• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN T"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Ayu Rafania Atikah 021211133019 Rizka Febriyanti 021211133020 Emmanuel Damar 021211133021 Afifah Ulfa Anindya 021211133022 Rizky Devina 021211133023

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Teori

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003: 238).

Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung. Denyut nadi dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan cara palpasi, disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan elektronik yang sederhana maupun yang modern.

Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indicator untuk meilai system kardiovaskuler.

1.2 Masalah

a. Bagaimana pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah dan denyut nadi?

b. Bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap tekanan darah dan denyut nadi?

c. Bagaimana langkah-langkah pengukuran denyut nadi dan tekanan darah?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.

b. Mengetahui pengaruh latihan fisik terhaday denyut nadi dan tekanan darah.

c. Mengetahui langkah-langkah pemeriksaan denyut nadi dan mengukur tekanan darah dengan cara palpasi dan auskultasi.

(3)
(4)

2. METODE KERJA

-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup. d. Stethoscope

e. Bangku latihan fisik f. Metronom

2.2 Tata Kerja

2.2.1Memeriksa Denyut Nadi dan Mengukur Tekanan Darah 2.2.1.1 Memeriksa Denyut Nadi secara Palpasi

i. Memilih 1 mahasiswa coba (MC1).

ii. Menyuruh MC1 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit di meja periksa/tempat tidur.

iii. Meletakkkan kedua tangan di sisi tubuh dengan kedudukan volar.

iv. Memeriksa denyut arteri radialis dextra dengan menggunakan ujung jari II-III-IV yang diletakkan sejajar satu terhadap yang lain diatas arteri radialis tersebut.

v. Menentukan

1. Frekuensi ...( jumlah denyut/menit ) 2. Irama...( teratur/tidak teratur) vi. Mencatat data

2.2.1.2 Mengukur Tekanan Darah secara Palpasi

i.MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa/tempat tidur.

ii. Meletakkan lengan yang mau diukur tekanan darahnya (lengan kanan) disisi tubuh dengan kedudukan volar.

iii.Memasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)

(5)

v. Memompakan udara kedalam manset (menggunakan pompa udara) sampai denyut arteria radialis dextra tak teraba

vi. Memompakan terus udara kedalam manset sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteria radialis dextra tak teraba.

vii. Mengeluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam). Mencatat tinggi Hg pada manometer di mana arteri radialis pertama kali teraba kembali. Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik cara palpasi.

2.2.1.3 Mengukur Tekanan Darah Secara Auskultasi

i. MC1 tetap berbaring terlentang tenang di meja periksa/tempat tidur dengan manset tetap terpasang di lengan atas kanan, posisi lengan tetap di sisi tubuh dengan posisi volar.

ii. Menentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan meletakkan stethoscope di atas arteria brachialis dextra tersebut.

iii. Memompakan udara ke dalam manset, maka akan terdengar suara bising arteria brachialis dextra melalui stethoscope.

iv. Meneruskan memompa udara ke dalam manset, pada suatu saat suara bising arteria brachialis dextra akan menghilang.

v. Memompakan terus udara ke dalam manset sampai tinggi Hg pada manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana suara bising arteria brachialis dextra tadi menghilang.

(6)

1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC2).

i. MC2 boleh sama dengan MC1 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan

ii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC2 pada arteri radialis sinistra selama praktikum point D.2 iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah

MC2 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.2

iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data

2. Menyuruh MC2 berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dari irama denyut arteria radialis sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.

3. Menyuruh MC2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.

4. Menyuruh MC2 berdiri tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frekuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya.

2.2.3 Mengamati dan Mempelajari Pengaruh Latihan Fisik terhadap denyut Nadi dan Tekanan Darah

1. Memilih 1 mahasiswa coba (MC3).

i. MC3 boleh sama dengan MC2 atau mahasiswa lain dalam kelompok yang bersangkutan

(7)

iii. Memilih satu mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC3 pada lengan kanan secara auskultasi selama praktikum point D.3

iv. Memilih satu mahasiswa untuk mencatat data

2. Menyuruh MC3 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian menentukan frkuensi dan irama denyut arteria radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi (masing-masing diukur tiga kali berturut-turut) selanjutnya menghitung rata-ratanya. Mencatat frekuensi, irama denyut nadi dan tekanan sistolik, diastolik serta menghitung nilai rata-ratanya.

3. Dengan manset tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC3 melakukan latihan fisik dengan cara: “STEP TEST” ( NAIK-TURUN BANGKU)” 20 kali/menit selama dua menit dengan dipandu oleh irama metronome yang di setting pada frekuensi 80 ketukan per menit.

4. Setelah step test berakhir menyuruh MC3 segera duduk, mengukur frekuensi nadi serta tekanan darahnya masing-masing satu kali. Data ini diharapkan tercatat tepat 1 menit setelah step test terakhir. Meneruskan mengukur frekuensi nadi dan tekanan darah dengan interval 2 menit (menit ke 3..menit ke 5…menit ke 7…dstnya) sampai nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.

3. HASIL

(8)

MHS

125 mmHg 120 mmHg 80 mmHg

B.Ulfa A 78 denyut/m

120 mmHg 120 mmHg 78 mmHg

C.Rizka F 83 denyut/m

120 mmHg 118 mmHg 78 mmHg

D.Rizky D 80 denyut/m

118 mmHg 115 mmHg 80 mmHg

(9)

TABEL E.2: DATA POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

POSISI TUBUH

DENYUT NADI TEKANAN

SISTOLIK (Auskultasi)

TEKANAN DIASTOLIK

(Auskultasi)

BERBARING TERLENTANG

80 denyut/m 120 mmHg 80 mmHg

78 denyut/m 120 mmHg 78 mmHg

83 denyut/m 118 mmHg 78 mmHg

80 denyut/m 115 mmHg 80 mmHg

Mean = 81,25 Mean = 118,25 Mean = 79

DUDUK

73 denyut/m 125 mmHg 78 mmHg

79 denyut/m 120 mmHg 85 mmHg

85 denyut/m 120 mmHg 80 mmHg

83 denyut/m 110 mmHg 80 mmHg

Mean = 80 Mean = 118,75 Mean = 80,75

BERDIRI

85 denyut/m 120 mmHg 80 mmHg

88 denyut/m 120 mmHg 90 mmHg

89 denyut/m 115 mmHg 90 mmHg

94 denyut/m 110 mmHg 80 mmHg

Mean = 89 Mean = 116,25 Mean = 85

(10)

Berbaring Terlentang

TABEL E.3: PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

1. 73 denyut/menit 118 mmHg 78 mmHg

2. 73 denyut/menit 121 mmHg 80 mmHg

3. 74 denyut/menit 120 mmHg 82 mmHg

4. 69 denyut/menit 118 mmHg 78 mmHg

Mean: 72,25

110 denyut/menit 115 mmHg 78 mmHg

Menit Ke – 3

(11)

L T

Menit Ke – 5

74 denyut/menit 110 mmHg 82 mmHg

Menit Ke – 7

67 denyut/menit 100 mmHg 80 mmHg

GRAFIK TABEL E.3

0 20 40 60 80 100 120

Denyut Nadi

Tekanan Sistolik (Auskultasi) Tekanan Diastolik (Auskultasi)

(12)

Gambar 1.1 Arteri pada ekstrimitas atas (Saladin, 2003)

Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).

Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).

(13)

biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole.

Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),

1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)

Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL. 2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)

(14)

Gambar 1.2 Fenomena yang terjadi saat siklus jantung (Saladin, 2003) 3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)

(15)

Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.

Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).

Gambar 1.3 Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole (Guyton & Hall, 2006)

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.

(16)

tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.

Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.

Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.

4.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada praktikum ini hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada perubahan posisi dari berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika mahasiswa coba berbaring telentang di dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika duudk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 80, dan ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89.

(17)

penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh.(Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi berbaring telentang, duduk dan berdiri. Naiknya tekanan sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh :(Mohrman D and Jane H,2006)

1. Tonus Otot

Tonus otot ketika berbaring telentang lebih kecil dibandingkan dengan tonus pada saat duduk atau berdiri. Ketika duduk atau berdiri tonus otot meningkat sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah jantung (cardiac output) menjadi lebih besar. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan diastolic serta denyut jantung. (Mohrman D and Jane H,2006)

2. Efek Gravitasi dan baroreseptor

Pada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitans vena ekstermitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang. Penurunan curah jnatung akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi darah ke otak.

(18)

Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah di kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada mahasiswa coba, Rizka Febriyanti yang berumur 19 tahun yang melakukan aktivitas naik turun bangku/kursi selama dua menit. Sebelum melakukan aktivitas, Rizka sebagai mahasiswa coba diukur terlebih dahulu denyut nadi dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai control sebelum melakukan latihan fisik. Data pra-latihan yang didapat adalah sebesar 72 kali/ menit untuk variable denyut nadi dengan tekanan darah sebesar 119/79,5 .

Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun bangku selama 1 menit, denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali. Pada menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar ke-1ke-10 kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama latihan (Ganong, 2003)

Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh otot jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah sistolik.(Nadi H, 1992)

Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah baik pada tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah melakukan latihan fisik tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78.

(19)

relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat mengurangi tahanan perifer.

Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat berkurangnya aktivitas memompa jantung(Medical Journal, 2006). Otot jantung pada orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)

Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan darah dilakukan kembali pada menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang menunjukkan sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu berupa turunnya kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti dengan meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Ketiga variable baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit ke-5 yaitu dengan denyut nadi sebesar 74 kali/ menit dan tekanan darah sebesar 110/82. 5. Diskusi Jawaban Pertanyaan

1) Sebutkan pengertian dari tekanan darah!

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan darah harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung.

(20)

lipatan lutut), Arteri Dorsalis Pedis (pada punggung kaki), Ictus Cordis (pada dinding iga).

3) Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara auskultasi ?

Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Alat yang digunakan pada saat pengukuran tekanan darah dengan mengunakan cara palpasi adalah sphygmomanometer (tensimeter) sedangkan pengukuran tekanan darah dengan cara auskultasi menggunakan sphygmomanometer (tensimeter) ditambah dengan stethoscope. Palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistolik sedangkan auskultasi dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Pada cara palpasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik pada saat tidak adanya lagi teraba denyutan dari arteri radialis. Sedangkan pada pengukuran secara auskultasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik saat terdengar suara denyut nadi pertama dan pada saat suara denyut nadi itu menghilang maka kita bisa mendapatkan tekanan diastolik.

4) Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan?

Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung disbanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.

5) Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari timbul dan hilangnya suara bising yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik!

- Bising sistolik terjadi antara suara 1 dan 2 - Bising diastolic antara 2 dan 1

(21)

Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum katup semilunaris menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup atrioventrikuler terbuka.

Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik –membuka katup atrioventrikuler (diastole).

Bising ini bernada rendah dan paling jelas didengar dengan bel stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi dekubitus lateral kiri. Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis, pengisian cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan tekanan pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.

Bising sistolik

Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau holosistolik

Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya setelah suara 1, berarti penutupan katup atrioventrikularisnya tidak bermasalah. Setelah itu ada fase isovolumetrik,apabila tidak terdenar bising berarti katuo semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)

6) Apakah pemasangan manset yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah ?

(22)

a) Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?

Secara teori, posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek dari gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan berdenyut meningkat.

b.) Apakah hasil praktikum anda sesuai dengan teori? Ya, hasil praktikum sudah sesuai dengan teori.

7) Jelaskan yang anda ketahui tentang baroreseptor ?

Baroreseptor (atau baroceptors) adalah sensor yang terletak pada pembuluh darah dari beberapa mamalia. Baroreseptor adalah tipe mechanoreceptor yang mendeteksi tekanan darah yang mengalir melaluinya, dan dapat mengirim pesan ke sistem saraf pusat untuk menambah atau mengurangi jumlah resistensi perifer dan cardiac output. Baroreseptor dapat segera bertindak sebagai bagian dari sistem feedback negatif yang disebut baroreflex, sesegera mungkin karena ada perubahan dari tekanan darah biasanya berarti tekanan darah arteri, mengembalikan tekanan ke tingkat normal.Mereka adalah contoh dari mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek. Baroreseptor mendeteksi jumlah peregangan yang terdapat pada dinding pembuluh darah, dan mengirim sinyal ke sistem saraf dalam menanggapi peregangan ini. Inti traktus solitarius di medula oblongata me-recognize perubahan laju pembakaran dan potensial aksi dari baroreseptor, serta mempengaruhi curah jantung dan resistensi pembuluh darah sistemik melalui perubahan dalam sistem saraf otonom.Baroreseptor dapat dibagi menjadi dua kategori: baroreseptor

high-pressure arteria dan baroreseptor low-pressure dah (juga dikenal sebagai cardiopulmonary atau reseptor volume )

(23)

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun (Guyton, 2006). Adanya efek grafitasi bumi juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan jantung meningkat.

Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peradaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat duduk system vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyalnya saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutamaotot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen kejantung. (Guyton, 2002)

b) Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori? Ya, sesuai dengan teori

8. Apakah ada perbedaan antara atlet dan non-atlet dalam hal pemulihan denyut nadi dan tekanan darah post exercise (setelah latihan) ?

(24)

sehingga denyut jantung serta tekanan darahnya tidak teratur. Pemulihan denyut nadinya pun lebih lama daripada pemulihan denyut nadi pada atlet.

Daftar Pustaka

 Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology. Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2006.

 Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier

 Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School

 Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders Company: USA

(25)

 Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992

Gambar

GRAFIK TABEL E.1
TABEL E.2: DATA POSISI TUBUH TERHADAP DENYUT NADI DAN
TABEL E.3: PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP DENYUT NADI
GRAFIK TABEL E.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diukur adalah tekanan darah sistol dan diastol (mmHg) menggunakan sphygmomanometer air raksa pada arteri brachialis dengan metode gabungan palpasi-auskultasi,

Pengertian Yang dimaksud pemakaian dan pemeliharaan alat tensimeter ialah suatu cara menggunakan dan memelihara alat tensimeter yang dipergunakan untuk mengukur tekanan darah

Telah dibuat sistem pengukuran denyut jantung berbasis mikrokontroler ATMega8535 dengan sensor infra merah yang mendeteksi perbedaan tekanan darah sistolik dan

Jumlah denyut nadi umumnya sama dengan detak jantung, sebab kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.. Oleh karena itu, mengukur denyut

Alat yang digunakan untuk mengukur denyut nadi dan tekanan darah dalam. praktikum ini adalah

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan metode palpasi pada arteri radialis (pergelangan tangan). Sedangkan untuk pengukuran tekanan darah dilakukan dengan

Pada gambar tersebut menunjukan sebuah sistem sensor tekanan nadi menggunakan Hetero-Core dapat terlihat bahwa pengukuran daya optik digunakan untuk mengukur sumber cahaya dengan

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara, lembar observasi pengukuran tekanan darah, tensimeter jarum dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah, Standar