• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian

besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian banyak pajak yang

dipungut oleh Pemerintah salah satunya adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan

ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

Keuangan.

Pajak penghasilan merupakan sumber penerimaan Negara yang

pemungutannya berazaskan peradilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan

pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi

syarat sebagai Wajib Pajak.

Sesuai dengan system self assessment maka Wajib Pajak mempunyai

kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor

Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi (KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP), kemudian dengan kesadaran si Wajib Pajak tersebut

melaporkan pajak penghasilannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT)

(2)

Pemerintah juga sudah sering mengadakan penyuluhan mengenai pelaporan

SPT tersebut agar masyarakat yang merupakan Wajib Pajak dengan kesadarannya

melaporkan SPT pajak penghasilannya.

Namun, masih banyak masyarakat yang merupakan Wajib Pajak yang tidak

melaporkan SPT-nya, khususnya SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor

Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan.

Dengan Latar Belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat sebuah

laporan dengan judul : “Tingkat Kepatuhan Pelaporan Surat Pemberitahuan

Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”

B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM) 1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM adalah:

1.1Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat

Pemberitahuan Pajak Masa (SPT Masa) di KPP Medan Barat;

1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan

Surat Pemberitahuan Masa-nya di KPP Pratama Medan Barat;

1.3Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh KPP Pratama

Medan Barat terhadap Wajib Pajak yang tidak mempunyai kepatuhan dalam

(3)

2. Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktek kerja lapangan mandiri bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya

adalah :

2.1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang perpajakan;

b. Dapat meningkatkan kedisiplinan dan profesionalitas serta rasa tanggung

jawab yang akan dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;

c. Mendorong mahasiswa untuk lebih mengembangkan kemampuan berfikir

serta menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di perkuliahan.

2.2. Bagi Program Studi Diploma Administrasi Perpajakan USU

a. Mempererat hubungan kerjasama Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

dengan Instansi Pemerintah khususnya KPP Pratama Medan Barat;

b. Mempromosikan sumber daya manusia khususnya Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara;

c. Mendapat masukan dan saran perbaikan kurikulum yang berlaku di Program

Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

2.3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

b. Dapat mempromosikan citra KPP Pratama Medan Barat kepada masyarakat;

c. Dengan dilaksanakan praktik kerja lapangan mandiri, mahasiswa dapat

memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di KPP

Pratama Medan Barat.

C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan No.16

Tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian yang berbeda-beda

tentang pengertian pajak.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

(5)

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas

Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang

ditetapkan penerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari

Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :

1.1 pajak dapat dipaksakan pemungutannya;

1.2 membayar pajak tidak mendapatkan kontrapretasi/timbal balik secara

langsung;

1.3 pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah;

1.4 pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara.

2. Pengelompokan Pajak 2.1Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak

Penghasilan (PPh).

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau

(6)

2.2Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek

pajak, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak

Penghasilan (PPh).

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

2.3Menurut Lembaga Pemungutannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga Negara, misalnya PPh, PPnBM, PBB, dan

Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:

• Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor;

• Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, dll.

3. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai fungsi sebagai berikut:

(7)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluarannya.

3.2Fungsi Regularend (Pengatur) untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

4. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

4.1Adil

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan

pelaksaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan

wajib pajak.

4.2Yuridis

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A hal ini memberikan jaminan hukum

yang menyatakan keadilan, baik bagi Negara maupun warganya.

4.3Ekonomis

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi

perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4.4Finansial

Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

(8)

4.5Sederhana

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

5. Asas Pemungutan Pajak

5.1Asal Domisili (Asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar

negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

5.2Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya

tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

5.3Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

6. Sistem Pemungutan Pajak 6.1Official assessment system

yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

6.2Self assessment system

yaitu suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

(9)

yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak.

7. Jenis SPT (Surat Pemberitahuan)

Dalam pasal 3 ayat 1, pajak dilaporkan dengan menggunakan Surat

Pemberitahuan (SPT), SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk :

7.1 Melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak;

7.2 Melaporkan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

7.3 Melaporkan harta dan kewajiban.

Terdapat 2 macam SPT yaitu :

a. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa : SPT untuk suatu masa pajak

(dilaporkan setiap tanggal 20 setelah saat terutangnya pajak atau masa

pajak berakhir).

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan : SPT untuk suatu tahun pajak

atau bagian tahun pajak, dilaporkan paling lambat akhir bulan ketiga

setelah tahun pajak berakhir untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan

paling lambat akhir bulan keempat setelah tahun pajak berakhir untuk

Wajib Pajak Badan.

8. Tingkat Kepatuhan Pelaporan SPT Masa

Tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masa adalah persentasi dari sejumlah

(10)

Adapun tingkat kepatuhan dibutuhkan agar Kantor Pelayanan Pajak tahu

seberapa besar pencapaian target pertahunnya dan juga untuk mengetahui wajib

pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai objek pajak khususnya

dalam melaporkan SPT Masanya

Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak harus mengetahui seberapa banyak wajib

pajak yang terdaftar di KPP-nya dan seberapa banyak yang patuh terhadap

kewajibannya untuk melaporkan SPT Masa-nya. Sehingga KPP tahu seberapa

banyak persentasi kepatuhan dan cara-cara menyiasati jika terdapat wajib pajak

yang tidak patuh.

Jika diketahui persentasi tingkat kepatuhan pelaporan SPT Masanya lebih

tinggi, maka Kantor Pelayanan Pajak berhasil dalam menjalankan programnya

untuk meningkatkan pendapatan negara, dan jika tingkat pelaporan SPT Masanya

rendah, maka Kantor Pelayanan Pajak harus mencari siasat lain untuk

meningkatkan pendapatan negara.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Yang menjadi ruang lingkup penulis dalam Laporan Kerja Lapangan Mandiri

adalah :

1. Wajib Pajak berusaha menghindari dari kewajibannya dan tidak mempunyai

kesadaran untuk melaporkan SPT Masa-nya.

2. Wajib Pajak tidak mematuhi dan mentaati secara teratur dan disiplin dalam

(11)

E. Metode Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data dan informasi sesuai metode yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan persiapan yang dimulai dari pengajuan

judul dan menentukan tempat Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan mencari,

mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan

dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka,

seperti undang-undang perpajakan, buku-buku dan peraturan yang membahas tentang

perpajakan

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini, penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan

Pajak Medan Barat untuk mengamati bagaimana tingkat kepatuhan pelaporan Surat

Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

4. Pengumpulan Data

Merupakan kegiatan pengumpulan data serta informasi yang berkenaan

dengan judul. Adapun data-data yaag digunakan ada dua jenis yaitu :

(12)

yaitu merupakan pegumpulan data yang langsung diambil dan berasal dari

objek bersangkutan (KPP Pratama Medan Barat).

4.2Data sekunder

yaitu merupakan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data

buku-buku atau undang-undang perpajakan.

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, penulis

melakukan analisa dan evaluasi sehingga mencapai suatu tujuan.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam PKLM ini,

maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab langsung terhadap pihak

KPP Pratama Medan Barat yang dianggap mampu memberikan masukan data

dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Daftar observasi

Yaitu dengn melakukan pengamatan langsung ke lapangan pada KPP Medan

Barat terhadap struktur organisasi KPP itu sendiri.

3. Daftar dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-buku, peraturan daerah,

(13)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi sistematika dalam laporan PKLM ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis membahas tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat

PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data PKLM dan

sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA

LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis membahas tentang sejarah, struktur organisasi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, tugas dan kegiatan yang dilakukan Pegawai

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, kode etik pegawai, kewajiban dan

larangan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB III :GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis membahas tentang pengertian umum perpajakan tingkat

kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis membahas tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam

melaporkan SPT masa, faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat kesadaran wajib

(14)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan dan saran yang kiranya dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya KPP Pratama Medan

Barat dan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas ilmu Sosial

dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

The WTP functions estimated from single or multiple studies and the nature of most of the explanatory factors included in these functions suggest that full explanation and hence a

PricewaterhouseCoopers’ 11th Annual Global CEO Survey, launched at the World Economic Forum’s Annual Meeting in Davos, Switzerland, in January 2008, set out to discover how

RPS Keamanan Informasi dan Adm Jaringan – Sistem Informasi UPJ Halaman 5 dari 11 Kriteria Huruf Mutu Bobot Nilai Angka Mutu Deskripsi Penilaian. Kurang C- 50.00 -

And, despite growing public concern about the risk of climate change, many CEOs clearly do not think that global warming will have a direct impact on their companies’ potential

• External output differs from internal output in its design and appearance.. • A turnaround document is one that is sent out and

After the formal acceptance as National Historic City, government officials gave up the original plan to build modern 6-storey buildings, and requested us to work out

bukti empiris apakah dengan teori yang sama tetapi populasi, waktu dan tempat yang berbeda akan menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian ini sampel diambil dari karyawan bagian

Dalam penelitian ini, board diversity diukur dengan 5 variabel, yaitu keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan (sebagai proksi dari