri kota, dimana tujuan dari penerapan dokumen ini yaitu sebagai upaya dalam pengendalian terhadap perwujudan tertib pembangunan, terjaminnya aspek keselamatan bangunan, lingkungan dan

manusia, baik pada saat pembangunan maupun pemanfaatannya. Penyusunan RTBL berperan penting pada kawasan-kawasan spesifik yang rawan akan bencana, dimana pada kawasan tersebut

akan dilakukan penanganan lebih lanjut dari sekedar perencanaan kota (urban planning). Penanganan-penanganan tersebut dapat berupa upaya, strategi, dan arahan pengembangan

kawasan agar lebih terkendali, terpadu dan berkelanjutan serta pengaturan dan pengendalian bangunan pada bidang tata bangunan dan tata lingkungan.

Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan terbesar yang ada di Indonesia dengan luas wilayahnya yang mencapai 326,37 Km2. Selain memiliki luas wilayah yang cukup besar,

perkembangan penduduk Surabaya juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana peningkatan tersebut datang dari kepadatan penduduk yang meningkat serta adanya fenomena

urbanisasi penduduk. Para pelaku urbanisasi pada umumnya merupakan masyarakat-masyarakat pedesaan yang minim akan ketrampilan dan pendidikan. Sehubungan dengan itu, apabila terjadi

(6)

Page | 5

Salah satu permasalahan yang identik dengan eksistensi dari kawasan permukiman padat adalah masalah rawan bencana kebakaran. Pada umumnya, kasus-kasus kebakaran yang telah terjadi di lingkungan padat permukiman berasal dari faktor kesalahan manusia (human error) yang beraktivitas di lingkungan tersebut. Dari penjelasan diatas, maka penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di Koridor Banyu Urip yang merupakan salah satu kawasan padat permukiman

sekaligus kawasan rawan bencana kebakaran di wilayah Kota Surabaya, dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi eksisting dan menyusun rencana pembangunan di wilayah

rawan bencana kebakaran, yaitu kawasan Banyu Urip.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Adapun maksud dari penulisan makalah ini yaitu sebagai upaya penyusunan dokumen perencanaan yang substansinya berisi analisis terkait kondisi eksisting kawasan rawan bencana kebakaran Banyu Urip serta konsep Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang akan

diterapkan pada kawasan tersebut. Sedangkan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menganalisis kondisi eksisting dan karakteristik unsur-unsur pembentuk tata ruang, serta

menyusun rencana pembangunan wilayah rawan bencana khususnya dalam bidang tata bangunan dan lingkungan seperti penggunaan lahan, sirkulasi, hingga perabot ruang luar yang ada di lokasi

penelitian.

1.3 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam merumuskan arahan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana kebakaran Banyu Urip. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan refrensi untuk penelitian

lainnya, khususnya yang berkaitan dengan kawasan rawan bencana kebakaran

Manfaat praktis, yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam mengidentifikasi dan merencanakan kawasan rawan bencana kebakaran di Surabaya. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam langkah-langkah pengembangan kawasan rawan bencana kebakaran

1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.4.1 RUANG LINGKUP WILAYAH

Adapun ruang lingkup wilayah penelitian ini berada di Koridor Banyu Urip dimana kawasan ini merupakan salah satu kawasan padat permukiman sekaligus kawasan rawan bencana kebakaran di Kota Surabaya. Koridor Banyu Urip ini terletak di Kelurahan Banyuurip,

(7)

Page | 6

1) Sebelah utara : Jalan Banyu Urip Kidul V

2) Sebelah selatan : Jalan Simo Gunung Kramat Timur 3) Sebelah barat : Jalan Banyu Urip Kidul VI A

4) Sebelah timur : Jalan Banyu Urip Kidul IV

1.4.2 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki fokus bahasan pada proses analisa kondisi eksisting yang ada di wilayah penelitian yang merupakan kawasan rawan bencana kebakaran di Surabaya, hingga

proses penyusunan dokumen perencanaan dan perancangan kawasan rawan bencana ini. Adapun diperlukan beberapa proses dalam pelaksanaannya, seperti proses pertama yang

merupakan proses identifikasi kondisi eksisting lapangan, seperti kondisi penggunaan lahan, sirkulasi, sarana dan prasarana, RTH, street furnitur, hingga reklame yang telah dilakukan pada

tugas sebelumnya. Hasil dari proses identifikasi tersebut kemudian akan menjadi input dalam proses kedua, yaitu tahap analisa, dimana pada tahap ini terdapat beberapa analisa yang akan

dilakukan, seperti analisa penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) dan parkir, RTH dan penghijauan, fasade, dan perabot ruang luar. Hasil analisa kemudian akan dijadikan input pada tahap rencana, dimana akan disusun konsep-konsep perencanaan dan

perancangan di wilayah penelitian, yang akan dijabarkan menjadi beberapa bagian, seperti

konsep penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi, RTH, fasade, dan perabot ruang luar.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini pada dasarnya berisikan mengenai latar belakang penulisan, maksud dan tujuan

penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup penelitian yang terbagi menjadi ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan makalah ini

BAB II ANALISA

Bab ini pada dasarnya berisikan analisa mengenai kondisi eksisting yang ada di lapangan,

seperti analisa penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) dan parkir, RTH dan penghijauan, fasade, dan perabot ruang luar

BAB III KONSEP

Bab ini merupakan kelanjutan dari bab sebelumnya yaitu bab analisa, dimana bab ini pada

dasarnya berisikan mengenai konsep-konsep perencanaan dan perancangan di wilayah penelitian, dimana konsep-konsep ini akan dijabarkan menjadi beberapa bagian, seperti konsep penggunaan lahan, perpetakan, sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki) dan parkir, RTH dan

(8)

Page | 7

BAB IV PENUTUP

Bab ini pada dasarnya merupakan bagian penutup makalah yang berisikan kesimpulan dari

(9)

Page | 8

BAB II

ANALISA

2.1 PENGGUNAAN LAHAN

Analisa penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan di wilayah perencanaan, dimana analisis ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu analisis penggunaan lahan

makro dan analisis penggunaan lahan mikro. Adapun analisis penggunaan lahan makro dilakukan dengan membandingkan kondisi eksisting penggunaan lahan di wilayah perencanaan dengan

arahan dokumen perencanaan di wilayah tersebut, yaitu arahan dokumen RDTRK UP. Wonokromo. Berikut merupakan tabel perbandingan kondisi eksisting wilayah dengan arahan

perencanaan pembangunan.

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan dengan Arahan Perencanaan Penggunaan Lahan

Kondisi Eksisting Wilayah Perencanaan

Kawasan Banyuurip didominasi bangunan permukiman masyarakat dengan kerapatan bangunan sangat padat, dimana rata-rata bangunan memiliki ketinggian 1 – 2 lantai. Adapun lokasi permukiman sebagian besar berada di bagian utara dan barat wilayah perencanaan. Di sepanjang jalan bagian timur kawasan perencanaan terdapat fasilitas perdagangan dan jasa berupa pasar. Pada blok kawasan juga terdapat lapangan kosong dan pemakaman umum.

Arahan RDTRK UP. Wonokromo

Unit Lingkungan Banyuurip dengan pusat pelayanan di Jalan Simo Kwagean Kidul, Jalan Banyu Urip Kidul dengan fungsi pelayanan sebagai perdagangan, fasilitas umum dan RTH

Sumber: Hasil Analisa, 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi eksisting penggunaan lahan yang ada di Jalan

Banyu Urip Kidul telah sesuai dengan arahan dokumen perencanaan RDTRK UP. Wonokromo, dimana penggunaan lahan di wilayah ini didominasi untuk fungsi perdagangan, fasilitas umum,

(10)

Page | 9

Gambar 1. Beragam jenis penggunaan lahan di wilayah perencanaan

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2015

Untuk analisis penggunaan lahan mikro dilakukan dengan cara menganalisis tren penggunaan

lahan yang terdapat di wilayah perencanaan. Dalam hal ini, penggunaan lahan di wilayah perencanaan didominasi untuk kawasan permukiman masyarakat setempat, dimana

lokasi-lokasinya tersebar di sebelah utara, barat, dan selatan wilayah perencanaan. Pada umumnya permukiman-permukiman masyarakat tersebut memiliki kerapatan bangunan yang cukup padat

dengan rata-rata ketinggian bangunannya yang mencapai 1-2 lantai. Sedangkan untuk penggunaan lahan di kawasan timur wilayah perencanaan umumnya lebih bersifat variatif dimana terdapat

kawasan permukiman penduduk, sarana perdagangan dan jasa yang berupa pasa dan ruko, RTH yang berupa lapangan dan makam, serta fasilitas peribadatan yang berupa masjid dan musshola.

Sesuai dengan penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa tren penggunaan lahan di wilayah perencanaan adalah kawasan permukiman masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh data RDTRK UP. Wonokromo yang menyatakan bahwa wilayah kelurahan Banyuurip merupakan

kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di wilayah UP. Wonokromo. Oleh karena itu, hasil dari analisis land use mikro menyatakan bahwa penggunaan lahan sebagai kawasan

permukiman masyarakat merupakan tren penggunaan lahan yang terjadi di wilayah ini, dimana pada bagian timur wilayah dikhususkan sebagai kawasan pendukung permukiman masyarakat.

2.2 PERPETAKAN

Analisis perpetakan dalam suatu blok sangat dibutuhkan untuk melindungi blok tersebut darii

perkembangan bangunan yang berlebihan. Analisis perpetakan bisa dilakukan pada build area atau area yang sudah terdapat bangunan seperti di wilayah perencanaan. Pada build area seperti kawasan permukiman Banyu Urip lebih melihat selubung bangunan maksimal yang bisa diterapkan kawasan tanpa mengganggu pembangunan infrastruktur maupun perkembangan yang

berlebihan.

(11)

Page | 10

Tabel 2. Perda Kota Surabaya Terkait Jarak Antar Bangunan Menurut Ketinggian Bangunan

Ketinggian Bangunan

Pada wilayah perencanaan bangunan memiliki ketinggian rata-rata maksimal 2 lantai. Namun,

jarak antar bangunan sangatlah dekat hampir kurang dari 1 meter. Hal tersebut membuat bangunan di wilayah perencanaan memiliki jarak bangunan yang tidak sesuai dengan kebijakan yang ada.

Selain dari kebijakan di atas, terdapat kebijakan lainnya dalam menghitung jarak bangunan Menurut perda KMS nomor 7 tahun 1992 dalam menghitung jarak bangunan dengan rumus:

𝑑 = 0,5ℎ1 × 0,5ℎ2 2 − 1

Dimana

D : jarak antar bangunan ( meter ) H1 : tinggi bangunan 1 ( meter )

H2 : tinggi bangunan 2 ( meter )

Pada bangunan jalan Banyu Urip V rata – rata tinggi bangunan 1 lantai dengan tinggi 3 meter. Sehingga dengan rumus tersebut

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip V sebesar 10,25 meter. Namun, kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 10 meter. Hal tersebut membuktikan

(12)

Page | 11

Gambar 2. Kondisi Jarak Bangunan di Jalan Banyu Urip V

Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Banyu Urip Lor IV rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan tinggi 6 meter. Sehingga dengan rumus tersebut

𝑑 = 0,5ℎ1 × 0,5ℎ2 2 − 1

𝑑 = (0,5 . 6) × (0,5 . 6)2 − 1

𝑑 = 3 × 32 − 1

𝑑 = 92 − 1

𝑑 = 4,5 − 1

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip V sebesar 3,25 meter. Namun,

(13)

Page | 12

Gambar 3. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Banyu Urip Lor IV

Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Simo Gunung Kramat Timur rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan tinggi 6 meter. Sehingga dengan rumus tersebut

𝑑 = 0,5ℎ1 × 0,5ℎ2 2 − 1

𝑑 = (0,5 . 6) × (0,5 . 6)2 − 1

𝑑 = 3 × 32 − 1

𝑑 = 92 − 1

𝑑 = 4,5 − 1

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Simo Gunung Kramat Timur sebesar 3,25 meter. Namun, kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 3 meter. Hal tersebut

(14)

Page | 13

Gambar 4. Kondisi Jarak Bangunan Jalan Simo Gunung Kramat Timur

Sumber: Survey Lapangan, 2015

Pada bangunan jalan Banyu Urip Kidul VI A rata – rata tinggi bangunan 2 lantai dengan tinggi 6 meter. Sehingga dengan rumus tersebut

𝑑 = 0,5ℎ1 × 0,5ℎ2 2 − 1

𝑑 = (0,5 . 6) × (0,5 . 6)2 − 1

𝑑 = 3 × 32 − 1

𝑑 = 92 − 1

𝑑 = 4,5 − 1

𝑑 = 3,25 meter

Menurut rumus tersebut, jarak bangunan pada jalan Banyu Urip Kidul VI A sebesar 3,25 meter.

Namun, kondisi eksisting jarak bangunan di jalan tersbut tidak sampai 3 meter. Hal tersebut membuktikan bahwa jarak bangunan di jalan tersebut masih belum sesuai dengan standar yang berlaku.

2.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR

Sirkulasi merupakan pergerakan/perpindahan, baik itu orang maupun barang dari suatu tempat

ke tempat lainnya. Sirkulasi di wilayah perencanaan memiliki akses yang terbatas, dikarenakan

(15)

Page | 14

memiliki jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Banyu Urip Kidul, dimana jalan tersebut menjadi jalan utama untuk masuk ke dalam kawasan perencanaan. Jalan Banyu Urip Kidul bisa dilalui oleh dua kendaraan mobil yang berjajar. Sedangkan pada kawasan pemukiman di kampung,

rata-rata hanya terdapat jalan lingkungan yang hanya bisa dilalui oleh manusia dan kendaraan sepeda motor. Berdasarkan pengamatan di lapangan, di kawasan studi terdapat dua jenis pola

pergerakan, yaitu pola pergerakan barang dan orang. Pola pergerakan orang lebih banyak terjadi daripada pola pergerakan barang. Sedangkan sirkulasi yang ditemukan di kawasan studi adalah

sirkulasi eksternal.

Dalam konteks mitigasi bencana kebakaran, diperlukan analisis mengenai sirkulasi mobil

pemadam kebakaran apabila terjadi kebakaran di lokasi studi. Untuk melakukan analisis ini, diperlukan data mengenai dimensi mobil pemadam kebakaran dan dimensi jalan yang terdapat di

kawasan studi. Data mengenai dimensi mobil pemadam dan dimensi jalan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3. Dimensi Mobil Pemadam Kebakaran

Tipe Dimensi Kapasitas Contoh

(16)

Page | 15

Tabel 4. Dimensi Jalan di Kawasan Studi

Nama

Jalan Gambar Penampang Jalan Foto

Jalan Banyu

Urip Lor IV

Jalan Banyu

Urip Kidul VII A

Jalan Banyu

Urip Kidul VII B

Jalan Banyu

Urip Kidul

VII

Jalan Banyu

(17)

Page | 16

Jalan

Putat Jaya Gang Langgar

Jalan Simo Gunung Kramat Timur

Jalan Banyu

Urip Kidul V

Jalan Banyu

Urip Kidul V

No. 11/15

(18)
(19)

Page | 18

2.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN

2.4.1 RUANG TERBUKA

Pemahasan untuk Ruang terbuka ini akan menjelaskan open space yang di butuhkan di dalam kawasan Bayu Urip untuk menampung kegiatan masyarakat yang ada di kawasan tersebut.

2.4.2 RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Pada aspek ini dilakukan analisa aspek RTH beserta konsep pemecahan yang akan di terapkan

dikawasan perencanaan.

2.4.3 PENGHIJAUAN

Kajian terhadap kondisi penghijauan di wilayah perencanaan didasarkan pada ketentuan menurut Buku Petunjuk Umum Gerakan Penghijauan Sejuta Pohon di Wilayah Kotamadya

Surabaya yang digunakan sebagai acuan penghijauan di kota Surabaya. Unsur-unsur yang ditinjau meliputi lokasi penanaman, variasi jenis tanaman, jarak tanam dan keberhasilan

penanaman.

2.5 FASADE

Pada aspek ini dilakukan analisa aspek Fasade beserta konsep pemecahannya, yang meliputi

wujud bangunan, Dalam hal ini kondisi faktual dan kecenderungannya, arahan rencana kota, peraturan, teori dan ketentuan yang ada, digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan

pemecahannya secara konseptual

2.5.1 WUJUD BANGUNAN

Pada aspek ini dijelaskan tentang wujud bangunan yang baik dalam meminimalisir kebakaran dan mengatur/menertipkan wujud bangunan untuk menserasikan wujud bangunan antara satu

dengan yang lain yang ada di kawasan Banyu Urip

2.5.2 WARNA BANGUNAN

Pembahasan warna bangunan ini akan menjelaskan pemakaian warna yang seharusnya

dilakukan agar warna bangunan menjadi serasi dan harmonis

2.6 PERABOT RUANG LUAR

Analisa perabot ruang luar yang akan dilakukan antara lain : boks telepon, bis surat, lampu penerangan jalan, bak sampah dan penghijauan.

2.6.1 HYDRANT

Penempatan boks telepon umum diupayakan dekat dengan halte. terdapat 1 boks telepon yang

(20)

Page | 19

2.6.2 BAK SAMPAH

Bak sampah yang diidentifikasi di wilayah perencanaan berbentuk kotak ganda, terbuat dari batu bata berbentuk persegi dengan lubang di bagian depan sebelah atas. Bak sampah ini

(21)

Page | 20

BAB III

KONSEP

3.1 PENGGUNAAN LAHAN

Kondisi penggunaan lahan di wilayah Banyu Urip sebagian besar terdiri atas kawasan

permukiman masyarakat yang memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi, sehingga kawasan tersebut tergolong dalam kawasan rawan bencana kebakaran. Dalam menangani permasalahan tersebut, maka konsep yang akan diterapkan dalam proses pengembangan kawasan Banyu Urip ini adalah “Pengembangan Kawasan Tanggap Rawan Bencana Kebakaran”. Konsep ini pada dasarnya lebih menekankan pada optimalisasi penggunaan lahan di wilayah perencanaan, dimana

optimalisasi lahan ini akan diterapkan pada lahan-lahan yang belum terbangun.

Pada lahan-lahan kosong (Ruang Terbuka Hijau) tersebut akan direncanakan pembangunan

kolam (ponds) yang akan berfungsi sebagai sumber air cadangan apabila terjadi bencana kebakaran. Selain itu, kawasan Ruang Terbuka Hijau nantinya akan dijadikan sebagai titik

berkumpul (assembly point) apabila terjadi kebakaran. Dalam hal ini pemilihan lokasi Ruang Terbuka Hijau sebagai titik aman kebakaran dikarenakan luas wilayahnya yang tergolong cukup

besar dan mudah untuk dijangkau oleh warga, selain itu pemanfaatan lahannya yang terdiri atas lahan kosong, lapangan olahraga, serta makam penduduk menyebabkan tidak adanya bangunan di

area tersebut sehingga bahaya kebakaran tidak dapat merembet ke wilayah tersebut.

Untuk konsep permukiman masyarakat yang sudah terbangun akan tetap dipertahankan berada di sebelah barat, utara dan selatan wilayah perencanaan, sedangkan pembangunan di wilayah timur

(22)

Page | 21

Gambar 5. Peta Konsep Penggunaan Lahan di Wilayah Perencanaan

Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.2 PERPETAKAN

Kondisi perpetakan wilayah perencanaan dilihat dari jarak antar bangunan masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal tersbut membuat meningkatkan resiko kebakaran di wilayah

perencanaan. Dalam mengurangi resiko tersebut terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan. Kesesuaian dengan kondisi eksisting bangunan yang berada di wilayah perencanaan dan kondisi

lingkungan wilayah perencanaan menjadi hal yang harus diperhatikan dalam membuat konsep perpetakan.

Perpetakan bangunan saat ini yang berada di wilayah perencanaan dipertahankan. Perpetakan di jalan Banyu Urip Kidul V yang memiliki ketinggian lantai rata – rata 1 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut harus dikendalikan agar tidak melebihi ketinggian 2

(23)

Page | 22

Gambar 6. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul V

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Banyu Urip Kidul VI A yang memiliki ketinggian lantai rata-rata 2 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan agar

tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Selain itu, Fungsi bangunan yang beragam pada jalan tersebut harus diperhatikan kesesuaiannya dengan dokumen rencana yang ada sehingga resiko kebakaran

bisa diminimalkan.

Perpetakan bangunan yang sudah ada dipertahankan dan dikendalikan agar ketinggian bangunan tidak lebih dari

(24)

Page | 23

Gambar 7. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Kidul VI A

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Simo Gunung Kramat Timur yang memiliki ketinggian lantai rata – rata 2 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan agar tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Selain itu, Fungsi bangunan yang berupa took, ruko dan

rumah sederhana pada jalan tersebut harus diperhatikan kesesuaiannya dengan dokumen rencana terutama sehingga resiko kebakaran bisa diminimalkan.

Perpetakan bangunan yang sudah ada dipertahankan dan dikendalikan agar ketinggian bangunan tidak lebih dari

2 lantai. Fungsi bangunan juga diperhatikan agar sesuai dengan

(25)

Page | 24

Gambar 8. Konsep Perpetakan di Jalan Simo Gunung Kramat Timur

Sumber: Hasil Analisis, 2015

Perpetakan bangunan di jalan Banyu Urip Lor IV yang memiliki ketinggian lantai rata – rata 2 lantai dipertahankan. Perkembangan bangunan pada jalan tersebut juga harus dikendalikan agar tidak melebihi ketinggian 2 lantai. Adanya PKL yang memakan badan jalan dipindahkan dengan

membuat bangunan. Petak bangunan bias disediakan di sekitar lapangan atau makam.

Perpetakan bangunan yang sudah ada

dipertahankan dan dikendalikan agar ketinggian bangunan tidak lebih dari 2 lantai. Fungsi bangunan juga

(26)

Page | 25

Gambar 9. Konsep Perpetakan di Jalan Banyu Urip Lor IV

Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.3 SIRKULASI KENDARAAN DAN PEJALAN KAKI, DAN PARKIR

Lokasi studi merupakan kawasan permukiman padat yang memiliki resiko akan bencana kebakaran. Kondisi fakta eksisting di kawasan studi menunjukkan bahwa jalan yang ada tidak

semuanya lebar sehingga terdapat jalan yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran. Untuk jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan pemadam, diarahkan agar jalan tersebut Perpetakan bangunan yang sudah ada

dipertahankan dan dikendalikan agar ketinggian bangunan tidak lebih dari 2

(27)

Page | 26

tidak digunakan untuk lahan parkir on the street. Hal ini dapat dilakukan dengan pemasangan street furniture berupa rambu lalu lintas berisi himbauan dilarang parkir di pinggir jalan. Hal ini bertujuan agar ketika kebakaran terjadi, mobil pemadam bisa melewati jalan-jalan tersebut tanpa hambatan

kendaraan yang parkir di pinggir jalan. Untuk peta mengenai jalur sirkulasi kendaraan bermotor dapat dilihat pada Peta Aksesibilitas Mobil Pemadam Kebakaran.

Selain itu, ruang terbuka (void) yang terdapat di kawasan studi, diarahkan untuk pengembangan kolam penampung air yang bisa digunakan ketika kebakaran terjadi. Sehingga jalan-jalan

lingkungan yang ada diarahkan untuk memiliki aksesibilitas yang baik menuju ruang terbuka ini. Konsep pengembangan yang direncanakan adalah memberikan papan-papan penanda (signage)

jalur evakuasi menuju ruang terbuka yang ada. Selain itu, parkir on the street yang ada di kawasan studi diarahkan agar bisa diminimalisasi sekecil mungkin agar dapat memperlancar jalur

pengambilan air dan jalur bagi kendaraan pemadam menuju kolam penampungan air.

3.4 RUANG TERBUKA, RTH DAN PENGHIJAUAN

Ruang terbuka hijau merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada suatu kawasan yang

diperuntukkan penghijauan. Berikut tabel hasil analisis dan konsep penyelesaiannnya.

Tabel 5. Analisa Konsep Ruang Terbuka dan Penghijauan di Wilayah Perencanaan

NO JENIS KETERANGAN

RUANG TERBUKA

1 Kondisi Faktual Ruang terbuka di kawasan Banyu Urip ini masih sebatas ruang terbuka kosong dan gersang,

2 Arahan RDTR Kota Surabaya

Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi serta peningkatan RTH

3 Penilaian

Kurangnya vegetasi di ruang terbuaka ini menjadikan ruang terbuka ini menjadi sangat panas dikarenakan tidak adanya vegetasi di ruang tterbuka tersebut

4 Konsep  Penerapan go green

 Penerapan KDH setiap bangunan sebesar 40%

RTH (Ruang Terbuka Hijau)

1 Kondisi Faktual RTH di Banyu Urip ini kondisinya gersang dan kering panas. Dan tanamannya mati dan belum adanya perawatan yang baik untuk RTH ini.

2 Arahan RDTR Kota Surabaya

Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi serta peningkatan RTH.

3 Penilaian Penyediaan RTH sebesar 20% dari keseluruhan total kawasan perencanaan.

(28)

Page | 27

 Pembuatan Pons dalam meminimalisir kebakaran

PENGHIJAUAN

1 Kondisi Faktual

Penghijauan di kawasan Bayu Urip ini berupah tanaman yang dalam pot didepan rumah-rumah masyarakat,

Selain itu masih dapt penghijau yang ditempatkan di pinngir jalan dalam bentuk tanaman yang di tanam di pot.

Di kawasan Bayu Urip penghijauan terlihat di sepanjang jalan yang ada di kawasan

2 Arahan RDTR Kota Surabaya

Kegiatan permukiman informal yang terdapat hampir di semua bagian wilayah U.P Wonokromo, dibutuhkan adanya penataan dan revitalisasi serta peningkatan RTH.

3 Penilaian Penyediaan RTH sebesar 20% dari keseluruhan total kawasan perencanaan.

4 Konsep  Penerapan Vegetasi tahan api dimana dapat memperlmbat laju kebakan.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.5 FASADE

Fasade merupakan elemen penting yang menghadirkan berbagai pengalaman kepada pengamat

untuk dapat memilih pengalaman-pengalaman visual yang berbeda. Fasade dapat mengubah fokus pandangan kita, dengan berpindah dari satu lokasi pengamatan kelokasi pengamatan lain dan hal

ini akan membuka peluang bagi kota untuk mendapatkan vista yang baru atau gambar yang baru. Kekayaan visual tergantung pada kontras dari elemen-elemen seperti jendela, dinding, material

bangunan, warna, tekstur atau kontras terang dan gelap pada langit-langit bangunan. Berikut tabel hasil analisa beserta konsep penyelesaian masalah.

Tabel 6. Analisa Konsep Fasade di Wilayah Perencanaan

NO JENIS KETERANGAN

FASADE

1 Kondisi Faktual

Wujud bangunan dikawasan Banyu Urip ini di dominasi oleh permukiman masyarakat yang fasad bangunannya campuran dan tidak beratur.

2 Arahan RDTR Kota Surabaya

Pertimbangan lain yaitu perkiraan kebutuhan akan rumah tinggal untuk kawasan perencanaan didasarkan atas lahan siap bangun menurut proporsi 70% : 30%. Proporsi 70% untuk pembangunan permukiman dan 30% untuk kebutuhan infrastruktur.

3 Penilaian  Perlu adanya pengawasan terhadap fasad bangunan

 Perlu adanya pengawasan ketinggian lantai banguan 4 Konsep  Penerapan konsep bangunan dengan tipe 1:2:3

(29)

Page | 28

WUJUD BANGUNAN

1 Kondisi Faktual

 Wujud bangunan di kawasan perencanaan adalah didominasi oleh permukiman masyrakat

 Kepadatan bangunannya sangat tinggi

 Wujud bangunnannya cammpuran dan rata-rata di dominasi banguna lantai satu dan dua

2 Arahan RDTR Kota Surabaya

Rencana pengembangan untuk perumahan alternatif adalah dengan pembangunan rumah susun. Konsep rumah susun akan sangat menguntungkan dalam penciptaan lingkungan yang lebih teratur dan terjaminnya ketersediaan ruang luar yang cukup. Hanya, citra rumah susun yang kumuh dan tidak menjamin nilai privat penghuni perlu disikapi dengan rencana rumah susun yang lebih baik.

3 Penilaian  Perumahan layak huni dan memiliki sepadan bangunan yang sesuai.

 Koefisian dasar bangunan yang sesuai.

4 Konsep  Garis sepadan bangunan sesuai dengan standar penataan ruang

 Koefisien dasar bangunan sesuai dengan standar penataan ruang

 Selubung bangunan sesuai dengan standar penataan ruang

WARNA BANGUNAN 1 Kondisi

Faktual

Warna bangunan di kawasan perencanaan di dominasi dengan warna campuran. Yang kuranng efektiff dengan bangunan satu dengan yang lain 2 Arahan

RDTR Kota Surabaya

Luasan kapling besar sangat mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat setempat, pola dan tata massa bangunan setempat, sehingga pengadaan rumah baru tetap menyatu dengan perumahan penduduk setempat yang telah ada sebelumnya dan tidak menimbulkan kesenjangan baru.

3 Penilaian Kurang serasi maupun kurang harmonis warna bangunan satu dengan yang lain. Hanya saja terlihat campuran ppewarnaan disetiap bangunan.

4 Konsep  Penerapan pewarnaan dengan penghijauan agar warna lebih natural

Sumber: Hasil Analisis, 2015

3.6 PERABOT RUANG LUAR

Perabotan luar sebagai prasarana sarana penunjang kawasan perencanaan. Dengan mempertimbangkan kebutuhan kawasan perencanaan. Untuk kawasan mitigasi rawan bencana

(30)

Page | 29

Tabel 7. Analisa Konsep Perabot Ruang Luar di Wilayah Perencanaan

NO JENIS KETERANGAN

HYDRANT

1 Kondisi Faktual

Hydrant di kawasan ini masih belum ada. Namun hal ini sangat berbeda, karena kawasan ini berpotensi terjadinya kebakaran

2 Arahan RDTRK Kota

Hydrant adalah penyalur yang bersumber dari bawah tanah atau dari sumber air, Daerah kebakaran adalah daerah yang terancam bahaya Kebakaran yang mempunyai jarak 50 (Lima Puluh) meter dari Titik api kebakaran terakhir. Jadi dapat dibayangkan bila diwilayah perencanaan yang demikian padat oleh bangunan akan cepat terimbas oleh api bila tidak disediakan alat pemadam.

3 Penilaian  Menyediakan hydrant yang bisa terus berfungsi ketika suatu saat dibutuhkan.

 Jaringan sumber air hydrant yang terpusat.

4 Konsep  Penyedian hydrant pada assemble point di area terbuka

 Penyediaan selang hydrant di setiap pos keamanan RT

BAK SAMPAH

1 Kondisi Faktual

Bak sampah yang ada dikawasan perencanaan masih kurang, terbukti bahwa di salah satu titik masih belum adanya bak sampah.

2 Arahan RDTRK Kota

Arahan pewadahan sampah disarankan untuk menggunakan sistem tidak tetap dan dilakukan dengan pembuatan pewadahan untuk sampah basah dan sampah kering, terutama untuk lokasi-lokasi fasum dan fasos di wilayah perencanaan maupun pada perumahan yang baru tumbuh sebagai bagian dari perbaikan kualitas penanganan sampah

3 Penilaian Menyediakan bak sampah yang dititik yang belum terdapatt bak sampahnya.

4 Konsep  Penyediaan tempat sampah pada setiap bangunan di kawasan perencanaan.

 Penggunaan sistem persampahan terpusat dan kolektif dengan pemanfaatan bank sampah

PENANDA JALAN

1 Kondisi Faktual

Penanda jalan dikawasan perencana sudah cukup, hal ini terbukti di setiap jalan kawasan banyu urip ini, banyak di jumpai penanda jalan di setiap jalan.

2 Arahan RDTRK Kota

(31)

Page | 30

3 Penilaian Sudah cukup penanda jalan yang ada di kawasan sehingga memudahkan

masyrakat mengenal jalan yang dilewati maupun yang akan dileawti

4 Konsep  Penanda rambu dan papan nama jalan pada setiap jaringan jalan.

PENERANGAN JALAN UMUM

1 Kondisi Faaktual

PJU di dalam kawasan perencanaan ini sudah bisa dikatakan cukup, dimana setiap jalan maupun didalam tiap gang-gang sudah ada penerangan jalan Umum

2 Arahan RDTRK Kota

Ada tiga desain dalam penempatan lampu jalan (penerangan jalan Umum), yaitu lampu lampu jalan yang diletakkan di median jalan, lampu jalan yang diletakkan di trotoar jalan dan lampu halte. Lampu jalan yang diletakkan didesain dengan 2 arah penyinaran yang berbeda ketinggian titik penyinarannya. Titik penyinaran yang mengarah ke jalan umum di letakkan pada titik tinggi, sedangkan titik penyinaran rendah adalah untuk penyinaran trotoar.

3 Penilaian Sudah cukup PJU yang berada dikawasan perencanaan ini, terbukti di setiap jalan tidak ada yang gelap, semuanya ada penerang jalannya.

4 Konsep  Lampu penerangan jalan yang diletakkan di median jalan didesain dengan 2 arah penyinaran yang sejajar.

 Lampu yang diletakkan di jalur khusus pejalan kaki di desain dengan secara artistik.

(32)

Page | 31

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pada laporan ini, wilayah perencanaan yang dipilih merupakan kawasan Banyu Urip, dimana

kawasan ini tergolong dalam kawasan rawan bencana kebakaran dikarenakan kerapatan jarak antar bangunan di kawasan permukiman masyarakat sangatlah padat. Oleh karena itu, penyusunan perencanaan pembangunan di kawasan tersebut haruslah sesuai dengan tindakan tanggap darurat

bencana kebakaran. Dalam proses penyusunan tersebut, terdapat tahap analisa kondisi eksisting wilayah perencanaan, dimana analisis ini terbagi menjadi 6 bagian, yaitu analisis penggunaan

lahan, analisis perpetakan, analisis sirkulasi, analisis ruang terbuka dan penghijauan, analisis fasade, dan analisis perabot ruang luar. Hasil-hasil analisis tersebut kemudian akan dijadikan input

pada proses selanjutnya yaitu proses perumusan konsep pengembangan kawasan perencanaan. Adapun konsep-konsep yang akan diterapkan pada pengembangan kawasan ini, yaitu:

1. Konsep Pengembangan Penggunaan Lahan

Konsep yang akan diterapkan adalah optimalisasi penggunaan lahan di wilayah

perencanaan, dimana pada Ruang Terbuka Hijau akan direncanakan pembangunan kolam (ponds) sekaligus berfungsi sebagai titik berkumpul (assembly point) apabila terjadi kebakaran.

Untuk konsep permukiman masyarakat yang sudah terbangun akan tetap dipertahankan berada di sebelah barat, utara dan selatan wilayah perencanaan, sedangkan pembangunan di wilayah timur kawasan perencanaan akan disesuaikan dengan arahan RDTRK UP. Wonokromo

2. Konsep Pengembangan Perpetakan

Konsep yang akan diterapkan yaitu perpetakan bangunan saat ini yang berada di wilayah

Jalan Banyu Urip Kidul V, Jalan Banyu Urip Kidul VI A, Jalan Banyu Urip Lor IV, dan Jalan Simo Gunung Kramat Timur yang memiliki ketinggian lantai rata-rata 1-2 lantai akan tetap

dipertahankan. Selain itu, terdapat upaya pengendalian terhadap perkembangan pembangunan pada jalan-jalan tersebut sehingga resiko kebakaran yang ada bisa diminimalkan dan proses

pembangunan dapat sesuai dengan isi dari dokumen perencanaan.

3. Konsep Pengembangan Sirkulasi

Konsep yang akan diterapkan adalah meminimalisir tindakan parkir on street pada jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran dan jalur pengambilan air, yang dapat

dilakukan dengan pemasangan street furniture berupa rambu lalu lintas berisi himbauan dilarang parkir di pinggir jalan. Selain itu, jalan-jalan lingkungan di kawasan permukiman akan

diarahkan agar memiliki akses menuju Ruang Terbuka Hijau, dengan cara memberikan

(33)

Page | 32

4. Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau dan Penghijauan

Konsep yang akan diterapkan adalah pengaplikasian konsep go green di spot-spot ruang terbuka publik yang ada serta adanya penerapan peraturan presentase KDH di tiap bangunan

yang mencapai 40%. Dalam menanggulangi bahaya kebakaran di wilayah perencanaan, maka direncanakan pembangunan ponds sebagai salah satu sumber air cadangan di lokasi ruang

terbuka hijau terluas dan adanya penanaman jenis vegetasi yang tahan akan api di wilayah perencanaan sebagai tindakan penanggulangan dalam memperlambat laju kebakaran

5. Konsep Pengembangan Fasade

Konsep yang akan diterapkan pada dasarnya mengacu pada penerapan konsep kawasan

permukiman, yaitu konsep bangunan dengan tipe 1:2:3. Selain itu, untuk penerapan GSB, KDB, dan garis selubung bangunan disesuaikan dengan arahan penataan ruang di wilayah tersebut

sehingga pengembangan bangunan dan ketinggian lantai di wilayah perencanaan dapat dikendalikan. Sedangkan untuk pewarnaan bangunan sebaiknya disesuaikan dengan

warna-warna yang natural sehingga terdapat keseragaman antar kawasan permukiman

6. Konsep Pengembangan Perabot Ruang Luar

Konsep yang akan diterapkan pada dasarnya adalah konsep penyediaan dan optimalisasi sistem kinerja perabot ruang luar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat setempat serta konsep penyediaan perabot perintis dalam mengantisipasi ancaman bencana kebakaran. Dalam

(34)

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kondisi Eksisting Penggunaan Lahan dengan Arahan Perencanaan
Gambar 1.  Beragam jenis penggunaan lahan di wilayah perencanaan
Tabel 2. Perda Kota Surabaya Terkait Jarak Antar Bangunan Menurut Ketinggian Bangunan
Gambar 2. Kondisi Jarak Bangunan di Jalan Banyu Urip V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi KDQ\D EHUODQJVXQJ VDWX DUDK ³ guru mengajar dan siswa belajar ´ , dalam pola belajar ini intruksi belajar dari guru masih kurang, karena guru cenderung

Dengan demikian yang dimaksud peserta didik (murid) adalah manusia yang sedang mengalami perrtumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani. Pendidikan dirancang dan

Embolus terbentuk dibagian luar otak, kemudian terlepas dan mengalir melalui sirkulasi serebral sampai embolus melekat pada pembuluh darah dan menyumbat

profile query dapat dihasilkan baik untuk masing-masing user, kelompok user atau data warehouse dan didasarkan pada informasi yang menguraikan karakteristik query

Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika Bank

Gambar 8 menjelaskan ilustrasi penyisipan pesan. Warna kuning merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan file format media sebesar 56 bytes, warna biru digunakan

Sebagai kajian deskriptif awal, subyek da- lam pengkajian ini adalah para pemakai jasa PDII, baik yang aktif (mereka yang pemah memanfa- atkan atau meminta jasa informasi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa etnis Tionghoa memiliki ketekunan, keuletan, gaya hidup yang hemat, memiliki etos kerja tinggi tentunya dalam hal ekonomi.. Ini merupakan fakta