commit to user
PENGANTAR TUGAS AKHIR
PERANCANGAN KOMIK FIKSI
”LESTARI KANGOFU”
MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Menempuh Ujian Tugas Akhir sebagai Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual
oleh
ZAINAB KHAIRUNISSA C0704039
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Konsep pengantar karya Tugas Akhir dengan judul
PERANCANGAN KOMIK FIKSI ”LESTARI KANGOFU”
MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji dalam sidang ujian Tugas
Akhir.
Menyetujui :
Pembimbing Tugas Akhir I
Jazuli Abdin Munib, S.Sn
NIP. 197 505 162 002 121 001
Pembimbing Tugas Akhir II
Arief Iman Santoso, S.Sn
NIP. 197 903 272 005 011 002
Koordinator Tugas Akhir
Arief Iman Santoso, S.Sn
commit to user
iii
PENGESAHAN
Konsep pengantar karya Tugas Akhir dengan judul
PERANCANGAN KOMIK FIKSI ”LESTARI KANGOFU”
MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Diterima dan disahkan oleh Panitia Penguji Tugas Akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal ...
NIP.197 505 162 002 121 001
Pembimbing Tugas Akhir II
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
(Drs. SUDARNO, MA)
NIP. 195 303 141 985 061 001
Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual
(Drs. Edi Wahyono H, M.Sn)
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Kepada Ibu dan Ayah,teman-teman, dan yang tersayang atas kasih sayang
commit to user
v
MOTTO
“Setiap tangisan akan berujung pada senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh rasa aman”
“Percaya akan masa lalu, maka kebahagiaan dihari esok akan tercapai. Hanya dengan mengalami cobaan dan deritalah, jiwa manusia akan bertambah kuat,
pandangan hidup akan bertambah jernih, cinta dan masa depan akan sukses diraih. Karena indahnya setiap gelombang berasal dari mundurnya gelombang sebelumnya”
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Edi Wahyono Hardjanto, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi
Visual.
3. Jazuli Abdin Munib, S.Sn, dan Arief Iman Santoso, S.Sn, selaku Pembimbing
Tugas Akhir.
4. Dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan pengalaman maupun
ilmu pengetahuan selama penulis di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Jurusan Desain
Komunikasi Visual.
5. Teman-teman Jurusan Desain Komunikasi Visual
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Tugas Akhir ini dapat berguna sebagai penambah pengetahuan bagi pembaca.
Surakarta,7 September 2009
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined.
PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.
MOTTO ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ...x ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Perancangan ... Error! Bookmark not defined.
D. Target Visual ... Error! Bookmark not defined.
E. Target Audience dan Target Market ... Error! Bookmark not defined.
F. Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN TEORI ... Error! Bookmark not defined. A. Komik ... Error! Bookmark not defined.
B. Komunitas Komik ... Error! Bookmark not defined.
C. Komponen Komik ... Error! Bookmark not defined.
D. Karakter Tokoh Cerita ... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik ... Error! Bookmark not defined.
F. Sejarah Komik Indonesia ... Error! Bookmark not defined.
G. Komik Indonesia Saat Ini ... Error! Bookmark not defined.
H. Penerbit dan Marketing Komik ... Error! Bookmark not defined.
commit to user
viii
J. Tinjauan Umum ... Error! Bookmark not defined.
K. Promosi Penjualan ... Error! Bookmark not defined.
BAB III IDENTIFIKASI DATA ... Error! Bookmark not defined.
A. Identifikasi Komik Buku “Lestari Kangofu” ... Error! Bookmark not defined.
B. Studi Komparasi ... Error! Bookmark not defined.
C. Analisis SWOT ... Error! Bookmark not defined.
D. Positioning ... Error! Bookmark not defined.
E. Unique SellingPreposition ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV KONSEP PERANCANGAN KREATIF ... Error! Bookmark not defined.
KOMIK BUKU “LESTARI KANGOFU” ... Error! Bookmark not defined. A. Ide Dasar ... Error! Bookmark not defined.
B. Konsep Kreatif Cerita ... Error! Bookmark not defined.
C. Sinopsis ... Error! Bookmark not defined.
D. Visualisasi Komik Buku “Lestari Kangofu” .... Error! Bookmark not defined.
E. Format Komik ... Error! Bookmark not defined.
F. Proses Pengerjaan ... Error! Bookmark not defined.
G. Sampul ... Error! Bookmark not defined.
H. Media Promosi dan Media Placement ... Error! Bookmark not defined.
I. Estimasi Biaya ... Error! Bookmark not defined.
BAB V VISUALISASI KARYA ... Error! Bookmark not defined. A. Perancangan Buku “Lestari Kangofu” ... Error! Bookmark not defined.
B. Perancangan Media Promosi ... Error! Bookmark not defined.
BAB VI PENUTUP ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Analisis SWOT Komik “Lestari Kangofu” ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2: Estimasi Biaya Produksi dan Promosi Komik "Lestari Kangofu" ... Error!
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Persentase Jumlah Pembaca Komik Berdasarkan Jenis Kelamin... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2: Persentase Jumlah Pembaca Komik Berdasarkan Range Usia ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 3: Persentase Jumlah Pembaca Komik Berdasarkan Genre .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 4: Persentase Jumlah Pembaca Komik Berdasarkan Tema Cerita ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5: Persentase Tingkat Kepeminatan Terhadap Komik ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 6: Perwira Jepang Yang Ditugaskan di Asia .... Error! Bookmark not defined.
Gambar 7: Barisan Pasukan PETA ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 8: Cover Buku Bagian Judul Komik "Lestari Kangofu" Error! Bookmark not
defined.
Gambar 9: Cover Buku Bagian Judul Utama ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 10: Cover Buku Bagian Judul Pendukung ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 11: Cover dalam ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 12: Cover luar ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 13: Perancangan Media Promosi Iklan Majalah ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 14: Perancangan Media Promosi Poster ... Error! Bookmark not defined.
commit to user
xi
Gambar 16: Perancangan Media Promosi Pin ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 17: Perancangan Media Promosi Pembatas Buku ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 18: Perancangan Media Promosi X-Banner ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 19: Perancangan Media Promosi T-Shirt ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 20: Perancangan Media Promosi Mug ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 21: Perancangan Media Promosi Key chain ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 22: Perancangan Media Promosi Leaflet ... Error! Bookmark not defined.
Perancangan Komik Fiksi ”Lestari Kangofu” Melalui Desain Komunikasi Visual
Zainab Khairunnissa¹
Jazuli Abdin Munib, S.Sn² Arief Iman Santoso, S.Sn³
ABSTRAK
commit to user
xii ____________________________
1
Mahasiswa Jurusan Desain Komuniukasi Visual. Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM. C0704039
2
Dosen Pembimbing I
3
commit to user
Preliminary Planning of Fiction Comic “Lestari Kangofu” Through Visual Communication Design
Zainab Khairunnissa¹
Jazuli Abdin Munib, S.Sn² Arief Iman Santoso, S.Sn³
ABSTRACT
Zainab Khairunnissa, 2009. The reborn of Indonesian comic as a renaissance is far away from being a reality. Penetration of imported comic (Europe, East Asia, and America), were making Indonesian comic be more droved away. For comic’s enthusiasts, comic is a hobby and can’t be left. Promotion is really important to give a lecture about old time’s history. Japan was successfully introducing their existences to the world, by exploring their own history. Indonesian comic was arriving in Indonesia at about 1930 (Dutch media). In the early year of 1990, Indonesia was overflowing of Japanese comic, after “Godam” and “Gundala Putra Petir” eras. The unique factors for comic maker were not only based on the images, but also the story, genre, and character of the comic actors. Inside the comic, the dynamicity of images and words are should be synchronized in rhythmic and work together to build a story. Comic book “Lestari Kangofu” has a background of Indonesian history (about 1940), and it has a story theme of local culture, upon the Japanese aggression was encountered, which bringing up romantic story of Dwi Lestari, a young girl that’s follow Joshi Seinendan, Nakahara Mizuki, Japanese Elite Military, and Chiho Ishiiro, Japanese doctor.
1 Collage student Majority of Visual Communication Design, Letter and Art Faculty, UNS with NIM C0704039
2 Guide Lecture I
3
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Angan-angan tentang lahirnya kembali komik Indonesia sebagai sebuah
renaissance masih jauh dari kenyataan, walaupun tidak tertutup kemungkinan
kelak akan bangkit kembali. Terlebih lagi dengan masuknya komik impor dari
Eropa, Asia Timur, dan Amerika, membuat posisi komik lokal semakin terdesak.
Apalagi komik Indonesia juga semakin kehilangan peminat, karena lebih
didominasi oleh komik Jepang (manga) dan Korea (manhwa).
Selama ini komikus Indonesia rata-rata “bersembunyi” dalam profesi lain,
alhasil komik yang ada cenderung senada, atau ketika mengeksplorasi gaya lain,
misalnya kartun atau komik Eropa-Amerika, tetap saja terjerembab pada
kemiskinan unsur bercerita, sehingga walau unggul secara visual cenderung gagal
sebagai narasi. Padahal tatkala mengerjakan komik, kita mengharapkan seperti
halnya seorang penyair yang mampu memisahkan latar belakang dengan
karyanya. Karena pada hakikatnya karya yang baik itu apakah karya tersebut lepas
atau tidak lepas dari keseharian penciptanya, tetap mempunyai ruang yang terus
menerus diciptakan dan mengisi jagad lain. Hal tersebut menyebabkan
perkembangan komik lokal gagal memikat masyarakatnya sendiri untuk kembali
mencintai komik.
Bagi sebagian orang, komik tidak lebih dari sekedar cerita bergambar yang
commit to user
segalanya, komik sudah menjadi candu yang sulit ditinggalkan. Sebut saja kisah komik
jepang yang dengan sukses memotret kisah sejarah baik yang dikemas dengan kisah
asli maupun rekaan, bahkan sekarang menjadi trend-setter.
Jepang berhasil memperkenalkan keberadaannya kepada dunia, dengan
mengangkat kisah sejarah negerinya dan juga sejarah negara lain dan menjadikan
sebagai objek kisah komik. Karena itu, penulis bermaksud meniru semangat tersebut,
dengan mengenalkan sejarah sebagai bagian dari kehidupan kita tanpa berkesan
menggurui.
Seperti yang kita ketahui, selama 3,5 tahun negeri kita telah dijajah oleh Jepang,
bukan hal tabu mengangkat kisah jaman tersebut menjadi komik. Memang bukan masa
lalu yang indah, akan tetapi bagaimanapun juga sebagai bangsa yang besar, kita harus
menghargai sejarah. Sejarah bukan untuk diulang melainkan sebagai pedoman langkah
selanjutnya di masa mendatang agar tidak jatuh ke masa yang sama.
Disini Penulis bermaksud untuk mengangkat sejarah tersebut dan memodifikasi
menjadi sebuah cerita bergambar yang ringan dibaca dengan mengkaitkan pada sejarah
yang terjadi pada masa itu. Komik ini diharapkan dapat memikat kembali para pembaca
komik di tanah air dan membangkitkan semangat para komikus lokal agar lebih banyak
berkreasi memunculkan ide-ide baru untuk perkembangan komik Indonesia di masa
commit to user
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang diajukan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menggambarkan komik ”Lestari Kangofu” supaya menarik,
komunikatif, dan edukatif?
2. Apakah upaya yang perlu dilakukan agar isi pesan yang terkandung dalam komik
“Lestari Kangofu” dapat tersampaikan kepada masyarakat dari berbagai kalangan?
C.
Tujuan Perancangan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengemas komik “Lestari Kangofu” menjadi sebuah komik yang menarik,
komunikatif, dan edukatif yang bisa dibaca dan dipahami masyarakat usia remaja
ke atas.
2. Menyampaikan isi pesan yang terkandung didalam cerita komik “Lestari Kangofu”
agar dapat dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat.
D.
Target Visual
Melihat berbagai masalah diatas, keberadaan promosi sangatlah penting untuk
memberikan sebuah wacana tentang sejarah yang terjadi pada masa lalu. Perencanaan
commit to user
1. Above The Line Media (media line atas)
Menggunakan media cetak komik, sebagai media utamanya dan media cetak lainnya
sebagai media pendukung promosi yaitu ;
a. Iklan majalah.
b. Banner.
c. dan lain-lainnya.
2. Below The Line Media (Media Line Bawah)
Terdiri dari seluruh media selain yang telah disebutkan di atas, sebagai
contoh; T-shirt, poster, leaflet, mug dan merchandise (pin, pembatas buku, stiker,
key chain).
E.
Target
Audience
dan Target
Market
1. Primer
a. Geografi : Kota Solo dan DIY.
b. Demografi
1) Jenis Kelamin : Pria dan wanita.
2) Usia : 13 – 25 tahun.
3) Pendidikan : SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
4) Status Ekonomi : Menengah atas dan menengah bawah.
5) Golongan : Untuk semua ras, suku, dan agama.
c. Psikografi
commit to user
2. Sekunder
a. Geografi : Seluruh Indonesia dan di luar Indonesia.
b. Demografi
1) Jenis Kelamin : Pria dan wanita.
2) Usia : 25 tahun ke atas.
3) Pendidikan : Semua jenjang pendidikan.
4) Status Ekonomi : Menengah atas dan menengah bawah.
5) Golongan : Semua ras, suku, bangsa dan agama.
c. Psikografi
Masyarakat yang ingin mengetahui kisah sejarah ditinjau dari sejarah
yang sebenarnya terutama masyarakat pecinta komik.
F.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan penulis untuk
mendapatkan data sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian penulis
akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber sebagai acuan.
Penulis menggunakan beberapa cara dalam mendapatkan data, antara lain yaitu :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah cara untuk mendapatkan data dengan mengumpulkan
buku-buku yang berkaitan dengan objek, kemudian menelaah dan mengkaji serta
menyimpulkan. Fungsi metode ini adalah untuk mendapatkan informasi segala hal
yang berhubungan dengan objek yang diambil. Dalam hal ini adalah buku-buku
yang membahas tentang komik dan sejarah pendudukan Jepang di Indonesia.
commit to user
Metode ini merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
menyebar angket yang ditujukan untuk para peminat komik maupun khalayak
umum. Angket tersebut berisikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan
objek yang diambil. Fungsi metode ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
ketertarikan masyarakat terhadap komik, baik melalui jenis komik, tema cerita,
commit to user
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Komik
1. Pengertian Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak
bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat
diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam
majalah hingga berbentuk buku tersendiri.
Komik, cergam atau kartun merupakan buku yang cukup populer
dimasyarakat, khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak. Komik atau yang
dikenal juga dengan istilah cerita bergambar (cergam) terdiri dari gambar dan teks
atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Menurut
Marcel Bonnet dalam bukunya “Komik Indonesia”, komik adalah salah satu produk
akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang dalam
gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.
Hal tersebut diperkuat dengan beberapa pendapat yang membantu penulis
untuk lebih memahami pengertian komik secara lebih luas. Pada tahun 1996, Will
Eisner menerbitkan buku “Graphic Storytelling”, dimana beliau mendefinisikan
komik sebagai "tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku
komik." Sebelumnya, pada tahun 1986, dalam buku “Comics and Sequential Art”,
Eisner mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art, "susunan
commit to user
Untuk lingkup nusantara, terdapat sebutan tersendiri untuk komik, seperti
diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita
bergambar atau disingkat menjadi cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus
Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970.
2. Sejarah Komik
Perancis dikenal sebagai pencetus ide-ide komik cemerlang, sejarah komik
bermula pada masa pra sejarah digua Lascaux, Perancis selatan, ditemukan torehan
berupa gambar-gambar bison, jenis banteng atau kerbau Amerika. Cikal bakal
komik ini, menurut Bonnet belum mengandung sandi yang membentuknya menjadi
bahasa namun sudah merupakan "pesan" sebagai upaya komunikasi non verbal
paling kuno.
Di Mesir, cerita tentang dewa maut dalam dunia roh terdapat di kuburan raja
Nakht yang ditoreh diatas (kertas) papirus, papirus ini juga sudah dikenal lama oleh
orang Assiria, Siria dan Persia. Selanjutnya "komik diatas daun” beralih ke bentuk
Mozaik (susunan lempeng batu berwarna) di Yunani. Karya ini berlangsung hingga
abad ke 4 masehi, pada masa jaman Romawi cerita bergambar berkembang pesat
yang selanjutnya menyebar hampir keseluruh Eropa.
Di Indonesia cikal bakal komik banyak dipengaruhi oleh agama Budha,
Hindu dan Islam. Ditemukannya gua leang-leng, Sulawesi Selatan, temuan ini
berupa gambar babi hutan dan candi-candi sekitar abad ke 18, juga didapati
gambar-gambar kuno diatas kertas dengan tinta berwarna, gambar menyerupai
komik karena disertai keterangan teks beraksara Arab dalam bahasa jawa yang
dipakai dalam penyebaran agama islam.
Di Bali komik dibuat diatas daun lontar, bercerita tentang Ramayana dalam
commit to user
Lelagon”. Di candi-candi Borobudur dan Prambanan terdapat relief yang
menceritakan kehidupan spritual dan kebudayaan pada abad pertengahan, juga kita
kenal dalam cerita wayang beber dan wayang kulit yang menjadi kesenian
masyarakat jawa menjadi referensi timbulnya komik indonesia.
3. Jenis Komik
Walau kita tahu apa itu komik dan siapa yang tidak atau belum pernah
melihat dan membaca komik, tapi kita perlu juga menelaah jenis-jenis komik
tersebut, atau yang bisa disebut sebagai komik itu. Berikut adalah klasifikasi komik
menurut Will Eisner dalam bukunya “Comics and Sequentel Art”, yaitu:
a. Kartun/Karikatur (Cartoon)
Hanya berupa satu tampilan saja, dimana didalamnya terdapat gambar
yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini
berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) yang
mana dari gambar tersebut dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca
dapat memahami maksud dan tujuannya.
Contoh :
Pada surat kabar maupun majalah dimana terdapat gambar
kartun/karikatur dari sosok tokoh tertentu yang maknanya sebagai kritikan dan
sindiran bahkan terkadang dikemas dengan lucu serta menghibur.
b. Komik Potongan (Comic Strip)
Berisi penggalan-penggalan gambar yang disusun atau dirangkai
menjadi sebuah alur cerita pendek. Namun isi ceritanya tidak harus selesai
disitu bahkan bisa juga dijadikan suatu cerita bersambung/berseri. Biasanya
terdiri dari 3 hingga 6 panel atau lebih. Komik Potongan (Comic Strip) ini
commit to user
kabar, majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian isi cerita juga dapat berupa
humor atau banyolan atau cerita yang serius yang asik untuk disimak setiap
periodenya hingga tamat.
Contoh :
· Panji Koming di surat kabar Kompas.
· Gibug (komik potongan yang dijadikan buku saku)
c. Buku Komik (Comic Book)
Berisi gambar-gambar, tulisan dan cerita yang dikemas dalam bentuk
sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini sering
disebut sebagai komik cerita pendek, biasanya 32 halaman, 48 halaman dan 64
halaman, berisikan cerita, iklan, dan lain-lain. (R.C Harvey, 1996: 128-154)
Buku Komik seperti ini bisa didapatkan di toko-toko buku atau toko-toko komik
maupun lapak-lapak. Buku Komik (Comic Book) itu sendiri terbagi lagi
menjadi:
1) Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar.
Walau berkesan tipis namun bisa juga dikemas dengan menggunakan
kualitas kertas yang baik sehingga penyajian buku ini terlihat menarik.
Apalagi dengan gambar dan warna yang cantik, membuat buku komik ini
sangat digemari. Contoh :
· Gundala, Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Lamaut
· Kapten Bandung, Caroq, Gina
commit to user 2) Komik Majalah (Comic Magazine)
Buku komik ini berukuran seperti majalah (ukuran besar), biasanya
menggunakan tipe kertas yang tebal dan keras untuk sampulnya. Minimal
berisi 64 halaman. Contoh : Tintin, Lucky Luke, Asterik Obelik.
3) Komik Novel Grapis (Graphic Novel)
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan
tingkat berpikir yang lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih
dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk seri atau cerita bersambung.
d. Komik Tahunan (Comic Annual)
Bila pembuat komik sudah dalam skup penerbit yang serius, si penerbit
akan secara teratur/berskala (misalkan setiap tahun atau setiap beberapa bulan
sekali) akan menerbitkan buku-buku komik baik itu cerita putus maupun serial.
Contoh:
· Dalam negeri :
M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terrant, Bumi Langit, Jagoan Comic, dan
lain sebagainya.
· Luar negeri :
Marvel Comics, DC Comics, dan lain sebagainya.
e. Album Komik (Comic Album)
Para penggemar bacaan komik baik itu komik karikatur maupun komik
strip dapat mengkoleksi (hasil guntingan dari berbagai sumber media bacaan),
dimana hasil koleksian dikumpulkan dan disusun rapi (pengklipingan) menjadi
commit to user
f. Komik Online (Webcomic)
Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin,
media Internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan
komik-komik. Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung atau pembaca
dapat menyimak komik. Dengan menggunakan media Internet, jangkauan
pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi internet
dapat mengaksesnya) dari pada media cetak. Komik Online bisa dijadikan
langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya yang relatif
lebih murah dibanding media cetak. Contoh :
· www.gibug.com
· www.onemanga.com
g. Buku Instruksi dalam format Komik (Instructional Comics)
Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam
format komik, bisa dalam bentuk buku komik, poster komik, atau tampilan
lainnya. Pembaca akan lebih mudah cepat mengerti bila melihat alunan gambar
dari pada harus membaca prosedur-prosedur dalam bentuk tulisan. Selain itu
dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
h. Rangkaian Ilustrasi (Storyboard)
Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum
melangkah dalam pembuatan film atau iklan akan lebih mudah pekerjaannya
bila dibuatkan rangkaian ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya rangkaian
ilustrasi ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu rangkaian ilustrasi
gambar tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian yang bisa disebut komik.
Namun tidak usah jauh-jauh kedalam dunia perfilman atau iklan, sebelum para
commit to user
rangkaian ilustrasi (storyboard)nya, setelah itu baru diproses penggambaran,
penintaan, pewarnaan dan penataan tampilan (layout).
i. Komik Ringan (Comic Simple)
Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan steples
(buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik dengan biaya yang
rendah dapat menciptakan komik-komik dan berkarya, cara ini digunakan
sebagai alternatif cara untuk turut berkarya kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah
awal bagi para komikus. Contoh : Kakek Bejo (pragatcomic.com)
j. Perencanaan dalam pikiran (Planning On Mind)
Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita
membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya (persiapan).
Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut sebenarnya sudah menjadi
rangkaian gambar-gambar yang mana bisa juga disebut juga sebagai Komik,
hanya saja gambar-gambar tersebut tidak tertuang dalam coretan diatas kertas
melainkan tergambar didalam pikiran kita.
B.
Komunitas Komik
Demam terhadap bacaan komik sejauh ini semakin meningkat, muncul banyak
kelompok-kelompok masyarakat komik yang bertingkat-tingkat. Menurut Syah Alam
dalam buku “Komitmen Komik Indonesia” diuraikan bahwa terjadi beberapa
kemungkinan sebagai gambaran ringkas bentuk kelompok masyarakat komik yang
commit to user
1. Pembaca komik
Kelompok pembaca komik ini sangat beragam, dan bisa dipastikan
jumlahnya akan terus meningkat. Banyak komunitas pecinta komik terbangun dari
para pembaca komik. Ada yang aktif berhubungan melalui internet dan kafe atau
berkumpul di rumah. Mereka mudah di temui di dekat tempat penjualan komik di
kampus, sekolah, mall, shopping center atau taman bacaan.
2. Pengumpul komik
Dari pembaca komik seringkali menjadi pengumpul komik. Pengumpul
komik yang serius akhirnya menjadi kolektor komik, mereka mengumpulkannya
sesuai dengan minat masing-masing, dan ada juga yang memang mengkhususkan
pada komik-komik lama. Mereka juga rajin mendatangi berbagai kegiatan komik,
seperti pameran dan diskusi komik. Umumnya kolektor komik mempunyai
komunitasnya tersendiri.
3. Pengamat komik
Beberapa orang kemudian tertarik untuk membahas komik dari berbagai
sudut pandang. Kelompok pengamat komik memperhatikan fenomena yang
berlangsung di masyarakat komik dan berupaya memberi gambaran tentangnya.
Hasil amatan ini disumbangkan dalam diskusi, seminar dan menulis di
media-media. Seorang editor komik pada penerbitan komik lokal dengan sendirinya punya
peran sebagai pengamat komik yang diandalkan.
4. Pembuat komik
Kelompok ini semakin lama semakin besar, ada yang perseorangan dan ada
yang berkelompok. Kebanyakan mereka adalah berusia muda, sebuah indikasi
commit to user
muda. Perlu dipahami dan diakui bahwa mencari nafkah dari komik bukan pilihan
yang mudah. Karena itu perlu dipikirkan strategi bagaimana agar potensi yang ada
ini dapat dimanfaatkan untuk membangun industri komik tanah air. Sebagian lagi
komikus dengan semangat menerbitkan secara indie dan spirit underground pun tak
pernah surut. Artinya supply komikus masih akan terus tersedia dan bertambah,
yang perlu ditingkatkan adalah jaminan kualitas agar seimbang dengan kuantitas
yang ada.
5. Mailing List (Milis) komik
Secara khusus milis komik menjadi fenomena yang terpisahkan dari
masyarakat komik. Jumlah mereka berkembang sangat pesat, beragam milis komik
tumbuh. Sebagian sangat aktif tetapi ada juga beberapa yang pasif. Milis dan forum
diskusi cyber menyediakan wadah untuk para pembaca komik mengutarakan
pendapat, menyebar informasi dan mendapatkan informasi.
C.
Komponen Komik
1. Halaman Depan/ Cover
Ada istilah "Jangan melihat buku dari sampulnya" itu memang benar, tapi
bagi pembuat buku, mereka juga harus menerapkan istilah "juallah buku lewat
sampulnya". Kalau kita beli buku yang terbungkus kemasan plastik, kita hanya
mengandalkan insting. Tapi dari hal itu kita bisa memperoleh pelajaran bahwa
sampul buku mempunyai peranan penting dalam penjualannya, jadi kita tidak bisa
seenaknya bikin cover. Buku bagus bisa menyebabkan penjualannya seret hanya
commit to user a. Harus dapat mewakili isi cerita.
b. Ada kesan misterius dan memberi rasa penasaran.
c. Atraktif dan Dinamis.
2. Halaman Isi
a. Panel/ Frame
Berbentuk bingkai atau garis yang berfungsi sebagai pembatas antar
adegan dalam satu halaman komik atau untuk memusatkan perhatian pembaca
dari panel per panel (Tatsu Maki, 2002: 69). Bentuk dari panel dapat berupa
garis simetris maupun ekspresif. Panel dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1) Panel tertutup
Membatasi satu adegan dengan garis pembatas yang saling sambung hingga
tertutup. Biasanya bisa berupa garis tebal, tipis, ekspresif, maupun gambar
langsung.
2) Panel terbuka
Garis yang membatasi adegan komik tidak selalu tertutup, dapat terbuka di
satu sisi atau tanpa garis sama sekali.
b. Balon Kata
Merupakan tempat untuk meletakkan dialog. Umumnya berbentuk bulat
atau lonjong. Untuk menyampaikan emosi tertentu, bentuknya dapat lebih
variatif lagi.
c. Narasi
Menerangkan tentang waktu, tempat kejadian, situasi dalam satu adegan
commit to user d. Efek Suara/ Sound Effect
Pada umumnya, teks efek suara dapat dipertahankan dalam komik,
kecuali ada kebijakan tersendiri dari pihak penerbit. Pemberian teks efek suara
yang pas dapat membantu dalam penyampaian maksud.
e. Gang
Merupakan jarak antara panel satu dengan yang lain untuk memisahkan
adegan dalam satu halaman komik.
f. Timing/ Pace
Merupakan jarak langkah yang dibutuhkan pembaca komik untuk
menikmati suatu rentetan kejadian atau adegan yang melibatkan pembaca untuk
aktif menikmati panel demi panel sebelum mencapai klimaks pada panel
terakhir. Sudut pandang biasanya diambil dari saat ke saat, waktu ke waktu,
tempat ke tempat, aksi ke aksi, subjek ke subjek, dan aspek ke aspek.
D.
Karakter Tokoh Cerita
Penulis memperhatikan bahwa komikus-komikus terkenal yg membuat komik
sendiri (bukan komik pesanan) punya ciri khas yg kuat . Komikus itu punya cerita dan
karakter tokoh komik sendiri. Ciri khas si komikus bukan hanya dari gambarnya, tetapi
juga dari cerita, genre komik, dan juga karakter tokoh komiknya. Ciri khas si komikus
kadang-kadang jadi bagian yg inheren (menyatu) dengan cerita dan karakter tokoh
komik kepunyaan si komikus.Salah satu faktor keberhasilan si komikus adalah adanya
ciri khas si komikus tapi itu adalah ciri khas yg kuat dan disukai oleh pembaca komik.
Komikus boleh saja mencari ciri khas sendiri, tapi jika ciri khas itu tidak disukai
oleh pembaca atau hanya sedikit pembaca yg menyukainya maka bisa ditebak
commit to user
barangkali dapat memperkirakan karakter apa yang kira-kira disukai oleh banyak
pembaca komik, kemudian si komikus menetapkan ciri khasnya itu sesuai dengan
selera pembaca yang ditujunya agar komiknya dapat diterima oleh pembacanya.
Karakter tersebut meliputi karakter watak dan fisik, yaitu sebagai berikut :
1. Karakter Kepribadian/ Watak
a. Tokoh utama atau Protagonis
Merupakan pemeran utama, penuntun cerita dari awal sampai akhir
cerita.
b. Tokoh lawan atau Antagonis
Merupakan pemeran pendukung, lawan dari tokoh utama. Biasanya
menjadi penghalang atau penentang tokoh protagonis.
c. Tokoh sampingan atau Tritagonis
Merupakan tokoh peran tambahan, tidak begitu diperhatikan tapi
keberadaan nya sangat diperlukan. Fungsinya sebagai pelengkap yang
memperjelas kedudukan tokoh protagonis maupun antagonis di dalam cerita.
2. Karakter Fisik
Karakter fisik sangat beragam, biasanya berdasarkan bentuk postur tubuh,
ciri fisik khusus, cara berpakaian, dan dapat dilihat dari aksesoris pendukungnya.
Sebagai contoh, dalam komik yang bertemakan heroic, seperti halnya Superman,
Spiderman, Batman, dan lain sebagainya, tokoh antagonis dan protagonis dapat
dibedakan dengan mudah. Tokoh protagonis biasanya dibuat dengan bentuk fisik
yang sempurna, sedangkan tokoh antagonisnya dibuat dengan bentuk fisik yang
commit to user
E.
Teknik
Untuk lebih memahami representasi visual dan idiom-idiom visual, ada baiknya
komikus memiliki pengalaman berhadapan dengan kegiatan kesenirupaan, mengenal
aliran-alirannya, macam-macam lukisan dan bentuk seni lainnya, atau mengetahui
sedikit teori estetika. Menciptakan atmosfer dan idiom-idiom visual itulah tugas
terberat bagi komikus yang ingin karyanya dihargai sebagai komik bercitarasa
Indonesia. Berikut macamnya :
1. Gaya Gambar Komik
Teknik dalam pengerjaan komik sangat beragam, sebab gaya atau genre
yang berbeda tentu memiliki teknik yang juga berbeda. Genre gambar dibagi
menjadi beberapa macam seperti, gaya gambar realis, imajinatif, kartun, serta gaya
gambar semi realis dan semi kartun. Genre gambar dari beberapa negara dijadikan
sebagai acuan para komikus di seluruh dunia, yakni gaya gambar Amerika (realis),
Eropa (kartun), Cina (Manhua), Jepang (manga), dan akhir-akhir ini muncul genre
baru dalam dunia komik dari korea (manhwa).
Gaya gambar realis menekankan pada bentuk nyata atau real suatu objek,
dimana objek dibuat mendekati atau mirip dengan tangkapan visual. Gaya gambar
ini sering kita jumapai pada komik Amerika dan Cina, seperti karya Jack Kirby
(Amerika) dan Tony Wong (Cina).
Kata kartun berasal dari bahasa Inggris yang berarti lucu. Gaya gambar ini
menampilkan bentuk objek yang jauh dari sebenarnya atau tidak nyata. Biasanya
terdapat pada komik Eropa, Jepang (manga), dan Korea (manhwa). Untuk komik
commit to user
sehingga menimbulkan aliran atau genre semi realis yang unik dan banyak dianut
oleh para komikus sekarang.
2. Sketsa
Skets, menurut H.W. Fowler dalam ”The Oxford Dictionary” berasal dari
bahasa latin Skhedies extrempore yang berarti ”begitu saja tanpa persiapan”.
Sedangkan menurut Peter dan Linda Murray, Sketsa adalah merupakan rancangan
kasar dari suatu komposisi atau sebagian dari komposisi, dibuat sebagai pemuasan
pribadi si seniman pada skala, komposisi sinar, dan sebagainya yang merupakan
percobaan untuk suatu karya dengan skala sesungguhnya, tetapi hal itu harus
benar-benar diketahui atau dikenal lewat suatu study (Suatmadji, 2000: 5). Sketsa
merupakan awal dari suatu goresan kasar sebagai model permulaan dari ide
pemikiran si pembuat gambar.
Seperti halnya gaya gambar, sketsa juga mempunyai ragam yang berbeda
mengikuti gaya gambarnya. Pada genre realis, gambarnya lebih detail dan rumit
dari kartun. Termasuk gaya gambar manga yang sketsanya lebih simpel dari realis.
3. Tipografi dan Balon Kata
Tipografi merupakan jenis gaya atau tipe huruf. Huruf adalah bagian
terkecil dari sebuah kata. Sedangkan kata adalah bagian terkecil dari sebuah
gagasan. Sebuah gagasan yang baik dan telah tersusun lewat pemilihan kata yang
menarik bisa saja berakhir sia-sia karena kegagalan dalam pemilihan huruf.
Kekuatan kata sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pesona karya
seni yang disebut komik. Begitu kuatnya kata-kata dalam komik, sehingga sarjana
komik seperti R.C. Harvey menyatakan bahwa kombinasi berseni dari kata dan
commit to user
Ditinjau dari penggunaannya huruf pada umumnya dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
a. Huruf Roman
Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal dan tipis.
b. Huruf Bodoni
Gambar hurufnya hurufnya memperlihatkan perbedaan yang mencolok
antara kaitnya dengan batang hurufnya.
c. Huruf Egyptian
Garis hurufnya sama tebal, kaitnya lurus dan tegang, sifat hurufnya
menyerupai karakteristik dari konstruksi piramid-piramid.
d. Huruf Sans Serif (tanpa kait)
Garis-garis hurufnya semua sama tebal.
e. Huruf Dekoratif
Garis hurufnya bervariatif, membentuk garis baru, perpanjangan atau
penebalan yang menimbulkan bentuk huruf yang ekspresif.
Kata menunjukkan perasaan, sensasi, dan konsep abstrak yang tidak bisa
ditunjukkan lewat gambar, berhubungan langsung dengan rasa dan nuansa suara
manusia. Kata memberi kesempatan pada komikus untuk meringkas dan
memperluas waktu. Ketika kata dan gambar saling bergantung, mereka
menciptakan gagasan dan sensasi baru.
Dalam komik, kedinamisan gambar dan kata haruslah seimbang dan
bekerja sama menjalin cerita. Biasanya pada komik, kata dipadukan secara
grafis dalam balon dialog atau kata. Balon kata disebut juga sebagai ”alat putus
asa”; sebuah usaha ”menangkap dan menampilkan elemen yang sangat halus,
commit to user
namun pada komik balon kata mengapung seperti objek fisik. Balon kata
umumnya berbentuk bulat atau lonjong. Beberapa menanggapi paradoks ini
dengan mengurangi tampilan fisik balon menggunakan garis batas tipis atau
bahkan tanpa garis, sementara yang lain menerima balon kata dan
menampilkannya dengan lebih bebas dan berinteraksi dengan gambar
lain.(Scott McCloud , 2008: 142) Untuk menyampaikan emosi tertentu,
bentuknya dapat lebih variatif lagi.
4. Layout
Layout merupakan pengaturan untuk menempatkan berbagai unsur
komposisi, misalnya huruf teks, garis, objek, gambar, dan sebagainya. Maka, unsur
layout dalam komik adalah huruf-huruf teks, frame, atau efek garis untuk
memperjelas suatu adegan yang dilakukan. Dalam komik layout dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
a. Layout buku, yaitu pembagian adegan komik dalam sebuah buku yang
disesuaikan dengan tema cerita atau alur cerita dan jumlah halaman
keseluruhan.
b. Layout halaman, yaitu pembagian atau penempatan adegan cerita yang sesuai
dengan alur cerita dalam satu halaman.
c. Layout panel, yaitu penempatan adegan cerita dalam sebuah panel yang
disesuaikan dengan plot cerita.
5. Panel
Panel adalah kotak tempat gambar diletakkan. Biasanya dalam suatu
halaman terdapat beberapa panel sekaligus. Umumnya bentuk panel adalah persegi
commit to user
(Esvandiari Sant, 2005: 4) Oleh karena buku dalam bahasa Indonesia dibaca dari
kiri ke kanan, maka arah pembuatan panel komik akan mengikuti huruf ”Z”. Setiap
panel menunjukkan sebuah aksi yang lengkap, karena berasal dari sebuah plot yang
berkaitan secara keseluruhan.( Scott McCloud, 2008: 14)
Sedangkan untuk ukuran ketebalan garis panel dapat divariasikan, termasuk
dari segi bentuk dan warna atau dibuat lebih lebih kecil yang terdapat pada pojok
sebuah panel yang digunakan sebagai insert.
6. Closure
Closure adalah fenomena mengamati bagian-bagian dengan memandangnya
sebagai keseluruhan. Closure dapat muncul dalam berbagai bentuk mulai dari yang
sederhana hingga yang terumit, terkadang dengan sebaris garis atau sketsa sudah
cukup untuk membuat closure. Closure dalam komik sama seperti dalam film
terjadi dalam 24 frame per detik. Closure berfungsi sebagai penyambung cerita
yang terjadi antar panel dalam sebuah cerita komik, akan saling mendukung dan
tersusun menjadi kisah yang utuh.
Panel komik mematahkan waktu dan ruang menjadi suatu peristiwa yang
kasar, dengan irama yang patah-patah, serta tidak berhubungan. Closure
memungkinkan kita menggabungkan peristiwa-peristiwa tersebut dan menyusun
realita yang utuh dan seirama dalam pikiran. Jika lambang visual adalah
perbendaharaan komik, closure adalah strukturnya. Dan karena rumusan kita
tentang komik tergantung pada pengaturan elemennya, maka, sebenarnya komik
adalah closure. Closure media elektronik bersifat terus menerus, tanpa disadari dan
sebenarnya tidak tampak. Sebaliknya, closure dalam komik tidak terus menerus dan
pasti disengaja. Closure dalam komik mendorong kemesraan antara pencipta
commit to user
Bagaimana si pencipta menghormati kontrak itu merupakan masalah seni dan
karya. Beberapa bentuk closure merupakan tindakan yang disengaja oleh si
pencerita untuk menciptakan ketegangan atau tantangan pada penonton.
Beberapa golongan closure adalah sebagai berikut:
a. Waktu ke waktu
Peralihan ini memerlukan closure yang sangat sedikit.
b. Aksi ke aksi
Peralihan satu subyek dalam suatu proses.
c. Subyek ke subyek
Peralihan dalam satu adegan atau gagasan yang memerlukan tingkat
keikutsertaan pembaca agar peralihan tersebut bermakna.
d. Adegan ke adegan
Peralihan ini membawa kita melintasi ruang dan waktu. Membaca
komik dengan jenis peralihan ini sering diperlukan pemikiran deduktif.
e. Aspek ke aspek
Peralihan ini kebanyakan tak mengenal waktu dan mengatur pandangan
yang mengembang terhadap aspek tempat, gagasan, dan suasana hati yang
berbeda. Peralihan aspek ke aspek sejak awal telah menjadi bagian yang penting
dalam aliran utama komik Jepang. Peralihan ini tidak bertindak sebagai
jembatan peristiwa yang terpisah, melainkan pembaca harus merangkai
pecahan-pecahan peristiwa yang tersebar menjadi peristiwa tunggal.
f. Non sequitur
Peralihan ini tidak menunjukkan hubungan yang logis antara panelnya.
Makin kuat closure antara panel, interpretasi pembaca pun makin elastis.
commit to user
untuk menampilkan hanya sebagian kecil gambarnya. Komik dapat bersifat
sangat kabur tentang apa yang diperlihatkannya. Dengan memperlihatkan
sedikit atau tidak sama sekali suatu peristiwa, dan hanya memberi petunjuk
kepada pembacanya, komikus dapat membangkitkan imajinasi pembaca.
7. Warna
Dalam Industri komik, warna memegang peranan yang sangat penting dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Dengan warna, komik menjadi semakin
menarik, atraktif, dan ekspresif hingga komik dapat menjadi sensasi yang
memabukkan sebab kualitas permukaan yang berwarna akan dapat lebih mudah
menarik perhatian pembaca.
Pewarnaan komik adalah proses pemberian warna pada komik dengan
warna-warna dan teknik-teknik tertentu agar dapat memberikan efek dramatisasi
sesuai dengan yang diinginkan untuk menarik perhatian pembaca. Warna dapat
membawa kita pada suasana tertentu dan membangkitkan suasana hati tertentu.
Ketika mewarnai komik perlu diingat bahwa beda warna beda pula pesan yang akan
disampaikan. Beberapa contoh suasana warna yang mewakilinya :
a. Warna hangat (merah, orange); suasana panas dan kuat.
b. Warna sejuk (hijau, biru); suasana dingin dan tenang.
c. Warna terang (warna dengan tambahan putih didalamnya); suasana cerah dan
kebebasan.
d. Warna gelap (warna dengan tambahan hitam didalamnya); suasana suram dan
mistik.
commit to user
Komposisi warna harus direncanakan dengan matang, sebab komposisi
warna menentukan tampilan keseluruhan dari pesan yang ingin disampaikan.
Dalam komik kita mengenal 2 macam gaya pewarnaan, yaitu :
a. Style datar, yaitu seperti pada film kartun Jepang (Anime). Ini merupakan gaya
yang basic sekali, tapi tetap membutuhkan pengetahuan dan pemahaman
tentang bayangan cahaya. Untuk membuat gambar tampak seperti tiga dimensi
digunakan warna gelap dan terang, semakin banyak warna yang digunakan
gambar akan semakin tampak semakin hidup.
b. Realistic Style, yaitu dimana komikus membuat gambar tampak hidup dan
mendekati kenyataan. Biasanya colorist akan banyak memakai piranti air brush
dan paint brush untuk hasil yang lebih detail.
F.
Sejarah Komik Indonesia
Komik Indonesia pada awal kelahirannya dapat di bagi menjadi dua kategori
besar, yaitu komik strip dan buku komik. Kehadiran komik di Indonesia dimulai pada
tahun 1930-an, dapat ditemukan pada media Belanda seperti “De Java Bode” dan
“D’orient” dimana terdapat komik-komik seperti “Flippie Flink” dan “Flash Gordon”.
Karya Kho Wan Gie yang terbit rutin di surat kabar “Sin Po” menginspirasi banyak
komik strip lainnya sejak tahun 1930-an sampai dengan 1960-an. Sementara itu di Solo,
Nasroen A.S. membuahkan karya komik stripnya yang berjudul “Mentjcari Poetri
Hidjaoe” melalui mingguan “Ratu Timur”. Pada awal tahun 1950-an, salah satu
komikus bernama Abdul Salam menerbitkan komik strip heroiknya di harian
“Kedaulatan Rakyat”, Yogyakarta, salah satunya berjudul “Kisah Pendudukan Jogja”,
commit to user
dibukukan oleh harian “Pikiran Rakyat” dari Bandung. Sebagian pengamat komik
berpendapat bahwa inilah buku komik pertama-tama oleh artis komik Indonesia.
Akhir tahun 1940-an, banyak komik-komik dari Amerika yang disisipkan
sebagai suplemen mingguan surat kabar. Diantaranya adalah komik seperti “Tarzan,
Rip Kirby, Phantom and Johnny Hazard”. Kemudian penerbit seperti “Gapura” dan
“Keng Po” dari Jakarta, mengumpulkannya menjadi sebuah buku komik.
Ditengah-tengah membanjirnya komik-komik asing, hadir Siaw Tik Kwei, salah seorang komikus
terdepan, yang memiliki teknik dan ketrampilan tinggi dalam menggambar
mendapatkan kesempatan untuk menampilkan komik adapatasinya dari legenda
pahlawan Tiongkok ‘Sie Djin Koei’. Komik ini berhasil melampaui popularitas
“Tarzan” di kalangan pembaca lokal. Popularitas tokoh-tokoh komik asing mendorong
upaya mentransformasikan beberapa karakter pahlawan super itu ke dalam selera lokal.
R.A. Kosasih, yang kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia, memulai
karirnya dengan mengimitasi Wonder Woman menjadi pahlawan wanita bernama Sri
Asih. Terdapat banyak lagi karakter pahlawan super yang diciptakan oleh komikus
lainnya,diantaranya adalah “Siti Gahara, Puteri Bintang, Garuda Putih and Kapten
Comet”, yang mendapatkan inspirasi dari “Superman” dan petualangan “Flash
Gordon”.
Pada awal tahun 1990-an Indonesia dibanjiri oleh komik-komik Jepang, ini
terjadi setelah masa kejayaan “Godam” dan “Gundala Putra Petir” surut ditahun
1970-an. Pada masa ini lebih banyak mengenal komik hasil karya produk Jepang terutama
pada anak-anak dan remaja, yang kualitas dari cerita dan formatnya sangat menarik
bahkan dapat mengalahkan komik “Walt Disney's” Amerika dipasaran. Toko-toko dan
tempat persewaan buku dipenuhi cerita bergambar import dari negeri matahari terbit.
commit to user
“Chinmi, Kenji, Saint Seiya, atau Tiger Wong”, tetapi juga untuk kalangan remaja
seperti “Candy-Candy” atau juga komik jenaka seperti “Kobo Chan”. Komik atau
kartun telah ikut memperkaya Jepang yang kurang memiliki hasil hutan, tetapi sangat
jitu dalam meniru dan memanfaatkan peluang terutama terhadap produk-produk
industri. Setelah sepeda motor, mobil dan komputer, mereka merambah komik tetapi
bukan sekedar jadi. Bahkan menjadi primadona untuk bacaan anak-anak dan remaja
masa kini khususnya di Asia, mereka sekarang lebih menggemari Srikandi Alies
warna-warni atau kucing robot yang pandai melayani juga “Sailor Moon” dan “dragon Ball Z”
dan lainnya, bukan lagi “Flash Gordon, Garht Goofy, Mickey mouse, atau Donal
Duck”.
Komik Indonesia semakin berkembang, (pada tahun 1999-2000-an) ditandai
oleh dimulainya kebebasan informasi lewat internet dan kemerdekaan penerbitan.
Komikus mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi gayanya masing-masing dengan
mengacu kepada banyak karya luar negeri yang lebih mudah diakses. Selain itu,
beberapa judul komik yang sebelumnya mengalami kesulitan untuk menembus pasar
dalam negeri, juga mendapat tempat dengan maraknya penerbit komik bajakan. Selain
itu beberapa penerbit besar mulai aktif memberikan kesempatan kepada komikus muda
untuk mengubah image komik Indonesia yang selama ini terkesan terlalu serius
menjadi lebih segar dan muda.
G.
Komik Indonesia Saat Ini
Pada proses awalnya pemilihan komik sebagai jalur mata pencarian dimulai dari
sekedar hobi iseng yang menghasilkan. Namun demikian dalam kurun waktu relatif
singkat (10 tahun.) komik sebagai media apresiasi karya bagi seniman mulai diminati
commit to user
kepentingan komik tidak lagi sekedar berbasis pada nilai-nilai estetika semata, lebih
dari itu dijadikan sebagai alat propaganda untuk menyampaikan pesan. Berbagai
kelompok dalam masyarakat dari berbagai kalangan mulai melirik komik sebagai
bagian dari konsep komunikasi. Adanya respon aktif dari masyarakat menjadikan
harapan baru bagi komikus untuk dijadikan lahan profesi. Kini proses berkarya bukan
lagi sekedar iseng-iseng ataupun hobi, lebih obyektif lagi telah disikapi sebagai suatu
jasa pesanan. Maka, komik sebagai pesanan atau kerjasama penerbitan pun menambah
khasanah produksi komik Indonesia.
Kelemahan yang paling utama adalah pada cerita. Ini adalah persoalan umum
pada komik-komik Indonesia. Kemampuan gambar yang baik tidak dibarengi oleh
kemampuan dalam mengolah cerita yang baik pula. Sehingga seringkali kualitas
gambar yang baik tersebut tidak 'berbunyi' karena lemahnya cerita. Secara umum
kelemahan komik-komik Indonesia cukup banyak yang terkesan 'prematur' atau asal
jadi. Namun demikian ini adalah kelemahan komik sebagai produk, jadi sama sekali
bukan kelemahan komikusnya. Sebaliknya perlu suatu upaya untuk membantu potensi
komikus untuk dapat menghasilkan kualitas komik yang baik secara keseluruhan, cerita
yang asik, gambar yang apik. Jika dilihat dari sudut pandang diatas ini adalah
kelemahan dalam manajemen produksi. Kebanyakan komik-komik Indonesia
dieksekusi oleh komikus saja yang kemampuan dan potensinya adalah menggambar,
bukan pencerita atau penulis cerita. Selain itu juga kemampuan komik dan komikus
Indonesia dalam menembus jaringan pasar (masyarakat) yang telah terbentuk oleh
komik-komik asing, disamping distribusi yang juga telah 'dikuasai' oleh komik-komik
saduran tersebut. Hal ini menyebabkan lemahnya gaung komik-komik produksi lokal.
commit to user
cenderung lebih suka 'bermain' atau 'terjebak' dalam lingkungan komunitasnya saja
menambah lemahnya gaung komik Indonesia di masyarakat luas.
H.
Penerbit dan
Marketing
Komik
1. Penerbit komik
Beberapa penerbitan besar maupun kecil mulai membuka kesempatan bagi
para komikus Sejauh yang diketahui, komik dapat merupakan perluasan lini dari
sebuah penerbitan, atau suplemen di majalah atau koran. Jumlah komik buatan
lokal yang beredar masih sangat kurang bila dibandingkan dengan jumlah pembaca
dan judul-judul komik impor.
Potensi sumber daya pembuat komik semakin bertambah, perlu dipikirkan
strategi pembinaan, pengembangan dan pemasaran komik yang terintegrasi agar
komik buatan lokal dapat menjadi produk profitable dan ini merupakan tugas
penerbit komik.
2. Pemasar (Marketing) komik
Marketing komik merupakan titik krusial untuk memajukan komik, dimana
memasarkan komik berarti memasarkan semua hal yang bisa dikaitkan dengan
sebuah komik. Buku komik, artis komik, merchandise komik, bazaar komik dan
segala bentuk kegiatan yang dapat menarik minat masyarakat kepada komik buatan
lokal.
Elemen-elemen masyarakat komik yang sudah terbentuk, terorganisir dan
bekerjasama dalam bentuk ‘networking’ atau jaringan kerja, dengan demikian
mengembangkan komik buatan lokal dapat dilakukan. Pengorganisasian tersebut
commit to user a. Mobilisator
Yang bekerja sebagai mobilisator ini adalah perwakilan dari tiap-tiap
komunitas masyarakat komik yang ada. Mereka yang menggerakkan
anggota-anggota dalam melakukan berbagai kegiatan terkait dengan dunia komik.
b. Komunikator
Mereka yang mempuyai keahlian komunikasi dalam kegiatan public
relation yang bertugas menjembatani informasi dari kegiatan dunia komik
dengan masyarakat umum. Komunikator memainkan peran penting dalam
menyampaikan keberadaan masyarakat komik kepada publik, dan diharapkan
mereka dapat menjadi pusat keluar masuknya informasi tentang segala sesuatu
yang terkait dengan kegiatan dunia komik lokal.
c. Mediator
Mereka adalah tim dengan keahlian komunikasi dan mampu membina
hubungan dengan media, donatur, sponsor atau investor terkait dengan kegiatan
komik. Mediator bertanggung jawab menegosiasikan kepentingan-kepentingan
pihak penyelenggara kegiatan komik dengan kepentingan-kepentingan calon
pendukung kegiatan yang diharapkan bantuan dananya dalam membiayai
kegiatan komik tersebut.
d. Distributor
Distribusi media promosi/informasi kegiatan seperti brosur, poster,
katalog serta penyaluran karya-karya komik buatan lokal agar sampai di tangan
masyarakat umum menjadi tanggung jawab kelompok distributor.
e. Promotor
Adalah penyedia dukungan financial, termasuk didalamnya donatur,
commit to user
komik lokal. Keberadaan kelompok promotor adalah penting dalam mendukung
berlangsungnya strategi dan perencanaan kegiatan-kegiatan masyarakat komik
secara simultan dan berkesinambungan.
I.
Potensi Komik
Komik merupakan media yang unik. Komik menggabungkan teks dan gambar
dalam bentuk yang kreatif. Menurut Scott McCloud dalam bukunya ”Understanding
Comics,” komik adalah media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala
usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami. Gambar yang sederhana
ditambah kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua
orang.
Leif Packalen beserta komikus Frank Odoi dalam bukunya “Comics with an
Attitude,” memperlihatkan banyak contoh penggunaan komik sebagai media kampanye
pendidikan masyarakat di negara-negara Afrika. Sebagian besar warga Afrika buta
huruf, namun komik dapat mengatasi masalah tersebut. Isu-isu yang diangkat dalam
komik sangat beragam, mulai dari pencegahan AIDS, penanganan penyakit malaria,
cara bercocok tanam, sampai isu sosial seperti pentingnya anak perempuan bersekolah
dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
Komik merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-fungsi yang bisa
dimanfaatkan oleh komik antara lain adalah komik untuk informasi pendidikan, komik
untuk advertising, maupun komik sebagai sarana hiburan. Tiap jenis komik memiliki
kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin disampaikan dapat
dipahami dengan jelas.
Komik untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang
commit to user
misalnya ‘hindari pemecahan masalah dengan cara kekerasan.’ Namun komik ini juga
harus memiliki alur cerita yang menarik bagi pembaca. Jika tidak, komik akan terasa
menggurui dan membosankan.
Komik juga dapat dimanfaatkan sebagai media advertising. Maskot suatu
produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang
diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca dengan senang hati
membaca komik, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan (soft
selling). Komik sebagai sarana hiburan merupakan jenis komik yang paling umum
dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan, komik dapat memiliki
muatan yang baik. Nilai-nilai seperti kesetiakawanan, persahabatan, dan semangat
pantang menyerah dapat digambarkan secara dramatis dan menggugah hati pembaca.
J.
Tinjauan Umum
1. Pengertian Kangofu
Kangofu adalah bahasa jepang dari perawat wanita. Perawat adalah tenaga
profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan.
Perawat bertanggung jawab untuk perawatan, perlindungan, dan pemulihan orang
yang luka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan
orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa dalam
berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis
dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang diperlukan untuk
perawatan kesehatan.
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
commit to user
Medicine” menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang
berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit, injuri dan proses penuaan. Perawat bertanggungjawab dan berwenang
memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya.
Sementara itu Nursing in Today World, menyatakan bahwa "Perawat adalah
orang yang mengurus dan melindungi dan orang yang dipersiapkan untuk merawat
orang yang sakit, cedera, dan lanjut usia".
Ada banyak hal yang tercakup dalam proses tersebut yang tidak hanya
sekedar rutinitas perawatan seperti memeriksa tekanan darah, denyut nadi atau suhu
pasien saja. Lebih dari itu para perawat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan proses pemulihan pasien. Menurut The American Medical Association
Encyclopedia of Medicine, "Perawat lebih memusatkan perhatiannya untuk
mengatasi rasa sakit fisik pasien, melepaskan pasien dari penderitaan mental dan
jika mungkin menghindari timbulnya komplikasi". Selain itu, perawat juga harus
memberikan perhatian penuh yang mencakup mendengarkan dengan sabar semua
kekhawatiran dan ketakutan pasien serta memberikan dorongan emosi dan
penghiburan. Dan jika pasien sedang dalam keadaan sekarat, perawat berperan
untuk membantu agar pasien dapat menghadapi ajalnya dengan sesedikit mungkin
penderitaan dan sebanyak mungkin harga diri.
Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule dalam bukunya “Rufaidah binti
Sa'ad-Historical Roots of the Nursing Profession in Islam” kegiatan pelayanan
keperawatan berkualitas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu,
Siti Rufaidah atau Rufaidah binti Sa’ad atau Rufaidah Al-Asalmiya (570-632 SM)
commit to user
bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah pasien kaya atau miskin.
Kemampuan perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah sebagai seorang perawat
secara verbal diturunkan dan diteruskan secara turun temurun dari generasi ke
generasi di perawat Islam khususnya dan perawat militer di wilayah timur tengah
pada umumnya.
Sedangkan menurut Prof. Dra. Elly Nurachmah dalam artikel “Asuhan
Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit”, selama ini perawat Indonesia lebih
mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan dikarenakan konsep
keperawatan modern yang mengadopsi literatur barat. Florence Nightingale
(Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910) adalah pelopor keperawatan
modern. Ia dikenal dengan nama “The Lady With The Lamp” dalam bahasa Inggris
yang berarti “Sang Wanita dengan Lampu”. Florence Nightingale dikenal sebagai
perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan.
Florence Nightingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat
lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran
Nightingale masih relevan dengan pendidikan keperawatan di Indonesia pada masa
sekarang.
2. Peran Perawat
Dalam Sejarah Pergerakan Nasional disebutkan bahwa dalam usaha
mencapai kemerdekaan negara dan bangsanya kaum wanita melakukan kerja sama
dengan kaum pria. Prinsip kerja sama itu tetap dipegang dan dapat dibuktikan pada
waktu perang Kemerdekaan dan pada masa Pembangunan Nasional.
Dimulai pada zaman pendudukan Jepang, dimana wanita diperlakukan
dengan kejam dan seenaknya, bahkan lebih kejam dari pendudukan Belanda. Tepat