HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
OLEH :
NO.
NAMA
NIM
DOSEN WALI
1
Albertho M. Francis
1102011107
Bpk. Yohanes Tuan, S.H.,M.Hum2
Bersa M. L. Uju Edo
1102012040
Ny. Orpa Nubatonis, S.H.,M.Hum3
Dian V. Bere
1102011031
Ny. Orpa Nubatonis, S.H.,M.HumFAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2014/2015
Salam Sejahtera …
Puji dan syukur kelompok kami haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas bimbingan dan pertolongan serta izin-Nya, kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, baik
orang tua, saudari, maupun semua pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu. Makalah
ini kami dedikasikan untuk semua pihak yang membantu, khususnya dalam mendalami
masalah – masalah yang berkaitan dengan Hukum Perdata Internasional.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kekeliruan dan sebagainya. Namun besar harapan kami agar para pembaca yang budiman
dapat memberikan masukan baik itu kritik maupun saran yang membangun dan dapat
menyempurnakan setiap detil dari isi makalah ini.
Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan limpah terima kasih. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Kiranya rahmat dari Tuhan Yang Maha
Kuasa tetap melindungi dan menaungi kita semua. Amin.
Kupang, Maret 2014
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
merujuk pada adanya unsur asing yang terlibat dalam hubungan atau peristiwa hukum, baik
di bidang keperdataan maupun non keperdataan yang mengandung unsur-unsur yang
melampaui batas-batas teritorial negara.
Penggunaan istilah Perdata Internasional dapat ditelusuri dari perkembangan sejarah
di Eropa Daratan. Keragaman istilah di berbagai negara tersebut, juga berusaha
diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan kemudian dikenal sebagai Hukum Perdata
Internasional
1.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyelesaian Kasus Hotel Kartika Plaza ditinjau dengan asas
Lex Re
Sitae
dan asas
Lex Loci Contractus
?
III.
TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata Internasional
dan juga menambah pengetahuan pembaca tentang penyelesaian kasus atau sengketa dalam
Hukum Perdata Internasional dalam kaitannya dengan asas-asas Hukum Perdata
Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Hotel Kartika Plaza adalah sebuah hotel yang berkedudukan di jalan M. H. Thamrin nomor 10 Jakarta. Hotel ini dibangun sejak tahun 1964 oleh PT. Wisma Kartika (PT. Wisma). PT. Wisma dibentuk pada bulan Oktober 1964 dengan nama PT. Pembangunan dan Pengurus Flkat Bluntas, kemudian lebih dikenal dengan nama PT. Bluntas, oleh Bank Indonesia bersama dengan investor (privat) Indonesia yang menberikan lokasi di jalan Thamrin tempat gedung hotel itu kemudian dibangun.
Pembangunan hotel itu berlangsung dengan pesat dan kemudian berhenti pada tahun 1965 sampai lantai 2 karena kekurangan dana. Pada tahun 1967, Bank Indonesia bersama partnernya (Indonesian Private Investor), yang memegang semua saham PT. Bluntas, menjual sahamnya kepada Induk Koperasi Angkatan Darat (Inkopad). Berdasarkan pengalihan (pemilikan) saham ini oleh Inkopad
nama PT. Bluntas diganti dengan nama PT. Pembangunan dan Pengurus Wisma Kartika atau PT. Wisma Kartika yang kemudian mengusahakan jalan keluar bagi kelanjutan pembangunan hotel itu.
Pada tanggal 22 April 1968, PT. Wisma Kartika telah menandatangani Lease and Managenent Agreement dengan AMCO ASIA CORPORATION, suatu perusahaan yang terdaftar di Delaware dan berbadan hukum Amerika Serikat. AMCO, berdasarkan agreement itu, diminta melanjutkan pembangunan, dengan menambahakan 6 lantai lagi, dengan biaya AMCO sendiri. Untuk itu AMCO berjanji akan invest sebesar 4 juta dolar US. Hotel itu kemudian terselesaikan dalam jangka waktu 24 bulan sejak Lease itu dibentuk.
PT. Wisma kemudian menyetujui pembagian keuntungan untuk AMCO selama jangka waktu 19 tahun, dengan komposisi tertentu… for the first five years of the lease of term; AMCO= 90%, PT. Wisma= 10%, for the next five years; AMCO= 85%, PT. Wisma 15%, for the five years thereafter;
AMCO= 75%, PT. Wisma= 25%; and for the remainder; AMCO= 50%, PT. Wisma= 50%. Diperjanjikan juga bahwa setiap kasus yang muncul dari lease itu aan diselesaikan melalui International Chamber of Commerce, Paris.
Akibat diberlakukannya UU No. 1 Tahun 1967 (tentang Penanaman Modal Asing), kendatipun telah beroperasi sejak 6 Mei 1967, pada 6 Mei 1968 AMCO mengajukan permohonan pendirian PT. AMCO Indonesia. Pada tanggal 13 Mei 1968, Presiden RI, berdasarkan surat dari BKPM, tanggal 11 Mei 1968, menyatakan persetujuanya, dan mengirimkan pernyataan itu kepada Menteri Pekerjaan Umum.
Pada tanggal 29 Juli 1968 Menteri Pekerjaan Umum memberikan persetujuan kepada AMCO untuk mendirikan PT. AMCO Indonesia, yang pendiriannya kemudian diumumkan pada tanggal 14 April 1969, dalam Berita Negara No. 41. Berdasarkan perkembangan itu, pada tanggal 22 April 1969 telah dibuat Lease and Management Agreement antara AMCO dengan PT. Wisma yang isinya memperpanjang
Lease and Management Agreement 1968 hingga jangka waktu 30 tahun.
Disebabkan oleh timbulnya persoalan manajemen hotel, yang menimbulkan konflik antara pihak penanam jasa (PT. AEROPACIFIC, mewakili KLM dan Garuda) dengan PT. AMCO. Pada tanggal 1 Juni 1978, pihak Inkopad mengambil alih manajemen hotel beserta control terhadapnya. Pengambilalihan ini diikuti dengan pembentukkan Profit Sharing Agreement 1978 antara PT. Wisma dan PT. AMCO yang meliputi manajemen, tanah, bangunan, dan seluruh isi hotel Kartika Plaza.
Kasus yang kemudian menghadapkan Indonesia di depan ICSID atas gugatan PT. AMCO adalah sebagaimana dituduhkan bahwa pada tanggal 31 Maret/ 01 April 1980, pemerintah RI secara melanggar hukum, dengan an armed military action, telah mengambil alih control dan manajemen hotel Kartika Plaza dari PT. AMCO dan pada tahun yang sama, pada 09 Juli 1980, bertindak atas nama BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), ketua badan itu telah mencabut izin penanaman modal asing AMCO ASIA CORPORATION yang oleh pihak AMCO dipandang sebagai tindakan yang melanggar hak-hak mereka yang dijamin oleh hukum Indonesia yang karenanya telah menimbulkan kerugian bagi pihak AMCO ASIA CORPORATION.
Kasus ini untuk pertama kalinya secara kolektif diajukan oleh AMCO ASIA CORPORATION, PAN AMERICAN DEVELOPMENT LIMITED, dan PT. AMCO Indonesia kepada
Secretary General ICSID dengan mengajukan Negara RI sebagai tergugat.
Ditinjau dari asas Lex Re Sitae yang menyatakan bahwa perkara-perkara yang menyangkut benda-benda bergerak tunduk pada hukum dimana benda itu berada atau terletak. Hal ini berarti bahwa hukum yang berlaku dalam perkara ini adalah hukum Indonesia sebagai tempat dimana Hotel Kartika Plaza dibangun.
Demikian pula bila ditinjau dari Lex Loci Contractus yang menyatakan bahwa hukum yang dipakai bila terjadi sengketa adalah hukum di tempat dimana perjanjian itu dibuat. Jadi, apabila perjanjiannya dibuat di Indonesia, maka hukum Indonesialah yang berlaku, tetapi bila perjanjian dilakukan di Amerika, maka hukum Amerika yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Bil;a ditinjau dari tempat dimana objek sengketa berada, maka sengketa yang timbul harus diselesaikan berdasarkan hukum Indonesia, tetapi bila diselesaikan menurut hukum dimana perjanjian dibuat, maka harus diteliti kembali awal perjanjian. Bila dilaksanakan di Indonesia, maka menggunakan hukum Indonesia, sedangkan bila di Amerika, maka hukum Amerika yang digunakan. Atau di tempat lain dimana perjanjian dibuat.