commit to user
i
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
PERANCANGAN KOMIK
KUMBAKARNA LAKON GUGUR
UNTUK MENGANGKAT KOMIK WAYANG
DAN BUDAYA LOKAL
Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan
Desain Komunikasi Visual
Disusun oleh: WISNU TRI ANGGORO
NIM C0707041
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
“Kehidupan adalah 10% yang terjadi pada dirimu,
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir ini dengan judul “Perancangan Komik Kumbakarna Lakon Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan Budaya
Lokal
”.
Dengan terselesaikannnya Pengantar Karya Tugas Akhir ini penulisdapat memenuhi persyaratan guna mencapai syarat mendapatkan gelar Sarjana Seni jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan segala bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung dari awal hingga terselesainya Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
dan seluruh jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;
2. Drs. M. Suharto, M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Sastra dan Seni Rupa;
3. Jazuli Abdin Munib, S.Sn, selaku Pembimbing Akademik dan sebagai
pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya;
4. Anugrah Irfan Ismail, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingannya;
5. Drs. Ahmad Adib, M.Hum, selaku Koordinator Tugas Akhir;
6. Seluruh Staff Pengajar Jurusan Desain Komunikasi Visual UNS yang telah
bersedia memberikan bekal ilmu dan bimbingan kuliah dan bantuan administrasinya;
commit to user
vii
8. Teman-teman DKV 07, teman-teman wisma Ofia, terimakasih banyak atas
dukungan, kebersamaan dan kritikannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Pengantar Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Semoga Pengantar Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis ucapkan terimakasih.
Surakarta, 2011 Penulis,
commit to user
ix
7. Bentuk Komik……… 30
8. Elemen Dalam Komik………. 31
9. Bahasa visual dalam Komik……… 32
10.Konsep Pemilihan dalam berkomunikasi melalui komik… 32
commit to user
x
1. Strategi Visual Verbal ……… 66
2. Strategi Visual Non Verbal ………... 67
D. Pemilihan Media dan Media Placement……… 103
E. Prediksi Biaya ……… 109
BAB V VISUALISASI KARYA ……… 118
BAB VI PENUTUP ……….. 165
A. Kesimpulan ……… 132
B. Saran ……… 133
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
PERANCANGAN KOMIK
LAKON KUMBAKARNA GUGUR UNTUK MENGNGKAT KOMIK WAYANG DAN BUDAYA LOKAL
Wisnu Tri Anggoro1
Jazuli Abdin Munib S.Sn2 Anugrah Irfan Ismail S.Sn3
ABSTRAK
Wisnu Tri Anggoro. 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Komik Lakon Kumbakarna Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan
Budaya Lokal. Adapun permasalahan yang dikaji adalah Bagaimana mengangkat
kembali komik yang berlatar belakang budaya lokal, dalam hal ini berupa wayang, melalui media komik, dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap komik lokal pada kalangan remaja, serta bagaimana menyajikan ilustrasi menarik yang dapat memikat konsumen, khususnya pecinta komik, agar lebih memberikan apresiasi kepada komik lokal. Maraknya komik impor yang di datangkan ke Indonesia seakan-akan membuat komik lokal tersingkir dari pasaran, selain Industri komik di Indonesia belum professional dan masih jauh untuk menjadi sebuah industri komik, faktor lain seperti ketertarikan konsumen (baik itu pecinta komik maupun masyarakat awam) yang lebih memilih komik luar juga merupakan kendalanya. Adapun tujuan dari perancangan Komik Kumbakarna (Lakon Kumbakarna Gugur) ini adalah untuk mengangkat kembali komik lokal yang mengangkat budaya lokal, dalam hal ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, menanamkan kecintaan terhadap komik lokal, serta untuk menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat di terima para pecinta komik, agar daya apresiasi terhadap komik lokal meningkat.
1
Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM C0707041
2
Dosen Pembimbing 1 3
commit to user
xii
THE COMIC DESIGN OF KUMBAKARNA GUGUR TO ADAPT WAYANG COMIC AND LOCAL CULTURE
Wisnu Tri Anggoro1
Jazuli Abdin Munib, S.Sn 2 Anugrah Irfan Ismail, S.Sn3
ABSTRACT
Wisnu Tri Anggoro, 2011. The title of the final assignment is the comic design of kumbakarna gugur to adapt wayang comic and local culture. There are several problem in this assignment, namely, how to readapt comic with local culture background, for example was wayang with illustration which understood the recent condition. Next problem was how to make the people especially teenager loved and read the local comic. The other problem was how to provide an interesting illustration which could interest the comic lovers so that they could give a better appreciation with local comic. The causes were many comics which were imported to Indonesia that made the local comic aside from the market.
Then, unprofessionalism of comic industry and also they hadn’t fulfilled the requirement in becoming a comic industry. The other factor came from the
consumer’s interest itself (comic lover and common people), which chose the
foreign comic. There are several purpose in designing Kumbakarna Comic, namely, are to adapt the local culture, especially wayang through comic with
The student of Visual Communication Design, Faculty of Language and Art , Sebelas Maret Surakarta University, Student number C0707037
2
Guidance Lecturer 1
PERANCANGAN KOMIK
LAKON KUMBAKARNA GUGUR UNTUK MENGNGKAT KOMIK WAYANG DAN BUDAYA LOKAL
Wisnu Tri Anggoro1
Jazuli Abdin Munib S.Sn2 Anugrah Irfan Ismail S.Sn3
ABSTRAK
2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Komik Lakon Kumbakarna Gugur Untuk Mengangkat Komik Wayang dan Budaya Lokal. Adapun permasalahan yang dikaji adalah Bagaimana mengangkat kembali komik yang berlatar belakang budaya lokal, dalam hal ini berupa wayang, melalui media komik, dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap komik lokal pada kalangan remaja, serta bagaimana menyajikan ilustrasi menarik yang dapat memikat konsumen, khususnya pecinta komik, agar lebih memberikan apresiasi kepada komik lokal. Maraknya komik impor yang di datangkan ke Indonesia seakan-akan membuat komik lokal tersingkir dari pasaran, selain Industri komik di Indonesia belum professional dan masih jauh untuk menjadi sebuah industri komik, faktor lain seperti ketertarikan konsumen (baik itu pecinta komik maupun masyarakat awam) yang lebih memilih komik luar juga merupakan kendalanya. Adapun tujuan dari perancangan Komik Kumbakarna (Lakon Kumbakarna Gugur) ini adalah untuk mengangkat kembali komik lokal yang mengangkat budaya lokal, dalam hal ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap atmosfer saat ini, menanamkan kecintaan terhadap komik lokal, serta untuk menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat di terima para
1
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu kebudayaan besar yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia adalah
Wayang, Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama
berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Wayang, sebagian orang menyebutnya juga
sebagai komik-nya Indonesia. Para Wali di tanah Jawa sudah mengatur
sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur,
kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang
Golek di Jawa Barat. Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan
memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang
berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan
dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang
dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan
Ramayana. Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya
sendiri, dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia
asli yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
Cerita dalam pewayangan di sebut juga Lakon, Lakon adalah suatu jenis
cerita, bisa dalam bentuk tertulis ataupun tak tertulis, yang terutama lebih
ditujukan untuk dipentaskan dari pada dibaca. Lakon tertulis merupakan suatu
jenis karya sastra yang terdiri dari dialog antar para pelakon dan latar belakang
kejadian. Terdapat beberapa macam Lakon dalam pewayangan, di antarannya:
commit to user
lakon lahiran, lakon raben, lakon gugur, lakon wahyu, lakon banjaran, lakon gugat
dan lakon brubuh. Salah satu usaha menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan
lokal kepada para generasi muda adalah melalui pengangkatan cerita pewayangan
kedalam Komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
jalinan cerita.
Komik Indonesia memang tidak dapat dikatakan tidak bangkit lagi. Komik
Indonesia mulai menggeliat akhir-akhir ini, geliat komik Indonesia ini tidak akan
lengkap rasanya tanpa kehadiran tema pewayangan. Karena wayang adalah salah
satu bentuk atau tema komik yang tergolong khas di Indonesia. Selain wayang
merupakan tradisi adiluhung bangsa ini. Komik wayang memang menempati
porsinya tersendiri di jagat perkomikan Indonesia dari dulu kala. Diawali dengan
semangat untuk melawan hegemoni komik dari luar, munculah
komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil berbeda, membuat gaya gambar lebih
variatif dan eksperimental.
Melalui Cerita Bergambar atau komik, pengeksplorasian ilustrasi dan cerita,
penulis ingin menghidupkan kembali kecintaan akan budaya lokal, pada
umumnya, dan ikut berpartisipasi dalam menghidupkan kembali geliat komik
B. Perumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, penulis mencoba untuk ikut serta
mengangkat budaya lokal dengan mensosialisasikan kembali Komik Wayang.
Untuk itu, perlu di upayakan penyelesaian dari permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana mengangkat kembali komik yang mengangkat budaya lokal, yang
berupa wayang, melalui media komik dengan ilustrasi yang peka terhadap
atmosfer saat ini?
2. Bagaimana menanamkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal pada kalangan
remaja?
3. Bagaimana menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat diterima kalangan
pecinta komik ?
C. Tujuan Penulisan/perancangan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat di ketahui tujuan
perancangan komik wayang sebagai berikut :
1. Untuk mengangkat kembali cergam yang mengangkat budaya lokal, dalam hal
ini wayang, melalui media komik wayang dengan ilustrasi yang peka terhadap
atmosfer saat ini.
2. Menanamkan rasa kecintaan terhadap budaya lokal pada kalangan remaja.
3. Menyajikan ilustrasi yang menarik yang dapat diterima kalangan penikmat
commit to user
D.
Target Market dan Audiens
Dalam perancangan komik ini, target market dan target audiens menjadi
satu. Target market adalah sasaran yang dituju sebagai pihak yang merupakan
pelaku utama. Target audiens adalah sasaran yang dirasa akan atau calon
pengguna diluar target market. Adapun pembagaian target market dan target
audiens adalah sebagai berikut :
a. Segmentasi Geografis : Jawa
b. Segmentasi Demografis :
1) Jenis Kelamin : Laki – laki dan Perempuan
2) Usia : 19 - 28 tahun
3) Pekerjaan : Semua
4) Status Ekonomi : Semua kalangan
5) Golongan : Semua
c. Segmentasi Psikografis
Masyarakat pecinta komik yang belum mengenal cerita pewayangan, serta
belum mengenal komik wayang yang ada di Indonesia.
E.
Target Visual / Karya
1. Komik
a. Desain judul
b. Visualisasi penokohan
c. Desain properti dalam cerita (environments)
d. Desain cover
2. Karya pendukung ( penunjang promosi)
a. X-banner
b. Poster
c. Sticker
d. T-shirt
e. Pembatas buku
f. Facebook (fan page penerbit Koloni)
F. Metode Penciptaan/Perancangan
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu antara lain :
1. Pengamatan (Observasi)
Yakni teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik
pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan
didalam situasi buatan yang khusus diadakan, meninjau obyek yang menjadi
komparasi.
2. Dokumentasi
Salah satu metode perancangan ini yaitu penulis menggali informasi dari
literatur-literatur, baik cetak maupun elektronik, yang memuat informasi
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Keadaan Umum
1. Perancangan
Definisi perancangan menurut kamus bahasa Indonesia yaitu proses,
cara, perbuatan merancang .
Perancangan berasal dari kata dasar rancang, yang kemudian
mendapat awalan per- dan akhiran –an. Perancangan dapat diartikan
merencanakan segala sesuatu sebaai bagian dari kerangka kerja. ( Kamus
Lengkap Bahasa Indonesai,691).
1. Pengertian perancangan menurut bahasa (etimologi)
a. DESIGNOSE, dari bahasa latin yang arinya memotong dengan gergaji
atau tindakan menakik atau memberi tanda yang mempunyai maksud memberi citra terhadap suatu objek.
b. DESIGNARE, dari bahasa Perancis yang mempunyai arti manandai, memisahkan yang meksudnya menghilangkan kesimpangan.
c. DESIGN, dari bahasa Inggris yang artinya memikirkan, menggambar rencana, menyusun bagian-bagian menjadi sesuatu yang baru
2. Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen antara lain :
a. Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas
yang memerlukan peran pemasaran strategis.
b. Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat
ditunjukan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasila yang lebih besar.
c. Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari
d. Menentukanmisi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode perencanaan yang akan dating.
e. Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang
spesifik.
f. Menempatkan system dan struktur organissai yang perludalam fungsi
pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipatikan.
g. Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok
dalam masa perencanaan, termasuk jadwal kegiatan dan tugas tanggung jawab tertentu.
h. Menentapkan patokan untuk mengukur hasi sementara dan hasi akhir
program
i. Melaksanakan program yang telah direncanakan
j. Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya bila
diperlukan.
2. Kebudayaan
Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa
sangsakerta ‖buddhayah‖, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti ―budi‖
atau ―akal‖ (Koentjaraningrat,2000:181).
Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai ―daya budi‖
yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa itu. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta
budhayah, bentuk jamak dari ―buddi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
bisa diartikan sebagai ―hal-hal yang bersangkutan dengan akal‖. Kata ―budaya‖
sebagai perkembangan kata ―budidaya‖ yang berarti daya dari budi . Karena
commit to user
Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak
sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya
merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari budi.
Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari
kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi, kebudayaan atau disingkat ―budaya‖, menurut Koentjaraningrat merupakan ―keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.‖
Selain itu, ada beberapa pengertian lain yaitu ―Budaya adalah daya
dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan kebudayaan berarti
segala hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu‖ (MM. Djoyodiguno, 1958: 24).
Dalam antropologi budaya tidak ada perbedaan arti antara budaya
dan kebudayaan. Dalam hal ini kata budaya hanya dipakai sebagai penyingkat
saja. Adapun kata culture yang artinya sama dengan kebudayaan, berasal dari
kata Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah
tanah, atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Karena jangkauannya begitu luas, maka Ernest Cassire, membaginya
ke dalam lima aspek yang meliputi : kehidupan spiritual, bahasa dan
kesusasteraan, keseniaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, studi
tentang kebudayaan berarti studi mengenai tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia dalam cahaya studi budaya dapat dilukiskan sebagai kerja, dan bicara.
Tiga aktivitas tersebut disebut gerakan dasar karena sesuai dengan tiga syarat
commit to user
Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah sistem, dimana sistem itu
terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini
berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang
dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan
ataupun sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat.
3. Wujud Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (1985), kebudayaan mempunyai 3 wujud,
antara lain:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, adapt istiadat, dan sebagainya.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
(kebudayaan fisik), merupakan total dari hasil fisik dan aktifitas,
perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu
sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai
berikut :
a. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya
abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya
ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang
commit to user
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan
memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa
juga disebut adat istiadat.
b. Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini
bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem
ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat.
Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
c. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya
merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba,
dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju,
kain komputer dll.
Menurut M.M. Djojodigoeno, dalam bukunya Asas-asas Sosiologi
(1958), menyatakan bahwa kebudayaan atau budaya adalah dari budi, yang
berupa cipta, karsa, dan rasa.
Cipta, adalah kerinduan manausia untuk mengetahui rahasia segala hal
yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin.
Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
Karsa, adalah kerinduan manusia untuk menginsafi tentang hal sangka
commit to user
mati. Hasilnya berupa norma-norma keagamaan, kepercayaan. Timbulah
bermacam-macam agama karena kesimpulan manusia juga bermacammacam
pula.
Rasa, adalah kerinduan manusiaa akan keindahan sehingga menimbulkan
dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan
menolak keburukan atau kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma
dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan
berbagai macam kesenian.
Wayang adalah salah satu dari tiga wujud kebudayaan, yaitu
kebudayaan fisik yang merupakan hasil dari dua wujud kebudayaan, yaitu
ide-ide dan aktifitas manusia. Ditinjau dari fungsi wayang sebagai sarana
penyampaian pesan juga hiburan, ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak
terpisah dan mempunyai hubungan erat yang saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya (transactional interpendency). Wayang juga termasuk kesenian.
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan
kesenian yang kompleks.
B. Tinjauan Wayang
1. Istilah Wayang
Menurut Drs. Sunarto dalam Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta
(Sunarto, 1989: 5), Wayang adalah bentuk budaya yang sudah banyak di soroti,
commit to user
Tulisan-tulisan yang sudah ada secara umum terbagi dalam dua golongan, yaitu
yang mengenai wayang itu sendiri yang menyangkut penyajian lakon serta
makna yang terkandung dalam lakon itu, dan mengenai wayang yang di tinjau
dari sudut budaya.
Menurut Sri Mulyono, dalam Wayang Asal usul, Filsafat dan Masa
Depannya, mengungkapkan, wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia
(Jawa) asli, yang berarti bayang –bayang, atau bayang yang berasal dari akar
kata ―yang‖ mendapat imbuhan ―wa‖ menjadi wayang. Dengan perbandinga
dan pengertian beberapa akar kata, serta variasinya itu, dapat di temukan bahwa
arti dasarnya adalah tidak stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang, bergerak
kesana kemari .(Sri Mulyono, 1978: 9)
Wayang merupakan salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia
yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang
meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis,
seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang
dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan,
hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Wayang bukanlah sekedar bentuk yang indah dan menyenangkan, tetapi
mempunyai nilai khusus bagi bangsa Indonesia umumnyaa, dan masyarakat
Jawa khususnya, atau mengandung maksud-maksud yang lebih mendalam,
yaitu memberikan gambaran tentang hidup dan kehidupan. Wayang merupakan
karya seni rupa yang mempunyai makna, symbol bagi falsafah hidup bagi
Wayang dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup, dan
kehidupan yang lebih bersifat rohaniyah daripada lahiriyah. Orang melihat
wayang seperti melihat kaca rias.( Sri Mulyono,1979 :15-16)
Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam
Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum,
yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas
tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the
Netherland Indie dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indonesia
(von Heine-Geldern, 1945: 987).
2. Jenis-jenis wayang
Seperti halnya fungsi wayang yang selalu mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat pendukungnya,
jenis-jenis wayang inipun juga tidak luput dari perkembangannya. Jenis-jenis
wayang dapat di kelompokkan sebagai berikut:
a. Wayang Kulit
1) Wayang Purwa
Wayang purwa adalah sebutan lain untuk pertunjukan wayang
kulit Jawa yang mengambil cerita dari epos Mahabarata dan
Ramayana. Adapun versi Indianya tetap diikuti sebatas hal itu
tidak bertentangan dengan syariat serta hukum-hukum islam,
dengan asumsi bahwa tokoh-tokoh serta cerita yang
dibicarakan dalam tulisan ini adalah tokoh serta cerita yang
commit to user
pementasannya oleh para wali dalam menyebarkan ajaran islam
di Jawa.
2) Wayang Madya
Bentuk figurnya merupakan perpaduan antara Wayang Purwa
dan Wayang Gedog yakni bagian bawahnya meniru Wayang
Gedog (berkain rapekan dan memakai keris).
3) Wayang Gedog
Wayang yang memakai cerita dari serat Panji
4) Wayang Calonarang
salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena
dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis
dan rahasia pangiwa dan panengen.
5) Wayang Krucil
Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu
pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal sebagai Wayang
Klithik.
6) Wayang Parwa
Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber
dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagaiAstha Dasa
Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling
populer dan terdapat di seluruh Bali.
b. Wayang Kayu
1) Wayang Golek
3) Wayang Klitik
Didalam pertumbuhannya fungsi wayang sejak mulai diciptakan
sampai pada jaman sekarang inipun juga mengalami beberapa perubahan.
Wayang pada waktu pertama kali diciptakan mempunyai fungsi sebagai alat
suatu upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan (magic,religius).
Nenek moyang kita pada jaman dahulu mempunyai kepercayaan bahwa
roh orang yang meninggal tetap hidup dan tinggal pada kayu-kayu
besar,batu-batu besar dan gunung-gunung,serta dapat memberi pertolongan kepada
mereka yang pandai mengambil hatinya. Cara mengambil hati tersebut dengan
jalan memberikan saji-sajian dan mengucapkan mantera-mantera yang tepat.
Roh-roh tersebut tinggal atau bersemayam di gunung / goa yang angker di
dekat pintu gerbang desa,di persimpangan jalan yang penting-penting dan lain
sebagainya. Roh –roh orang besar yang bertuah dan sangat besar
kekuasaannya sering disebut ―Hyang‖atau ―Danyang‖ danyang tersebut suka
commit to user
mencelakakan orang. Oleh karena itu agar arwah-arwah tersebut tidak
mengganggu kehidupan di dunia bahkan mau memberikan pertolongan dan
perlindungan dalam kehidupan ini maka nenek moyang kita pada jaman dulu
menciptakan pertunjukkan wayang dengan maksud sebagai alat untuk mengadakan persembahan pada ―Hyang‖.
―Setiap saat orang ingin berhubungan dengan roh-roh nenek moyang,
orang mengadakan pertunjukkan bayang-bayang atau wayang‖ (Sri Mulyono,
1989: 54).
Di dalam pertumbuhannya, ternyata fungsi tersebut telah mengalami
beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya.
Perubahan tersebut yakni sejak diciptakannya wayang sebagai alat suatu
upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan pada jaman animisme
sampai pada fungsinya sebagai alat penerangan maupun pendidikan pada jaman sekarang ini.
B. Tinjauan Komik
1. Pengertian Komik
Menurut Will Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik adalah
tatanan gambar dan balon kata yang berurutan.
Namun Scott McCloud mempunyai pengertian yang berbeda, Komik
merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon
estetik pada yang melihatnya. Reinventing Comics (McCloud Scott, 2000: 8-9).
Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar kreasi
Ciri khas bentuk kesenian ini adalah membawa kita berimajinasi kealam
yang berbeda dari alam kita atau ke lingkungan sosial yang tidak akan pernah
kita masuki, secara langsung atau melalui tokoh-tokohnya di dalam situasi
komunikasi melalui perilaku verbal yang miskin nuansa karena adanya bingkai
(Marcel Bonnef, 1998:8)
Kata komik sebenarnya berasal dari bahasa Inggris ―comic‖ yang berarti
segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur. Cukup sulit untuk
menemukan padanan kata yang cocok untuk menyebutnya sehingga penulis
akan menyebutnya sebagai komik. Pada awalnya, sebutan komik ditujukan
untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara
gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang
berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa
komik yang berasal dari bahasa yunani adalah cerita bergambar berbentuk dua
dimensi yang bercerita bermacam-macam bahkan hal yang dianggap mustahil
untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat pertama kali komik muncul,
ceritanya biasanya bertema superhero yang menyelamatkan orang-orang tanpa
balas budi, namun sekarang komik telah berkembang menjadi berbagai macam
pilihan tema. komik di masa kini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan
komik-komik pendahulunya. Panel-panel kaku yang dahulu digunakan sebagai
pembatas, kini tidak lagi kaku. Tulisan yang pada awalnya hanya berfungsi
sebagai pendukung gambar, kini telah berperan lebih dari sekedar pendukung
gambar, bahkan tidak jarang memiliki kedudukan yang setara dengan gambar.
Gagasan dan gambar menjadi semakin kompleks dengan banyaknya simbol
commit to user
komik tidak hanya untuk mengisi dan menambah imajinasi saja, tetapi juga
dapat memberitahukan sejarah, perekonomian, keadaan masyarakat, budaya,
nilai-niali sosial, dan bisa menjukkan keadaan geografi suatu daerah.
Komik merupakan suatu gambar serta lambang-lambang lain yang
terjukstaposisi dalam turutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan/atau
mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
2. Komik Sebagai Seni
Dalam bukunya, Scott McCloud mcngutip kata dari Will Eisner tcntang
dcvinisi komik, bahwa komik adalah "Scni Bcrturutan". Dalam kata lain bahwa
scni dalam gambar dapat berubah nilainya menjadi seni komik bilamana
gambar-gambar yang ada tidak berdiri sendiri dan disusun secara berturutan.
Meskipun hanya terdiri dari dua gambar.
Sebenarnya, pada awal pcrkembangannya, komik dianggap scbagai "scni
rendahan"(Darmawan dan tim Visual Art). Darmawan dan tim Visual Art
mcngatakan bahwa komik masih mcncari-cari pcngakuan, komik masih
diragukan dalam ruang lingkup scni mumi. Scbagian kcwaguan ini karcna
kontcks historis-sosiologis komik yang mcncmpatkan komik scbagai bagian
dari "seni rcndahan" (Darmawan dan tim Visual Art."Komik" 18).
Kctcrampilan dan cstctika dalam komik yang harus mcnghamba pada
tujuan utamanya yang mcnghibur dan mcngcjar oplah bclaka juga mcmbuatnya
dianggap scbagai "scni rcndahan". Bclum lagi faktor kclatahan para pcncrbit.
Faktor konsumcn komik yang bcrasal dari kaum miskin pcrkotaan, dan faktor
murahan. Jadi jikalau komik adalah "scni", maka ia adalah seni rendahan "low
art" (Darmawan dan tim Visual Art ―Komik", l9).
Hal berbcda terjadi pada perkcmbangan komik pada jaman sekarang
dengan adanya kemajuan dan perkcmbangan tentang identitikasi komik. Komik
scbagai hasil kegiatan dan penciptaan dengan menggunakan akal budi manusia
dapat dikatcgorikan scbagai budaya. Selain itu, komik merupakan produk
manusia atau bagian dari kcbudayaan yang dikcnal dan disukai orang banyak.
Komik jauh lcbih mudah dipahami oleh orang awam dibandingkan seni semisal
seni lukis. Komik sebagai produk budaya juga sesuai dengan kcbutuhan
masyarakat pada umumnya.
Sehingga walaupun komik pada jaman dahulu disebut sebagai "scni
rendahan". hal bcrbcda terjadi di jaman sckarang, dimana komik mcnjadi
bagian dari budaya populer, sama halnya dcngan film atau musik.
Ukuran-ukuran scni rupa yang lazim tak akan bisa mcmbaca scbuah
karya komik sccara adil, dcmikian juga dcngan ukuran-ukuran sastrawi yang
tidak akan lengkap dalam mcmbaca komik, bclum lagi jika hcndak mcmbaca
komik dcngan kacamata ilmu dcsain grafis atau komunikasi visual. Mau tak
mau komik scmcstinya diukur dari tolak ukur komik scndiri. Dcngan kata lain,
komik scndiri, dalam kcutuhannya. adalah scbuah scni mandiri, tidak di bawah
atau di atas scni murni (fine art) yang dikcnal sclama ini.(Darmawan dkk,
"Komik")
commit to user
Titik balik kemajuan komik tcrjadi pada era Revolusi Industri di Eropa.
Tidak ada sumber yang mengatakan kapan komik berubah menjadi sebuah
industri, tetapi menurut McCloud, salah satu faktor utama dari pcrkcmbangan
komik adalah ketika ditemukannya mesin cetak sehingga dengan penemuan
mesin cetak tersebut. Bentuk seni yang scbclumnya hanya diperuntukkan bagi
orang-orang kaya dan bcrkuasa bisa dinikmati olch orang banyak. Akan tctapi,
pada awal pcrkcmbangan industri komik, komik yang ada pada masa itu bukan
seperti buku komik yang selalu kita baca saat ini. Pada awal-awal tcrscbut.
komik bcrcdar scbagai bagian tcrscndiri dari surat kabar (mass media) bcrupa
comic strip, atau komik yang terdiri dari beberapa panel/kolom saja, Contoh
yang dapat kita tcmui pada saat ini adalah pada kolom "Scnyum itu Sehat"
yang dapat selalu kita temukan pada surat kabar Jawa Pos. Pada masa sckarang,
scbagai scbuah industri, komik bcredar dalam masyarakat untuk mcmberikan
warnanya tersendiri bagi masyarakat. Komik tidak lagi dianggap sebagai
bacaan anak-anak belaka, namun telah beredar scsuai segmentasi targetnya
masing-masing.
Dan sebagai sebuah industri. peran seorang komikus tidak lagi sebagai
pejuang sendiri. Ada peran-peran yang saling mendukung untuk menerbitkan
komik, dan bcbcrapa peran dalam scbuah industri komik (Concept, 2007 : 37)
diantaranya scbagai bcrikut :
a. Script Writer
Bcrtugas scbagai pcnulis ccrita, dan hams mcmiliki visi visual, karcna
cerita yang dibuat harus mudah dituangkam dalam ilustrasi oleh
b. Penciler
Bcrtugas mcmindahkan ccrita kc dalam bcntuk skctsa gambar.
c. Inker
Bcrtugas mcninta skctsa yang dibuat oleh penciler sebelum diwarna
oleh colourist.
d. Colourist
Pelaku dasar pewamaan, setelah proses dasar komik yaitu "outline".
e. Editor
Bertindak sebagai quality control dari komik yang akan diterbitkan.
Tugasnya mengedit semua hasil akhir dari komik yang dibuat
sebelum naik cetak.
f. Publisher
Sebagai orang yang menbiayai produksi komik dan mcnerbitkannya.
g. Distributor
Bertugas memasarkan komik seluas-Iuasnya.
Akan tetapi bertolak belakang dengan keadaan industri komik di Iuar
negeri, industri komik dalam negcri bisa dikatakan kembang kempis. Adapun
permasalahan-permasalahan yang terjadi tidak Icpas dari perkcmbangan komik
itu sendiri di Indonesia.
commit to user
Komik merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat, baik
masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Negara yang paling
banyak menghasilkan komik saat ini adalah Jcpang, banyak tema komik yang
ditawarkan, komik-komik tersebut memiliki beberapa tema cerita, baik yang
berbau humor, horor, percintaan, dan lain sebagainya. Tetapi pada awalnya
industri komik yang sekarang ini sebagian besar dikuasai oleh komik Jepang
(biasanya disebut manga), tidak tcrlcpas dari pcngamh perkembangan komik
dari ncgara Eropa dan Amerika. Komik Eropa pun tidak tcrlcpas dari asal mula
komik yang berupa bahasa gambar dari Mcsir Kuno.
a. Komik Eropa
Komik Eropa pcrtama yang cukup tcrkcnal, yang mcmcgang peranan
penting bagi pcrkcmbangan kcmik lainnya di Eropa adalah komik yang
bcrjudul "Tintin", komik ini berasal dari ncgara Bclgia ciptaan scorang
komikus yang bcmama Gcorgc Rcmi atau yang lcbih dikcnal dengan nama
Hcrgé Kcmudian kcesuksesan Tintin diikuti oleh komik-komik lain seperti
Lucky Luke, Spirvu et Fantasia , Modesfe et Pompon, Gaston Legufe. Iddles
noires. Astetix, The Smurf dan lain Sebagainya. Kemudian kesuksesan Tintin
diikuti oleh komik-komik lain seperti Lucky Luke. Spirau et Fantasio ,
Modeste et Pompon, Guston Lagaffe dan lain sebagainya.
Sebagian besar komik yang berasal dari negara Eropa memiliki tema yang
berbau humor, dengan gaya gambar yang sederhana dan berkesan lucu,
cerita yang disajikan biasanya bersifat ringan dan menyegarkan.
Komik Amerika sebagain besar mengangkat tema mengenai superhero dan
kepahlawanan, gaya ilustrasi yang disajikan dalam komik Amerika bersifat
realis dan semi realis, penggambaran karakter komiknya sangat idealis dan
atletis, penggambaran otot tokoh cerita komik berkesan berlebihan. Cerita
yang disajikan 0leh komik-komik Amerika bersifat sederhana, karena
sebagian besar komiknya bertema superhero, maka cerita yang dihasilkan
antara komik satu dengan komik yang lainnya berkesan senada, dan kurang
variatif.
c. Komik Jcpang
Komik yang bcrasal dari ncgara Jcpang yang disebut manga merupakan
komik yang paling banyak bcrcdar di ncgara Indonesia, banyak kelebihan
yang ditawarkan dalam komik Jcpang, baik dalam hal cerita, gaya
pcnggambaran tokoh yang didcformasi schingga tampak lcbih indah, layout
panel yang luwes. Dalam hal ilustrasi tokoh ccrita komik, komik Jcpang
bcrkesan lebih sederhana, sclain itu gambar yang disajikan tcrlihat lcbih
luwes dan indah karena beberapa di antaranya mcnggunakan elemen-elemen
dekoratif dalam penggambaran tiap halamannya.
d. Komik Cina
Komik Cina mcmiliki bcbcrapa kcmiripan dcngan komik Amerika, scpcrti
dalam pcnggambaran tokoh yang digambarkan dcngan tubuh sangat atlctis
dan idcalis, otot-otot yang digambarkan sccara berlebihan serta bcrkesan
kaku. Tcma yang diangkat dalam komik-komik Cina scbagian bcsar adalah
commit to user
dan sangat mcndominasi komik itu scndiri, hal itu mcnycbabkan jalan ccrita
dari komik tcrscbut bcrkcsan dangkal dan kurang variatif.
3. Perkembangan Komik Indonesia
Bertolak belakang dengan keadaan industri komik di Iuar negeri, industri
komik dalam negcri bisa dikatakan kembang kempis. Adapun
permasalahan-permasalahan yang terjadi tidak Icpas dari perkcmbangan komik itu sendiri di
Indonesia.
Bila ditilik dari awal mulanya perkembangan komik di Indonesia, maka
mengacu pada devinisi komik menurut Scott McCloud yaitu komik sebagai
gambar-gambar serta Iambang-Iambang Iain yang terjukstaposisi (berdekatan,
berscbelahan) dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi
atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca.
Maka pcrkembangan komik Indonesia dapat diurutkan dari masa kc
masa sebagai berikut :
a. Era Prasejarah
Merujuk dari definisi komik dari Scott McCloud, sebagai
gambar-gambar serta lambang-lambang Iain yang terjukstaposisi
(berdekatan,bersebelahan) dalam urutan tertentu, maka dapat
dikatakan bahwaurutan-urutan cerita dalam bentuk gambar pada
dinding candi-candi di Indonesia bisa dikatakan sebagai komik pada
era prasejarah. Meskipun menyerupai cergam (a.k.a komik) pada saat
ini, tetapi relief-relief yang ada di dinding candi sebetulnya sudah bisa
commit to user b. Tahun 1930-an hingga 1950-an
Pada tahun 1930-an ini bisa dikatakan scbagai tonggak komik modem
Indonesia, dengan munculnya komik strip Put On karya Kho Wang
Gic pada surat kabar Sinpo. Komik ini tcrus bcrcdar hingga surat
kabar Sinpo dilarang terbit olch pemerintah pada tahun 1960.
Scmcntara pada tahun l940-an, Indoncsia bcrada pada masa
pcndudukan Jcpang. Pcrs dibcrangus fungsinya hanya untuk mcnjadi
sara propaganda Jcpang pada masa itu. Walaupun dcmikian,
komik-komik yang muncul pada masa itu scpcrti komik-komik Lcgcnda Roro
Mendoet, karya dari B.Margono tidak mempunyai kaitan sama sekali
dengan propaganda Jepang pada masa itu.
Pengaruh komik Amerika mulai mcmasuki pasar Indonesia pada
sekitar tahun I947 dcngan tcrbitnya komik Tarzan olch pcncrbit Keng
Po. Setelah itu banyak komik asing scpcrti Rip Kirby, Phantom, dan
komik silat yang populcr sckitar tahun l968. Pada era ini pula muncul
komik-komik yang dicap scbagai imitasi dari komik-komik asing
yang bcrcdar. Komik scpcrti Sri Asih, Puteri Bintang dan Garuda
Putih adalah scbagian dari komik-komik yang dicap imitasi yang
commit to user b. Tahun l954-I960
Pada masa ini. kalangan pcndidik mcnganggap komik scbagai mcdia
yang tidak mendidik dan hanya menampilkan budaya-budaya asing
semata dan mclupakan budaya scndiri. Olch munculnya tnnggapan
tersebut, maka hal tersebut ditanggapi olch beberapa penerbitan
scpcrti Keng Po dan Melody dcngan terbitnya komik-komik yang
bcroricntasikan kcbudayaan nasional dcngan komik Luhimyu
Gatutkaca dan Mahabharata. Dan tidak hanya budaya wayang saja,
unsur- unsur budaya dacrah-dacrah juga diangkut scbagai kisah dan
tcma utama dalam peredaran komik lndoncsia pada masa ini, scpcrti
Lutung Kusarung, Berdirinyu Majapahit, Damar Wulan, dan lain
scbagainya.
b. Tahun 1960-1963
Pada era ini oleh para sejarahwan komik, disebut sebagai "Periode
Medan", dikarenakan peredaran komik di Indonesia terpusat di
Medan. Selain karena lesunya peredaran komik di pulau Jawa, juga
banyaknya komik-komik yang terbit bertemakan budaya, kisah dan
legenda dari Minangkabau.
c. Tahun 1963-1965
Tidak hanya komik dengan kisah-kisah Minangkabau saja, di Medan
juga scring muncul komik-komik bertemakan nasionalismc. Dan pada
era tcrscbut. iklim polirik Indonesia juga sedang "memanas"
banyak komik-komik yang terbit bertemakan tentang nasionalisme
dan periuangan melawan imperialisme dan kolonialisme. Tcntu saja
hal ini tidak Iepas dari peran tidak Iangsung presiden Soekarno,
sebagai pemimpin negara dan teladan dalam memerangi Belanda pada
era tersebut.
d. Tahun 1966-1967
Karena kondisi politik Indonesia yang memanas akibat konflik PKI
dan ABRI, maka semua bidang dalam negeri dijaga kctat. Tcrutama
dalam bidang pers dan surat kabar. Komik yang juga menjadi media
pengantar pesan pun tidak ketinggalan dikawal ketat oleh pemerintah,
sehingga pada masa ini arah perkomikan Indonesia tidak jelas, dan
bcberapa komikus seperti Ganes TH, diinterogerasi oleh pihak
berwajib karena aktivitasnya sebagai karikaturis di media Warta
Bhakti. Untuk melindungi hal; dan kepentingan para cergamis (a.k.a
cergam. Jumlah terbitan murah meningkat sejak tahun 1967-1968.
Dan saat kondisi ekonomi stabil, pada tahun 1968, jumlah halaman
komik dan format komik mulai disetarakan.
commit to user
Tak bisa dipungkiri, putusnya aktivitas komik pada akhir tahun
1980-an d1980-an memb1980-anjimya komik Jep1980-ang (m1980-anga) pada tahun 1990-1980-an
membawa dampak dan pengaruh yang melibas habis sejarah
perkembangan komik Indonesia sebelum masa ini. Munculnya
komik-komik bergaya manga pada masa sekarang menjadi imbas dari
terhentinya aktivitas komik pada era sebelum tahun 1990-an. Namun
bukan berarti hal ini membicarakan tentang gaya ataupun model
sebuha komik, karena pada zaman globalisasi ini, batas-batas sebuah
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya sudah mulai renggang.
Pengaruh dari majunya teknologi, scmakin cepatnya orang
memperoleh informasi, serta pembauran kebudayaan menjadi
faktor-faktor dari globalisasi. Bukan berarti komik Indonesia adalah komik
yang berisikan tentang budaya atau kultur Indonesia, tetapi pada saat
ini bisa dikatakan bahwa komik Indonesia adalah komik yang dibuat
oleh orang Indonesia (Concept, 2007:20-22).
Tetapi permasalahan yang terjadi adalah semakin sedikitnya peredaran
komik Indonesia di dalam dunia komik Indonesia, pcrmasalahan dalam dunia
pcrkomikan Indonesia dapat dilihat dari perspektif bidang industrialnya. Di
dalam bidang industri. Dapat dikenal tiga komponen penting untuk
menggerakkan industri, yakni produsen, distributor, dan konsumen, dimana
komikus sebagai produsennya, penerbit sebagai distibutor dan masyarakat
sebagai konsumennya. Permasalahan utama terletak pada sinergi antara
produsen-distributor-konsumen yang dibutuhkan dalam sebuah industri yang
commit to user
yang masih menganggap bahwa media komik adalah media hiburan untuk
anak-anak saja sehingga membentuk dinding pembatas antara komikus sebagai
produsen dengan masyarakat merupakan masalah yang terjadi antara produscn
dengan konsumen. Akan tetapi masalah industri ini kemudian berkembang
menjadi konflik antara komikus dengan publisher sebagai pihak distributor,
dimana ketika pihak publisher mcminta kontinyuitas dari komikus, pihak
komikus (Indonesia) temyata masih belum siap untuk dituntuk produksi secara
kontinyu.
3. Jenis Komik
Menurut Balhofner, komik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Comic Strip/Strip Komik.
Jenis komik dalam surat kabar. maialah, media cetak, yang terbit harian
bcrisi satu cerita dan biasanya mempunyai halaman-halaman yang
discdiakan sebagai rubrik korespondcnsi, informasi komersial, serta
informasi mengenai komik edisi yang Iainnya, bahkan juga pengenalan si
komikus dan studio tempatnya bekerja. lnformasi-informasi tersebut
disaiikan untuk menjalin keakraban dcngan pembaca sebagai konsumen.
Kemasan buku komik lebih menyerupai majalah dan terbit secara rutin,
commit to user
c. Buku Komik Kompilasi / Grafik Novels.
Jenis buku yang berisi beberapa ccrita dari satu pcngarang atau beberapa
pengarang. Setiap unitnya tidak mcmiliki hubungan satu sama lainnya.
4. Bentuk Komik
Berdasarkan bentuk, komik dibedakan menjadi 4 bentuk yang berbeda, yaitu :
a. Komik Satu Panel
Komik yang tcrbit hanya stu kali, tanpa mcmiliki tokob ccrita yang
dapat muncul pada sctiap pcnerbitan.
b. Komik harian ( Daily Comic)
Komik yang sctiap hari tcrbit pada surat kabar brganti kisah dcngan tokoh
komik map ( tokoh ccrita tctap)
c. Komik Strip ( Strip Comic)
Bentuk komik yang di siapkan muncul sebagian-sebagian secara teratur,
dengan demikian memiliki tokoh cerita dan alur yang berkesinambungan.
d. Komik Buku (Comics Book)
Pengembangan dari komik strip yang disusun dalam buku atau majalah.
(Rusmadi, 1996: 57-58)
5. Elemen dalam Komik
Di dalam komik tcrdapat beberapa istilah penting yaitu:
a. lcon.
Gambar yang mcwakili scscorang, rcmpar, barang, araupun gagasan.
b. Closure
Fenomena mengamati bagian-bagian tetapi memandangnya secara
commit to user
penderita untuk menciptakan ketegangan dan tantangan. Closure
mcmungkinkan pcnggabungan pcristiwa-pcristiwa dan mcnyusun realita
yang utuh dalam pikiran.
Kotak dialog yang bcrisi tcks ucapan scorang karaktcr.
e. Though baloons
Kotak dialog yang bcrisi tcntang scsuatu yang dipikirkan olch scorang
karaktcr.
f. Borders
Garis tepi halaman.
6. Bahasa Visual dalam Komik
Karena komik merupakan media visual, bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan pemirsanya adalah bahasa visual. Meskipun bahasa
visual yang digunakan dalam komik dapat berbeda tergantung dengan latar
belakang budaya dan semacamnya, tujuan dasarnya tetaplah sama yaitu
bercerita. Sejak manusia bercerita satu sama lain, para pencerita selalu
menginginkan dua hal dari pemirsa mereka. Mereka ingin pemirsa memahami cerita mereka ingin pemirsa ‖mendengarkan‖ sampai selesai. Untuk mencapai
tujuan pertama, diperlukan cara berkomunikasi yang jelas sedangkan untuk
commit to user
dapat membujuk pemirsa agar tetap memperhatikan. Dalam komik, cerita
tersebut dituangkan dalam bentuk rangkaian visual (citra) dan bisa juga
dilengkapi kata-kata. Penggabungan antara kejelasan dan komunikasi
merupakan syarat utama agar suatu komik dapat mencapai tujuan utamanya
untuk bercerita
7. Konsep Pemilihan dalam Berkomunikasi Melalui Komik
Komik merupakan aliran pilihan yang berkesinambungan, terdiri dari
pencitraan, alur cerita, dialog, komposisi, gestur, dan bermacam pilihan
lainnya. Pilihan-pilihan itu terbagi menjadi lima tipe dasar, yaitu :
a. Pilihan Momen
memilih momen-momen yang ingin ditampilkan ke dalam panel dan
momen-momen yang harus dibuang. Ditambah dengan pemilihan transisi
panel yang baik, komikus dapat menghemat panel demi efisiensi,
menambah panel demi penekanan, mengatur intensitas cerita, dan hal-hal
lainnya.
b. Pilihan Bingkai
tahap ketika komikus menentukan seberapa dekat bingkai sebuah aksi
untuk menunjukkan rincian yang pantas atau seberapa jauh bingkai agar
pembaca dapat melihat tempat aksi berlangsung dan mungkin
membangkitkan kesan berada di tempat kejadian. Proses ini ditentukan
oleh faktor-faktor komposisi seperti cropping (tata pandang), balance
(keseimbangan), dan tilt (kemiringan), yang memengaruhi tanggapan
pembaca terhadap dunia di dalam komik serta posisi mereka di sana.
pandang atas/tengah/bawah maupun close up/middle shot/long shot.
Sedangkan dalam balance, komikus mengatur rana agar keseimbangan
fokus dalam panel tepat. Adapun tilt digunakan untuk memberi efek
tertentu seperti kesan gerak maupun dramatis. Memilih bingkai momen
dalam komik sama seperti memilih bingkai sudut kamera dalam fotografi
dan film. Perbedaannya tentu saja adalah ukuran, bentuk, dan posisi dalam
panel komik. Dibandingkan dengan fotografi dan film, bingkai dalam
komik jauh lebih beragam dalam bentuk panel-panel yang diatur.
Meskipun demikian fungsi pemilihan bingkai sama saja dengan pada
fotografi dan film yaitu sebagai alat untuk mengarahkan pembaca ke titik
yang tepat.
c. Pilihan Citra
mengisi bingkai dengan gambar yang membawa dunia cerita yang ia buat
ke dalam bentuk rupa yang terlihat hidup. Pemilihan citra untuk komik
tentu saja berbeda-beda sesuai dengan ‖gaya‖ setiap komikus, ada yang
realis-naturalis, ada yang kartun, dan lain-lain. Tentu saja apapun gaya
yang dipilih masing-masing komikus, yang utama dan yang terpenting
adalah bagaimana berkomunikasi dengan cepat, jelas, dan tepat kepada
pembaca. Untuk komik bergenre tertentu mungkin lebih tepat pemilihan
gaya realis sedangkan untuk genre yang lain gaya kartun lebih cocok.
Tentu saja perihal pemilihan citra ini tidak hanya terbatas pada karakter
komik saja melainkan meliputi background dan detil-detilnya. Pemilihan
citra yang baik akan sangat mempengaruhi kesan pembaca terhadap dunia
commit to user
d. Pilihan Kata
Kata membawa ketegasan yang tiada banding dalam komik, tak ada
kesamaran makna citra yang tak bisa dijelaskan oleh kata. Ada beberapa
konsep dan nama tertentu yang hanya dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Tentu saja ketika komik menampilkan percakapan, kata-kata menjadi
sangat penting. Selama ribuan tahun, kata telah digunakan untuk bercerita
dan berhasil melakukannya tanpa bantuan gambar. Namun dalam komik,
baik kata maupun gambar harus bekerja sama dengan baik. Pada akhirnya
ketika gambar memberikan solusi lebih baik daripada kata, komikus dapat
menyingkirkan kata.
e. Pilihan Alur
dalam komik sangat berkaitan dengan tata panel. Tujuan utama pemilihan
alur adalah untuk menuntun pembaca mengikuti jalan cerita komik dari
awal sampai akhir. Dalam komik, alur baca yang baik ditentukan dengan
pengaturan panel ke panel yang tepat, baik itu penempatan panel maupun
jarak antar panel.
Lima pilihan ini bukanlah tahap-tahap pembuatan komik yang harus
dijalankan berurutan. Setiap komikus biasanya menukar-nukar urutan sesuai
kebutuhan mereka. Keputusan pemilihan momen, bingkai, dan alur biasanya
ditentukan dalam tahap perencanaan komik, sementara pemilihan citra dan kata
ditentukan dalam proses akhir. Pada akhirnya, pembuatan suatu komik
merupakan serangkaian keputusan. Memilih momen yang tepat untuk
dituangkan dalam panel, membingkai aksi dan menuntun mata pembaca,
commit to user
memudahkan pembaca dalam mengikuti cerita dari awal sampai akhir (Ibid,
2004: 9-39)
Komik memiliki beberapa kategori dalam penerbitannya antara lain :
a. komik satu panel, yaitu komik yang terbit sekali tanpa memiliki tokoh cerita
yang dapat muncul pada setiap penerbitan.
b. komik harian, yaitu komik yang sekali terbit pada surat kabar
c. komik strip, yaitu komik yang di persiapkan untuk muncul
sebagian-sebagian secara teratur dan berurutan, dengan demikian memiliki tokoh
cerita dengan cerita yang berkesinambungan.
d. komik buku, yaitu komik yang merupakan pengembagan dari komik strip,
yang disusun dalam bentuk buku atau majalah(Rusmadi, 1999:57-58).
C. Komik Wayang
Komik dengan tema pewayangan, atau disebut juga dengan komik
wayang. Pada era 60-an, komik wayang dcngan dua ccrita bcsamya, yaitu
ccrita Mahabharata dan Ramayana karya R.A. Kosasih, mcrupakan komik
produksi nasional tcrbcsar yang banyak dikonsumsi masyarakat pada jamannya
(Bonneff,1998: 29).
Periode komik wayang tak pernah dikenang karena penerbit komik
waktu itu menamainya ‖komik klasik‖. Periode ini ditandai setelah era jenis Sri
Asih (tentu bersama Nina, Garuda Putih, Kapten Kilat), superhero yang
commit to user
malas belajar. Dr Marcel Boneff, menggambarkannya sebagai du fruit defendu,
buah terlarang.
Wayang itu sendiri mcrupakan salah satu kcbudayaan Indonesia yang
patut untuk dilcstarikan karcna di dalam ccrita wayang tcrkandung banyak nilai
ctis yang dapat dijadikan scbagai ccrminan bagi kchidupan bangsa ini. Sclain
itu, wayang juga mcmpakan alat pcndidikan watak yang baik sckali karcna
nilai-nilai tcrscbut diajarkan sccara kongkrct mclalui kchidupan schari-hari
para tokoh yang dapat dijadikan tcladan (Amir 19-20).
Akan tctapi, komik wayang yang sangat dijunjung tinggi dan digcmari
olch gcncrasi tua di sclumh lapisan masyarakat, hampir tidak dikcnal lagi olch
gcncrasi muda pcncrus bangsa saat ini, padahal scharusnya komik mcrupakan
pcngantar yang baik kc dunia pcwayangan (Bonneff, 1998: 112).
Tcrbukti dcwasa ini gcnerasi muda makin lama makin tcrtarik dan
tcrpcngaruh dcngan komik—komik dari luar yang saat ini laris manis di
toko-toko buku daripada komik pcwayangan. Hal ini dipcrburuk dcngan tidak
adanya pcndistribusian komik wayang tcrbitan baru di pasaran karcna tidak
adanya gcncrasi pcncrus yang mampu mcnyampaikan kisah bcrtcmakan
pcwayangan dalam scbuah komik dan kurangnya pcndistribusian komik
wayang yang dahulu pcmah ditcrbitkan (Bonneff, 1998: 112).
Para penerbit, terutama Melodie dan Cosmos, keduanya di Bandung,
sama-sama di Jalan ABC, menghentikan komik tersebut . Tokoh pahlawan
beralih ke cerita rakyat, seperti Ganesha Bangun, Loetoeng Kasaroeng, oleh
R.A. Kosasih, kemudian muncul Ramayana dan Mahabharata. Juga nama
S. Ardisoma, sapuan kuas menimbulkan suasana puitis untuk adegan keraton,
adegan pohon beringin, adegan long shot, bahkan perang sekalipun.Bedanya lagi, R.A. Kosasih setia dengan ‖kisah India‖, sehingga tokoh punakawan tidak
muncul.
Komik wayang, juga komik berdasarkan cerita daerah atau legenda, dinilai
lebih aman, lebih mendidik, dan yang jelas lebih mengakar. Sehingga tak dikritik, juga tak kena ‖bredel‖, periode yang terulang keras pada 1966. Karya
-karya R.A. Kosasih merajai dalam jumlah dan jilid yang dikeluarkan.
Sambung-menyambung menjunjung kisah pewayangan yang tak banyak
commit to user
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A.
Identifikasi Komik Kumbakarna Gugur
1. Gambaran Umum Komik Buku
Komik Indonesia memang tidak dapat dikatakan tidak bangkit lagi.
Komik Indonesia mulai menggeliat akhir-akhir ini, geliat komik Indonesia ini
tidak akan lengkap rasanya tanpa kehadiran tema pewayangan. Karena wayang
adalah salah satu bentuk atau tema komik yang tergolong khas di Indonesia.
Selain wayang merupakan tradisi adiluhung bangsa ini. Komik wayang
memang menempati porsinya tersendiri di jagat perkomikan Indonesia dari
dulu kala. Diawali dengan semangat untuk melawan hegemoni komik-komik
dari luar, munculah komik-komik independen (lokal). Mencoba tampil
berbeda, membuat gaya gambar lebih variatif dan eksperimental.
Komik wayang juga memiliki dimensi lain seperti politik, sejarah,
dan budaya yang kental dan saling bertautan. Komik wayang memiliki
konfigurasi tema yang kaya dan luas. Sebagai sebuah karya seni, misalnya,
komikus wayang mesti mendasarkan kreasi-kreasinya pada pakem-pakem
dunia perwayangan, serta unsur-unsur visual yang menjadi karakter wayang,
seperti pada busana, bentuk senjata, dan karakter fisik para lakon-lakonnya.
2. Cerita Wayang Kumbakarna Gugur
Pada dasarnya komik ini mengangkat cerita tentang budaya yang ada
di Indonesia, yaitu cerita tentang wayang, dengan mengangkat lakon
Kumbakarna Gugur.
Kumbakarna adalah saudara kandung Rahwana, raja rakshasa
dari Alengka. Kumbakarna merupakan seorang rakshasa yang sangat tinggi dan
berwajah mengerikan, tetapi bersifat perwira dan sering menyadarkan
perbuatan kakaknya yang salah. Ia memiliki suatu kelemahan, yaitu tidur
selama enam bulan, dan selama ia menjalani masa tidur, ia tidak mampu
mengerahkan seluruh kekuatannya. Dalam bahasa Sansekerta, secara harafiah
nama Kumbhakarnaberarti “bertelinga kendi”.
Ayah Kumbakarna adalah seorang resi bernama Wisrawa, dan
ibunya adalah Kekasi, puteri seorang Raja Detya bernama Sumali. Rahwana,
Wibisana dan Surpanaka adalah saudara kandungnya, sementara Kubera, Kara,
Dusana, Kumbini adalah saudara tirinya.
Rahwana, Marica adalah pamannya, Putera Tataka, saudara Sumali.
Kumbakarna memiliki putera bernama Kumba dan Nikumba. Kedua puteranya
itu gugur dalam pertempuran di Alengka. Kumba menemui ajalnya di
tangan Sugriwa, sedangkan Nikumba gugur di tangan Hanoman.
Saat Rahwana dan Kumbakarna mengadakan tapa, Dewa Brahma
muncul karena berkenan dengan pemujaan yang mereka lakukan, Brahma
memberi kesempatan bagi mereka untuk mengajukan permohonan.
Saat tiba giliran Kumbakarna untuk mengajukan permohonan, Dewi
commit to user
saat ia memohon "Indraasan"(Indrāsan-tahta Dewa Indra), ia mengucapkan
“Neendrasan” (Nindrasan-tidur abadi). Brahma mengabulkan permohonannya.
Karena merasa sayang terhadap adiknya,Rahwana meminta Brahma agar
membatalkan anugerah tersebut. Brahma tidak berkenan untuk membatalkan
anugrahnya, namun ia meringankan anugrah tersebut agar Kumbakarna tidur
selama enam bulan dan bangun selama enam bulan. Pada saat ia menjalani
masa tidur, ia tidak akan mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.
Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada Rahwana,
menyadarkan bahwa tindakanya keliru. Ketika Rahwana kewalahan
menghadapi Sri Rama, maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya.
Kumbakarna sebenarnya tahu bahwa kakaknya salah, tetapi demi membela
Ngalengka tanah tumpah darahnya dia pun maju sebagai prajurit melawan
serbuan Rama. Kumbakarna sering dilambangkan sebagai perwira pembela
tanah tumpah darahnya, karena ia membela Ngalengka untuk segala kaumnya,
bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa
permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban.
Saat Kerajaan Ngalengka diserbu oleh Rama dan sekutunya,
Rahwana memerintahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang
sedang tertidur. Utusan Rahwana membangunkan Kumbakarna dengan
menggiring gajah agar menginjak-injak badannya serta menusuk badannya
dengan tombak, kemudian saat mata Kumbakarna mulai terbuka, utusannya
segera mendekatkan makanan ke hidung Kumbakarna. Setelah menyantap
commit to user
Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba
menasihati Rahwana agar mengembalikan Sinta dan menjelaskan bahwa
tindakan yang dilakukan kakaknya itu adalah salah. Rahwana sedih mendengar
nasihat tersebut sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap
bermusuhan dengan Rama, Kumbakarna maju ke medan perang untuk
menunaikan kewajiban sebagai pembela negara. Sebelum bertarung
Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana, adiknya, setelah itu ia
berperang dengan pasukan wanara.
Dalam peperangan, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara
dan banyak melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman, Nila,
dan lain-lain. Dengan panah saktinya, Rama memutuskan kedua tangan
Kumbakarna. Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa
menginjak-injak pasukan wanara. Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna
dengan panahnya. Tanpa tangan dan kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan
badannya dan melindas pasukan wanara. Melihat keperkasaan Kumbakarna,
Rama merasa terkesan dan kagum. Namun ia tidak ingin Kumbakarna tersiksa
terlalu lama. Akhirnya Rama melepaskan panahnya yang terakhir. Panah
tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya dan membawanya
terbang, lalu jatuh di pusat kota Alengka. (Wawan Susetya, 2008:158)
Pengambilan tokoh Kumbakarna dikarenakan dia unik, sebagai
tokoh Protagonis, namun tetap membela kakaknya yang jahat karena
commit to user 2. Penokohan
Dalam cerita Kumbakarna gugur, ada beberapa tokoh pokok yang
akan di munculkan, antara lain :
a. Raden Kumbakarna
c. Wibisana
d. Hanoman
e. Rahwana
(http://kilasbaliknusantara.blogspot.com/2011/01/rahwana.ht