• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM Coelogyne

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM Coelogyne"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata) SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN TANAMAN ENDEMIK

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan yang Dibina Oleh Ibu Frida Siswiyanti

Oleh:

Dewi Nur Arasy (140341602754) Offering A, 2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata) SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN TANAMAN ENDEMIK

Oleh: Dewi Nur Arasy 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan endemik merupakan tumbuhan asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah wilayah geografis tertentu dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah tersebut dapat berupa pulau, negara, atau zona tertentu yang dibatasi oleh barier atau penghalang seperti lembah, atau bukit. Menurut pakar Biologi dan Ekologi, endemik atau endemis berarti eksklusif, asli pada suatu tempat (biota). Selain itu, menurut Primak (dalam Lekitoo), Keragaman flora yang terdapat pada suatu daerah

dipengaruhi oleh faktor biogeografi pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya, misalnya ketinggian tempat, curah hujan serta garis lintang dan jauh dekatnya suatu daerah atau pulau dari pulau lainnya. Akibat dari endemisitasnya yang tinggi, tumbuhan endemik rawan mengalami kepunahan bila keberadaannya mendapat gangguan dari alam atau manusia. Salah satu contoh tumbuhan endemik Kalimantan yang rawan punah adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata).

Sastrapradja et al. (dalam Untari et al., 2006) Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) merupakan salah satu jenis anggrek alam yang berasal dari

Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari. Anggrek hitam yang dalam bahasa latinnya adalah Coelogyne pandurata merupakan flora identitas (maskot) propinsi Kalimantan Timur. Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial. Anggrek tipe ini membentuk rumpun yang tiap satuan tanaman saling terhubung dengan akar tinggal (rhizome). Batangnya membentuk umbi semu, bundar panjang, pipih dengan panjang 10-15 cm, daunnya berbentuk lonjong, belipat-lipat panjang mencapai 40 cm dan lebar 10 cm. Buah anggrek hitam berbentuk jorong dengan panjang sekitar 7 cm dan lebar antara 2–3 cm. Dari

(3)

khas pada bunganya yang memiliki lidah (labellum) berwarna hitam. Dalam bahasa Inggris anggrek hitam disebut sebagai “Black Orchid”, sedangkan di Kalimantan Timur, anggrek hitam mempunyai nama lokal yaitu “Kersik Luai”.

Berdasarkan taksonominya, anggrek hitam (Coelogyne pandurata) termasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan), subkingdom Tracheobionta (tumbuhan

berpembuluh), super divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas Liliopsida (berkeping satu atau monokotil), sub kelas Liliidae, ordo Orchidales, famili Orchidaceae (suku anggrek-anggrekan), genus Coelogyne, dan spesies Coelogyne pandurata (Galingging, 2011).

Menurut PP No. 7 Tahun 1998, anggrek hitam dilindungi dan dilarang

diperdagangkan bebas kecuali hasil penangkaran sehingga anggrek hitam merupakan salah satu spesies anggrek yang dilindungi di Indonesia karena terancam kepunahan. Keberadaannya mulai langka karena perburuan dan perdagangan secara illegal. Salah satu faktor penyebab menurunnya keberadaan anggrek hitam adalah faktor eksternal berupa habitat tumbuh yang rusak akibat penebangan dan konversi lahan dan faktor internal seperti periode berbunga yang sangat pendek (Claudia et al., 2013).

Salah satu cara untuk mengatasi kepunahan dan mempertahankan keberadaan anggrek hitam yaitu dengan melakukan budidaya atau perbanyakan. Budidaya anggrek hitam dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Budidaya secara generatif hanya bisa dilakukan secara laboratories. Sedangkan budidaya secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara memisahkan anakan atau rumpun, keiki, dan kultur jaringan. Selain itu, beberapa proses perawatan yang penting antara lain: nutrisi atau pemupukan, penyiraman, cahaya dan temperatur, pengendalian hama dan

penyakit.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara generatif sebagai upaya pelestarian tanaman endemik?

(4)

(3) Bagaimana cara perawatan dalam budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) sebagai upaya pelestarian tanaman endemik?

2. Pembahasan

2.1. Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) Secara Generatif Budidaya anggrek hitam (perbanyakan) secara generatif merupakan

perbanyakan yang umum dialami oleh semua organisme yang terjadi secara alami atau buatan yang berhubungan dengan penyerbukan bunga, dan penanaman biji. a. Penyerbukan bunga

Pada tanaman anggrek hitam untuk penyerbukan bunga yaitu dengan mengambil tepung sari dari bunga tersebut atau dari bunga tanaman lain. Penyerbukan yang menggunakan serbuk sari dari bunga lain disebut hibridisasi (persilangan). Dalam dunia tanaman hias, hibridisasi dilakukan bukan karena

tanamannya steril atau incompatible tetapi memang disengaja untuk menggabungkan sifat baik yang terdapat pada dua tanaman. Sifat baik tersebut berupa warna, bentuk, ukuran, tekstur, jumlah bunga per tangkai susunan bunga dalam tangkai, ketahanan bunga, serta keharumannya, memproduksi bunga dalam jumlah besar, dan tahan terhadap penyakit. Dalam hibridisasi seringkali mengalami kegagalan dalam penggabungan sifat baik, karena sifat baik tersebut bersifat resesif dan tertutup oleh sifat yang dominan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh banyaknya gen (Gunawan, 2002: 56).

Bunga yang digunakan dalam penyerbukan merupakan bunga dari tanaman yang sehat yang tidak terserang penyakit atau hama, bunga betina dengan

perkembangan yang baik yang ditandai dengan tangkai bunga yang kuat, dan bunga yang mekar penuh dengan mahkota yang memperlihatkan labellum berwarna hitam.

Berikut merupakan langkah-langkah dalam penyerbukan bunga.

(5)

(2) Membuka cap polinia (gumpalan serbuk sari) yang terdapat pada ujung column (dalam polinia berwarna kuning) dengan membasahi ujung lidi atau tusuk gigi dengan cairan yang ada dalam lubang kepala putik atau dengan sedikit air. Hal ini bertujuan agar serbuk sari menempel pada lidi atau tusuk gigi.

(3) Mengambil polinia dengan hati-hati dan memegang kertas putih di bawah bunga. Kemudian memasukkan polinia ke dalam lubang kepala putik menggunakan lidi atau tusuk gigi.

(4) Memberi label yang diikat pada tangkai bunga yang berisi catatan tanggal penyerbukan dan bunga yang diambil polinianya. Hal ini digunakan untuk menandai waktu dilakukannya penyerbukan.

Setelah penyerbukan bunga anggrek akan layu, ovari (bakal buah) yang terdapat pada bunga anggrek akan membengkak dan apabila tidak terserang hama atau penyakit maka fertilisasi akan berhasil. Buah yang masak akan menghasilkan biji bunga. Dalam satu bunga dapat menghasilkan puluhan hingga jutaan biji. Ukuran biji sangat kecil yaitu jutaan biji dalam buah yang berukuran 12.5 cm. Kemudian, biji siap ditebar di media agar dalam keadaan steril dengan pH 5,0-5,2 dan akan berkecambah setelah tiga minggu. Setelah berumur sekitar 9-12 bulan, anggrek tersebut bisa dipindahkan ke dalam pot komunitas (Akbar, 2013).

b. Penanaman Biji

Penanaman biji pada budidaya generatif meliputi prosedur aseptik, karena media makanan yang digunakan mengandung gula, dan unsur hara dan merupakan media tumbuh yang baik untuk cendawan (micorhiza) dan bakteri. Bila keadaan tidak aseptik akan mengakibatkan cendawan atau bakteri tumbuh lebih cepat dari biji dan akan mematikan biji. Biji diambil dari buah masak yang memiliki ciri dengan

perubahan warna buah yaitu dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan sterilisasi dari biji yang akan ditanam. Biji tersebut tidak mempunyai cadangan makanan, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam budidaya, biji tersebut harus ditumbuhkan pada media yang

(6)

Persiapan media dilakukan sebelum pelaksanaan pemanenan buah. Untuk menumbuhkan biji anggrek, umumnya dipakai media makan. Media yang sering digunakan adalah media agar. Terdapat dua jenis media agar yaitu media Knudson C dan media yang terbuat dari pupuk daun. Menurut Arditti (dalam Semiarti et al., 2010), Dalam kultur jaringan anggrek, berbagai media untuk perkecambahan benih dan induksi tunas adalah Knudson C (KC), Vacin dan Went (VW), dan Murashige dan Skoog (MS) dengan penambahan beberapa kompleks organik seperti air kelapa. Menurut Tulecke et al. (dalam Untari et al., 2006) air kelapa mengandung unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.

Media pupuk daun lebih sederhana dibanding media makan Knudson C tetapi media Knudson C lebih berpotensi dalam pembudidayaan anggrek hitam yang bersifat langka. Secara umum media Knudson tersusun atas kalsium nitrat 1 gram, monobasicpotasium fosfat 0,25 gram, magnesium sulfat 0,25 gram, amonium sulfat 0,50 gram, sukrosa 20 gram, ferro sulfat 0,025 gram, mangaan sulfat 0,0075 gram, dan ditambah agar-agar 10-20 gram serta air kelapa 100-150 cc atau aquadest. Media ini lebih kompleks dan mendukung pertumbuhan biji dan seedling lebih baik. Berikut cara membuat media makan Knudson C.

(1) Membuat larutan stock, yang isinya akan dijelaskan pada tabel berikut Tabel 2.1. Komposisi larutan Knudson C

Komponen Jumlah per

Monopotasium phosphate KH2PO4

(7)

Manganese sulphate MnSO4.4H2O

7.5 mg 750 mg/l *Unsur Mikro:

Boric acid H3BO3

0.056 mg 56 mg/l

1 l

Molybdib acid MoO3 0.016 mg 16 mg/l

Cupric sulphate anhydrous CuSO4 0.040 mg 40 mg/l

Zinc sulphate ZnSO4.7H2O 0.331 mg 331 mg/l

(sumber: Gunawan, 2002: 60)

Selain bahan diatas juga ditambahkan gula 20 g, aquadest secukupnya, agar-agar batangan dari pasar 12 g, agar-agar-agar-agar bubuk dari pasar 5 g, dan Bacto agar-agar yang murni 8 g. Dalam menimbang unsur diatas dapat menggunakan neraca yang berketelitian tinggi seperti neraca analitik atau neraca triple beam.

*Untuk unsur mikro dilarutkan dalam 1 liter aquadest.

Larutan stock yang dibuat dengan melarutkan bahan diatas sebanyak 1 liter yang kemudian disimpan dalam botol berwarna dan di tempat yang dingin atau tidak berkontak langsung dengan sinar matahari.

(2) Larutan dipindah ke dalam labu takar 1000 cc menggunakan pipet, lalu menambahkan gula 20 g dan aquadest hingga ¾ penuh dan kemudian diuji pH-nya menggunakan pH indicator. pH yang dianjurkan berkisar 5.5-5.6, pada pH ini semua unsur tersedia dan mendukung untuk pertumbuhan

(3) Pada pembuatan media padat yang menggunakan bacto agar, apabila pH di bawah 5.5 maka media agar tersebut tidak mau membeku. Sedangkan bila pH rendah kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman, begitu juga sebaliknya jika pH terlalu tinggi. Apabila pH berada di bawah 5.5 maka dengan menambahkan 5-10 tetes NaOH 0.1 N ke dalam larutan kemudian di kocok. Sebaliknya bila pH terlalu tinggi maka dengan menambahkan HCl 0.1N beberapa tetes ke dalam larutan media

(8)

botol-botol kultur agar tidak terkontaminasi oleh bakteri. Volume media tergantung dengan wadah yang digunakan

(5) Botol kultur kemudian ditutup menggunakan penutup dari karet hitam atau penutup yang terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain kasa dan diikat pada ujungnya. Selain itu, aluminium foil juga dapat digunakan sebagai penutup mulut botol dan media disterilkan dalam autoclave pada tekanan 15-18 pound per square inch (psi) selama 30 menit

(6) Menyimpan media yang telah steril di tempat yang gelap dan sejuk, hingga akan digunakan yaitu 1 minggu setelah pensterilan. Selain itu, perlu dipastikan apabila pensterilan gagal maka akan terdapat cendawan atau bakteri dalam media yang berakibat media tidak dapat digunakan (Gunawan, 2002: 64). Kontaminasi diduga terjadi karena kurang bersihnya botol, peralatan saat pembuatan media, suhu ruang kultur yang berubah-ubah saat botol disimpan di rak kultur dan adanya bakteri yang terbawa dari sumber eksplan. Kontaminasi juga sangat ditentukan oleh sterilitas ruangan (Tuhuteru, 2012).

Setelah media makan tersedia maka dapat melakukan penanaman biji.

Pensterilan aquadest dan alat lainnya dilakukan didalam autoclave sekitar selama satu jam agar alat dan bahan tersebut benar steril. Petridish, pinset, pisau scalpel, gunting, dan gelas piala merupakan alat yang pensterilannya dengan cara dibungkus

aluminium foil, atau kertas sampul kuning, perlakuan tersebut berlaku pada alat yang terbuat dari logam. Setelah pensterilan dilakukan maka selanjutnya mengambil buah anggrek yang masak tetapi belum merekah, kemudian dicuci dengan hati-hati agar tidak pecah. Buah tersebut dicelupkan sebentar dalam alkohol 70% untuk

(9)

tergantung dari besarnya buah anggrek. Pembilasan dilakukan sebanyak tiga kali untuk kebersihannya, setelah itu buah diambil menggunakan pinset yang steril kemudian diletakkan dalam petri dish dan dibelah menggunakan pisau scalpel yang steril. Setelah penggunaan alat diseksi yang steril maka alat tersebut harus dicelupkan lagi ke dalam cairan alkohol 95% yang tersedia dalam gelas piala 500 cc dan dibakar menggunakan api spiritus. Setelah itu alat tersebut didinginkan di atas petri dish yang juga sudah steril. Penggunaan benda-benda yang bersifat steril dan menghindari objek berkontak langsung dengan tangan merupakan proses sterilisasi.

Pengambilan biji yang terdapat dalam buah dilakukan dengan menggunakan pinset panjang atau dengan spatula yang kemudian ditaburkan di atas media dalam lapisan tipis. Mulut botol dipanaskan dengan api spiritus kemudian ditutup. Luar botol daerah sekitar prop (tutup botol) diusap menggunakan kapas yang telah dibasahi oleh alkohol 70%. Perlakuan tersebut untuk menjaga kesterilan pada biji. Botol diletakkan pada rak yang terkena sinar matahari dari jendela atau diberi penyinaran lampu neon.

Biji yang berkecambah tampak seperti bulatan hijau yang menutupi permukaan media. Anggrek hitam pada saat pertumbuhan dalam botol kultur termasuk anggrek yang mampu menghasilkan banyak tunas aksilar maupun tunas adventif (Untari et al., 2006). Setelah dua hingga tiga bulan, bibit anggrek tersebut dapat dipindahkan ke dalam media baru berupa media sebelumnya. Seedling yang sudah besar berangsur-angsur diberi penyinaran dengan intensitas yang lebih tinggi untuk persiapan pengeluaran dari botol. Seedling yang telah kuat akarnya dengan daun yang tegar dapat dikeluarkan dari botol. Seedling yang sudah keluar dari botol dicuci bersih hingga tidak ada agar yang menempel. Agar tersebut dapat menyebabkan kebusukan pada seedling karena mengundang cendawan dan bakteri. Kemudian seedling yang sudah bersih di rendam dalam larutan fungisida selama 10 menit agar seedling terbebas dari kontaminasi jamur. Setelah itu dikeringkan dan ditanam rapat dalam pot sedang yang disebut community pot.

(10)

dandang selama 1-1,5 jam. Pakis steril tersebut kemudian direndam dalam larutan pupuk dan dibiarkan hingga semalam. Larutan pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK sebanyak 1g/liter dan ditambah dengan 0,25 mg urea, atau menggunakan pupuk daun yang mempunyai kandungan N lebih tinggi dari P dan K, karena unsur N mendorong pertumbuhan seedling. Seedling yang masih kecil tersebut diletakkan di tempat yang lembab dan teduh, dengan intensitas cahaya antara 10-15%. Cahaya ini berfungsi untuk fotosintesis seedling. Menyemprot permukaan media dan sekitarnya dengan teratur hingga tidak terjadi kekeringan pada seedling.

Setelah akar dan daun kuat, seedling dalam community pot ditambah intensitas cahayanya secara berangsur-angsur hingga yang biasa diberikan pada tanaman dewasa. Seedling yang tingginya mencapai 5 cm atau lebih dapat dipindahkan ke individu pot yang berdiameter 5 cm dan dipelihara hingga berbunga. Memperoleh tanaman anggrek dari biji dan memeliharanya hingga berbunga memerlukan

ketekunan dan kesabaran, tetapi dapat mendatangkan kepuasan tersendiri (Gunawan, 2002: 69).

a. Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) Secara Vegetatif

Budidaya vegetatif dilakukan dengan tujuan mempertahankan keunggulan suatu tanaman. Pada umumnya budidaya vegetatif sangat disukai karena anggrek akan lebih cepat berbunga dan sifat-sifat anggrek yang baru akan sama dengan indukannya (Ayub, 2005). Budidaya vegetatif anggrek hitam dapat dilakukan melalui: a. splitting, pembelahan anakan/pseudobulb

Anggrek hitam merupakan jenis anggrek simpodial, oleh karena itu splitting berlaku untuk cara pembudidayaannya secara vegetatif. Pada rumpun yang sudah banyak batangnya, sering dijumpai batang menggembung (bulb) yang sudah kering dan tidak terdapat daunnya. Bulb tersebut disebut back bulb. Bila bulb tersebut dibiarkan dalam rumpun, bulb tersebut akan tetap demikian dan akhirnya mati. Dan sebaliknya apabila dipisahkan, maka tunas yang terdapat di bawah tiap bulb akan tumbuh dan membentuk tanaman baru yang dapat berbunga.

(11)

rizomnya pada pemotongan pertama, kemudian membiarkan setengahnya masih terhubung dengan bulb yang lain. Setelah tunas tumbuh dan membentuk akar, baru rizom dipisahkan dari induknya dan dipindahkan ke pot yang lain. Pot yang

digunakan merupakan pot yang bersih. Perawatannya sama dengan tanaman dewasa lainnya.

b. penggunaan keiki

Keiki merupakan bahasa Hawai yang berarti bayi. Keiki sering dijumpai pada buku tanaman dewasa yang tumbuh dan keluar dari selahnya. Keiki dapat membentuk akar sehingga merupakan suatu individu yang terpisah. Setelah akar yang cukup banyak, keiki dapat dipisahkan dari induknya menggunakan pisau tajam dan ditanam di pot. Metode keiki tersebut memiliki keunggulan yaitu mudah dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan khusus. Namun tidak dapat memperbanyak dalam jumlah besar. Dalam 1 tahun, paling banyak 3-4 pot.

c. kultur jaringan (tissue culture)

Metode ini merupakan penelitian laboratorium bagian dari penelitian fisiologi tentang tumbuh dan berkembang (growth and development). Kultur jaringan secara luas didefinisikan sebagai usaha mengisolasi, menumbuhkan, memperbanyak, dan meregenerasi protoplasma (bagian hidup dari sel), sel utuh atau agregat sel, atau bagian tanaman seperti meristem, tunas, daun muda, batang muda, ujung akar, kepala sari, dan bakal buah, dalam suatu lingkungan yang terkendali.

(12)

Persiapan yang perlu dilakukan hampir sama dengan persiapan pada penanaman biji dalam budidaya generatif, tetapi media tumbuh tidak bisa menggunakan dari pupuk buatan. Sedangkan bahan dan peralatan yang perlu disiapkan dalam perbanyakan melalui metode kultur jaringan juga sama dengan peralatan pada penanaman biji, namun berbeda pada bahan penyusunannya yang lebih banyak, juga ditambah beberapa alat yaitu shaker atau alat pengocok untuk kultur cair, rak kultur yang dilengkapi dengan lampu dan timer, lemari es yang digunakan untuk menyimpan stock solution dan freezer untuk menyimpan hormon, serta neraca analitik.

Secara singkat tahapan dalam pelaksanaan kultur jaringan antara lain: (1) penentuan bagian tanaman yang akan dikultur

Secara teoritis, semua sel hidup dalam tubuh tanaman dapat tumbuh dan menjadi organisme baru bila dipisahkan dan ditumbuhkan pada lingkungan yang sesuai, namun dalam prakteknya ada beberapa bagian yang sukar ditumbuhkan. Maka bagian tanaman yang mudah ditumbuhkan antara lain: pucuk tanaman karena sel-selnya yang aktif tumbuh, meristem (daerah ujung tanaman yang berdiameter sekitar 0,05-0,1 mm), tunas axilar (tunas samping yang terdapat pada ketiak daun), atau tunas muda yang baru tumbuh.

(2) penentuan media tumbuh

Beberapa komposisi dasar media yang dapat digunakan dalam kultur bunga anggrek adalah komposisi media Vacin and Went (VW) dan komposisi media Murashige dan Skoog (MS).

Komponen pada masing-masing media dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 2.2. Komposisi media Vacin dan Went

Komponen Jumlah per

liter media Stock

Volume yangdipipet Tricalcium phosphate

Ca3(PO4)2

200 mg 20 g/l 10 ml

Potassium nitrate KNO3 525 mg 52,5 g/l 10 ml

(13)

Ammonium sulphate

Tabel 2.3. Komposisi media Murashige dan Skoog

Komponen Jumlah per

liter media Stock

Volume yangdipipet Ammonium nitrate NH4NO3 1650 mg 82,5 g/l 20 ml

Potassium nitrate KNO3 1900 mg 96 g/l 20 ml

Calcium chloride CaCl2.2H2O 440 mg 88 g/l 5 ml

Boric acid H3BO3 6,2 mg 1,24 g

5 ml Potassium phosphate KH2PO4 170 mg 34 g

Potassium iodine KI 0,83 mg 0,166 g Sodium molybdate

Na2MoO4.2H2O

0,25 mg 0,005 g Cobalt chloride CoCl2.6H2O 0,025 mg 0,005 g

Magnesium sulphate

Cupro sulphate CuSO4.5H2O 0,025 mg 0,005 g

Chelated iron Na2EDTA 37,2 mg 3,72 g

Ferrous sulphate FeSO4.7H2O 27,8 mg 2,78 g 10 ml

Pyridoxine 0,5 mg Tanpa stock

Glycine 2 mg Tanpa stock

Nicotinic acid 0,5 mg Tanpa stock

(14)

Myo-inositol 100 mg

Gula 30 mg

Bacto agar 10 mg

(sumber: Gunawan, 2002: 79)

Senyawa boric acid hingga cobalt chloride dicampur menjadi satu liter stock dan senyawa magnesium sulphate hingga cupro sulphate dicampur menjadi satu liter stock. Kemudian celated iron dan ferrous sulphate juga di campur menjadi satu stock. Media tumbuh anggrek dapat berbentuk cair atau padat. Pada penanaman awal, sering digunakan media cair. Media cair adalah media tumbuh yang tidak diberi agar-agar, sehingga tetap berbentuk cairan. Kultur dalam media cair membutuhkan alat yang disebut shaker (pengocok). Kultur diletakkan di atas shaker dan dikocok selama masa pertumbuhan. Pengocokkan dimaksudkan agar: a) memberikan aerasi pada kultur. Dalam keadaan terendam, jaringan tanaman mendapat sedikit udara atau tidak ada sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kematian jaringan, b) supaya kontak antara bahan tanaman dengan media semaksimum mungkin, c) untuk mengurangi dan melarutkan zat-zat fenolik hitam yang terbentuk pada jaringan di tempat bekas irisan (3) penentuan metode sterilisasi

Kepekatan bahan sterilant dan lamanya perendaman yang tergantung dari bagian tanaman yang dipakai dan tingkat kontaminasi permukaan, dalam larutan sterilisasi menentukan keberhasilan sterilisasi. Dalam sterilisasi, jaringan tanaman yang direndam terlalu lama dalam larutan sterilisasi atau larutannya yang terlalu pekat dapat mengakibatkan jaringan menjadi bleachout yaitu mati dan putih

seluruhnya. Gunawan (2002: 80) menyatakan bahwa “Larutan yang biasa digunakan adalah larutan chlorox 10-20% dengan waktu perendaman 5-7 menit. Lebih baik menggunakan larutan yang agak encer dengan waktu perendaman yang lebih lama dari pada larutan yang pekat dengan waktu perendaman yang singkat.”

(15)

generatif. Perbedaan antara penanaman biji dalam budidaya generatif dan kultur jaringan adalah cara memperoleh seedling atau bibitnya.

a. Cara perawatan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)

Setelah melakukan perbanyakan, maka tahap selanjutnya adalah menjaga bunga baru tersebut tumbuh, berkembang dan tetap hidup. Beberapa proses yang perlu dilakukan antara lain:

a. Nutrisi dan pemupukan

Untuk tumbuh dan berkembang, semua tanaman membutuhkan unsur-unsur yang diambil melalui akar dan daun. Secara ringkas macam unsur dan fungsi bagi tanaman antara lain: Nitrogen (N) untuk sintesa asam-asam amino, protein, asam nukleat, berbagai koenzim dan sebagai konstituen molekul klorofil (zat hijau daun), Fosfor (P) berperan dalam masalah transfer energi pada reaksi kimia dalam tubuh tanaman, Potasium/Kalium (K) mempengaruhi sistem enzim yang menentukan fotosintesa, respirasi, metabolise karbohidrat, dan translokasi, Kalsium (Ca) sebagai bahan pengisi dinding sel, mempengaruhi level hormon tanaman yang digunakan untuk detoksifikasi keracunan oleh unsur lain, terutama unsur mikro, Magnesium (Mg) memegang peranan penting dalam fotosintesa karena merupakan inti dari molekul klorofil, juga dibutuhkan dalam banyak enzim, serta sebagai aktivator enzim, Sulfur (S) sebagai komponen asam amino yang mengandung S, vitamin, dan koenzim yang penting, dan unsur mikro yang mempengaruhi proses pembungaan, pembuahan, metabolisme N, penyerapan garam, pergerakan hormon, dan beberapa metabolisme lainnya.

(16)

dan kesehatan tanaman, pupuk yang digunakan yaitu pupuk yang mengandungn N, P, dan K yang seimbang seperti Hyponex 20-20-20.

b. Penyiraman

Penyiraman merupakan salah satu faktor perawatan yang kritis karena dalam tanaman air berfungsi sebagai: sumber unsur H dan O yang penting untuk tanaman, pelarut untuk senyawa lain, pengisi sel, pengatur tekanan sel (turgor sel), pengangkut senyawa dalam tubuh tanaman dan pengatur temperatur daun.

Cara pemberian air yang baik adalah melalui nozzle dari suatu semprotan sehingga dapat diatur butiran air yang halus yang tidak menghanyutkan media tumbuh atau merusak batang dan bunga. Cara tersebut lebih efisien dari pada penyiraman dengan menuang air secara langsung. Pada keadaan udara kering, penyemprotan butiran air halus di sekeliling tanaman ke udara dapat mengurangi tekanan panas yang berlebihan. Pada anggrek hitam memiliki pseudobulb di bagian bawah, hal ini berarti bahwa anggrek hitam lebih tahan kering dibandingkan dengan anggrek yang tidak memiliki pseudobulb. Namun hal ini tidak berarti bahwa anggrek hitam tidak perlu disiram. Anggrek yang sudah besar lebih banyak membutuhkan air daripada seedlingnya sehingga volume air penyiraman dan frekuensi penyiraman harus dibedakan. Frekuensi penyiraman erat kaitannya dengan ukuran anggrek dan jenis media yang digunakan.

Pada tempat yang panas dan kering, pemberian air yang sering dapat

mengurangi dehidratasi tanaman sehingga metabolisme dalam tanaman dapat terus berlangsung. Pemberian air 2-3 kali merupakan penyiraman yang standar.Pedoman penyiramannya adalah menyiram pada waktu permukaan media kering. Penyiraman dengan butiran air halus hingga membasahi seluruh pot dan menetes. Penyiraman juga dilakukan bila terdapat debu yang menutupi permukaan daun, sehingga dapat mendorong penyerapan sinar, air, dan hara.

c. Cahaya dan temperatur

(17)

anggrek tersebut. Untuk mengukur intensitas dapat menggunakan light meter khusus atau menggunakan light meter pada kamera foto. Pengaturan banyaknya sinar dapat dilakukan dengan mengatur jarak potongan bambu atau kerapatan paranet yang dipakai. Lebih rapat bambu atau paranet maka akan semakin kecil intensitas cahaya yang diterima. Untuk jenis anggrek hitam dapat menerima 50-60% dari cahaya matahari langsung. Kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. Dan pada umumnya, temperatur yang dibutuhkan untuk anggrek budidaya sekitar 28 ± 2ºC dengan minimum 15ºC. Hal ini juga berpengaruh pada kelangsungan hidup anggrek hitam.

d. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang tanaman anggrek hitam tergantung intensitas serangan. Beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam mencegah adanya serangan hama atau penyakit, antara lain kebersihan tempat, pemberian air yang berlebihan, penggantian media tumbuh yang teratur,

penyemprotan fungisida dan insektisida sesuai petunjuk, dan pemotongan bagian tanaman yang terserang menggunakan pisau steril.

Beberapa macam hama yang menyerang anggrek antara lain, keong, trips, red spider, kutu babi, kumbang, kutu, dan ulat. Dan penyakit yang timbul dapat

disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh cendawan umumnya timbul bercak dan busuk. Untuk menanggulangi penyakit tersebut dapat menggunakan fungisida yang frekuensi pemberiannya sama dengan insektisida yaitu 10-14 hari sekali. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri umumnya mengakibatkan busuk pada daun, batang, atau akar. Untuk menanggulangi penyakit tersebut dapat menggunakan fungisida atau injeksi dengan antibiotic seperti streptomycin atau tetracycline. Pada penyakit yang ditimbulkan oleh virus umumnya timbul garis klorotik atau titik klorotik (daerah yang kehilangan hijau daun). Untuk menanggulangi penyakit tersebut dapat menyemprotkan pestisida sesuai dosis dan dilakukan pada pagi atau sore hari.

3. Simpulan

(18)

(1) Budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara generatif dapat

dilakukan secara laboratories atau menggunakan alat dan bahan serta cara kerja yang berhubungan dengan laboratorium. Seluruh peralatan dan bahan melalui proses sterilisasi. Pelaksanaannya melalui beberapa proses yaitu penyerbukan bunga secara buatan atau sengaja dan penanaman biji yang berhubungan dengan pembuatan media makan dan tanam.

(2) Budidaya anggrek hitam (Coelogyne pandurata) secara vegetatif merupakan budidaya yang lebih sederhana dan efisien. Budidaya ini dapat dilakukan dengan pemisahan rumpun, splitting atau pemisahan pseudobulb, menggunakan keiki, serta kultur jaringan.

(3) Perawatan anggrek hitam (Coelogyne pandurata) bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup anggrek tersebut hingga dewasa. Perawatan ini berupa

pemupukan, penyiraman, pengaturan cahaya dan suhu serta pengendalian hama dan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Maya. 2013. Cara Budidaya Tanaman Anggrek, (online),

(http://carapetunjukbudidaya.blogspot.com/2013/06/cara-budidaya-tanaman-anggrek.html), diakses oktober 2014

Anonim. 2013. Budidaya Anggrek Hitam, (online),

( http://carapetunjukbudidaya.blogspot.com/2013/06/cara-budidaya-tanaman-anggrek.html), diakses oktober 2014

(19)

Galingging, R.Y.2011. Tips Budidaya Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl), (online), (

http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-47/teknologi/197-anggrek-hitam), diakses oktober 2014

Gunawan, L.W.2002. Budi Daya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya

Lekitoo, Krisma. Tanpa tahun. Kekayaan, Pelestarian dan Pemanfaatan Jenis Flora di Tanah Papua. Tanpa penerbit

Semiarti, E., Indrianto, A., A. Suyono, E., Nurwulan, R.L., Restiani, R., Machida, Y., Machida, C. 2010. Transformasi genetik dari Anggrek Hitam Indonesia

(Coelogyne pandurata Lindley ) melalui Agrobacterium tumefaciens untuk Mikropropagasi. Japan: Proceedings of NIOC

Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L., Raharjo, S. H. T. 2012. Pertumbuhan dan

Perkembangan Anggrek Dendrobium Anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia, 1(1): 1-12

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi larutan Knudson C
Tabel 2.2. Komposisi media Vacin dan Went
Tabel 2.3. Komposisi media Murashige dan Skoog

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi kemampuan seseorang untuk menyerap informasi yang ada, hal ini berarti

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengatahui etika guru dan siswa, untuk membentuk siswa yang

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa sumber yang diberikan memiliki amplituda yang besar adalah di antara jumlah waktu ke 100 sampai jumlah waktu ke 8004. Sehingga daerah

Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila hasil negative dilanjutkan

Pada keadaan tertentu bila alat yang akan dibeli tidak dapat diuji coba (alat-alat tertentu) maka keputusan pembelian diserahkan kepada Tim Pengadaan. Kepala Bagian Inventory

(2) Pemeriksaan rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Pemeriksaan rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan jenis pemeriksaan

Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Artha Bhakti Adhi Guna dalam mengelola dana PNPM Mandiri sudah dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Hubungan antara kemampuan metakognisi dengan keterampilan proses sains siswa kelas XI IPA 2 SMA