• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONES"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONESIA DAN PERBANDINGANNYA

Dalam menyusun sebuah laporan keuangan perusahaan, selain dibutuhkan adanya standar akuntansi, juga diperlukan sebuah undang-undang sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan, yang disebut statutory financial reporting. Penyusunan statutory financial reporting di suatu negara sangat erat kaitannya dengan peran dari dua institusi di negara tersebut, yaitu pemerintah dan badan penyusun standar akuntansi. Kedudukan badan penyusun standar akuntansi di tiap negara berbeda-beda sesuai dengan kebijakan negara tersebut. Australia sebagai salah satu negara yang telah menerapkan good-practice accounting sejak lama, memiliki standar akuntansi dan badan penyusun standar akuntansi yang sudah mapan, termasuk statutory financial reporting nya. Makalah ini akan membahas mengenai statutory financial reporting di Indonesia dan membandingkannya of legal basis, made by the government body to assist businesses in preparing its financial statements. The preparation of statutory financial reporting is closely related to the role of two institutions. These include the government and the accounting standard board. The position of accounting standard board is different in every country depending on country's policy. For instance, Australia is one of the countries that has implemented good-practice accounting as it has adopted both accounting standard and statutory financial reporting made by government body. This paper will discuss the Statutory financial reporting in Indonesia and how its application is different in comparison to Australia.

Keywords: statutory financial reporting, IAI, AASB

I. PENDAHULUAN

Akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk mengkomunikasikan informasi

(2)

penting dalam rangka pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Selain itu penggunaan informasi akuntansi juga berguna untuk

perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan pengawasan operasional. Holmes dan Nicholls (1989) mengklasifikasikan informasi akuntansi ke dalam tiga jenis berdasarkan manfaat bagi para pemakainya, yaitu Statutory financial reporting Information, Budgetary

Information, dan Additional Accounting Information.

Dengan semakin berkembangnya perekonomian di dunia, maka semakin berkembang

pula jenis industri dan bisnis yang muncul. Hal tersebut menjadikan informasi akuntansi yang tersedia juga semakin beragam. Untuk mengakomodir beragamnya informasi akuntansi tersebut maka dibutuhkanlah suatu peraturan maupun undang-undang yang mengatur

mengenai kebijakan akuntansi yang diperlukan dan disesuaikan dengan jenis industri, sehingga para pemangku kepentingan (stakeholders) dapat lebih memahami informasi

akuntansi tersebut. Peraturan disebut dikenal dikenal dengan nama Statutory financial reporting. Lumbantoruan, Sophar (1996:2) mendefinisikan Statutory financial reporting sebagai akuntansi yang dibatasi oleh peraturan perundang-undangan tertentu. Statutory

financial reporting dapat disusun oleh pemerintah melalui undang-undang (Act) maupun badan independen di pemerintahan. Penyusunan kebijakan Statutory financial reporting juga

berkaitan erat dengan badan penyusun standar akuntansi di negara tersebut, hal tersebut disebabkan Statutory financial reporting selalu disusun berdasarkan standar akuntansi yang telah tersedia sebelumnya. Praktik Statutory financial reporting di beberapa negara dapat

berbeda-beda, disesuaikan dengan kebijakan akuntansi yang berlaku di negara tersebut. Selanjutnya makalah ini akan membahas mengenai praktik Statutory financial reporting di

(3)

II. STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONESIA

Pendahuluan

Praktik akuntansi di Indonesia sudah berlangsung sangat lama, dimulai dari era penjajahan Belanda sekitar abad 17 atau sekitar 1642, dimana pada saat itu praktik akuntansi dilakukan oleh pemerintah Belanda. Eksistensi akuntan Indonesia mulai muncul di tahun

1957, yang ditandai dengan pembentukan pertama kali perkumpulan akuntansi di Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, praktik akuntansi di Indonesia telah mengalami

peningkatan yang signifikan baik di sektor privat maupun di sektor publik, beberapa pencapaiannya adalah:

a. Terbitnya undang-undang yang mengatur mengenai Akuntan Publik di Indonesia, yaitu

Undang-undang Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.

b. Terbitnya pedoman standar akuntansi untuk sektor privat (PSAK) dan sektor publik

(PSAP).

c. Organisasi penyusun standar akuntansi (IAI untuk sektor privat dan KSAP untuk sektor publik) yang semakin kuat.

d. Konvergensi standar akuntansi Indonesia ke IFRS.

e. Penyusunan standar akuntansi untuk entitas tanpa akuntabilitas publik.

f. Pengalihan basis akuntansi menuju basis akuntansi akrual pada akuntansi sektor pemerintahan.

Peningkatan yang lebih dalam perkembangan akuntansi di Indonesia sangat

dibutuhkan untuk memastikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan praktik akuntansi yang baik. Dalam mewujudkan hal tersebut, peran pemerintah yang bekerja sama dengan badan penyusun standar akuntansi sangatlah diperlukan untuk menyusun kerangka kebijakan

akuntansi yang disesuaikan dengan perkembangan industri dan bisnis di Indonesia.

(4)

Penyelenggaraan pembukuan di Indonesia yang merupakan kewajiban bagi suatu perusahaan harus berpedoman pada suatu dasar hukum atau kerangka dasar, yang disebut

Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Kerangka dasar SAK yang mendasari laporan keuangan antara lain membahas tentang:

a. Tujuan laporan keuangan,

b. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan, c. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan,

dan

d. Konsep modal serta pemeliharaan modal.

Adapun tujuan penyusunan kerangka dasar adalah dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak berikut ini:

a. Komite penyusunan SAK dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur

dalam SAK.

c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK. SAK juga merupakan pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu perusahaan dan unit-unit

ekonomi lainnya.

Bermula dari pertemuan yang dilakukan oleh lima orang akuntan dari Indonesia di tahun 1957, maka dibentuklah sebuah perkumpulan akuntan indonesia pertama kali, yang

diberi nama Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. Awal mulanya tujuan dibentuknya IAI adalah adanya keinginan oleh lima akuntan Indonesia untuk

(5)

dapat membentuk suatu standar akuntansi tersendiri, dan dapat membina akuntan-akuntan Indonesia. Selanjutnya IAI berkembang menjadi organisasi profesi akuntan yang juga

merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia yang bersifat independen dan berada diluar pemerintahan. Saat ini, IAI merupakan satu-satunya wadah yang mewakili profesi akuntan Indonesia secara keseluruhan. IAI merupakan anggota

International Federation of Accountants, organisasi profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5 juta akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi profesi akuntan

yang tersebar di 127 negara. Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri

ASEAN Federation of Accountants (AFA), dimana IAI menjadi sekretariat permanen AFA. IAI melaksanakan beragam kegiatan diantaranya:

a. pendaftaran dan pelayanan keanggotaan;

b. pengembangan dan penyusunan standar akuntansi keuangan; c. pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan;

d. pemberian konsultasi untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi; e. publikasi;

i. menjaga kepercayaan pemakai jasa dan masyarakat luas atas hasil kerja profesi akuntan yang tergabung dalam IAI.

Struktur organisasi IAI terdiri dari Dewan Penasehat, Dewan Pengurus Nasional,dan Majelis Kehormatan, yang anggotanya terdiri dari perwakilan pemerintah dan praktisi akuntansi.

(6)

IAI Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI KAM), dan IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP). Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 23 Mei 2007 IAI

melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang memutuskan IAI adalah organisasi perofesi yang beranggotakan Perseorangan dan Asosiasi. IAI KAP merubah formatnya menjadi Asosiasi akuntan publik independen dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

pada tanggal 24 Mei 2007. IAI KAP dibubarkan sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4 Juni 2007 Nomor Kep-22/SK/DPN/IAI/V/2007. Selanjutnya IAPI pada saat yang sama

ditetapkan menjadi anggota asosiasi IAI sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4 Juni 2007 nomor Kep-23/SK/DPN/IAI/V/2007. IAI KAM juga merubah formatnya menjadi Asosiasi independen dengan nama Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Pada tanggal 1

September 2009 IAI KAM dibubarkan, dan IAMI ditetapkan menjadi anggota asosiasi IAI sesuai surat keputusan DPN IAI nomor Kep-72/SK/DPN/IAI/IX/2009. Sampai saat ini IAI

(7)

Produk utama dari IAI adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berisi tentang kebijakan atau standar akuntansi yang wajib dipedomani oleh setiap entitas

dalam menyusun laporan keuangannya. IAI hanya mengatur mengenai kebijakan dan standar akuntansi pada sektor privat saja, untuk kebijakan akuntansi sektor publik atau pemerintahan disusun oleh badan penyusun standar tersendiri yang bernama Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan, dengan produk utamanya adalah Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Dalam menyusun standar akuntansi pemerintahan, KSAP juga melibatkan IAI

sebagai organisasi profesi akuntan di Indonesia.

Dalam melakukan kegiatannya, IAI melakukan berbagai macam aktivitas pendanaan (fund raising) seperti melalui pelatihan akuntansi yang dilakukan, bantuan dari organisasi

akuntansi, dan bantuan dari pemerintah. Pemerintah sendiri tidak mengalokasikan dana tetap untuk kegiatan IAI, hal tersebut disebabkan IAI bukanlah merupakan institusi pemerintahan,

(8)

Indonesia (BEI), Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).

Hubungan IAI dengan Pemerintah

Seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya, bahwa IAI adalah organisasi independen yang berada diluar pemerintahan, dan tidak berkaitan maupun bertanggungjawab

langsung kepada pemerintah. Landasan hukum pendirian IAI didasari pada Lembaran Berita Negara, dan Penetapan Menteri Kehakiman, bukan melalui peraturan hukum nasional seperti

undang-undang ataupun Peraturan Pemerintah, hal tersebut sama seperti landasan hukum pendirian organisasi lainnya di Indonesia. Ditinjau dari landasan hukum, yang membedakan IAI dengan organisasi lainnya adalah dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor

263/KMK.01/2014 tentang Penetapan Ikatan Akuntan Indonesia Sebagai Asosiasi Profesi Akuntan, dimana dengan peraturan tersebut, IAI memiliki kewajiban menyampaikan laporan

pertanggungjawabannya kepada pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan.

Terkait dengan anggaran dan pendanaan, dikarenakan IAI bukanlah institusi pemerintahan, sehingga IAI dalam melaksanakan kegaitannya melakukan kegaiatan

pendanaan secara mandiri. Kontribusi dari pemerintah hanyalah bersifat bantuan, bukan pendanaan tetap.

Hubungan IAI dengan pemerintah tercermin dari beberapa wakil pemerintahan yang tergabung di dalam struktur organisasi IAI. Salah satunya adalah Dewan Pengurus Nasional yang diketuai oleh Mardiasmo, dimana pada pemerintahan, beliau adalah Wakil Menteri

Keuangan. Selain itu beberapa pejabat di pemerintahan, khususnya pada Kementerian Keuangan juga menjadi bagian dari Dewan Pengurus Nasional IAI. Hal ini menunjukkan

(9)

kebijakan pemerintahan, salah satunya adalah dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan di Indonesia.

Jenis Statutory financial reporting di Indonesia

Seperti telah dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa Statutory financial reporting adalah akuntansi yang dibatasi oleh perundang-undangan tertentu. Dalam

praktiknya di Indonesia, terdapat beberapa Statutory financial reporting yang diamanatkan oleh peraturan, baik melalui undang-undang maupun peraturan institusi pemerintah lainnya

yang mengatur mengenai kebijakan akuntansi maupun mewajibkan entitas dalam menyampaikan laporan keuangan tertentu. Statutory financial reporting di Indonesia tidak diberlakukan kepada seluruh entitas, tetapi hanya beberapa entitas yang diatur dalam

peraturan tersebut. Beberapa contoh Statutory financial reporting yang berlaku di Indonesia adalah:

a. Penyampaian laporan keuangan oleh perusahaan (Undang-undang Perseroan Terbatas (PT))

Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) mengatur salah satunya kewajiban perusahaan untuk menyusun laporan keuangan. Pada pasal 66 ayat (1-4) dinyatakan:

(2) Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh

Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun

buku Perseroan berakhir.

(3) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat sekurang-kurangnya:

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun

buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya,

laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan arus kas, dan

(10)

b. ...

(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a disusun

berdasarkan standar akuntansi keuangan.

(5) Neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus

disampaikan kepada Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

b. Penyampaian laporan keuangan bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Statutory financial reporting ini diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral di

Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/2013 tentang Transparasi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat mewajibkan BPR untuk menyusun Laporan Keuangan Tahunan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan bagi Entitas tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dan Pedoman Akuntansi BPR (PA BPR). Pada pasal 2 peraturan ini dinyatakan:

Dalam hal perpajakan sedikit berbeda dengan Statutory financial reporting yang lain,

dimana dalam UU perpajakan tidak mengamanatkan entitas untuk menyampaikan laporan keuangan tertentu, tetapi mengamantkan entitas untuk melakukan pembukuan

khusus yang selanjutnya dapat digunakan untuk penghitungan pajak. UU Perpajakan No. 16 Tahun 2000 mengamanatkan agar perusahaan mengatur ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

“1) Orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di

Indonesia harus mengadakan pembukuan yang dapat menyajikan

(11)

dan penyerahan barang atas jasa guna penghitungan jumlah pajak terutang

berdasarkan ketentuan-ketentuan perundang-undangan perpajakan.”

“2) Bagi wajib pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan

dibebaskan dari kewajiban untuk mengadakan pembukuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) sekurang-kurangnya harus menyelenggarakan pencatatan untuk

dijadikan dasar pengenaan pajak terutang.

3) Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memerhatikan

itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.

4) Pembukuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya terdiri atas

catatan yang dikerjakan secara teratur tentang keadaan kas dan bank daftar utang

piutang dan daftar persediaan barang dan pada setiap tahun pajak berakhir wajib pajak

harus menutup pembukuannya dengan membuat neraca dan perhitungan rugi/laba

berdasarkan prinsip pembukuan yang taat asas (konsisten) dengan tahun sebelumnya. 5) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan

menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam

bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.

6) Pembukuan atau pencatatan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen lain

yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib pajak harus

disimpan selama 10 tahun.” d. Undang-undang Pasar Modal

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 86 (1) mensyaratakan perusahaan dengan Pernyataan Pendaftarannya efektif atau Perusahaan Publik untuk menerbitkan laporan berkala dan menyampaikan laporan tersebut kepada Bapepam-LK

(sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)), sebagai regulator pasar modal. Laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar harus diaudit dan

(12)

membutuhkan laporan keuangan interim yang akan disampaikan dalam waktu 30 hari, 60 hari, atau 90 hari jika tidak diaudit, diulas, atau diaudit. Perusahaan Publik juga

diwajibkan untuk menerbitkan neraca yang telah diaudit tahunan dan laporan laba rugi dalam setidaknya dua surat kabar Indonesia, salah satunya dengan sirkulasi nasional, dalam waktu 90 hari dari tanggal neraca. Laporan keuangan semesteran ini harus

diterbitkan dalam setidaknya satu surat kabar nasional. Bursa Efek Indonesia juga menerbitkan di situsnya laporan keuangan penuh dari semua perusahaan yang terdaftar. e. Peraturan BAPEPAM-LK (OJK) mengenai Penyajian Laporan Keuangan

Perusahaan Publik.

Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik juga diatur tersendiri oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(BAPEPAM-LK), yang sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor

KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, mengamantkan perusahaan publik untuk menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) yang telah dirubah

konvergensinya ke International Financial Reporting Standard (IFRS). Dalam lampiran peraturan ini juga dijelaskan secara detail mengenai pedoman penyusunan laporan

keuangan bagi perusahaan publik, mulai dari struktur, isi, dan persyaratan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Dalam peraturan ini juga dijelaskan bahwa apabila terdapat penyajian dan pengungkapan yang tidak diatur, maka perusahaan wajib

mengikuti standar akuntansi keuangan (SAK) yang disusun oleh IAI. Untuk penyampaian laporan keuangan oleh perusahaan diatur melalui Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik.

(13)

Dengan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan di tahun 2011, maka otoritas regulator lembaga keuangan beralih dari BAPEPAM ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK.05/2013 tentang Laporan Bulanan Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank tentang Laporan Bulanan Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank mengamanatkan kepada lembaga keuangan untuk menyampaikan laporan tiap bulannya.

Dalam pasal 2 ayat 3 pada peraturan tersebut, dinyatakan:

“(3) Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Laporan posisi keuangan;

Dengan adanya peraturan ini, lembaga keuangan non-bank diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tidak hanya tahunan, tetapi juga bulanan ke OJK. Tetapi pada

peraturan ini tidak dikatakan secara eksplisit standar akuntansi yang digunakan oleh lembaga keuangan non-bank dalam menyusun laporan keuangan bulanan tersebut.

g. Penyampaian laporan keuangan oleh lembaga asuransi.

Kebijakan dan standar akuntansi asuransi yang masih dipakai saat ini adalah mengacu

pada PSAK Nomor 36 tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Mengenai bentuk dan susunan laporan keuangan perusahaan asuransi diatur tersendiri dalam Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 2/SEOJK.05/2013 tentang Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan Serta Bentuk dan Susunan Pengumuman Ringkasan Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam lampiran surat edaran ini diatur secara

detail mengenai cover, format, bentuk, dan susunan laporan keuangan yang wajib disusun oleh perusahaan asuransi dan disampaikan kepada OJK.

h. Pedoman Standar Akuntansi Badan Layanan Umum (BLU)

(14)

Badan Layanan Umum, yang diatur secara spesifik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan

Layanan Umum. Penerapan standar akuntansi BLU berbeda dengan entitas lainnya, hal tersebut disebabkan dalam menyusun laporan keuangannya didasari pada dua standar akuntansi, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi Pemerintah

(SAP). Dalam Pasal 2 ayat 1 peraturan menteri keuangan tersebut dinyatakan:

“BLU menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi

akuntansi Indonesia sesuai dengan jenis industrinya” selanjutnya pada pasal 6 ayat 4 dinyatakan sebagai berikut:

“Dalam rangka pengintegrasian Laporan Keuangan BLU dengan Laporan Keuangan

kementerian/lembaga, BLU mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang

menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP”

III. STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI AUSTRALIA

Pendahuluan

Sebagai salah satu negara maju, perkembangan akuntansi di Australia juga sudah jauh

lebih maju apabila dibandingkan dengan Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan penerapan akuntansi di Australia yang jauh lebih dahulu dibanding dengan Indonesia, dimana Australia sudah mulai menerapkan dan mengembangkan standar akuntansi mulai tahun 1966

dengan dibentuknya Australian Accounting Research Foundation (AARF), yang bertugas untuk mengembangkan standar akuntansi pada sektor privat dan sektor publik.

Australia mulai mengadopsi IFRS juga jauh lebih dahulu apabila dibandingkan dengan Indonesia, dimana mulai tahun 2002 Australia mulai mengadopsi standar akuntansi berdasarkan IFRS secara bertahap, dan di tahun 2005 seluruh laporan keuangan entitas di

(15)

Di Australia, penerapan akuntansi dimandatkan pemerintah melalui undang-undang (statutory financial reporting) dengan mengacu pada:

Corporations Act 2001,

Australian Securities and Investments Commission Act 2001

Badan Penyusun Standar Akuntansi

Dalam penerapan atas mandatori penerapan akuntansi berdasarkan amanat undang

undang, Australia membentuk lembaga-lembaga sebagai pembuat standar akuntansi, pengawas dan supervisi serta pelaksanaan audit atas penerapan akuntansi yang diamanatkan.

Terdapat lima badan yang saling terkait dalam penyusunan standar akuntansi di Asutralia, kelima badan tersebut adalah:

1. Australian Securities and Investments Commission (ASIC)

2. Australian Accounting Standards Board (AASB).

3. The Interpretation Agenda Committee

4. Financial Reporting Council

5. Australian Stock Exchange

a. Australian Securities and Investments Commission (ASIC)

ASIC yang sebelumnya bernama Australian Securities Commission (ASC) adalah lembaga pemerintah independen yang mengatur terkait badan usaha, pasar finansial,

(16)

pertimbangan terkait investasi, superannuation, asuransi, deposit taking, dan kredit, berdasarkan undang-undang. ASIC bertanggunjawab kepada Commonwealth Parliement

(DPR) dan Treasurer (Bendahara Umum Negara).

Tugas dan fungsi yang diemban ASIC berdasarkan pada dua undang-undang yaitu:

Corporations Act 2001,

Australian Securities and Investments Commission Act 2001

b. Australian Accounting Standards Board (AASB).

AASB adalah lembaga Pemerintah Australia yang bernaung di bawah Undang-Undang Australian Securities and Investments Commission 2001. Berdasarkan UU tersebut, tugas

dan fungsi dari AASB adalah :

a) untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk tujuan mengevaluasi standar yang diusulkan ;

b) untuk membuat standar akuntansi berdasarkan Section 334Corporations Act 2001;

c) untuk merumuskan standar akuntansi untuk tujuan lain ;

d) untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada pengembangan standar akuntansi untuk digunakan di seluruh dunia ;

e) dan untuk memajukan dan mempromosikan objek utama dalam Section 12ASIC Act,

yaitu mengurangi biaya modal yang memungkinkan entitas Australia untuk bersaing secara efektif di luar negeri dan mempertahankan kepercayaan investor dalam

perekonomian Australia.

(17)

a) mengembangkan dan mempertahankan standar pelaporan keuangan untuk semua sektor ekonomi Australia yang berkualitas; dan

b) memberikan kontribusi, melalui kepemimpinan dan bakat, untuk pengembangan standar pelaporan keuangan global dan diakui sebagai fasilitator masuknya Australia dalam pengaturan standar global.

Sejak tahun 2000 standar AASB di Australia telah diterapkan untuk seluruh sektor entitas pelaporan, termasuk yang tidak diatur dalam Corporate Act 2001. Contohnya adalah pada

Standar Akuntansi Sektor Publik . Oleh karena itu, maka sejak tahun 2000 PSASB sebagai badan yang mengatur mengenai standar akuntasi pemerintahan di Australia telah dibubarkan. AASB bertanggunjawab kepada FRC. Keanggotaan AASB terdiri dari:

a) 1 orang Chairman yang bertugas penuh pada AASB yang ditunjuk oleh Minister of Superannuation and Corporate Law, dan

b) 9 orang Member yang bertugas paruh waktu pada AASB yang ditunjuk oleh FRC

(18)

Sementara itu, proses penyusunan standar yang dilakukan oleh AASB dapat dilihat pada bagan berikut:

c. Financial Reporting Council (FRC)

FRC bertanggung jawab untuk mengawasi efektivitas kerangka pelaporan keuangan di

Australia. Fungsi utamanya meliputi pengawasan terhadap standar akuntansi dan audit pengaturan proses untuk sektor publik dan swasta, memberikan saran strategis dalam

kaitannya dengan kualitas audit yang dilakukan oleh auditor Australia, dan memberikan saran kepada Menteri tentang hal tersebut dan terkait pengaruh kondisi yang ada tersebut terhadap kerangka pelaporan keuangan di Australia.

FRC bertanggungjawab memastikan bahwa seluruh entitas pelaporan di Australia mengadopsi IFRS yang diterbitkan oleh IASB.FRC memantau perkembangan standar

akuntansi dan audit internasional, dan mendorong pengembangan standar akuntansi dan audit untuk digunakan di seluruh dunia dan mempromosikan adopsi standar tersebut. FRC

(19)

Australian Securities and Investments Commission 2001 (ASIC Act) . Oleh karena itu, FRC beroperasi dalam kerangka yang ditetapkan dalam Undang-Undang Australian

Securities and Investments Commission 2001. Undang-undang menetapkan tujuan utama untuk penetapan standar akuntansi dan audit di Australia . Tujuan tersebut antara lain:

a) Standar akuntansi harus mensyaratkan penyediaan informasi:

 memungkinkan pengguna untuk membuat dan mengevaluasi keputusan tentang

alokasi sumber daya yang langka ;

 membantu direksi untuk melaksanakan kewajiban mereka dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan ;

 relevan dengan menilai kinerja , posisi keuangan , pembiayaan dan investasi ;

 relevan dan dapat diandalkan ;

 memfasilitasi perbandingan ; dan

 mudah dipahami.

b) Standar audit harus mensyaratkan penyediaan informasi yang:

 Menyediakan panduan yang relevan dan komprehensif untuk auditor Australia

dalam menentukan pendapat, dan melaporkan, apakah laporan keuangan sesuai dengan persyaratan Corporations Act ; dan

 Menyediakan dasar penyusunan laporan auditor yang handal dan mudah

(20)

c) Standar akuntansi harus memfasilitasi ekonomi Australia dengan mengurangi biaya modal dan memungkinkan entitas Australia untuk bersaing secara efektif di luar

negeri.

d) Akuntansi dan audit standar harus memfasilitasi ekonomi Australia dengan memiliki standar akuntansi dan audit yang jelas dinyatakan dan mudah dimengerti.

e) Standar akuntansi harus menjaga kepercayaan investor terhadap perekonomian Australia , termasuk pasar modal.

Undang-undang tegas membatasi kemampuan FRC untuk terlibat dalam pembahasan teknis dari AASB dan AUASB . Oleh karena itu, FRC tidak memiliki kekuatan untuk mengarahkan AASB atau AUASB dalam kaitannya dengan pembentukan, atau

pengebangan, standar tertentu, atau untuk mengambil keputusan mengenai standar yang dirumuskan atau direkomendasikan oleh AASB atau AUASB . Ketentuan ini dirancang

untuk menjamin independensi pembuat standar(AASB dan AUASB).

d. Interpretations Agenda Committe (IAC)

Tugas Utama dari IAC adalah dan melakukan penilaian terkait dengan isu-isu yang

relevan untuk dimasukkan dalam program kerja AASB. Selain itu, tugas IAC adalah memberikan interpretasi atas IFRS apabila ditemukan hal-hal yang kurang jelas atau

tidak relevan dengan Standar akuntansi yang disusun AASB.

e. Australian Stock Exchange (ASX)

(21)

menghasilkan laporan keuangan komprehensif yang sesuai dengan standar keuangan AASB.

Hubungan Badan Penyusun Standar Akuntansi Dengan Pemerintah

Sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan di atas, dapat kita ketahui bahwa di

Australia terdapat lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk membentuk, mengembangkan, mengawasi dan mensupervisi serta melakukan evaluasi atas penerapan standar akuntansi di Australia. AASB sebagai badan yang membentuk dan mengembangkan

standar akuntansi Australia, bertanggungjawab kepada Minister of Superannuation and Corporate Law dan FRC. Kepala AASB juga ditunjuk oleh pemerintah melalui Minister of

Superannuation and Corporate Law, sedangkan anggotanya ditunjuk oleh FRC.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pendanaan utama AASB berasal dari anggaran yang disetujui oleh parlemen melalui Australian Treasury Portofolio. Selain itu,

pendanaan signifikan juga diperoleh dari Pemerintah Daerah (States and Teritories), Organisasi Profesi Akuntansi, dan Australian Stock Exchange.

Dari pembahasan tersebut di atas, terlihat bahwa badan penyusun standar akuntansi di Australia berada di dalam pemerintahan. Peran pemerintah Australia atas pembentukan Standar Akuntansi oleh AASB juga dapat dibilang signifikan dan didukung melalui aturan

perundang-undangannya. Hal tersebut bertujuan agar kebijakan standar akuntansi yang disusun oleh AASB tidak berbenturan dengan statutory reporting/accounting yang

diamanatkan oleh pemerintah. Terlebih dengan adanya IAC dan FRC yang bertugas untuk mengawasi, mensupervisi dan memberikan masukan terkait adopsi standar akuntansi internasional (IFRS) ke dalam standar akuntansi Australia, sehingga terdapat mekanisme

(22)

Hubungan lainnya antara AASB dengan pemerintah adalah dalam menyusun standar akuntansi pemerintahan, dimana AASB juga ditunjuk sebagai penyusun standar akuntansi

pemerintahan, sehingga di Australia hanya terdapat satu badan penyusun standar akuntansi.

Jenis Statutory financial reporting di Australia

a. Australian Corporate Law

Corporate Law di Australia secara historis mengadopsi banyak dari corporate law Inggris. Struktur hukumnya sekarang terdiri dari satu undang-undang nasional, yaitu

Corporation Act 2001. Undang-undang ini dikelola oleh otoritas nasional tunggal, yaitu Australian Securities and Investments Commission(ASIC). Oleh karena itu kedua Undang-undang federal yaitu Corporations Act 2001 dan Australian Securities and Investments

Commission Act 2001 merupakan bagian yang saling berkaitan.

Dalam Corporate Act 2001 disebutkan mengenai kewajiban pelaporan finansial bagi

badan usaha yaitu sebagai berikut:

Section 9

(23)

Berdasarkan aturan dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa kewajiban pelaporan finansial tersebut dikategorikan ke dalam dua jenis bentuk laporan keuangan yaitu:

- Laporan Keuangan Tahunan

- Laporan Keuangan Semesteran

Berikut adalah penggalan aturan dalam Section 296 Corporate Act 2001

Berdasarkan pada aturan tersebut bahwa Corporate Act 2001 merupakan salah satu dasar Statutory financial reporting yang diterapkan di Australia karena memandatkan bahwa

laporan keuangan yang diwajibkan bagi badan usaha sebagaimana disebutkan sebelumnya harus menngacu (comply) dengan standar akuntansi yang berlaku di Australia (standar yang disusun AASB).

Namun demikian pengecualian diberikan bagi small proprietary company dengan syarat tertentu sebagaimana disyaratkan pada butir a dan b. Persyaratan yang ditetapkan

terkait Statutory financial reporting yang lebih detail dapat dilihat lebih pada undang-undang dimaksud.

(24)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa statutory financial reporting di Australia dilandaskan pada satu undang-undang utama, yaitu Corporations Act 2001, tetapi

dalam perkembangannya masih terdapat beberapa peraturan turunan yang mengamanatkan entitas tertentu dalam penerapan kebijakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan, walaupun peraturan dasarnya tetap mengacu pada Corporations Act 2001. Beberapa

peraturan tersebut adalah:

a) Listing Rules

Bagi entitas yang terdaftar pada Australian Securities Exchange (ASX), terdapat aturan mengenai ASX Listing Rules (LR) yang didalamnya juga mengatur mengenai persyaratan kewajiban penyajian laporan keuangan tambahan bagi perusahaan-perusahaan/entitas

bisnis yang terdaftar di ASX. Aturan serupa juga diberlakukan pasar finansial lainnya. ASX Listing Rules terdiri dari 20 bab yang ditunjukkan pada daftar berikut:

Chapte

5 Additional reporting on mining and oil & gas production and exploration activities

6 Securities

7 Changes in capital and new issues 8 Transfers and registration

9 Restricted securities

(25)

20 Self-listing of ASX

b) Other Legislation and Governing Constitution

Selain kedua aturan diatas, juga terdapat statutory financial reporting lain di Australia yang diatur berdasarkan peraturan daerah (state based legislation). Peraturan tersebut

antara lain:

 Association Incorporation Act (State based legislation)

 Cooperatives Act (State based legislation)

 Superannuation Industry (Supervision) Act 1993

 Workplace Relation Act 1996.

Dalam peraturan tersebut, sebagai tambahan terhadap persyaratan penyajian laporan

keuangan berdasarkan undang-undang, entitas juga disyaratkan untuk mengelola dokumen pendukung seperti akta trust, akta kerjasama, perjanjian join venture, dsb.

IV. REKOMENDASI PENERAPAN STATUTORY FINANCIAL REPORTING DI INDONESIA

Mengacu pada penerapan statutory financial reporting di Australia, dapat kita lihat

dengan jelas bahwa terdapat hubungan antara pemerintah Australia dengan AASB sebagai pembuat Standar Penerapan Akuntansi untuk sektor privat di Australia. Hal ini

memungkinkan pemerintah Australia untuk memantau standar akuntansi yang disusun oleh lembaga dimaksud, karena meskipun bersifat independen secara teknis dalam penyusunan standar, AASB secara hierarkis berada di bawah struktur pemerintahan Australia, khususnya

(26)

Sementara itu, di Indonesia IAI sebagai lembaga penyusun dan penerbit Standar Akuntansi Keuangan (untuk sektor bisnis) Indonesia bersifat independen dan diluar struktur

pemerintahan. Hal ini mengakibatkan tidak ada koordinasi yang mengikat antara pemerintah Indonesia dengan IAI sebagai penyusun standar akuntansi.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kedepannya pemerintah

Indonesia perlu mengakomodir agar IAI dapat bernaung di bahwah pemerintah. Hal ini akan memberikan manfaat terkait penerapan aturan pemerintah yang termasuk statutory financial

reporting dalam aturan-aturan nasional karena akan membangun struktur koordinasi yang jelas antara pemerintah dan IAI. Hal ini akan mengakibatkan aturan-aturan yang diterbitkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan kewajiban akuntansi untuk sektor privat dan standar

akuntansi yang disusun IAI dapat dikomunikasikan dan dirundingkan bersama dalam penyusunannya sehingga mengurangi perbedaan yang mungkin timbul.

Selanjutnya hal yang dapat dipelajari dari Australia adalah minimnya Statutory financial reporting yang terdapat di Australia. Sebagian besar peraturan diakomodir oleh satu undang-undang, yaitu Corporations Act 2001, dimana dalam undang-undang tersebut

mengatur secara detail atas banyak jenis industri dan bisnis yang dituangkan kedalam bagian-bagian (section) di peraturan tersebut. Adapun beberapa peraturan pendukung lain tetap

mengacu kepada Corporations Act 2001. Bandingkan dengan Indonesia yang memiliki banyak peraturan Statutory financial reporting. Hal tersebut dapat menyebabkan benturan antara satu peraturan dengan peraturan lainnya, yang seringkali peraturan tersebut diterbitkan

bukan hanya dari satu institusi pemerintah saja. Selain itu dengan terbitnya banyak peraturan akan menyebabkan penyampaian laporan keuangan yang sama secara berulang kali oleh tiap

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja rem tromol dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pada rem tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan permukaan tromol

Adapun tujuan dalam penelitian tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis pelaksanaan Layanan SMS Banking di Bank Nagari Cabang Pembantu Syariah

Model yang berisi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat mengerjakan tugas dengan baik pada sebuah jabatan tertentu (Setiap jabatan memiliki kompetensi unik

Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup, mengenai ketentuan pidana yang berkaitan dengan badan hukum diatur dalam Pasal 45 dan Pasal 46 yang menyatakan bahwa badan

Selain pada hasil percobaan A yang tidak sesuai dengan literatur, ketidaksesuaian terlihat juga pada hasil percobaan B, dimana terdapat suhu titik didih yang naik

Oleh karena itu, dampak penerbitan, karya sastra, dan sikap pengarang di dalam karyanya selalu dimonitoring oleh negara karena menjadi parameter tentang kondisi

Pada tuturan di atas mengalami campur kode berbentuk baster yang dilakukan penyiar radio musik Radio Most FM Malang. Hal tersebut dikarenakan serpihan yang disisipkan merupakan

Hasil uji organoleptik dapat dilihat bahwa pengaruh penambahan dadih susu kerbau pada cake dadih memberikan warna, aroma, rasa dan tekstur yang beragam dan