BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan uang atau juga
sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu. Imbalan
sewa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman (pihak pemilik
dana) atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan dan
atau dilakukan nya hal-hal yang produktif terhadap uang tersebut.
Menurut Kasmir dalam buku nya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya (2008: 131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional terhadap nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat diartikan sebagai harga
yang harus dibayar kepada para nasabah (nasabah yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
Dalam kegiatan perbankan terdapat dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabah, yaitu sebagai berikut:
1. Bunga simpanan.
Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya yaitu
bunga tabungan, jasa giro, dan bunga deposito.
2. Bunga pinjaman.
Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh nasabah peminjam kepada bank. Contoh yaitu bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang
diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga
simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik
dan demikian pula sebaliknya.
Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari (penggunaan) loanable funds,
yaitu dana yang tersedia untuk dipinjamkan atau diinvestasikan. Teori ini
beranggapan bahwa bunga adalah harga yang terjadi dipasar dana investasi. Semakin
tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk
menyimpan dana nya di bank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, maka
masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi dan menambah jumlah tabungan.
Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga ditentukan oleh besar kecilnya
permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa orang
spekulasi. Dari ketiga motif inilah maka terjadi permintaan akan uang, yang diberi
nama liquidity preference. Menurut Keynes motif memegang uang tunai akan menjamin likuid nya orang tersebut. Keinginan untuk tetap likuid inilah yang
membuat orang bersedia membayar balas jasa dengan harga tertentu untuk
penggunaan uang. Pembayaran balas jasa akan penggunaan uang tersebut merupakan
tingkat suku bunga.
Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara
kesediaan orang membayar harga uang (tingkat suku bunga) dengan unsur
permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang besar apabila
apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan akan uang akan relatif kecil apabila
tingkat suku bunga tinggi. Keynes berpendapat bahwa orang bisa berspekulasi
mengenai perubahan tingkat suku bunga diwaktu mendatang (perubahan harga pasar
obligasi di waktu mendatang) dengan membeli obligasi atau menjual obligasi yang
dimilikinya dengan harapan memperoleh keuntungan.
2.1.1.1 Fungsi Tingkat Suku Bunga
Suku bunga mempunyai fungsi yang penting dalam perekonomian, yaitu:
1. Merupakan alat penting yang berpengaruh terhadap besarnya jumlah tabungan
dan investasi masyarakat.
2. Membantu mengalirkan tabungan ke arah investasi untuk mendukung
3. Merupakan alat yang dapat digunakan pemerintah dalam mengendalikan dan
menyeimbangkan jumlah uang beredar dari permintaan dan penawaran uang di
perekonomian suatu negara.
2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Tingkat Suku Bunga
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk mengetahui seberapa besar
kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya,
artinya baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman saling mempengaruhi satu
sama lain, disamping faktor-faktor luar lainnya, seperti jangka waktu, jaminan, target
laba dan kebijakan pemerintah.
Menurut Kasmir (2008: 131), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar
kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana
Apabila bank mengalami kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman
meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi
adalah dengan menaikkan suku bunga simpanan. Dengan naiknya suku bunga
simpanan maka akan menarik nasabah untuk menyimpan dana nya di bank dan
kebutuhan dana dapat terpenuhi. Namun apabila dana simpanan banyak
sementara permohonan pinjaman sedikit maka bank akan menurunkan bungan
simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan dana nya, atau
dengan cara menurunkan bunga kredit sehingga dapat meningkatkan
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang
paling utama bagi pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti
jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun, maka jika hendak
membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan dinaikkan diatas bunga
pesaing, misalnya 16,5%. Namun untuk bunga pinjaman harus berada dibawah
bunga pesaing.
3. Kebijakan pemerintah
Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau
minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan
ketentuan batas minimal atau maksimal tidak boleh melebihi batas yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
Target laba yang diinginkan merupakan besarnya keuntungan jumlah laba yang
diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman
ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak bank harus
hati-hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan semakin tinggi bunganya,
hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang dan
6. Hubungan baik
Pihak bank biasanya menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu nasabah
utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada
keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah
utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga
dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.
2.1.2 Tingkat Inflasi
Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai
hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dari
harga-harga untuk mengalami kenaikan secara umum dan berlangsung secara
terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali
bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar
dari harga barang-barang lain (Boediono, 1998:161).
Dalam peristiwa naiknya harga-harga barang secara umum ini, berarti
terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama yang memungkinkan peristiwa ini
muncul karena terjadinya kelebihan uang yang beredar di masyarakat. Hal ini secara
alami akan membentuk kesenjangan antara kemampuan ekonomi masyarakat dalam
membeli barang dan jasa terhadap jumlah ketersediaan barang dan jasa tersebut.
Dengan definisi bahwa permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa lebih
besar daripada jumlah yang tersedia sehingga akan mengakibatkan terjadinya
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Indikator
inflasi lainnya berdasarkan international best practice adalah:
1. Indeks harga perdagangan besar (IHPB). Harga perdagangan besar dari suatu
komoditas adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar
pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada
pasar pertama atas suatu komoditas.
2. Deflator produk domestik bruto (PDB). Menggambarkan pengukuran level
harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu
ekonomi. Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Inflasi yang di ukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam tujuh
kelompok pengeluaran, yaitu:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, dan tembakau
3. Kelompok perumahan
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan dan olahraga
2.1.2.1 Penggolongan Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi. Menurut Boediono
(1998:162) penggolongan pertama didasarkan atas parah atau tidaknya inflasi
tersebut. Dalam hal ini inflasi dapat dibagi atas:
1. Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% - 30% pertahun)
3. Inflasi berat (antara 30% - 100% pertahun)
4. Hiperinflasi (di atas 100% pertahun)
Penggolongan yang kedua adalah berdasarkan penyebab awal dari inflasi
tersebut. Atas dasar ini dapat dibedakan dua macam inflasi, yaitu:
1. Inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat akan berbagai barang
yang terlalu kuat, dan di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh. Apabila kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja
penuh, maka kenaikan permintaan tidak akan mendorong kenaikan produksi.
Dalam keadaan ini maka kenaikan permintaan akan mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang, dan bila ini terjadi secara terus menerus maka akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Inflasi semacam ini disebut dengan
demand pull inflation.
2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Inflasi ini terjadi akibat
pergeseran kurva penawaran aggregate. Dalam kondisi ini, tingkat penawaran
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat permintaan. Akibat dari mahalnya
yang mengakibatkan penawaran total terus menurun. Inflasi ini disebut dengan
cost push inflation.
Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output
tidak mengalami perbedaan, namun dari segi volume output (GDP riil) terdapat
perbedaan. Dalam kasus demand pull inflation, terdapat kecenderungan untuk output
(GDP riil) mengalami kenaikan bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar
kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply
(semakin mendekati output maksimum maka kurva semakin tidak elastis).
Sebaliknya, dalam kasus cost push inflation kenaikan harga-harga barang diikuti
dengan penurunan omset penjualan barang (kelesuan usaha).
Harga Harga
S
D H
D
Q Q Output Q Q Output Gambar 2.1 Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation
Perbedaan lain dari kedua proses inflasi ini yaitu terletak pada urutan dari
kenaikan harga. Pada demand pull inflation kenaikan harga barang akhir (output)
mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi.
Sebaliknya pada cost push inflation, kenaikan harga barang-barang input dan
harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga-harga barang-barang akhir (output).
Kedua macam inflasi ini sangat jarang dijumpai dalam praktek yang dalam bentuknya
yang murni. Pada umumnya inflasi yang terjadi dilapangan merupakan kombinasi
antara kedua macam inflasi tersebut, atau seringkali keduanya berhubungan saling
memperkuat satu sama lain.
Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal terjadi nya inflasi. Inflasi
berdasarkan penggolongan ini dapat dibedakan yaitu:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri muncul akibat dari perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam melakukan kebijakan-kebijakan nya. Inflasi
ini biasanya timbul misal karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru, panen gagal, dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan
harga-harga diluar negeri atau di negara-negara yang mempunyai hubungan
perdagangan dengan negara tersebut. Kenaikan harga barang impor yang masuk
ke dalam negeri secara langsung dapat mengakibatkan naiknya indeks biaya
impor, dan secara tidak langsung naiknya barang impor yang masuk ke dalam
negeri dapat menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi dari
berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin impor yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri sendiri.
Penggolongan inflasi juga dapat dilihat berdasarkan intensitasnya, yaitu
creeping inflation dan hyper inflation. Creeping inflation adalah inflasi yang terjadi akibat laju pertumbuhan yang berlangsung secara lambat. Sedangkan, hyper inflation
merupakan inflasi yang sangat berat yang timbul akibat dari naiknya harga-harga
barang secara umum yang berlangsung sangat cepat, yang dapat mengakibatkan
rusaknya struktur perekonomian negara.
2.1.2.2 Penyebab Timbulnya Inflasi dan Dampak Inflasi
Menurut Isabella Hutasoit (2009), adapun faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya inflasi yaitu:
1. Pemerintah berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah
besar yang seharusnya dapat diberikan kepada pihak swasta.
2. Adanya efek phisikologi di kalangan masyarakat, seperti isu devaluasi yang
menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang melonjak drastis.
3. Berbagai golongan dan pelaku ekonomi berusaha untuk memperoleh tambahan
pendapatan yang lebih besar dengan cara menaikkan tingkat produktivitas
mereka.
5. Adanya pengaruh alam yang dapat menurunkan produksi dan menaikkan harga,
seperti kemarau panjang yang mengakibatkan kegagalan permintaan.
6. Adanya pengaruh inflasi dari luar negeri, seperti meningkatnya harga
barang-barang impor atau bahan-bahan baku yang belum sanggup diproduksi di dalam
negeri.
Laju tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan lemahnya struktur
perekonomian suatu negara, bahkan akan merusak struktur ekonomi. Dampak dari
inflasi yang sangat luas bukan semata-mata hanya karena masalah ekonomi, tetapi
juga merupakan masalah sosial-politik. Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi
adalah:
1. Equity effect
Equity effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi pendapatan. Seseorang yang memiliki pendapatan yang tetap akan mengalami kerugian
dengan adanya inflasi, demikian juga dengan hal nya orang yang menyimpan
kekayaan dalam bentuk uang kas akan mengalami kerugian karena adanya
inflasi. Hal ini dikarenakan turunnya pendapatan riil yang diterima oleh orang
tersebut sebesar laju inflasi yang sedang terjadi, sehingga daya beli menjadi
lemah. Sebaliknya, mereka yang mendapatkan keuntungan dengan adanya
inflasi merupakan pihak-pihak yang memperoleh pendapatan lebih tinggi dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang menyimpan
yang lebih besar dari laju inflasi. Inflasi di satu pihak seakan-akan berfungsi
sebagai pajak, dan dipihak lainnya inflasi berfungsi sebagai subsidi.
2. Efficiency effect
Efficiency effect merupakan dampak inflasi yang mempengaruhi alokasi faktor produksi, dimana terjadi perubahan alokasi faktor produksi melalui kenaikan
permintaan terhadap berbagai macam barang tertentu. Perubahan tersebut terjadi
karena permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan lebih besar daripada
permintaan barang lain, yang akan mendorong peningkatan produksi terhadap
barang tersebut. Peningkatan produksi ini pada akhirnya akan mengubah pola
alokasi produksi menjadi lebih efisien.
2.1.3 Tabungan
Perilaku menabung masyarakat seringkali dipengaruhi oleh banyaknya
rangsangan, baik karena pemasaran, lingkungan, ataupun untuk keuntungan pribadi.
Rangsangan tersebut kemudian diproses dan pada akhirnya diambil keputusan
menabung. Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan indikator penting
dalam mengukur pembangunan ekonomi karena tabungan merupakan elemen penting
dalam membiayai investasi domestik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Hafizah
Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan menabung sudah beralih dari
hanya menyimpan uang dirumah menjadi menyimpan uang di lembaga keuangan
seperti bank. Bukan hanya sekedar menghindari resiko dari kehilangan atau
kerusakan uang, menabung di bank juga akan menambahkan penghasilan dari
perolehan bunga tabungan yang diberikan oleh pihak bank tersebut. Dengan
demikian jumlah uang akan bertambah meskipun jumlah nya tidak pernah ditambah
sekalipun. Menurut Sukirno dalam Pratiwi (2012) bahwa daya menabung
masyarakat pada pokoknya menyangkut dua hal, yaitu:
1. Kesanggupan menabung (ability to save), yaitu kemampuan suatu masyarakat
untuk mengerahkan tabungan, yang ditentukan oleh pendapatan perkapita dan
lain-lain. Kesanggupan menabung disebut juga dengan tingkat tabungan
potensial.
2. Kemauan menabung (willingness to save), adalah besarnya tabungan yang
sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat, dengan demikian kemauan
menabung merupakan tingkat tabungan riil dari suatu masyarakat. Kemauan
untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan lembaga keuangan yang
ada atau tingkat bunga yang dibayar oleh lembaga keuangan atas tabungan yang
dilakukan oleh masyarakat.
2.1.4 Minat Menabung Masyarakat
Minat merupakan suatu gejolak keinginan atau kemauan yang timbul dari
seorang individu untuk terdorong melakukan sesuatu. Kemauan melakukan sesuatu
akan dapat tercapai tergantung pada kemauan seseorang (Romlah, 2010 : 73).
Sedangkan pengertian minat menurut Suryabrata dalam Annisa (2014) adalah
kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek. Kecederungan tersebut dapat timbul dari sesuatu yang
dirasakan menguntungkan oleh individu tersebut. Minat juga merupakan suatu
keadaan dimana seseorang merasa tertarik dan memiliki perhatian lebih terhadap
sesuatu, yang disertai dengan perasaan senang dan diperoleh kepuasan. Secara
mendasar, minat adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri (Suharyat, 2009). Semakin kuat hubungan diantaranya, maka
semakin besar minat.
Minat lebih dikenal sebagai kecenderungan untuk mengambil suatu keputusan
untuk memiliki atau membeli suatu produk/jasa tertentu. Keputusan pemilikan
merupakan suatu proses pengambilan keputusan untuk memiliki atau tidaknya
sesuatu produk/jasa tersebut yang dirasa bermanfaat bagi kebutuhan. Menurut
Muhibbin Syah dalam Bari’ah (2009) minat adalah kecenderungan atau kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat menabung
masyarakat adalah keinginan dari dalam diri masyarakat untuk membeli atau
mengggunakan salah satu produk/jasa dari bank, salah satunya yaitu tabungan. Minat
menabung masyarakat juga dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang akan dilakukan
masyarakat atas penyimpanan sebagian dananya di bank dengan maksud dan tujuan
dibagi kedalam dua kelompok, yang pertama yaitu faktor internal. Faktor internal
biasanya ditimbulkan dari dalam diri sendiri, baik mulai dari pengenalan terhadap
produk tabungan, penilaian terhadap berbagai produk tabungan, hingga sampai
kepada keputusan pembelian atau penggunaan produk tabungan tersebut. Faktor
yang kedua yaitu faktor eksternal yang meliputi berbagai pengaruh dari luar individu,
misal seperti adanya pengaruh keluarga dan kerabat yang sudah turun-temurun
sebagai pengguna produk/jasa suatu tabungan pada bank tertentu, atau adanya
pengaruh tempat bekerja yang mewajibkan penggunaan produk/jasa tabungan
tertentu, sehingga dapat menimbulkan minat terhadap individu atau masyarakat
tersebut untuk menabung.
Di dalam dunia perbankan yang dimaksud dengan masyarakat yang
mengkonsumsi produk tabungan di suatu bank adalah nasabah. Nasabah dalam
lembaga perbankan memiliki arti yang sangat penting. Nasabah merupakan susuatu
yang sangat berpengaruh terhadap kelanjutan sebuah bank. Oleh karena itu sebuah
bank harus dapat menarik nasabah sebanyak-banyaknya agar dana yang terkumpul
dari nasabah tersebut dapat disalurkan oleh bank yang bersangkutan kepada hal-hal
yang produktif atau kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan bank.
Di dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan dimuat tentang jenis dan
pengertian nasabah. Dalam pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa pengertian nasabah
yaitu merupakan pihak yang menggunakan jasa bank. Nasabah yang menggunakan
1. Nasabah Penyimpan, yaitu nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam
bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang
bersangkutan.
2. Nasabah Debitur, yaitu nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model pemikiran tentang bagaimana teori
hubungan dengan berbagai faktor yang lainnya yang telah dianggap sebagai hal
penting. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara masing-masing variabel
maka dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut ini:
Tingkat Suku Bunga
Minat Menabung
Tingkat Inflasi
2.3 Penelitian Terdahulu Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Menabung Nasabah
Menyatakan bahwa secara parsial variabel persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga, promosi dan kualitas layanan berpengaruh positif signifikan terhadap minat menabung nasabah, yang berarti jika persepsi nasabah tentang tingkat suku bunga semakin tinggi maka akan berpengaruh positif terhadap minat menabung nasabah secara signifikan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah penyimpan di BRI Cabang Sleman sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 100 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode random. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan kuisioner sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, uji prasyarat (uji normalitas, uji multikolinieritas, uji linearitas) dan uji statistik (uji t, uji F dan koefisien
ini, metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif. Terdapat dua macam informan dalam penelitian ini yaitu nasabah bank syariah dan nasabah bank konvensional. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer, dan teknik pengambilan data dengan wawancara dan observasi.
3. Bayu Adi
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel kepercayaan masyarakat, tingkat bunga, pelayanan yang baik dan benar, promosi dan hadiah, dan lokasi dan keamanan secara bersama mempunyai pengaruh kepada keputusan menabung. Hubungan pengaruh yang paling dominan dalam penelitian ini adalah faktor pelayanan.
5. I Made Satria
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis faktor. Berdasarkan metode principal component analysis (PCA) dihasilkan lima faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan menjadi nasabah PT.BPR Pusaka Denpasar, salah satunya adalah faktor produk yang mewakilkan 3 variabel, diantaranya adalah tingkat suku bunga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah PT. BPR Pusaka Denpasar dengan responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 100 orang.
Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor keyakinan merupakan faktor yang lebih dominan mendorong masyarakat untuk menabung di Bank Muamalat Kisaran. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dari responden yang terpilih yaitu masyarakat Kisaran yang menabung di Bank Muamalat Kota Kisaran dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dijawab oleh 100 responden yang diambil secara acak. Data sekunder didapat dari pihak Bank Muamalat Indonesia, buku dan internet dan media lain.