• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENETRASI AIR TANAH TERCEMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI PENETRASI AIR TANAH TERCEMA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENETRASI AIR TANAH TERCEMAR LIMBAH INDUSTRI PADA DAERAH X DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

Arif Ramos Parulian, S.Si.

Universitas Padjadjaran

Abstrak

Daerah X merupakan kawasan multi fungsi. Terdapat lahan persawahan, daerah pemukiman, dan daerah industri pada daerah ini. Pada daerah X terdapat sungai Y. Sungai ini menjadi menjadi tempat pembuangan untuk limbah dari pabrik yang ada disekitar daerah X, yang telah terjadi selama 15 tahun terakhir. Limbah industri telah mencemari permukaan dan telah meresap kedalam lapisan akuifer dan mencemari air tanah yang menjadi sumber kehidupan penduduk sekitar. Menggunakan metode geofisika resistivitas dengan konfigurasi Wenner, Schlumberger, dan Dipole-dipole, diteliti sudah berapa dalam penetrasi air tercemar limbah. Penelitian ini dilakukan pada daerah X dengan membentang garis akuisisi data sepanjang 560 m dengan jumlah elektroda 28 buah dan spasi antar elektroda yaitu 20 m. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Res2DInv. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa air tanah pada daerah penelitian telah tercemar hingga lapisan akuifer dalam pada kedalaman dibawah 60 meter.

Kata kunci: kawasan multi fungsi, pencemaran, resistivitas

Abstract

Regions X is a multifunctional area. There are agricultural area, residential area and industrial area in this region. There also river Y in this area. This river into becoming a dumping ground for waste from the area around the existing plant X, which has occurred over the last 15 years. Industrial waste has polluted the surface and has seeped into the aquifer layer and contaminate the groundwater which is the source of life surrounding population. By using the methods of geophysical resistivity with Wenner configuration, Schlumberger and Dipole-dipole, examined how the penetration of polluted waste water . This research was conducted in the area X by extending the data acquisition line along 560 m with a number of electrodes 28 pieces and the space between the electrodes is 20 m. Data processing is performed using software RES2DINV. Results of this research found that groundwater in the region X has been contaminated by layers deep aquifer at depths below 60 meters.

Keywords: multifunctional areas, pollution, resistivity

I. Pendahuluan

Air merupakan kebutuhan terpenting bagi kehidupan manusia. Air yang bersih sangatlah penting bagi manusia untuk dapat melakukan kegiatannya sehari-hari.

(2)

Biasanya air yang berada dibawah permukaan berada pada lapisan akuifer. Hal demikian terjadi pada daerah pemukiman yang berada di cekungan, seperti pemukiman di daerah X. Pada daerah X, masyarakat mendapatkan sumber air dari sungai yang mengalir pada daerah tersebut, yaitu sungai Y, juga mendapatkan air dari sumur-sumur air. Semakin berkembang jaman, maka daerah X juga berkembang, ditandai dengan munculnya daerah industri pada daerah tersebut. Dengan munculnya daerah industri tersebut, terjadi pencemaran sungai, sebab industri tersebut membuang limbah industrinya ke sungai. Karena pencemaran sungai ini masyarakat sekitar beralih sumber air dari sungai menjadi sumur. Namun, akibat pencemaran yang terjadi secara bertahun-tahun, akhirnya limbah meresap ke lapisan akuifer. Akibatnya, air pada lapisan akuifer yang menjadi sumber air masyarakat sekitar menjadi tercemar. Namun, tidaklah diketahui berapa dalam limbah telah meresap, sehingga masyarakat sekitar hanya memperdalam sumur tanpa mengetahui apakah air yang dipakai masih bersih atau sudah tercemar. Untuk mengetahui kedalaman penetrasi dari limbah, maka dilakukan penelitian geofisika menggunakan metode geolistrik resistivitas.

II. Landasan Teori

2.1 Tinjauan Geologi dan Hidrogeologi Daerah X berada pada suatu cekungan, dan dibentuk oleh jenis batuan sedimen dan vulkanik. Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya, susunan batuan daerah

penelitian dari yang berumur tua ke muda adalah sebagai berikut

 Hasil gunung api muda

Formasi batuan ini berada dibagian bawah, terdiri dari breksi gunung api yang terpilah buruk dengan fagmen utama batuan beku andesit, tufa lapilli, lava andesit, dan pasir tufaan yang berbutir halus kasar.

 Formasi kosambi

Formasi ini dikenal dengan sebutan endapan danau, yang terdiri dari lempung tufaan, batu lanau tufaan dan pasir tufaan. Satuan batuan ini menipis ke arah timur dan utara daerah penelitian, menumpang diatas formasi hasil gunung api muda dengan ketebalan 0-125 meter

Secara hidrologi, batuan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Akuifer, yaitu batuan lepas yang berukuran batu pasir atau lebih kasar serta batuan padu yang memiliki celahan  Akuiklud, yaitu batuan yang dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat meloloskannya dalam jumlah yang berarti (contohnya batuan lempung)  Akuitar adalah batuan yang dapat

menyimpan air tanah tetapi kurang dapat meloloskannya

 Akuifug, yaitu batuan yang tidak bercelah, yang tidak dapat menyimpan ataupun meloloskan air tanah (contonya batuan beku)

(3)

Gambar 2.1 Geologi didaerah bandung dan sekitarnya

2.2 Konsep Dasar Geolistrik Resistivitas Dalam beberapa seri pertama, kita mengenal beberapa informasi umum tentang fenomena gempa bumi. Gempa bumi di bidang keilmuan geofisika merupakan fenomena sifat fisika bumi yang elastik. Batuan-batuan di dalam bumi, dan beberapa material lainnya (misalnya fluida, mineral, dan lain sebagainya) memiliki resistivitas atau konduktivitas tertentu. Resistivitas adalah ukuran bagaimana suatu material mengalirkan aliran arus listrik. Batuan berpori dengan kandungan fluida yang bersifat elektrolit biasanya memiliki nilai resistivitas yang rendah, artinya batuan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam mengalirkan aliran arus listrik atau batuan tersebut bersifat konduktif. Distribusi

resistivitas di bawah permukaan bumi diperoleh dari hasil perekaman beda potensial di permukaan akibat dari adanya arus listrik yang diinjeksikan ke dalam bumi melalui suatu elektroda. Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan skematik sederhana pengukuran geolistrik pada medium yang homogen.

Gambar 2.2 Aliran arus listrik apabila menggunakan satu elektroda A sebagai sumber arus (a), aliran arus listrik oleh

(4)

penerima MN (b). (Sumber: Geoelectrical Methods – MØLLER et al)

Pengukuran geolistrik berkaitan erat dengan geometri susunan elektroda arus dan potensial yang digunakan. Beberapa konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah Schlumberger, Wenner, Dipole-dipole, dan Gradient Array. Perkiraan distribusi resistivitas secara horizontal atau lateral dari data sekunder memungkinkan untuk melakukan pengukuran geolistrik dengan teknik sounding atau profiling. Geolistrik sounding atau Vertical Electrical Sounding merupakan salah satu teknik geolistrik 1-Dimensi yang melihat perubahan nilai resistivitas yang bervariasi terhadap kedalaman di satu titik. Konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi Schlumberger. Variasi perubahan nilai resistivitas secara lateral dapat dilihat secara tepat dengan teknik geolistrik profiling atau geolistrik 2-Dimensi. Teknik pengukuran geolistrik di lapangan telah berkembang dari penggunaan sepasang elektroda sumber arus dan sepasang elektroda penerima beda potensial menjadi beberapa elektroda sekaligus (multi electrode). Setiap elektroda dapat berfungsi sebagai sumber atau penerima pada saat tertentu. Penggunaan elektroda semacam ini, dapat meningkatkan produktifitas dan menekan biaya operasional lapangan. (Gambar 2.4).

Gambar 2.3 Layout pengukuran geolistrik multi-eketroda

Pada dasarnya batuan memiliki karakteristik tertentu yang dapat dijelaskan

dari besaran-besaran fisis. Beberapa karakteristik batuan diantaranya adalah permeabililitas, porositas, konduktivitas dan resistivitas. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu konduktivitas listrik, permeabilitas magnet, dan permitifitas dielektrik. Sifat konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran dan fluida pori. Salah satu metoda yang menerapkan konsep dasar fisika yang meliputi besaran-besaran fisis diatas adalah metoda geolistrik. Metode ini mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Metode geolistrik yang lazim dikenal antara lain : Metode potensial diri (Self potensial), arus telurik, magnetotelurik, metode polarisasi terinduksi (inducted polarization), dan metode tahanan jenis / resistivitas (resistivity). Pendeteksian diatas permukaan meliputi pengukuran medan potensial , arus dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus kedalam bumi. Oleh karena metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal seperti eksplorasi mineral maupun reservoar air.

2.2.1 Hukum Ohm

Hukum Ohm menyatakan hubungan antara nilai tahanan yang sebanding Dengan nilai potensial dan berbanding terbalik dengan nilai arus, dimana nilai tahanan memiliki satuan Ohm, nilai potensial memiliki satuan volt dan arus memiliki satuan ampere.

R = V/I (2.1) Dengan : R = tahanan (Ohm)

V = Beda potensial (Volt) I = arus ( Ampere)

2.2.2 Arus Listrik Searah

(5)

melewati suatu medium dengan luas penampang A, Panjang medium L dan memiliki beda potensial V antara kedua ujungnya.Secara matematis dituliskan sebagai :

Kedua konsep tersebut dapat digabungkan

secara matematis menjadi :

 : Beda potensial antara kedua ujung kawat (Volt)

 : tahanan jenis bahan (Ohm m) L : Panjang bahan

 : Konduktivitas (siemens/meter)

Harga tahanan jenis batuan ditentukan oleh masing – masing tahanan jenis unsur pembentuk batuan. Hantaran listrik pada batuan yang ada didekat permukaan tanah , sebagian besar ditentukan oleh distribusi elektrolit yang ada dalam pori – pori batuan tersebut. Selain dari jenis batuan dan jumlah masing – masing unsure pembentuk batuan , tahanan jenis ditentukan juga oleh faktor –

4. Permeabilitas atau kesanggupan suatu bahan yang mempunyai pori – pori untuk mengalirkan cairan.

2.2.3 Potensial dalam Medium Homogen Jika suatu arus mengalir dalam medium yang homogen isotropik dan dA merupakan elemen permukaan, J adalah rapat arus dalam ampere/meter2, maka arus tersebut dapat dinotasikan sebagai J.Da. Berdasarkan persamaan 2.4, maka :

L

Maka rapat arus menjadi E

J (2.6) Dengan E (volt/meter) dan  adalah konduktivitas bahan (siemens/meter).Telah diketahui bahwa medan listrik merupakan gradient dari potensial scalar,

V ruangan dengan volume tertutup dengan luas permukaan A, maka kondisi tersebut dapat ditulis :

AJ.dA0 (2.9) Menurut teorema Gauss yang menyatakan bahwa divergensi integral volume dari suatu arus dalam suatu luasan akan sama dengan total muatan yang dilingkupi oleh luasan tersebut, dan dinyatakan dengan :

v.JdV 0 (2.10) Dengan V adalah volume yang melingkupi muatan tersebut.Dengan mensubstitusikan persamaan (2.8) ke persamaan (2.10) maka

Gambar 2.4 Arus listrik searah

(6)

Jika  bernilai konstan maka akan didapatkan persamaan laplace berikut :

0

2 

 V (2.11)

2.2.4 Tahanan Jenis Semu (Apparent Electrical Resistivity)

Tahanan jenis semu (apparent electrical resistivity) ρa dari suatu formasi geologi diperoleh dari hubungan berikut ini:

ρa = R (A/L) (2.12) dimana R adalah tahanan terhadap arus listrik searah I (yang menyebabkan terjadinya perbedaan potensial V) pada blok satuan dari material batuan dengan luas penampang A dan panjang L. Di dalam material yang jenuh air, ρa tergantung pada kepadatan dan porositas dari material dan salinitas dari fluida yang terkandung di dalam material ini. Dimana K adalah faktor konfigurasi dan

Harga tahanan semu bergantung pada faktor geometri atau dengan kata lain bergantung pada susunan elektroda yang digunakan. Dalam pendugaan tahanan jenis digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Di bawah permukaan tanah terdiri dari lapisan-lapisan dengan ketebalan tertentu.

2. Bidang batas antar lapisan adalah horizontal.

3. Setiap lapisan dianggap homogen isotropis.

Yang dimaksud dengan homogen adalah nilai tahanan jenisnya sama dan isotropis adalah tahanan jenisnya akan menyebar ke segala arah dengan harga yang sama.

2.3 Sifat Listrik Batuan

Berdasarkan proses konduksi di dalam batuan, jenis batuan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Konduksi dielektrik

Terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri arus listrik).

2. Konduksi elektrolitik

Terjadi jika batuan bersifat porus dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan elektrolit. Pada kondisi ini arus dibawa oleh ion-ion elektrolit.

3. Konduksi elektronik

Terjadi jika batuan mem[unyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dibawa oleh elektron bebas.

2.4 Susunan (Konfigurasi) Elektroda dalam Pengukuran Tahanan Jenis

Ada beberapa macam susunan (konfigurasi) elektroda dalam pengukuran tahanan jenis, antara lain :

1. Konfigurasi Schlumberger

Dalam susunan elektroda Schlumberger ini, jarak antara dua elektroda arus A dan B dibuat lebih besar daripada jarak elektroda potensialnya M dan N. Umumnya pada susunan ini elektroda – elektroda diletakkan satu garis lurus seperti yang ditunjukan oleh gambar 2.6 dibawah ini :

Gambar 2.5 Susunan Elektroda Schlumberger

Berdasarkan besaran fisis yang diukur susunan elektroda schlumberger ini bertujuan

(7)

a A a

M N

A V B

I untuk mengukur gradien potensial listriknya.

Besar faktor geometris untuk susunan elektroda schlumberger ini sesuai dengan persamaan :

Dalam praktek aktifitas pendugaan geolistrik di lapangan, suatu arus listrik yang besarnya diketahui dilewatkan dari suatu alat duga geolistrik ke dalam tanah, yakni melalui sepasang elektrode arus yang dipasang, katakanlah di titik-titik A dan B. Kemudian selisih potensialnya diukur, yaitu melalui sepasang elektrode potensial yang ditancapkan di titik-titik M dan N. Titik-titik A, M, N, B diusahakan berada dalam suatu garis lurus. Metode pendugaan yang menggunakan susunan elektrode aturan Wenner (yang merupakan bentuk khusus dari susunan Schlumberger dengan mengambil a = MN = 1/3 AB). Setiap kali selesai dilakukan pengukuran, elektrode arus (C) dan elektrode potensial (P) bersama-sama digerakkan atau dipindahkan dengan jarak pindah sesuai dengan kedalaman duga menurut aturan tersebut. Jarak atau spasi elektrode-elektrode menentukan kedalaman penetrasi arus listrik ke dalam tanah. Untuk setiap kali pengukuran, nilai ρa dihitung atas dasar hasil pengukuran perbedaan potensial, besar arus yang dikenakannya dan spasi dari elektrode-elektrode tersebut. Panjang bentangan diatur sekitar 500 m untuk kedalaman duga sekitar 150 m. Dengan menerapkan susunan elektrode Wenner ini (lihat gambar 2.7), bisa diperoleh harga-harga serta hubungan antara nilai tahanan jenis semu (apparent specific resistivity) ρa

dengan besaran fisika R (tahanan listrik) dengan menggunakan rumus:

Gambar 2.6 Susunan Elektroda Wenner

(2.16)

3. Konfigurasi dipole-dipole

Gambar 2.7 Susunan dipole-dipole

a

Gambar 2.8 Susunan pole-dipole

(8)

5. Konfigurasi pole-pole

Gambar 2.9 Susunan pole-pole

� = 2�� (2.19)

III. Metode Penelitian

3.1 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan mengunakan alat Super Sting dan menggunakan konfigurasi Wenner, Schlumberger, dan dipole-dipole. Lokasi Pengambilan data dilakukan didaerah persawahan yang terletak pada daerah X dengan memfokuskan pada daerah yang dilewati oleh sungai Y, dan penelitian dengan membentangkan elektroda sepanjang 560 meter dengan jumlah elektroda 28 buah, spasi 20 meter dan lintasan pengukuran memotong sungai Y yaitu diantara elektroda 14 dan 15.

Gambar 3.2 Diagram alir umum prosedur percobaan

(9)

3.2 Pengolahan Data

Setelah melakukan akuisisi data, didapatkan data nilai resistivitas daerah pengukuran. Data yang didapatkan dari super sting dikonvert terlebih dahulu menggunakan software AGISSadmin . Setelah dikonvert, lalu data RAW dikoreksi terlebih dahulu, yakni menghilangkan data yang memiliki nilai negative dan nilai yang terlalu besar pada data nilai resistivitas. Setelah data selesai dikoreksi, kemudian data diolah menggunakan software Res2DInv. Pada software Res2DInv juga dilakukan koreksi dengan cara menghilangkan bad datum points. Hasilnya kemudian diinversi dengan metode last square inversion, lalu dijadikan penampang. Hasil penampang dari beberapa metode disamakan kontur intervalnya, dan menggunakan acuan nilai resistivita, kemudian ditentukan lapisan bawah permukaan daerah pengukuran.

Gambar 3.3 Diagram alir pengolahan data

IV. Hasil

4.1 Karakteristik Resistivitas Semu Daerah Tidak Tercemar

(10)

Gambar 4.1 Penampang resistivitas semu pada daerah Z

(a)

(b)

Gambar 4.2 Lapisan pada daerah Z (a) Lapisan akuifer (b) Lapisan akuiklud

4.2 Karakteristik Resistivitas Semu Daerah Penelitian

Dari hasil data penampang resistivitas semu, terlihat bahwa pada pada keempat hasil penampang memiliki kecenderungan penyebaran harga resistivitas semu yang hampir sama. Terdapatnya perbedaan pada masing-masing penampang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti adanya faktor kelelahan alat pada saat pengambilan data dan perbedaan pemberian daya pada alat oleh baterai akibat pemakaian yang terus-menerus. Selain itu, perbedaan penyebaran harga resistivitas semu ini juga disebabkan oleh sifat dari masing-masing konfigurasi yang berbeda-beda. Konfigurasi Schlumberger memiliki kualitas data yang baik secara vertikal, namun kurang bagus secara horizontal, dan baik dalam menggambaran perbedaan harga resistivitas semu didekat permukaan. Konfigurasi

(11)

menjadi keadaan geologi bawah permukaan daerah penelitian.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4.3 Penampang resistivitas semu pada daerah X (a) Konfigurasi dipole-dipole 750 mA (b) Konfigurasi dipole-dipole 1000 mA (c) Konfigurasi schlumberger (d) Konfigurasi wenner

Dari penampang resistivitas yang ditunjukkan oleh gambar 4.3, terlihat bahwa pada pada daerah X, terdapat tiga jenis lapisan, yaitu lapisan tanah penutup, lapisan akuifer, dan lapisan akuiklud, dimana ketiga lapisan ini mengandung air. Lapisan akuifer pada daerah penelitian juga dibagi dua, yaitu lapisan akuifer dangkal dan lapisan akuifer dalam. Kedua lapisan akuifer ini dipisahkan oleh lapisan akuiklud. Keadaan geologi pada

(12)

lapisan akuifer. Pada lapisan akuiklud yang telah tercemar oleh fluida yang bersifat konduktif, maka karakteristik resistivitasnya menaik, atau lebih resistive bila dibandingkan dengan lapisan akuiklud yang tidak tercemar. Limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil pada daerah penelitian memiliki sifat yang konduktif.

Pada lapisan tanah penutup, harga resistivitasnya memiliki rentang 1-5 ohm.m dengan ketebalan ± 5 meter. Jika dibandingkan dengan harga resistivitas semu pada daerah tidak tercemar, suatu lapisan yang mengandung air bersih memiliki harga resistivitas 10-50 ohm.m, maka terlihat bahwa harga resistivitas semu pada lapisan tanah penutup daerah penelitian memiliki harga resistivitas yang lebih kecil, yaitu <5

ohm.m. Hal ini berarti bahwa kandungan fluida yang terkandung didalam lapisan tanah penutup bukan lagi hanya air, tetapi fluida yang bersifat konduktif, yang pada kasus ini merupakan zat kimia hasil buangan pabrik tekstil.

4.2.1 Lapisan Akuifer Dangkal

Dari trend data harga resistivitas semu yang tampak dalam penampang resistivitas semu, lapisan akuifer pertama, yaitu akuifer dangkal, memiliki nilai resistivitas 1-10 ohm.m dengan kedalaman 5-40 meter. Akuifernya secara geologi dapat berupa lapisan pasir tufaan, pasir lempungan atau pun lapisan lempung pasiran

(a)

(b)

(13)

(d)

Gambar 4.4 Lapisan akuifer dangkal pada daerah X (a) Konfigurasi dipole-dipole 750 mA (b) Konfigurasi dipole-dipole 1000 mA (c) Konfigurasi schlumberger (d) Konfigurasi wenner

Pada lapisan akuifer dangkal, nilai resistivitas lapisan yang didapat ternyata lebih kecil daripada nilai resistivitas akuifer yang megandung air bersih, yaitu pada lapisan ini memiliki nilai resistivitas 1-10 ohm.m, sedangkan pada daerah yang memiliki formasi geologi yang sama, nilai resistivitas lapisan akuifernya yaitu 5-30 ohm.m. Hal ini berarti lapisan akuifer dangkal telah tersusupi oleh limbah yang telah mencemari lapisan diatasnya, sehingga nilai resistivitasnya turun. Karena hal ini, dapat dikatakan bahwa air yang dikandung pada lapisan akuifer dangkal tidak layak dipakai untuk kehidupan sehari-hari, sebab telah tercemar limbah industri. Dari hasil penampang resistivitas semu untuk ketiga konfigurasi juga terlihat bahwa diantara elektroda 14 dan 15, terdapat daerah yang memiliki resistivitas yang lebih kecil bila dibandingkan dengan sekitarnya. Bila dilihat dari keadaan lapangan, daerah tersebut merupakan daerah sungai Y. Hal ini membuktikan bahwa sungai menjadi salah satu factor penyebar limbah. Hanya saja, pada daerah penelitian, penyebaran limbah cair pada daerah sungai terhenti hingga kedalaman ± 20 m. Hal ini disebabkan dibawah lapisan akuifer dangkal terdapat lapisan akuiklud. Sehingga dapat dikatakan

bahwa factor yang menyebabkan lapisan akuifer dangkal menjadi tercemar adalah susupan fluida dari lapisan tanah penutup dan dari sungai Y.

4.2.2 Lapisan Akuiklud

(14)

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4.5 Lapisan akuiklud pada daerah X (a) Konfigurasi dipole-dipole 750 mA (b) Konfigurasi dipole-dipole 1000 mA (c) Konfigurasi schlumberger (d) Konfigurasi wenner

Pada lapisan akuiklud yang sulit meloloskan air, terlihat bahwa lapisan ini memiliki nilai resistivitas diatas 30 ohm.m, sedangkan berdasarkan penelitian yang ada, nilai 20-50 ohm.m. Hal ini berarti bahwa lapisan akuiklud menjadi lebih resistive, dan memunculkan dua kemungkinan penyebab hal ini terjadi. Pertama, pada lapisan akuiklud ini, walaupun sulit meloloskan air, namun karena pencemaran telah terjadi dalam

(15)

airnya telah berkurang, sehingga harga resistivitasnya menaik. Hal ini dapat dijadikan sebagai suatu kemungkinan, sebab penelitian dilakukan pada saat musim kemarau dan tidak terjadi hujan, sehingga air pada lapisan akuiklud menjadi berkurang.

4.2.3 Lapisan Akuifer Dalam

Dari trend data harga resistivitas semu yang tampak dalam penampang resistivitas semu, lapisan akuifer dalam memiliki nilai resistivitas 3-20 ohm.m dengan kedalaman dibawah 60 meter. Akuifernya secara geologi dapat berupa lapisan pasir tufaan, pasir lempungan atau pun lapisan lempung pasiran

(a)

(b)

(c)

(16)

Pada lapisan akuifer dalam, terlihat bahwa lapisan ini memiliki nilai resistivitas 3-20 ohm.m. Bila dibandingkan dengan nilai resistivitas pada akuifer yang belum tercemar yang memiliki formasi geologi yang sama, maka lapisan akuifer dalam bersifat lebih konduktif daripada lapisan akuifer yang mengandung air bersih. Hal ini memberikan dua kemungkinan penyebab bedanya harga resistivitas semu pada akuifer dalam jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki karakterisitik geologi yang sama dengan daerah penelitian. Kemungkinan pertama yaitu lapisan akuifer dalam ini pun telah tercemar limbah, walaupun diatasnya terdapat lapisan akuiklud yang bersifat sulir meloloskan air. Lapisan akuifer dalam ini dapat tercemar, dapat disebabkan oleh beberapa hal. Hal-hal yang dimaksud adalah pertama, air tercemar pada lapisan akuiklud telah meresap ke dalam lapisan akuifer yang bersifat mudah meloloskan air, sehingga lapisan akuifer dalam menjadi tercemar. Kedua, adanya kontak antara lapisan akuifer dangkal dengan lapisan akuifer dalam yang menyebabkan air tercemar pada lapsan akuifer dangkal meresap kedalam lapisan akuifer dalam, sehingga air pada alpisan akuifer dalam menjadi tercemar. Hanya saja, jika dilihat dari nilai resistivitasnya, pencemaran yang sudah terjadi pada lapisan akuifer dalam tidaklah separah pada lapisan akuifer dangkal. Kemungkinan kedua adalah kadungan air pada lapisan akuifer dalam berkurang akibat musim kemarau, walaupun diatasnya terdapat lapisan akuiklud yang bersifat sulit dalam meloloskan air. Hal ini disebabkan sumber air untuk lapisan akuifer dalam ini mengalami penurunan kandungan air. Hal ini dapat dijadikan kemungkinan, sebab penelitian dilakukan pada saat musim kemarau.

4.2.4 Keadaan Geologi dan Hidrogeologi Daerah Penelitian

Dari data resistivitas semu dan penampang resistivitas semu, terlihat bahwa jika dilihat berdasarkan hidrogeologinya, pada daerah

(17)

Gambar 4.7 Keadaan geologi daerah penelitian

5. Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

 Pada daerah penelitian, yaitu daerah X, memiliki empat lapisan, yaitu lapisan tanah penutup, papisan akuifer dangkal, lapisan akuiklud, dan lapisan akuifer dalam

 Semua lapisan pada daerah penelitian memiliki kandungan air

 Nilai resistivitas pada lapisan yang mengandung air bersih yaitu berkisar antara 10 - 50 ohm.m. dan pada lapisan akuifer memiliki harga resistivitas berkisar antara 5 - 30 ohm.m

 Pada daerah penelitian, lapisan tanah penutup memiliki nilai resistivitas yaitu <5 ohm.m, dengan ketebalan ± 5 meter

 Pada daerah penelitian, lapisan akuifer dangkal memiliki nilai resistivitas

yaitu 1 - 10 ohm.m dengan kedalaman 5 - 40 meter

 Pada daerah penelitian, lapisan akuiklud memiliki nilai resistivitas yaitu diatas 30 ohm.m dengan ketebelan lapisan yaitu ± 20 meter.  Pada daerah penelitian, lapisan akuifer

dalam memiliki nilai resistivitas yaitu 3-20 ohm.m dengan kedalaman dibawah 60 meter

 Dari nilai resistivasnya, terlihat bahwa untuk lapisan tanah penutup dan lapisan akuifer dangkal telah terjadi pencemaran, terlihat dari harga resistivitas semu yang lebih kecil dibandingkan dengan harga resistivitas semu pada daerah yang tak tercemar  Pada lapisan akuiklud dan lapisan

akuifer dalam, terdapat dua kemungkinan yang menyebabkan harga resistivitas pada kedua lapisan tersebut berada diluar dari rentang harga resistivitas lapisan tak tercemar. Kemungkinan pertama adalah kedua lapisan tersebut telah tercemar, dan kemungkinan kedua adalah kandungan air pada lapisan tersebut yang berkurang.

 Semakin dalam lapisan, maka tingkat pencemarannya semakin rendah

5.2Saran

 Melakukan penelitian secara geofisika, geologi, dan kimia lebih lanjut untuk lebih memastikan tingkat pencemaran pada daerah penelitian

 Melakukan kebijakan-kebijakan yang berfungsi untuk menyelamatkan lingkungan dari pengrusakan yang lebih parah.

 Sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak memakai air sumur, terutama yang bersumber dari lapisan akuifer dangkal, sebab air sudah tercemar

Daftar Pustaka

(18)

Telford, W.M. 1996. Applied Geophysics Second Edition. Australia: Cambridge University Press

Silitonga. 1073. Peta Geologi Lembar Bandung Skala 1:100.000. Direktorat Geologi

Gambar

Gambar 2.2 Aliran arus listrik apabila menggunakan satu elektroda A sebagai sumber arus (a), aliran arus listrik oleh sepasang elektroda sumber AB dan
Gambar 2.4 L Arus listrik searah
Gambar 2.5 Susunan Elektroda Schlumberger
Gambar 2.8 Susunan pole-dipole
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Upah Minimum Kabupaten (UMK) setiap tahunnya ada kenaikan sebesar 15 % dari UMK tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan selain karena kondisi perekonomian

Dari berbagai pendapat diatas penulis dapat diduga bahwa siswa yang memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam belajar di sekolah dan di rumah, akan dapat meraih hasil

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan kegiatan prolanis yang sudah terlaksana di dokter keluarga yang sudah memiliki klub yaitu edukasi/konsultasi medis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana hubungan budaya organisasi, kepuasan kerja, terhadap komitmen organisasi karyawan sehingga dapat menjadi

Pada kegiatan kali ini, pemberian bantuan social dan pemeriksaan gula darah dan asam urat di Pos Pengungsi Cipugur, Desa Cileuksa, Kabupaten Bogor dilakukan tanpa adanya

Fakta di lapangan yang peneliti jumpai, proses pembelajaran secara konvensional masih kurang efektif berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik di

Dapat melakukan aksi dan proses, walaupun ada sebagian kecil proses yang tidak sempurna. Mahasiswa FI ini mampu menginterkoneksikan aksi dan proses untuk membangun objek. Dia

Dalam upacara Mapag Sri, wayang yang dipertunjukan adalah wayang purwa yang ditampilkan semalaman suntuk sebelum tari topeng tampil esok harinya. Biasanya, dalam