• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Sejarah BKPM

Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di antara semua departemen dan lembaga pemerintah lain yang terkait. Untuk itu, Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing (BPPMA) pada tahun 1967. Tugas utama badan ini adalah memberikan nasihat kepada Presiden mengenai penerapan penanaman modal asing.

Pada tahun 1968, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Kebutuhan untuk memperbaiki lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemrosesan penanaman modal tidak dapat dihindari. Akibatnya, pada bulan September 1968, Pemerintah Indonesia membangun sebuah badan baru yang disebut Panitia Teknis Penanaman Modal (PTPM), dan dengan berdirinya PTPM maka BPPMA dibubarkan. Tugas utama PTPM adalah mempelajari dan menilai permohonan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, untuk memastikan bahwa semua persyaratan telah dipenuhi, Namun, dalam kerja sehari-harinya, Panitia tidak memiliki wewenang untuk menerbitkan izin penanaman modal dan harus bersandar pada departemen teknis untuk menilai permohonan penanaman modal.

Seiring waktu, ada kebutuhan nyata untuk memperbaiki koordinasi dalam penerbitan izin-izin penanaman modal. Di samping itu, kebutuhan untuk

(2)

memperbaiki tingkat investasi lewat promosi juga jelas. Pemerintah menjawab kebutuhan ini dengan membentuk sebuah badan baru yang disebut dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM untuk menggantikan Panitia Teknis Penanaman Modal di tahun 1973. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang menjadi koordinator kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah, pemerintah dengan Bank Indonesia, serta pemerintah dengan pemerintah daerah maupun pemerintah daerah dengan pemerintah daerah. BKPM juga diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor, misalnya menjamin tidak adanya ekonomi biaya tinggi.

2.2. Visi dan Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dijelaskan bahwa BKPM adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKPM mempunyai visi: Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

Pernyataan Visi diatas mengandung dua frase kunci, yaitu “daya saing penanaman modal” dan “kualitas perekonomian nasional”. Semangat meningkatkan daya saing dan kontribusi bagi perekonomian yang berkualitas merupakan artikulasi

(3)

dari pertimbangan-pertimbangan teknokratik dan visioner untuk mendukung terwujudnya prioritas nasional dalam peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha di Indonesia sesuai RPJMN 2010-2014. Bahwa daya saing nasional, utamanya penanaman modal sampai kini masih rendah, dan akan menemui berbagai tantangan internal serta persaingan lingkungan eksternal yang tendensinya kian menguat. Spirit kualitas perekonomian dimaknai sebagai capaian kinerja ekonomi nasional yang secara umum ditandai dengan peningkatan dan pemerataan penanaman modal serta peningkatan kontribusi penanaman modal terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Arah peningkatan kualitas perekonomian terebut tentu saja bukan merupakan target yang hendak dicapai BKPM secara kelembagaan, melainkan cita-cita BKPM untuk berperan lebih besar dalam menunjang tercapainya kualitas perekonomian nasional yang lebih baik.

Dengan demikian, fokus prioritas BKPM dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi serta program dan kegiatan menurut visi diatas adalah peningkatan daya saing penanaman modal. Salah satu ukuran daya saing nasional dalam kancah internasional adalah kemudahan berusaha (easy of doing business) versi World Bank. Harus dicatat bahwa kriteria daya saing versi World Bank terkait dengan tugas dan fungsi lintas Instansi dan Pemerintah Daerah.

Untuk merealisasikan visi BKPM diatas maka diperlukan suatu misi, misi dapat berisi penggambaran tujuan suatu organisasi dengan jelas dan fokus terhadap sasaran yang ingin dicapai kedepan. Sesuai dengan Visi 2010-2014, misi BKPM meliputi tiga hal sebagai berikut :

(4)

1. Mengupayakan peningkatan dan pemerataan penanaman modal.

2. Menjaga harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal.

Pernyataan Misi-1 membawa pesan peningkatan penanaman modal yang dibarengi dengan pemerataan secara sektoral dan kewilayahan, serta dengan tidak mengesampingkan pentingnya penciptaan nilai tambah ekonomi yang tinggi untuk menunjang perekonomian.

Pernyataan Misi-2 mendorong dilakukannya deregulasi kebijakan, harmonisasi dan koordinasi di bidang penanaman modal. Kebijakan yang dirumuskan BKPM akan dilakukan dalam kerangka penyederhanaan dan efisiensi pelayanan penanaman modal, termasuk rumusan kebijakan insentif yang menarik.

Pernyataan Misi-3 mengandung semangat peningkatan kualitas pelayanan penanaman modal dalam segala manifestasinya, diantaranya berkaitan denganpenyusunan norma, standar dan prosedur; Kualitas dan kompetensi aparatur, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, susunan organisasi BKPM terdiri dari :

1. Kepala;

2. Sekretariat Utama;

3. Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal;

4. Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal;

5. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal;

6. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal;

(5)

7. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal;

8. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal;

9. Inspektorat;

10. Pusat Bantuan Hukum;

11. Pusat Pengelolaan Data dan Informasi;

12. Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

2.3. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal sebagai salah satu pelaksana tugas dan fungsi BKPM, seperti yang tercantum dalam Peraturan Kepala BKPM nomor 90/SK/2007 dan No. 1 tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas “merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan penanaman modal”. Struktur organisasi Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal dipimpin oleh 1orang Deputi (eselon 1) yang membawahi 3 orang Direktur (eselon 2) seperti tergambar dalam bagan organisasi gambar 2.1.

Gambar 2.1. di atas memperlihatkan struktur organisasi unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal BKPM. Masing-masing unit Direktorat pada prinsipnya melakukan fungsi pelayanan penerbitan perizinan dan non perizinan di BKPM.

(6)

Sumber: Struktur Organisasi BKPM. (2014)

Gambar 2.1.

Struktur Organisasi Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal

Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM nomor 90/SK/2007 dan No. 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan KoordinasiPenanaman Modal, Direktorat Pelayanan Aplikasi mempunyai tugas melaksanakan penyususnan kebijakan teknis dan pelayanan persetujuan penanaman modal.

Direktorat Pelayanan Perizinan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelayanan perizinan penanaman modal. Direktorat Pelayanan Fasilitas mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelayanan pemberian fasilitas kepabeanan dan perpajakan.

Pegawai unit Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal berjumlah 83 orang dimana disamping eselon 1 dan eselon 2, terdapat 6 orang eselon 3, 18 orang eselon 4 dan sisa nya adalah staf.

2.4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat

Disamping melakukan pelayanan penerbitan perizinan dan non perizinan penanaman modal yang memang telah menjadi kewenangan BKPM, berdasarkan

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman

Modal

Direktorat Pelayanan Aplikasi

Direktorat Pelayanan Perizinan

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman

Modal

(7)

Peraturan Presiden No. 97 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, BKPM juga telah menjadi lembaga pelaksana Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat. Koordinasi pelaksanaan PTSP Pusat tersebut berada di bawah kewenangan Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal.

Dengan dilaksanakannya PTSP Pusat tersebut, saat ini telah ada pelimpahan kewenangan pelayanan perizinan dari 22 Kementerian dan Lembaga Pemerintah (K/L) kepada BKPM yang dalam hal ini dilaksanakan di dalam PTSP Pusat. 22 K/L tersebut dapat dilihat dalam gambar 2.2.

Sumber: BKPM (2015)

Gambar 2.2.

K/L yang Telah Melimpahkan Kewenangan Perizinannya Ke BKPM Dengan telah dilimpahkannya kewenangan penerbitan perizinan tersebut kepada BKPM, maka penerbitan perizinan yang terkait dengan penanaman modal

Kem. Agraria, Tata Ruang, dan BPN Kementerian ESDM

Kementerian Perindustrian

Kementerian Pertanian Kementerian Perdagangan

Kementerian Keuangan Kementerian Perhubungan

Kementerian Hukum dan HAM

Kem. Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Kementerian Kesehatan Kementerian Pariwisata

Kementerian Komunikasi &

Informatika Kementerian Ketenagakerjaan Kementerian PU dan

Perumahan Rakyat

KEPOLISIAN RI Kementerian

Kelautan dan Perikanan Kementerian Pendidikan &

Kebudayaan Kementerian

Pertahanan

BPOM BSN LEMSANEG PT. PLN Persero

(8)

dioharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih sederhana, lebih cepat, lebih transparan, dan terintegrasi. Untuk keperluan tersebut maka mekanisme umum pelayanan penerbitan perizinan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.3.

PTSP Pusat

Sumber: BKPM (2015)

Gambar 2.3.

Mekanisme Umum Pelayanan Perizinan Investasi Pada PTSP Pusat

Dalam mekanisme sesuai gambar 2.3. investor tidak perlu lagi mengunjungi berbagai K/L dalam rangka mendapatkan izin-izin terkait rencana dan realisasi investasinya, tetapi mereka cukup datang ke PTSP Pusat dimana di dalamnya telah terdapat perwakilan dai 22 K/L dan BKPM yang siap melayani dan menerbitkan izin-izin tersebut.

(9)

2.5. Tantangan PTSP Pusat

Walaupun teknis penerbitan perizinan terkait investasi telah berhasil diintegrasikan di bawah PTSP Pusat dan penyederhanan perizinan juga telah dilakukan, hal tersebut masih menyisakan berbagai perizinan yang dirasa masih kurang sederhana sehingga beberapa jenis perizinan seperti izin untuk investasi di bidang pembangkit tenaga listrik dan juga izin pertanahan masih dirasakan terlalu lama. Tantangan kedepan bagi PTSP Pusat adalah bagaiman proses penerbitan perizinan terkait investasi dapat benar-benar terlaksana dengan lebih sederhana, lebih cepat dan lebih transparan. Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh kepada kemudahan memulai dan melakukan usaha di Indonesia sebagai bagian dari bentuk kualitas pelayanan kepada para investor. Dengan pelayanan yang berkualitas tersebut diharapkan investor akan menjadi puas dan citra PTSP di mata investor menjadi baik.

Tantangan lainnya adalah bagaimana memunculkan semangat melayani dengan standar kualitas pelayanan yang sama yang dapat diberikan oleh seluruh perwakilan dari 22 K/L dan BKPM di dalam PTSP Pusat. Hal ini tidak mudah dilakukan karena perwakilan pejabat K/L yang ditempatkan di BKPM datang dari latar belakang kultur dan standar kualitas pelayanan yang berbeda-beda. Akan tetapi pada akhirnya mereka harus dapat merepresentasikan memberikan kesan kualitas pelayanan yang standar yang dapat berimplikasi pada terciptanya citra positif PTSP Pusat.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam paparan Alqur'an yang cukup singkat tersebut, jelas bahwa Ayub adalah salah seorang tokoh penting yang dipercayai kaum Muslim sebagai Nabi, orang yang

Sedangkan kecamatan dengan kondisi kepadatan mangrove sangat padat (>1500 pohon/ha) yang terluas terdapat di Kecamatan Bangkalan, dengan luas mencapai 104,6 ha..

Bilamana dikatakan keturunan Fatima binti Muhammad, maka maksudnya bukanlah dia (perempuan) keturunan Muhammad Rasulullah (sholawat dan salam kepadanya), tetapi keturunan

Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, dengan Sertipikat Jaminan Fidusia bagi kreditur selaku penerima fidusia akan mempermudah dalam pelaksanaan eksekusi

Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pendekatan lingkungan sesuai dengan rencana. Penelitian ini dilakukan dengan tiga

Hasil visualisasi Gambar 4.9 sama dengan Gambar 4.7 yaitu grafik kecepatan terhadap posisi yang terbentuk adalah lintasan elips dan tidak terjadi pengurangan

Untuk mengkaji permasalahan mengenai Dampak Napoleonic Wars Terhadap Pembentukan Konfederasi Jerman Tahun 1815, peneliti menggunakan beberapa metodologi

Dragline adalah alat gali yan dipakai untuk meggali material yang letaknya lebih tinggi dari pemukaan tempat alat tersebut berada dengan jangkauan yang lebih jauh dari