60 3.1 Gambaran Umum Instansi
3.1.1 Gambaran Umum BKPM
BKPM adalah sebuah badan layanan penanaman modal Pemerintah Indonesia yang dibentuk dengan maksud untuk menerapkan secara efektif penegakan hukum terhadap penanaman modal asing maupun dalam negeri. Saat ini, BKPM adalah sebuah badan pemerintah non-departemen yang bekerja di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. BKPM dipimpin oleh Kepala BKPM. Untuk masa 2005-2009, badan ini dipimpin oleh Muhammad Lutfi.
3.1.2 Sejarah singkat BKPM
Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Penanaman Modal Asing di tahun 1967, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di antara semua departemen dan organisasi pemerintah lain yang terkait. Untuk itu, Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing di tahun 1967. Tugas utama badan ini adalah memberikan nasihat kepada Presiden mengenai penerapan penanaman modal asing.
Pada tahun 1968, Pemerintah menerbitkan satu undang-undang tentang penanaman modal dalam negeri. Kebutuhan untuk memerbaiki lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemrosesan penanaman modal
tidak dapat dihindari. Akibatnya, pada bulan September 1968, Pemerintah Indonesia membangun sebuah badan baru yang disebut Panitia Teknis Penanaman Modal, dan karena itu, membubarkan BPPMA. Tugas utama BPPMA adalah memelajari dan menilai permohonan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, untuk memastikan bahwa semua persyaratan telah dipenuhi. Namun, dalam kerja sehari-harinya, Panitia tidak memiliki wewenang untuk menerbitkan izin penanaman modal dan harus bersandar pada departemen teknis untuk menilai permohonan penanaman modal.
Seiring waktu, ada kebutuhan nyata untuk memperbaiki koordinasi dalam penerbitan izin-izin penanaman modal. Di samping itu, kebutuhan untuk memerbaiki tingkat investasi lewat promosi juga jelas.
Pemerintah menjawab kebutuhan ini dengan membentuk sebuah badan baru yang disebut dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis Penanaman Modal di tahun 1973.
3.1.3 Visi & Misi BKPM
Visi & misi BKPM untuk tahun 2005-2009 adalah : Visi :
“Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang menarik”
Misi :
1. Mendorong terciptanya iklim penanaman modal yang lebih kondusif.
Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah :
a. Tersedianya rumusan peraturan perundang – undangan dan kebijakan penanaman modal yang probisnis termasuk pemberian insentif investasi.
b. Tersedianya informasi potensi sumber daya dan peluang usaha nasional yang mutakhir.
c. Tersedianya bahan penyusunan kebijakan pemberdayaan usaha nasional dan meningkatnya pelayanan informasi dan fasilitasi kemitraan usaha.
2. Meningkatkan efektifitas promosi dan kerjasama penanaman modal.
Tujuan yang ingin dicapai dari Misi ini adalah:
a. Meningkatnya minat investasi dari dalam dan luar negeri b. Tercapainya kesepakatan kerjasama di bidang penanaman
modal yang mengakomodasi kepentingan nasional
3. Meningkatkan pelayanan, fasilitasi dan advokasi pelaksanaan penanaman modal. Tujuan yang ingin dicapai dari Misi ini adalah:
a. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal
b. Terselenggaranya pengendalian pelaksanaan penanaman modal sehingga terjadi peningkatan realisasi investasi.
4. Meningkatkan peran kelembagaan dan sistem informasi penanaman modal. Tujuan yang ingin dicapai dari Misi ini adalah:
a. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi aparatur BKPM
b. Meningkatnya kualitas pelayanan informasi dan perencanaan program.
c. Terwujudnya hubungan masyarakat yang serasi di bidang penanaman modal.
3.1.4 Fungsi dan Wewenang BKPM
BKPM mempunyai tugas menjalankan misi pemerintah di bidang penanaman modal sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, BKPM menyelenggarakan fungsi :
1. Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan dan perencanaan pengembangan penanaman modal secara nasional.
2. Koordinasi perencanaan dan penyusunan program penanaman modal daerah
3. Koordinasi pengembangan sumber daya di bidang penanaman modal.
4. Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan promosi penanaman modal.
5. Koordinasi pelaksanaan kerjasama internasional di bidang penanaman modal
6. Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal 7. Fasilitasi dan pengendalian pelaksanaan penanaman modal
8. Pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang penanaman modal
9. Penetapan, pengelolaan data dan sistem informasi di bidang penanaman modal
10. Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang menangani penanaman modal
11. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.
12. Fungsi lain di bidang penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk melakukan semua fungsi di atas, BKPM memiliki wewenang berikut :
1. Menyiapkan perencanaan penanaman modal nasional tingkat makro.
2. Merumuskan kebijakan-kebijakan penanaman modal untuk mendukung pembangunan tingkat makro.
3. Membangun sistem informasi penanaman modal.
4. Memberikan persetujuan dan mengendalikan penanaman modal dengan teknologi strategis sangat canggih dan berisiko tinggi dalam penerapan.
5. Wewenang-wewenang lain yang sesuai dengan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan persiapan dan pelaksanaan penanaman modal.
3.1.5 Struktur Organisasi BKPM
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) adalah Lembaga Pemerintahan Non Dapartemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BKPM di pimpin oleh seorang Kepala.
BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Susunan organisasi BKPM terdiri dari :
1. Kepala BKPM 2. Wakil Kepala 3. Sekertaris Utama
4. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal
5. Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal 6. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
7. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal 8. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
9. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BKPM 3.1.6 Prosedur, Persetujuan dan Lisensi
Informasi ini diperlukan bagi para investor sebelum melaksanakan investasi di Indonesia, khususnya yang terkait dengan proses persetujuan, lisensi serta prosedur pengajuan aplikasi yang harus diselesaikan untuk dapat melakukan investasi di Indonesia. Sektor serta minat usaha dari investor diharapkan tidak bertolakbelakang dengan aturan pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, investor disarankan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu mengenai batasan usaha yang diperbolehkan oleh Pemerintah Indonesia.
Secara umum jenis persetujuan / perizinan PMDN dan PMA, yaitu:
1. Surat Persetujuan Penanaman Modal (SP PMDN/ PMA) termasuk ketetapan fasilitas untuk proyek baru.
2. Surat Persetujuan Proyek Perluasan, tidak termasuk ketetapan fasilitas (wewenang Ditjen Bea dan Cukai), kecuali jenis produk berbeda/atau baru.
3. Surat Persetujuan Perubahan, untuk perubahan: lokasi/pindah propinsi, bidang usaha, TKA, investasi & sumber pembiayaan, kepemilikan (PMA), status PMA menjadi PMDN, PMDN atau Non PMDN/PMA menjadi PMA, perpanjang jadwal, merger, alih aset, ganti nama PT.
Berikut ini adalah prosedur pengajuan aplikasi serta alur pengajuan aplikasi secara umum :
1. Prosedur Pengajuan Aplikasi
Gambar 3.2 Prosedur Pengajuan Aplikasi
2. Alur Pengajuan Aplikasi Baru PMDN
Gambar 3.3 Alur Pengajuan Aplikasi Baru PMDN
3. Alur Pengajuan Aplikasi Baru PMA
Gambar 3.4 Alur Pengajuan Aplikasi Baru PMA
3.2 Data Flow Diagram Sistem yang berjalan dalam menentukan lokasi investasi.
3.2.1 Diagram Konteks sistem berjalan
Gambar 3.5 Diagram Konteks Sistem Berjalan
3.2.2 Diagram 0 sistem berjalan
Gambar 3.6 Diagram Nol Sistem Berjalan
3.3 Permasalahan yang dihadapi
Dalam menentukan lokasi investasi, investor harus mengikuti kaidah – kaidah yang berlaku dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Jakarta Pusat.
Kaidah – kaidah dan dampaknya bagi lingkungan tersebut mencakup batasan – batasan interaksi dengan lingkungan sekitar dan masyarakat, peruntukan lahan (Land Use), interaksi dengan bangunan lainnya, syarat – syarat membangun sebuah bangunan, dan masih banyak lagi kaidah – kaidah yang harus dipenuhi.
Dari kondisi tersebut, maka penulis menarik permasalahan - permasalahan yang dihadapi, khusunya dalam menentukan sebuah lokasi investasi di Jakarta Pusat :
a. Data masih terpisah – pisah dan masih bersifat data mentah sehingga menyulitkan investor.
b. Data tidak di representasikan dalam bentuk yang mudah di mengerti oleh investor.
c. Dengan keadaan data yang terpisah – pisah dan birokrasi yang sulit, maka otomatis waktu yang diperlukan semakin bertambah dan tidak di pungkiri adanya biaya – biaya tambahan di luar biaya yang semestinya dikeluarkan.
d. Semakin bertambahnya waktu maka efektifitas waktu kerja menjadi berkurang bagi pihak investor yang mencari lokasi.