DAFTAR ISI
Denyut Nadi... 2
Pengertian Denyut Nadi...2
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi...3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi...3
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah Aktivitas...4
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi...5
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi...5
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi...6
Tekanan Darah... 7
Pengertian Tekanan Darah...7
Metode Pengukuran Tekanan Darah...7
Metode Auskultasi... 7
Metode Palpasi... 8
Peralatan Pengukuran Tekanan darah...8
Teknik Pengukuran Tekanan darah...8
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah...10
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah...10
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah...11
Hasil Pengukuran Tekanan darah...11
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah...12
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah...12
Tambahan... 13
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan pada Lengan bagian atas kanan?... 13
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising...13
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil Pengukuran...14
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG USIA...15
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI...16
KESIMPULAN... 16
MAKALAH DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Denyut Nadi
Pengertian Denyut Nadi
Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk
mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi
Tujuan Pengukuran Denyut Nadi
Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah: A) Untuk mengetahui kerja jantung
B) Untuk menentukan diagnosa
C) Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
1. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.
2. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.
3. Keadaan Kesehatan
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
5. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
6. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk. 7. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.
8. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang.
Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi pada Sesudah
Aktivitas
Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi
Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadi pun akan meningkat pula.
Lokasi Pemeriksaan Denyut Nadi
- Arteri radalis : Pada pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari - Arteri ulnaris : Pada pergelangan tangan sejajar dengan kelingking - Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
- Arteri caratis : Pada leher
- Arteri femoralis : Pada lipatan paha - Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki - Arteri politela : pada lipatan lutut - Arteri bracialis : Pada lipatan siku - Arteri Tibia posterior : Pada kaki diatas tumit
Hasil Pemeriksaan Normal Denyut Nadi
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah: - Bayi baru lahir : 140 kali per menit
- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit - Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit - Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit - Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut bradicardi. Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi
Pengaruh Posisi Terhadap Kuantitas Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai
patokan respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006)
Tekanan Darah
Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi. Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke manometer air raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya tepat diatas tekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria brachialis. Arteri ini ditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan pada titik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset. Tekanan manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia menghilang.
Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan saat denyut radialis dapat diraba pertama kali. Karena kesulitan menentukan dengan tepat kapan denyut pertama teraba, maka tekanan yang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur oleh metode auskultasi.
Peralatan Pengukuran Tekanan darah
a) Meja periksa/tempat tidur
b) Stopwatch/arloji(jam)
-Manometer air raksa
-Manset udara
-Selang karet
-Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup.
d) Stethoscope
e) Bangku latihan fisik
Teknik Pengukuran Tekanan darah
Berikut langkah-langkah untuk mengukur tekanan darah arteri panduan mengikuti rekomendasi dari American Heart Association:
1. Awalnya, sebelum mengambil tekanan darah, pasien harus tetap duduk dan beristirahat selama 5 menit
2. Konsumsi produk berkafein seperti kopi, cola, atau teh harus dihindari selama minimal 30 menit sebelum mengukur tekanan darah. Selain itu, kegiatan seperti merokok dan berolahraga 30 menit sebelum mengukur tekanan darah juga harus dihindari.
3. Pilih sphygmomanometer merkuri standar atau aneroid (pegas dengan jarum penunjuk) dengan ukuran manset yang memadai berdasarkan ukuran lengan pasien.
4. Pasangkan manset pada kanan atau lengan kiri dari pasien.
5. Saat pengukuran tekanan darah, baik pasien maupun pemeriksa dilarang berbicara berbicara.
7. Selanjutnya, stetoskop ditempatkan ringan di atas arteri brakialis. Jika stetoskop ditekan terlalu tegas, dapat menyebabkan turbulensi dan
hilangnya suara, sehingga mengurangi tekanan diastolik.
8. Pompa manset sampai tekanan 30 mmHg di atas di mana denyut arteri radialis tidak lagi teraba.
9. Selanjutnya perlahan kempiskan manset (sekitar 23 mmHg per detak jantung), dengarkan Korotkoff fase I sambil melihat ukuran tekanan darah. Catat pengukuran dari sphygmomanometer di mana suara pertama muncul, ini merupakan tekanan darah sistolik pasien.
10. Sambil melihat ke ukuran sphygmomanometer, terus perlahan-lahan kempiskan manset. Catat pengukuran dari sphygmomanometer ketika Korotkoff fase V dimulai, ini merupakan tekanan darah diastolik pasien. Jika ada 10 mmHg atau lebih perbedaan antara Korotkoff fase IV dan V maka tekanan di fase IV harus dicatat sebagai tekanan darah diastolik. Hal ini dapat terjadi dalam kasus-kasus output jantung tinggi atau vasodilatasi perifer, anak di bawah 13 tahun, atau wanita hamil. Setelah suara Korotkoff terakhir yang didengar, terus kempiskan manset selama 10 mmHg untuk memastikan bahwa tidak ada lagi suara terdengar. Kemudian kempiskan manset secara total dan berikan pasien waktu untuk beristirahat.
11. Tunggu minimal 30 detik dan ulangi 3 langkah sebelumnya untuk mendapatkan pengukuran tekanan darah kedua. Jika pengukuran memiliki perbedaan lebih dari 5 mmHg, maka pengukuran harus terus dilakukan
sampai didapat 2 kali berturut-turut pengukuran yang stabil. Rata-rata dari 2 pengukuran stabil harus dicatat sebagai tekanan darah pasien.
perbedaan pengukuran antara 2 lengan, maka lengan dengan pengukuran tertinggi yang dipakai.
13. Dalam pencatatan hasil, pencatatan tidak hanya pada tekanan yang didapat saja, tetapi juga yang lengan yang digunakan, posisi lengan, dan ukuran manset.
Mekanisme Pemeliharaan Tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2003).
Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.
Faktor yang Mempertahankan Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempertahankan tekanan darah yaitu: a)Kekuatan memompa jantung.
b)Banyaknya darah yg beredar. c)Viskositas darah.
e)Tahanan tepi.
Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu : a)Umur
b)Kegiatan (kerja otot perubahan sikap) c)Ketinggian (gravitasi)
d)Ekspirasi dan inspirasi e)Kerja jantung
f)Pengaruh berpikir
Hasil Pengukuran Tekanan darah
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg
- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg
- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg
- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg
- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg
- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg
- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg
- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg
- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg
- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:
Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg
Pengaruh Posisi pada Pemeriksaan Tekanan darah
Tekanan darah memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari berbaring telentan, duduk, dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan tubuh.(Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan berbaring telentang didapatkan rata-rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic sebesar 80,75, pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi berbaring telentang, duduk dan berdiri.
Pengaruh Latihan Fisik pada Pemeriksaan Tekanan darah
Menurut teori yang ada penurunan tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga dapat mengurangi tahanan perifer.
memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M, 1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988), maka olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995)
Tambahan
2.121 Mengapa Pemeriksaan Tekanan Darah Dilakukan
pada Lengan bagian atas kanan?
Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung dibanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.
2.122 Mekanisme Timbulnya Suara Bising
Bising terjadi di awal diastole.Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum katup semilunaris menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak bersamaan,ada keadaan isovolumetrik terlebih dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak ada katup yang membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup atrioventrikuler terbuka.
Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik –membuka katup atrioventrikuler (diastole).
pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar perbedaan tekanan pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi peningkatan bising pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan tanda yang sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.
Bising sistolik
Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau holosistolik
Suara 1 terjadi saat menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya setelah suara 1, berarti penutupan katup atrioventrikularisnya tidak bermasalah. Setelah itu ada fase isovolumetrik,apabila tidak terdenar bising berarti katuo semilunarnya membuka(stenosis) (swartz,1995)
2.123 Pengaruh Ketatnya Pemasangan Manset pada Hasil
Pengukuran
Pemasangan manset yang tidak tepat akan mempengaruhihasil pengukuran darah. Jika manset yang dipasang terlalu longgar, maka hasil yang diperoleh akan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Jika manset yang dipasang terlalu ketat, maka hasil yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah?
Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaraan darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu memompa. Pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan berdenyut meningkat.
HASIL PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA 3 RENTANG
USIA
1. Anak-anak (An. N) 8 tahun
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
A. Berdiri : 90/70 mmHg Berdiri: 90/70 mmHg
B. Duduk: 90/60 mmHg Duduk: 90/70 mmHg
C. Tidur: 90/60 mmHg Tidur: 90/60 mmHg
2. Dewasa (Nn. N) 22 tahun
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
A. Berdiri : 110/80 mmHg Berdiri: 110/70 mmHg
B. Duduk: 110/80 mmHg Duduk: 110/90 mmHg
C. Tidur: 90/70 mmHg Tidur: 90/70 mmHg
3. Lansia (Tn. F) 63 tahun
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
B. Duduk: 140/80 mmHg Duduk: 130/90 mmHg
C. Tidur: 130/70 mmHg Tidur: 130/80 mmHg
HASIL PEMERIKSAAN DENYUT NADI
Nn. N (22 tahun)- Arteri radalis : 85 x/menit - Arteri ulnaris : 79 x/menit
- Arteri temporalis : 82 x/menit - Arteri carotis : 85 x/menit
- Arteri femoralis : 83 x/menit
- Arteri dorsalis pedis : 79 x/menit - Arteri politela : 83 x/menit
- Arteri bracialis : 82 x/menit - Arteri Tibia posterior : 82 x/menit
1. Pengkajian antara tekanan darah pada anak-anak, dewasa dan lansia yaitu hasil nilai tekanan darah pada anak-anak lebih rendah
dibandingkan pada dewasa dan lansia.
2. Pengkajian tekanan darah pada An. N, Nn. N dan Tn. F didapatkan nilai tekanan darah yang normal.
3. Pengkajian nadi pada Nn.N, Nadi yang teraba kuat adalah pada arteri radialis dan arteri karotis. Sedangkan nadi yang sulit diraba yaitu pada arteri ulnaris, arteri dorsalis pedis, arteri bracialis dan arteri tibia
posterior
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. Suzanne C.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Smeltzer C.S & Bare Brenda.(2003). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses
Penyakit (B. U. Pendit, H. Hartanto, P. Wulansari & D. A. Mahani, Trans. 6 ed.).