PENDAHULUAN
Pada masa pandemi COVID 19 ini berbagaiajenis usahaadituntut untuk dapatabertahan melewati gejolak kondisi perekonomian yang tidak menentu. Sektor industriaUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini memiliki perananayang sangat penting bagiakondisi perekonomian di Indonesia, terbuktiadengan adanya peningkatanaProduk Domestik Bruto (PDB) dariatahun ke tahun. Berdasarkan dataaKementrian Koperasiadan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, padaatahun 2013 tercatatakontribusi UMKMaterhadap PDBaIndonesia pada triwulan ke III-2012 tumbuhasebesar Rp. 135.602.200 juta atauameningkat sebesar 9.90 persen dari tahun 2011 (Savitri, 2018). Dibandingkan pada saat krisis moneter tahun 1998 di mana hampir 80 persen usaha besaramengalami kebangkrutanadan banyak melakukanaPHK, pada saat itu UMKMasangat berperanadalam mengurangiatingkat pengangguran dan mampu bertahan melewati krisis moneter karena tingkat risiko yang dimiliki lebih kecil dan dapat memanfaatkan dana perbankan dengan baik (A. S. Mulyani et al., 2019)
UMKM selama ini diakui berperan strategis dalam peningkatan perekonomian nasional karena jumlahnya yang besar dan terdapat disetiap sektor ekonomi, mampu menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak lapangan kerja, serta memiliki kemampuan untuk mengolah bahan lokal dan menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau (Yuliana, 2013). Atas peran UMKM dalam menjaga tingkat perekonomian nasional, masalah terbesar yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola keuangan agar tetap dapat berkontribusi positif terhadap kondisi perekonomian nasional.
Salah satu tantangan dihadapi oleh pelaku UMKM adalah kurangnya ilmu dalam penerapan akuntansi untuk mengelola hasil usaha mereka. Hal ini berdampak signifikan terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaku UMKM dalam mengambil keputusan untuk menjalankan usaha mereka sesuai data pengelolaan hasil usaha yang telah dicapai terlebih dalam menghadapi kondisi ekonomi dimasa pandemi COVID 19. Melalui penerapan akuntansi, pelaku UMKM dapat memperoleh berbagai informasi keuangan antara lain informasi perkembangan perusahaan, informasi penghitungan pajak, informasi laba rugi perusahaan, informasi dana perusahaan dan informasi penjualan dan pembelian perusahaan sehingga dapat beradaptasi dengan kondisi ekonomi saat ini.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Savitri meneliti tentang Pencatatan
Akuntansi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus Usaha Industri Keset di kota
Semarang). Tujuan dari penelitian Savitri adalah untuk mengetahui praktek pencatatan
akuntansi pada UMKM dan persepsiapemilik UMKM terhadapapencatatan akuntansi.
Hasilnya menunjukkan bahwa tidak adanya pencatatan akuntansi dikarenakan oleh pemilik tidak mengetahui pencatatan akuntansi yang benar, pemilik tidakamengetahui manfaatadari pencatatanaakuntansi untuk kepentingan usahanya, pemilikaberanggapan bahwaapencatatan akuntansi harus dikerjakan oleh pegawai yangaahli di mana pemilik usaha memiliki keterbatasan sumber daya manusia yang menguasai pencatatan akuntansi. Kondisi ini dapat berdampak terhadap pengambilan keputusan dari pemilik perusahaan untuk mengembangkan UMKM nya seperti contoh untuk pengajuan pinjaman modal ke perbankan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai penerapan pencatatan akuntansi pada pelaku UMKM karena adanya kesamaan mengenai pelaku UMKM yang belum memahami tujuan penerapan pencatatan akuntansi dan dampaknya terhadap evaluasi keuangan dan kinerja perusahaan. UMKM pada umumnya menggunakan metode berbasis kas yang melakukan pencatatan berdasarkan arus kas yang masuk dan keluar. Pencatatan dan pelaporan keuangan dapat menunjukkan pendapatan dan pengeluaran pada setiap periode yang pada akhirnya dapat menunjukkan posisi usaha pada waktu tersebut. Kedai Susu Milk Moo dipilih sebagai objek penelitian penerapan pencatatan akuntansi karena sebagai salah satu UMKM yang belum menerapkan pencatatan akuntansi, penelitian ini untuk memberikan persepsi pelaku UMKM Kedai Susu Milk Moo supaya penerapan pencatatan akuntansi dapat memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan usaha tersebut.
Perbedaan penelitian ini terletak pada objek dan tahun penelitian, di mana penelitian sebelumnya dilakukan pada masa non pandemi dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada masa pandemi COVID 19. Objek pada penelitian sebelumnya menjabarkan tentang faktor-faktor yangamenyebabkan UMKM tidak melakukanapencatatanaakuntansi, sedangkan peneliti ingin melakukan penelitian pada UMKM Kedai Susu Milk Moo karena Kedai Susu Milk Moo belum melakukan pencatatan akuntansi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan adari penelitian ini adalah untukamengetahui bagaimanaapraktik pencatatanaakuntansi pada UMKM yang menjadi objek. Apabila pencatatan akuntansi dilakukan dengan baik, maka pelaku UMKM dapat mengambil keputusan dengan lebih baik dan dapat meningkatkan usaha mereka.
Penelitian ini diharapkan bisa memberikanakontribusi secara langsungaterhadap UMKM
dalam hal menambah pengetahuan akan pencatatan keuangan maupun dalam kemampuan
mengelola keuangan agar dapat digunakan untuk menghadapi masa pandemi ini. Selain itu
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk perkembangan ilmu akuntansi selanjutnya yang
lebih efektif dan efisien untuk bisa diterapkan bagi pelaku UMKM.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi
Definisi akuntansi secara umum adalah laporan sistem informasi yang berisi aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan yang kelak dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam mengelola perusahaan (Kurniawanysah, 2016). Menurut Ningtiyas, (2017) akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan yang digunakan untuk alternatif pengambilan keputusan melalui pertimbangan berdasarkan informasi-informasi keuangan yang tersedia. Salmiah et al., (2015) menjelaskan bahwa akuntansi adalah jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan yang dapat bermanfaat dalam penetapan pilihan yang logis dari beberapa tindakan alternatif.
Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan berdasarkan Standard Akuntansi Keuangan (2015) adalah laporan keuangan yang dapat memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan yang menggunakan laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Menurut S. Mulyani (2014) kebenaran dan kejujuran informasi merupakan unsur yang menentukan kualitas laporan keuangan, yang berguna sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para pihak yang berkepentingan. Sedangkan menurut Dewi ( 2018) tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi pihak yang membutuhkan informasi kondisi suatu perusahaan yang menyangkut keuangan secara terperinci agar dapat berguna bagi para pembuat keputusan.
Laporan keuangan terdiri dari 5 unsur, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Setiap laporan memiliki
fungsi dan tujuan tertentu dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (stake holder) dan berguna untuk melihat posisi perusahaan tersebut. Neraca
adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada satu periode
waktu tertentu. Laporan Laba Rugi adalah laporan hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu
periode akuntansi yang berfungsi untuk menunjukkan keuntungan bersih atas tingkat beban
usaha dengan jumlah penghasilan yang telah dicapai. Laporan Perubahan Ekuitas, yaitu
laporan yang menunjukkan faktor penyebab perubahan ekuitas dengan membandingkan
jumlah pada awal dan akhir periode. Laporan Arus Kas menunjukkan laporan arus kas masuk
dan keluar yang di klasifikasikan menjadi beberapa alokasi arus kas seperti arus kas
operasional, arus kas investasi dan arus kas pendanaan. Catatan Atas Laporan Keuangan
mengungkapkan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting dan juga informasi tambahan yang tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar dengan tujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Istilah UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah mengacu pada suatu badan usaha yang memiliki kekayaan bersih maksimal sesuai dengan golongan masing-masing jenis badan usaha yang didirikan secara pribadi maupun perorangan. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang pengertian dan cakupan UMKM adalah sebagai berikut:
1. Usaha Mikro
Kelompok usaha mikro adalah kelompok usaha produktif yang dimiliki oleh perorangan dan / atau badan usaha perorangan seperti sebagaimana telah diatur oleh undang-undang dengan batasan mendapatkan kekayaan bersih paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, atau mendapatkan hasil penjualan paling banyak sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dalam jangka waktu satu tahun.
2. Usaha Kecil
Kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha produktif yang berdiri sendiri, dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan bagian dari suatu anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik secara langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar seperti sebagaimana telah diatur oleh diatur oleh undang-undang dengan batasan kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau mendapatkan hasil penjualan sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dalam jangka waktu satu tahun.
3. Usaha Menengah
Kelompok usaha menengah adalah kelompok usaha produktif yang berdiri
sendiri, dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan bagian dari suatu
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik secara langsung atau tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar seperti
sebagaimana telah diatur oleh undang-undang dengan batasan kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tempat usaha, atau mendapatkan hasil penjualan sebesar Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) dalam jangka waktu satu tahun.
Pengukuran skala usaha suatu UMKM, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik dan Departemen Perindustrian dapat menggunakan beberapa kriteria untuk mendefinisikan skala usaha UMKM salah satunya yaitu menggunakan jumlah pekerja yang bekerja pada suatu UMKM. Misal menurut BPS, Usaha Mikro Indonesia (UMI) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang; Usaha Kecil (UK) antara 5 hingga 19 orang; Usaha Menengah (UM) dari 20 hingga 99 orang dan Usaha Besar (UB) dengan jumlah pekerja lebih dari 99 orang.
Tantangan terbesar dari pelaku UMKM adalah pengambilan keputusan berdasarkan informasi keuangan UMKM tersebut. Informasi keuangan yang meliputi informasi neraca keuangan, informasi kinerja perusahaan, informasi perhitungan pajak, informasi pemasukan dan pengeluaran kas dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelaku UMKM untuk mengambil keputusan dalam mengelola usaha yang sedang berjalan pada masa pandemi COVID 19. Penelitian terdahulu memaparkan bahwa penerapan akuntansi terhadap sebuah UMKM dapat memberikan dampak positif dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Muzdalifa et al., 2018). Sebagai bagian dari pergerakan ekonomi nasional, UMKM dengan pencatatan akuntansi yang baik juga berpotensi untuk mendapatkan bantuan modal kerja dari pihak kreditur serta bisa menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pelaku UMKM untuk menghadapi pandemi COVID 19 (Wibowo, 2015).
Akuntansi Untuk Usaha Mikro
Berdasarkan masalah kerumitan dan kurangnya pengetahuan pelaku usaha terkait laporan akuntansi, maka Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), menyusun suatu standar yang disesuaikan untuk membantu pelaku UMKM dalam menyediakan laporan keuangan perusahaan yang disebut dengan Stadar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah, yang mulai efektif diterapkan pada 1 Januari 2018.
SAK EMKM merupakan standar yang telah disusun untuk menyesuaikan kebutuhan
pelaporan keuangan bagi UMKM, sehingga komponen laporan keuangan yang disajikan atau
diwajibakan untuk dilaporkan juga lebih sedikit dibandingkan standar akuntansi lainnya.
Adapun komponen laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.
1. Laporan Keuangan EMKM
Cara penyajian laporan keuangan EMKM telah disusun secara rinci pada SAK EMKM yang dimana penyajiannya harus konsisten, informasi keuangan yang komparatif, serta lengkap. Minimal laporan keuangan tersebut terdiri dari:
•
Laporan posisi keuangan pada akhir periode,
•
Laporan laba rugi selama periode,
•
Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian akun-akun tertentu yang relevan.
2. Laporan PosisiaKeuangan EMKM
Informasi posisi keuanganayang ditujukan untuk laporanakeuangan telah disusun dalam ED SAK EMKM. Informasi ini terdiri dariainformasi mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas entitasapada tanggal tertentu yang disajikanadalam laporan ini. Adapun unsur-unsuralaporan posisi keuangan dalam SAK EMKM:
•
Aset merupakanasumber daya yang dikuasaiaoleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa laluadan yang dari manaamanfaat ekonomiadi masa depan diharapkan akanadiperoleh oleh entitas. Asetasendiri terbagi menjadiadua macam yaitu aset yangamemiliki wujud danaaset tidak memilikiawujud (tak berwujud).
•
Liabilitas merupakan kewajibanakini entitas yang timbul dariaperistiwa masa lalu,
yang penyelesaiannya mengakibatkanaarus keluar dari sumber dayaaentitas yang mengandung manfaataekonomi. Karakteristik esensial dari liabilitas adalah kewajiban yang dimiliki entitas saat ini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu yang dapat berupa kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif. Kewajiban konstruktif yaitu kewajiban yang biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset selain kas, pemberian jasa, atau penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain.
•
Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Klaim ekuitas adalah klaim atas hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya. Klaim ekuitas merupakan klaim terhadap entitas, yang tidak memenuhi definisi liabilitas.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi sebuah EMKM mencakup informasi tentang pendapatan,
beban keuangan serta beban pajak pada suatu entitas. Sesuai dengan ED SAK
EMKM, laporan laba rugi memasukkan semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode.
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan yang disusun dalam SAK EMKM harus memuat tentang:
•
Sebuah pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM,
•
Ikhtisar kebijakan akuntansi,
•