• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN GEJALA KERUSAKAN TANAMAN (Laporan Praktikum Pengendalin Hama Tanaman)

Oleh

Andino Nurponco G. 1414121026 Kelompok 7

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisme penggangu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu masalah penting dalam proses produksi pertanian seiring disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman telah ada sejak manusia mulai mengolah lahan pertanian (Sembel, 1989).

Adanya hama dan penyakit tersebut belum dapat dikendalikan secara optimal sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, penurunan mutu serta menurunkan pendapatan petani (Tulung, 2004).

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan

memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Agar mengetahui hama apa yang menyerang pada tanaman maka sebaiknya petani mengetahui gejala apa yang terjadi, supaya dalam pengendalian hama bisa

(3)

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan dari pratikum ini adalah sebgai berikut :

1. Mengetahui gejala kerusakan dan jenis hama yang menyerang dan tipe alat mulutnya.

(4)

II. METODOLOGI PRATIKUM

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas, pena. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah gejala dari tanaman yang terserang oleh Penggerek batang jagung, PBKo dan Oteng-oteng.

2.2 Prosedur Percobaan

Adapun langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Disediakan tanaman yang terkena gejala oleh hama.

(5)

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

No Gambar Deskripsi Gejala NamaHama

Tipe

(6)

3.2 Pembahasan

1. Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis)

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Crambidae Genus : Ostrinia Spesies : O. furnacalis

Perilaku menyerang :

Ciri khas serangannya adalah lubang kecil pada daun, gerekan pada batang, kerusakan pada tassel, dan kerusakan sebagian janggel. Larva O. furnacalis menyerang semua bagian tanaman jagung. Kehilangan hasil terbesar dapat terjadi saat serangan tinggi pada fase reproduktif (Kalshoven 1981).

Serangga ini mempunyai ciri khas serangan pada setiap bagian tanaman jagung, yaitu berupa lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan rusaknya tongkol jagung. Larvanya membuat saluran-saluran di dalam batang selagi menggerogoti jaringan untuk makanannya, sehingga ia disebut juga penggerek batang jagung atau Asian corn borer.

Bioekologi :

(7)

Telur penggerek batang berukuran 0,90 mm (Valdez dan Adalla 1983). Telur diletakkan secara berkelompok di bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Menurut Nafus dan Schreiner (1987), hampir semua telur diletakkan pada daun, terutama daun yang terkulai dan pucuk. Puncak peletakan telur penggerek batang terjadi pada saat terbentuknya bunga jantan dan berakhir pada saat pematangan biji. Sekitar 29,27% kelompok telur diletakkan di atas permukaan daun dan 70,73% di bawah permukaan daun, masing-masing pada daun ke-4, 5, 6, 7, dan 8 dari bawah (Nonci et al. 2000; 2001). Jumlah telur setiap kelompok berbeda-beda, yakni antara 5−90 butir, tetapi ada yang lebih dari 100 butir. Di laboratorium, jumlah telur setiap kelompok beragam dari 2 hingga 200 butir (Van der Laan 1981).

Stadium telur berlangsung 34 hari. Granados (2000) mengemukakan bahwa telur penggerek batang menetas 3−5 hari setelah diletakkan. Pada waktu diletakkan telur berwarna bening, ke-mudian berubah menjadi putih kekuning-an setelah hari kedua dan pada hari ketiga, yakni ketika akan menetas, berubah menjadi hitam. Warna hitam tersebut menandakan caput (kepala) calon larva. Jumlah telur yang diletakkan oleh seekor ngengat betina berkisar antara 80−140 butir/hari,

bergantung pada umur tanaman dan bagian tanaman yang dimakan larva (Nonci dan Baco 1991). Van der Laan (1981) melaporkan bahwa jumlah telur yang diletakkan seekor ngengat betina adalah 300−500 butir. Telur biasanya diletakkan pada malam hari hingga dini hari.

 Larva

(8)

Pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium bervariasi 7−9 hari atau rata-rata 8,50 hari. Pupa yang baru terbentuk berwarna krem, kemudian berubah menjadi kuning kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna cokelat tua. Menurut Valdez dan Adalla (1983), ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang bentuknya agak bulat

 Ngengat

Ngengat biasanya muncul dan aktif pada malam hari dan segera berkopulasi. Seekorngengat betina menghasilkan telur rata-rata 81,10; 133,30; 122,60 butir/hari masing-masing dari ngengat yang larvanya diberi makan bagian tanaman jagung umur 4, 6, dan 8 minggu (Nonci dan Baco 1991).

Lama hidup ngengat antara 2−7 hari. Ngengat jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina dari ukurannya. Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap jantan lebih terang daripada betina. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga berbeda dengan ruas terakhir abdomen ngengat jantan

Pengendalian :  Kultur Teknis

Lakukan penanaman di awal musim dan serentak di daerah yang terinfestasi penggerek batang; sistem tumpang sari dengan kedelai atau kacang tanah dan pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).

 Pengendalian mekanis/fisik

Memusnahkan gerombolan telur dan larva dengan menggerusnya.

 Pengendalian hayati

Pelepasan musuh alami seperti parasit telur Trichogramma spp sebanyak ± 200.00/ha serta predator larva dan pupa Euborellia annulata pada saat 35-45 hari sesudah penanaman atau segera setelah ditemukan kelompok telur penggerek di permukaan daun.

(9)

Penggunaan insektisida (berbahan aktif karbofuran) ke dalam kuncup bunga pada 30-35 hari setelah tanam; penyemprotan insektisida (berbahan aktif pyrethroid, monokrotofos, triazofos).

2. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Famili : Scolytidae Genus : Hypothenemus

Spesies : Hypothenemus hampei

Perilaku menyerang :

Hama penggerek buah kopi menyerang tanaman dengan membuat lubang pada sekitar diskus. Buah kopi yang masih muda dan terkena serangan ini akan berguguran. Sedangkan buah kopi tua yang terserang menyebabkan timbulnya cacat sehingga kualitasnya menurun.

Berlainan dengan nematoda parasit Serangan ini juga bisa mengakibatkan buah kopi yang terserang tidak dapat berkembang sehingga busuk dan gugur yang mencapai 7-14 persen. Sementara kerusakan pada buah kopi tua mencapai hingga 30-80 persen. Serangan ini umumnya dilakukan oleh kumbang betina yang meletakkan telur-telur di dalam buah kopi (Abidin, 2015).

Bioekologi :

(10)

mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5-9 hari. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari . Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan

maksimal 103 hari.

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30 -50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi

kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007).

Pengendalian :

 Pengendalian dengan Kultur Teknis

Pengendalian hama penggerek melalui kultur teknis dapat dilakukan dengan metode petik bubuk, lelesan, dan racutan. Petik bubuk adalah pemetikan awal buah kopi yang terserang maupun normal yang dilakukan pada 15-30 hari

(11)

tidak menjadi sarang hama. Lelesan dikerjakan setelah putaran petik panen rampung. Sedangkan racutan atau rempesan yakni pemetikan massal yang dilakukan pada buah kopi yang berukuran 5 mm atau lebih, dan masih tertinggal di pohon sehabis panen.

 Pengendalian dengan Mengatur Naungan

Serangga penggerek buah kopi senang hidup di tempat yang memiliki kelembaban tinggi. Maka dari itu diperlukan upaya untuk mengatur naungan supaya kondisi di sekitar tanaman kopi tidak terlalu lembab dan gelap. Pengaturan ini dilakukan dengan memangkas sejumlah bagian atas kopi secukupnya. Pengaturan naungan dilakukan setelah masa panen dan sebelum pemupukan lanjutan.

 Pengendalian melalui Upaya Fisik

Pengendalian hama melalui fisik dilakukan untuk memusnahkan serangga agar tidak dapat berkembang biak. Prosedurnya yaitu merendam buah kopi yang terkumpul ke dalam air panas. Selanjutnya buah kopi dikupas untuk diambil bijinya. Biji kopi tersebut lantas dijemur selama waktu tertentu untuk

mengeringkannya. Sebelum dijual, pastikan kadar air di dalam kopi sekitar 12,5 persen sehingga hama benar-benar tidak mampu hidup.

 Pemakaian Varietas Unggulan

Kopi dari varietas unggulan memungkinkan buahnya bisa masak secara

bersamaan. Dengan kata lain, tidak ada kesempatan bagi hama untuk tumbuh dan berkembang di lahan kopi. Contoh-contoh varietas unggulan kopi arabika yaitu USDA 230731 dan USDA 230762. Sedangkan contoh varietas kopi robusta unggulan antara lain BP42, BP288 dan BP234 untuk dataran rendah, serta BP42, BP358, dan BP409 untuk dataran tinggi. Disarankan pula untuk

mengkombinasikan metode ini dengan sanitasi kebun kopi.

 Pengendalian secara Hayati

Pengendalian hama penggerek buah kopi secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan parasitoid Cephalonomi stephanoderis dan jamur patogen

(12)

direkomendasikan mengendalikan hama PBKo secara kimiawi, karena serangga ini bersembunyi di dalam buah, sehingga metode kimia tidak efisien (Abidin, 2015).

3. Oteng-oteng / Kutu kuya / Kumbang daun (Aulacophora similis)

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Chrysomelidae Genus : Aulocophora

Spesies : Aulacophora similis

Perilaku menyerang :

Aulacophora similis terbang disekitar tanaman mentimun secara berkelompok baik pada daun muda maupun tua. Pada pertanaman sekala kecil serangga dewasa dengan mudah diperoleh pada pagi hari. Serangga ini lebih sedikit aktif pada siang hari daripada pagi hari. Imago jantan berukuran lebih kecil dengan warna elitra jingga cerah. Imago betina berukuran lebih besar dan memiliki warna elitra kuning kecoklatan. Kumbang A. similis merusak tanaman mentimun dengan dua cara, (1) imago memakan daun dan bunga dengan membuat lubang semisirkuler, (2) larva menyerang akar tanaman (Chanthy, 2010). Serangan larva dalam jumlah besar dapat mematikan tanaman, dan biasanya terjadi pada area yang ditanami satu varietas yang sama secara terus menerus tanpa adanya rotasi dengan tanaman yang bukan inang. Gejala yang ditimbulkan tanaman terserang menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya berlubang dimakan kumbang.

Bioekologi :

(13)

berbentuk bulat lonjong dan kecil, berwarna kuning cerah dan diletakkan satu persatu atau berkelompok di dalam tanah di sekitar pangkal tanaman inang . Telur yang diletakkan serangga betina bisa mencapai hingga 500 butir (Tsatsia. et.,al. 2011).

Jika tingkat serangan dan populasi serangga pada saat tanaman masih muda cukup tinggi, maka telur yang dihasilkan juga banyak. Hal ini mengakibatkan produksi larva cukup tinggi sehingga dapat mematikan tanaman sebelum buah dipanen. Pada saat akan menetas menjadi larva, telur berubah warna menjadi coklat kekuningan. Stadium larva berkisar antara 18-21 hari. Larva umumnya berwarna abu-abu kehitaman, berbentuk subsilindris, agak gemuk, memiliki tiga pasang tungkai, satu anal proleg dan memiliki duri-duri dipermukaan tubuhnya (Tarno, 2003).

Larva bersembunyi didalam tanah dan merusak akar tanaman dengan cara memakannya. Serangan larva dapat menyebabkan tanaman yang masih muda sangat merana dan mengalami kematian sejak phase kecambah. Stadium pupa berkisar 16-18 hari, lokasi pupa berada didalam gumpalan tanah yang dibuat pada akhir larva instar III. Pupa memiliki bentuk tipe exarate dan berwarna putih kekuningan (Tarno 2003).

Imago yang baru terbentuk dari pupa berwarna kuning keputihan, berupa tubuh yang masih lunak dan akan berubah menjadi imago aktif terbang setelah berumur satu hari. Pada saat tersebut imago mulai aktif mencari makanan dari daun-daun muda. Usia imago bisa mencapai hingga beberapa bulan. Setelah bertelur, serangga betina dapat hidup hingga 10 bulan kemudian (Tsatsia. et.,al. 2011).

Stadium larva dan imago merupakan stadium infektif atau stadium yang merusak pada pertanaman mentimun. Stadium ini memiliki rentang waktu yang lebih lama daripada stadium noninfektif (telur dan pupa).

Pengendalian :

(14)

 Menyemprot tanaman dengan insektida berupa Natural BVR atau Pestona sesuai dengan petunjuk.

 Menaburkan nematisida pada pangkal batang segera setelah tanaman terlihat tumbuh.

 Memungut oteng-oteng secara manual dan memusnahkannya.

 Penyemprotan dengan insektisida, seperti regent, curacron, dursban atau matador

(15)

IV.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalash sebgai berikut : 1. Semua hama dalam praktikum ini memiliki tipe alat mulut mandibulata. 2. Kerusakan yang ditimbulkan berbeda-beda meskipun tipe alat mulutnya sama. 3. Ostrinia furnacalis menyerang batang, Hypothenemus hampei menyerang

buah dan Aulacophora similis menyerang daun.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2015. Cara Jitu Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi. http://kopinian.com /2015/10 /cara-jitu-pengendalian-hama-penggerek.html. Diakses tanggal 4 April 2016.

Chanthy, P., Stephanie B., and Robert M., 2010. Insects of Upland Crops in Cambodia. Australian Centre for International Agriculture Research. Australian Government.

Granados, G. 2000. Maize insects. Tropical Maize. Improvement and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. p. 81−349

Irulandi, S., Rajendran, C. R., Chinniah dan Samuel, S.D. 2007. Influence of weather factors on the incidence of coffee berry borer, Hypothenemus hampei (Ferrari) (Scolytidae: Coleoptera) in Pulney hills, Tamil Nadu. Madras Agric.J. 94 (7-12) : 218-231.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.701 p.v

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Penerbit Bumi Aksara Jakarta. Bekerjasama dengan Pusat antar Universitas-Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.

Nafus, O.M. and I.H. Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis

(Lepidoptera: Pyralidae) egg and larvae on sweet corn in relation to plant growth stage. J. Econ. Entomol. 80(2): 411−416.

Nonci, N. dan D. Baco. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung (Ostrinia

furnacalis) Guenee pada berbagai tingkat umur tanaman jagung (Zea mays L.). Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros 6(3): 95−101.

Nonci, N., J. Tandiabang, Masmawati, dan A. Muis. 2000. Inventarisasi musuh alami penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) di sentra produksi Sulawesi Selatan. Penelitian Pertanian 19(3): 38−49.

(17)

batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee). Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. 13 hlm.

Sembel, D. T. 1989. Dasar-Dasar Biologi dan Ekologi Dalam Pengendalian Serangga. Fakultas Pertanian UNSRAT Manado

Tarno. H., Gatot M. dan Lilik S. 2003. Binomi Kumbang Mentimun Aulacophora similis Oliver. (Coleoptera; Chrysomelidae) Pada Pertanaman Ketimun (Cucumis sativus L.). Habitat Vol XIV No.3. Hal : 146-161

Tsatsia, H., Mal, and Grahame J. 2011. Extension Fact Sheet 40: Red pumpkin beetle. Ministry of Agriculture & Livestock, Solomon Islands. TerraCircle Inc.

Tulung, M. 2004. Sistem Peramalan Hama. Fakultas Pertanian UNSRAT. Manado.

Valdez, L.L. and C.B. Adalla. 1983. The biology and behavior of the Asian corn borer, Ostrinia furnacalis Guenee (Pyralidae: Lepidoptera) on cotton. Philipp. Entomol. 6(5&6): 621−631.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

analisis hubungan antara jumlah anak dengan pertumbuhan perkembangan bayi diperoleh bahwa responden dengan keluarga besar berpeluang 82,5% terhadap pertumbuhan

 dalam bentuk bebas mudah diabsorbsi di usus  tidak dapat disimpan tubuh dalam jumlah besar  kelebihan tiamin akan diekskresi melalui urine.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin, Current Ratio, Dan

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IS 2 yang bertempat di SMA Negeri 1 Sawan, yang berjumlah sebanyak 22 siswa, yang terdiri atas 12 orang

Retak pertama (first crack) benda uji BCJ-TL akibat momen positif (kondisi balok tertarik) terjadi pada siklus ke-8 saat beban -20 kN pada jarak 55 cm dari muka kolom, sementara

Salah satu dari sekian banyak manfaat untuk belanja di toko online adalah bahwa Anda memiliki sejumlah penjual untuk melakukan bisnis dengan anda.. Didalam toko online

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menganalisis permasalahan arkeologi dasar, dengan menerapkan aktivitas belajar kuliah interaktif dan small group

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren Iqra‟ pada tahun 2007 yang menjadi guru untuk mata pelajaran pondok adalah Azwar Munaf sendiri beserta