• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN RUANG KELAS STANDAR SD INPRES BERDASARKAN SISI AKUSTIK, PENCAHAYAAN DAN SUHU MENGGUNAKAN MATLAB 6.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMETAAN RUANG KELAS STANDAR SD INPRES BERDASARKAN SISI AKUSTIK, PENCAHAYAAN DAN SUHU MENGGUNAKAN MATLAB 6.1"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN RUANG KELAS STANDAR SD INPRES

BERDASARKAN SISI AKUSTIK, PENCAHAYAAN DAN SUHU

MENGGUNAKAN

MATLAB 6.1

Disusun oleh :

ERVIANA NURSANTI

M0205004

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini dibimbing oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Budi Legowo, S.Si.,M.Si. Artono D. Sutomo,S.Si.M.Si. NIP. 19730510 199903 1 002 NIP.19700128 199903 1 001

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ PEMETAAN RUANG KELAS SD STANDAR INPRES BERSADASARKAN SISI AKUSTIK, SUHU DAN PENCAHAYAAN MENGGUNAKAN MATLAB 6.1” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 15 Januari 2010

Erviana Nursanti

(4)

MOTTO

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

(Al Baqaroh: 153)

Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya.

(Johann Wolfgang von Goethe)

Diberkatilah orang yang terlalu sibuk untuk kuatir pada siang hari, dan terlalu lelah untuk kuatir di malam harinya .

( Phil Marquart )

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan teruntuk:

Yang tercinta Ayahanda dan Ibunda sebagai tanda baktiku yang tulus

(5)

PEMETAAN RUANG KELAS STANDAR SD INPRES

BERDASARKAN SISI AKUSTIK, PENCAHAYAAN DAN SUHU

MENGGUNAKAN

MATLAB 6.1

ERVIANA NURSANTI

Jurusan Fisika.Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kenyamanan ruangan kelas standar Sekolah Dasar Inpres dengan pengukuran distribusi kebisingan, distribusi pencahayaan dan distribusi suhu. Pengolahan data menggunakan software Matlab 6.1 dan perhitungan waktu dengung menggunakan software Sabin 3.0. Penelitian ini dilakukan di ruang kelas 5 yang menghadap depan dan kelas 1 yang menghadap samping. Pengukuran kenyamanan ruang dilakukan pada jam pertama pukul 07.00 – 09.00, jam kedua pada pukul 09.15 – 11.00 dan jam ketiga pada pukul 11.15 – 13.00. Hasil pengukuran distribusi kebisingan menunjukkan bahwa tingkat tekanan suara merata disetiap jam pelajaran. Hasil pengukuran distribusi pencahayaan menunjukkan bahwa pencahayaan semnakin meningkat pada jam ketiga. Hasil pengukuran distribusi suhu menunjukkan bahwa suhu semakin meningkat pada jam ketiga. Waktu dengung ruang kelas 5 adalah 1,89 s dan ruang kelas 1 adalah 1,78.

(6)

MAPPING OF STANDARD CLASS ROOM

OF INPRES ELEMENTARY SCHOOL BASES ACOUSTICS SIDE,

ILLUMINATION AND TEMPERATURE USE MATLAB 6.1

ERVIANA NURSANTI

Department of Physic. Faculty of science, Sebelas Maret University

ABSTRACT

Has been conducted research of class room comfortable standard of Inpres Elementary School with measurement of noise distribution, illumination distribution and temperature distribution. Data processing uses Matlab 6.1 software and calculation of reverberation time uses Sabin 3.0 software. This research is conducted in 5th grade class room that face front and 1st grade class that face from other side. Measurement of room comfortable is conducted at first hour at 07.00 – 09.00, second hour at 09.15 – 11.00 and third hour at 11.15 – 13.00. Result of noise distribution measurement indicates that voice pressure stage flattens in every lesson hour. Result of illumination distribution measurement indicates that illumination growing mounts at third hour. Result of temperature distribution measurement indicates that temperature growing mounts at third hour. Time reverberation of 5th grade class room is 1,89 s and 1st grade class room is1,78.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

dengan judul : "ANALISA KENYAMANAN RUANG KELAS STANDAR SD INPRES

BERDASARKAN SISI AKUSTIK, PENCAHAYAAN DAN SUHU ".

Tujuan penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang Fisika pada fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis banyak memeperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempetan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya tugas akhir ini yaitu :

1. Bapak Budi Legowo, M.Si, yang telah banyak memberikan masukan, bantuan, bimbingan, pengarahan, menguji kesabaran.

2. Bapak Artono M.Si yang selalu memberikan bimbingan dan bantuan untuk Matlab.

3. Pak Eko, mas Ari, mas Johan, mas David terima kasih banyak untuk latihan alat dan ilmunya.

4. Kepala Sekolah SD Guwotirto, telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

(8)

6. Teman-teman Fisika 2005 7. Teman-teman Shima Atas 8. Semua pihak yang membantu.

Semoga Allah SWT membalas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amiin.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Namun demikian, penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 15 Januari 2010

(9)
(10)

BAB II DASAR TEORI 4

E. Perhitungan waktu dengung menggunakan sotware Sabin 3.0 25

(11)

2. Perhitungan waktu dengung 49 3. Pemetaan Distribusi Pencahayaan 50

4. Pemetaan Distribusi Suhu Ruangan 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 53

A. Kesimpulan 53

B. Saran 53

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang...8

Gambar 2.2 Skematik Perambatan Suara Ruang Tertutup...10

Gambar 2.3 Riadiasi Sinar Tampak...14

Gambar 2.5 Kurva Efisiensi Terang Cahaya...16

Gambar 2.6 Hukum Kuadrat Terbalik Untuk Cahaya...17

Gambar 4.2 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 5 Jam Pertama...30

Gambar 4.3 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 5 Jam Kedua...31

Gambar 4.4 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 5 Jam Ketiga...32

Gambar 4.5 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 1 Jam Pertama...33

Gambar 4.6 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 1 Jam Kedua...34

Gambar 4.7 Distribusi Tingkat Tekanan Bunyi Kelas 1 Jam Ketiga...35

Gambar 4.8 Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 5 Jam Pertama...36

Gambar 4.9 Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 5 Jam Kedua ...37

Gambar 4.10 Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 5 Jam Ketiga...38

Gambar 4.11 Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 1 Jam Pertama...39

(13)

Gambar 4.13 Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 1 Jam Ketiga...41

Gambar 4.14 Distribusi Suhu Kelas 5 Jam Pertama...42

Gambar 4.15 Distribusi Suhu Kelas 5 Jam Kedua...43

Gambar 4.16 Distribusi Suhu Kelas 5 Jam Ketiga...44

Gambar 4.17 Distribusi Suhu Kelas 1 Jam Pertama...45

Gambar 4.18 Distribusi Suhu Kelas 1 Jam Kedua...46

Gambar 4.19 Distribusi Suhu Kelas 1 Jam Ketiga...47

Gambar 4.21 Distribusi Pencahayaan Ruang Kelas 5...51

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.4 Simbol dan Satuan Cahaya...15

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran ...28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Denah Ruangan...57

Lampiran 2. Tabel Pengukuran...60

Lampiran 3. Perhitungan Waktu Dengung dengan Software Sabin 3.0...66

Lampiran 4. Listing Program Matlab 6.1...72

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Dasar inpres mulai di bangun pada masa peralihan orde lama ke orde baru, karena pada saat itu kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Pada masa itu telah didirikan sebanyak 2.950 SD Inpres (Gemari,2008). Salah satu karakteristik bentuk bangunannya yaitu yang masih menggunakan jendela kawat dan atap asbes. Dengan bangunan sekolah landscape berbentuk huruf U. Sedangkan di tengahnya terdapat suatu lapangan. Dengan karakter bangunan yang mesih menggunakan jendela kawat ini lebih menghemat energi di bandingkan sekolah-sekolah dengan bangunan modern karena tidak perlu menggunakan AC / kipas angin untuk menyejukkan ruangan karena sirkulasi udara yang cukup, pencahayaan alami yang langsung menuju perlubangan pada jendela membuat kelas lebih terang dan tidak perlu menggunakan lampu untuk penerangan.

Speech intelligibility sangat dipengaruhi oleh sifat media penutup ruang

(dinding, atap dan lantai). Semakin keras media penutup ruang maka semakin banyak suara yang terpantul sehingga semakin panjang waktu yang dibutuhkan oleh suara pantul yang hilang dari ruangan. Sesuai karakternya Sekolah Dasar Inpres mempunyai jendela yang berlubang terbuat dari kawat.

ANSI (American Standards National Institute) S12.60 menetapkan batas ambang bising ruang kelas tidak boleh melebihi 55 dB dan waktu dengung yang tidak boleh melebihi 0,6 detik di seluruh bagian ruangan kelas. ASHRAE (American

Society of Heating,Refrigerating and Air Conditioning Engineers) menyatakan

(17)

Internationale de L’Eclairage) menyatakan bahwa tingkat pencahayaan normal rata-rata 200 Lux untuk ruangan kelas.

Metode griddata dalam software Matlab merupakan metode interpolasi untuk mengetahui pemetaan suatu permukaan dengan input data x yaitu untuk pengukuran lebar permukaan dan y untuk pengukuran panjang permukaan. Metode interpolasi ini dapat memetakan sutau permukaan sehingga menghasilkan pemetaan yang smooth.

Dengan berdasarkan standar tersebut maka dalam penelitian dibuat pemetaan dengan menggunakan software Matlab 6.1 di Sekolah Dasar Inpres untuk mengetahui pemetaan akustik, pencahayaan dan suhu ruang kelas yang nilainya berdasarkan dari standar yang direkomendasikan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memetakan ruangan dengan software

Matlab 6.1 menggunakan metode interpolasi Griddata dengan melakukan pengukuran

terhadap akustik ruangan, pencahayaan alami siang hari dan suhu ruangan pada siang hari pada Sekolah Dasar Inpres.

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini di titik beratkan pada pengukuran pada siang hari yaitu analisa distribusi akustik ruangan dengan memperhitungkan waktu dengung, analisa pencahayaan ruang belajar dan analisa distribusi suhu ruangan. Pemetaan menggunakan software Matlab 6.1.

D. Batasan Masalah

(18)

yang digunakan adalah ANSI, CIE, ASHRAE. Pemetaannya menggunakan software

Matlab 6.1 dengan metode interpolasi Griddata.

E. Manfaat penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akustik Ruangan

Akustik merupakan ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bunyi, berkenaan dengan indra pendengaran dan keadaan ruangan yang mempengaruhi kondisi bunyi (Gabriel,2001). Bunyi adalah gelombang getaran mekanis yang masih bisa ditangkap telinga manusia dengan rentang frekuensi 20-20.000 Hz. Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang dapat merambat melalui medium padat, cair, dan gas. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal sehingga mempunyai sifat-sifat dapat dipantulkan (reflection), dibiaskan (refraction), dilenturkan (difraction), dan dipadukan (interferention).

Gelombang bunyi dapat diukur dalam satuan panjang gelombang, frekuensi dan kecepatan rambat. Dengan persamaan sebagai berikut (Charistina, 2005) :

2.1 Dimana :

= kecepatan rambat (m/s) = frekuansi (Hz)

(20)

Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik pada posisi yang sama yang saling berurutan antara dua puncak atau antara dua lembah. Panjang gelombang ini menunjukkan kekuatan bunyi. Selain panjang gelombang elemen bunyi lain adalah frekuansi. Frekuensi adalah jumlah atau banyaknya getaran yang terjadi dalam setiap detik. Kecepatan rambat bunyi menunjukkan jarak yang ditempuh oleh gelombang bunyi pada arah tertentu dalam satu detik. Kecepatan rambat bunyi bergantung pada kerapatan partikel zat medium yang dilaluinya. Kerapatan partikel ditentukan oleh susunan partikel, temperature dan kandungan partikel lain dalam zat seperti kandungan titik air dalam gas (relative humidity). Gelombang bunyi merambat lebih cepat dalam medium dengan suhu tinggi dibanding dalam suhu rendah (Christina, 2005).

B. Sound Levels

Kekuatan bunyi secara umum dapat diukur melalui tingkat bunyi (sound

level). Sound power adalah cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah

energy yang diproduksi oleh sumber bunyi. Sound power dinotasikan sebagai (P) dalam satuan Watt (W).

Pengukuran tingkat kekuatan bunyi dapat dilakukan dengan sound

intensity atau intensitas bunyi. Intensitas bunyi adalah besar energi bunyi tiap satuan

waktu tiap satuan luas yang datang tegak lurus. Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola.

Pada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut

(21)

Dimana :

= intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (Watt/m2) = daya atau kekuatan sumber bunyi (Watt)

= jarak dari sumber bunyi (m)

Semakin besar nilai (r) atau semakin jauh jarak pendengar dari sumber bunyi maka intensitas semakin kecil atau semakin pelan bunyi yang diterima.

Sound pressure adaah rata-rata variasi tekanan udara di atmosfer yang

disebabkan oleh karena adanya objek yang bergetar yang menekan partikel udara.

Soud pressure dihitung dalam satuan pascal (Pa). Karena getaran merambat dalam

wujud rapatan dan renggangan partikel, maka tekanan yang timbul selalu berubah-ubah dari positif ke negative dan sebaliknya. Bunyi yang sangat keras hanya menghasilkan tekanan di udara sebesar-besarnya 0,707 Pa (Christina, 2005).

Intensitas suatu bunyi berbanding secara proporsional dengan kuadrat tekanannya dan dapat dituliskan sebagai berikut

2.3

Dimana :

= intensitas bunyi (Watt/m2) = tekanan bunyi (Pa) = kerapatan material (kg/m3) = kecepatan bunyi (m/s)

(22)

batas bawah manusia berada pada 1.10-12 Watt/m2 sedangkan bila diukur dalam tekanan, ambang batas manusia berada pada 2.10-5 Pa.

Selain ambang batas bawah, manusia juga memiliki ambang batas atas

(threshold of pain) yaitu bunyi terkeras yang mampu didengarkan tanpa

menimbulkan rasa sakit di telinga. Ambang batas manusia yang diukur dengan intensitas berada pada 100 Watt/m2 sedangkan bila diukur dengan tekanan berada pada 200 Pa.

Sound level pressure adalah nilai yang menunjukkan perubahan tekanan di

(23)

C. Gejala Akustik dalam Ruang Tertutup

Bunyi di dalam ruang tertutup bisa dianalisa dalam beberapa sifat yaitu bunyi langsung, bunyi pantulan, bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan, bunyi yang disebar, bunyi yang dibelokkan, bunyi yang ditransmisi, bunyi yang diabsorpsi oleh struktur bangunan, dan bunyi yang merambat pada konstruksi atau struktur bangunan (Suptandar, 2004).

Gambar 2.1 Sifat bunyi yang mengenai Bidang

Saat sumber bunyi dipancarkan dalam ruang, pendengar akan menerima bunyi yang pertama secara langsung dari sumber. Sesaat kemudian disusul oleh bunyi pantulan yang sebagian diantaranya telah diserap oleh media penutup ruang. Bunyi yang tidak terserap akan terus menerus terpantul hingga keseluruhan bunyi terserap (hilang) dalam ruangan. Semakin besar daya serap bahan maka pemantulan bunyi semakin kecil sehingga bunyi dapat didengar dengan baik. Namun, daya serap bahan yang kecil menyebabkan pemantulan bunyi semakin besar sehingga bunyi tidak dapat didengar dengan baik (Edellborck, 2002).

Pemantulan bunyi suatu objek penghalang atau bidang batas disebabkan oleh karakteristik penghalang yang memungkinkan terjadinya pemantulan. Semakin keras, licin dan homogen suatu bidang batas yang memiliki kemampuan pantul yang besar akan terjadi pula tingkat pemantulan yang besar, sehingga tingkat kekerasan bunyi pada titik-titik berbeda dalam ruangan tersebut kurang lebih sama. Pada keadaan ini

Bunyi datang

Bunyi diteruskan

(24)

ruangan mengalami difus dan semua cara pengukuran tingkat kekerasan bunyi dalam ruangan tersebut menjadi tidak sahih. Namun demikian sebuah ruangan yang normal umumnya tidak memeiliki tingkat pemantulan difus. Pemantulan yang biasa terjadi dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Near field adalah area yang terjadi di dekat sumber bunyi, yang jaraknya

diukur sekitar satu panjang gelombang dari frekuensi bunyi tersebut.

2. Reverberant field adalah area yang terjadi di dekat bidang batas,

berseberangan dengan sumber bunyi. Mendekati bidang batas yang besar dan sangat memantul, reverberant field akan sangat dominan dan dapat mendekati kondisi difus. Meskipun sengaja dirancang memantulkan bunyi untuk mendistribusikan bunyi secara merata, sebuah ruangan yang baik adalah ruangan yang jauh dari kondisi difus.

3. Free field yaitu area yang berada diantara near field dan reverberation field .

Titik-titik pada area ini cukup sahih untuk dipakai mengukur tingkat kekerasan bunyi. Pada ruangan amat sempit yang bidang batasnya memantulkan bunyi, free field ini tidak terbentuk.

(25)

(b)

Gambar 2.2 Skematik perambatan suara ruang tertutup (denah dan potongan)

D. Penyerapan Bunyi

Bahan lembut, berpori dan kain serta juga manusia menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang membentuk bahan tersebut, dengan kata lain bahan-bahan tersebut adalah penyerap bunyi. Dari definisi penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain biasanya panas ketika melewati bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Jumlah panas yang dihasilakan pada perubahan energi ini adalah sangat kecil sedang kecepatan perambatan gelombang bunyi tidak dipengaruhi oleh penyerapan (Erik Jansson, 2002).

Penyerapan oleh elemen pembatas ruangan sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi yang terjadi ,sehingga dapat mengurangi kebisingan di dalam ruang. Hal ini sekaligus bermanfaat untuk mengontrol waktu dengung (Christina, 2005).

Sebenarnya semua bahan bangunan menyerap bunyi sampai batas tertentu, tetapi pengendalian akustik bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahan-bahan dengan tingkat penyerapan tingkat bunyi yang tinggi. Dalam akustik lingkungan unsur-unsur berikut dapat menunjang penyarapn bunyi (Schonwalder, et.al, 2004):

(26)

1. Lapisan permukaan dinding, lantai, atap

2. Isi ruang penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak dan karpet. 3. Udara dalam ruang.

Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerapan bunyi. Koefisian penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi datang yang diserap atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisien ini dinyatakan dalam huruf Greek α. Nilai α dapat berada antara 0 dan 1. Misal : pada frekuensi 500 Hz bahan akustik menyerap 65 % energi bunyi datang dan memantulkan 35 % maka α = 0,65 (Doelle,1990). Permukaan interior yang keras dan tidak dapat ditembus (kedap) misalnya bata, bahan bangunan batu (masonry), batu dan beton biasanya menyerap energi gelombang kurang dari 5 % dan memantulkan 95 % atau lebih, koefisien penyerapan bahan-bahan ini kurang dari 0,05 ( Peter Lord dan Duncan Tempelton, 1996 ).

Penyerapan bunyi suatu permukaan diukur dalam Sabine, yang sebelumnya disebut satuan jendela terbuka. Satu Sabine menyatakan suatu permukaan 1 yang mempunyai koefisien penyerapan α = 1 (Prasasto Satwiko, 2008).

Penyerapan permukaan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan luas permukaan dengan koefisien penyerapan bunyinya α.

2.6 Dimana :

A : penyerapan permukaan S : luas permukaan

α : koefisien penyarapan bunyi

(27)

E. Bunyi dengung

Bunyi dengung adalah bunyi yang terpantul-pantul dalam ruangan yang berkepanjangan (Prasasto,2008). Dengung dapat mengubah persepsi atau tanggapan terhadap bunyi transient (bunyi yang mulai dan berhenti secara tiba-tiba).

Waktu dengung adalah waktu yang diperlukan oleh bunyi untuk berkurang 60 dB, dihitung dalam detik. Waktu dengung pada sebuah ruangan akan bergantung pada volume ruangan, luas permukaan bidang-bidang pembentuk ruangan, tingkat penyerapan permukaan bidang dan frekuensi bunyi yang muncul pada ruangan (Christina, 2005).

Formula Sabin diperuntukkan bagi penghitungan reverberation time pada ruangan yang tersusun dari elemen bidang batas yang tidak terlalu menyerap. Formula ini dinamakan Sabin disesuaikan dengan penemunya yaitu Wallace Clement Sabin.

Persamaan waktu dengung dengan menggunakan Formula Sabin

2.7 Dimana :

= waktu dengung (s) = volume ruangan (m3)

A = penyerapan ruang total (sabin m2)

Persamaan waktu dengung hanya berlaku untuk ruang tertutup dimana bunyi adalah difus artinya bunyi didistribusikan merata bebas dari penyimpangan yang mengganggu. Medan bunyi tidak dianggap difus jika :

(28)

2. Mempunyai dinding-dinding yang menyebabkan pemusatan bunyi misalnya kubah yang melengkung, dinding yang dilengkungkan dan dinding yang tidak diberi lapisan permukaan akustik.

3. Mempunyai satu ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran dua sisi yang lain (Doelle, 1990).

Dalam pengukuran waktu dengung ruang kelas yang sangat perlu diperhatikan adalah mengukur panjang,lebar dan tinggi ruangan. Selain itu juga perlu dicatat lokasi pintu, jendela serta benda-benda lan yang tedapat dalam ruangan tersebut misalnya meja, kursi, dan papan tulis. Waktu dengung yang direkomendasikan untuk ruang kelas dengan volume atau kurang tidah boleh melebihi 0,6 s pada masing-masing frekensi 500 Hz, 1000 Hz, dan 2000 Hz. Ukuran ruang sangat mudah berpengaruh pada tingkat kemudahan dalam memahami pembicaraan (speech intelligibility) (Carl C. Crandell, 1997).

Penghitungan waktu dengung dapat juga menggunakan perangkat lunak yaitu Software Sabin . Dengan menggunakan software ini lebih mudah untuk melakukan perhitungan waktu dengung. Karena tinggal memasukkan luasan ruangan dan komponen ruangan.

F. Pencahayaan

(29)

berdaya panas seperti yang ditunjukkan pada Gambar (2.3). Kecepatan cahaya adalah 3x108m/dtk (Prasasto, 2008).

Gambar 2.3 Radiasi sinar tampak (sumber Arisetyo,2010)

Cahaya tampak adalah menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut mampu merangsang retina mata yang menghasilkan sensasi penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu penglihatan memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang nampak (Arisetyo,2010).

Untuk mengetahui besaran dan satuan dalam cahaya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Simbol dan satuan cahaya (sumber Prasato,2008)

Besaran Simbol Satuan Persamaan

Arus cahaya Ф Lumen (lm)

(30)

Derajat pancaran E Lux (lx)

Derajat penerangan B Cd/m2

Dimana :

= jumlah banyak cahaya = waktu

= sudut ruangan

G. Fotometri

Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat cahaya

(intensity) dan derajat penerangan (brightness). Fotometri diaplikasikan pada hal

yang berhubungan dengan spektrum optik pada cahaya tampak, berfungsi sebagai respon mata manusia terhadap energi radiasi pada berbagai panjang gelombang.

Pengukuran radiasi dengan menggunakan fotometri dapat terdeteksi oleh mata normal dibandingkan dengan menggunakan detektor tanpa bias. Karena pada mata manusia memiliki sifat terang yang berbeda-beda maka badan International

Commision on Illumination (CIE) menetapkan standar sifat terang cahaya, standar

(31)

Gambar 2.5 Kurva efisiensi terang cahaya (Sumber CIE, 1988)

Hubungan respon atau sensitivitas terang pada mata dapat diplotkan pada kurva terhadap panjang gelombang, ditunjukkan bahwa sensitivitas terjadi pada panjang gelombang 555 nm. Sebenarnya yang tampak pada kurva adalah efisiensi terang pada mata atau photopic vision yaitu ketika beradaptasi pada siang hari.

(32)

2.8 Kuat penerangan (intensitas cahaya) adalah banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh

sebuah sumber titik persatuan sudut ruang (luminous intensity). Derajat pancaran merupakan banyaknya fluks yang jatuh tegak lurus pada satu satuan luas permukaan. Derajat penerangan adalah kuat cahaya persatuan luas permukaan (brightness).

Dalam fotometri juga dikenal istilah hukum kuadrat terbalik. Hukum kuadart terbalik (inverse square law) yaitu hukum yang menyatakan bahwa intensitas cahaya akan menjadi seperempatnya setiap kali digandakan. Dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.6 Hukum kuadrat terbalik untuk cahaya (sumber Prasasto, 2008)

(33)

tersebar diluasan 4x lebih besar sehingga intensitasnya ¼ intensitas semula (Prasasto, 2008).

H. Suhu

Suhu atau temperatur didefinisikan sebagai derajat panas-dinginnya suatu benda. Suhu secara fisis sesungguhnya adalah ukuran energi kinetik rata-rata partikel dalam suatu benda. Alat untuk mengukur suhu adalah termometer, terbuat dari bahan yang memiliki sifat termometrik yaitu terjadi perubahan (volumenya, resistansinya) jika suhu berubah.

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang mengalir karena adanya perbedaan suhu dan atau karena adanya suatu usaha pada sistem. Kalor mempunyai satuan kalori, satu kalori didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan oleh 1 gram air untuk menaikkan suhunya 1.

Dalam sistem SI satuan kalor adalah joule. Satu joule setara dengan 0,24 kalori. Besaran kalor (Q) dapat dituliskan sebagai berikut.

2.9 Dimana :

= jumlah kalor (J) = kapasitas kalor (kal/oC) = perubahan suhu (oC) = masa benda (g)

(34)

I. Sifat Termal Bahan

Sifat termal bahan adalah sifat fisik yang khas dari suatu bahan. Beberapa sifat bahan yang relevan dalam perpindahan panas yaitu :

1. Konduktivitas 2. Resistivitas

Persamaan umum untuk mengetahui besarnya perpindahan panas dapat dituliskan sebagai berikut.

Konduktan permukaan adalah konduktan lapisan udara tipis antara udara dengan permukaan bahan. Konduktan permukaan ini mempengaruhi perpindahan panas dan nilainya tergantung dari kondisi permukaan dan nilainya.

Absorpsi adalah kemampuan benda menyerap radiasi matahari. Radiasi matahari mempunyai gelombang pendek yang diserap ini akan menjadi panas dan menyebabkan suhu bertambah. Panas ini akan dibuang (dipancarkan) kembali dalam bentuk gelombang panjang. Kemampuan bahan untuk memancarkan panas kembali ini dinamakan resistivitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor antara lain 1. Kandungan uap air

2. Suhu

(35)

Koefisien permukaan berpengaruh terhadap perindahan kalor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan kalor pada permukaan antara lain:

1. Emisivitas permukaan

Emisivitas adalah kemampuan bahan untuk memancarkan panas kembali. Apabila suatu permukaan bidang memancarkan radiasi kepada daerah yang memiliki suhu rendah maka koefisien permukaan akan meningkat.

2. Kecepatan udara

Kecepatan udara yang tinggi akan meningkatkan koefisien permukaan. 3. Perbedaan suhu

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Laboratorium Komputasi Fisika jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret

2. Pengukuran dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Guwotirto Wonogiri pada bulan Oktober 2009.

B. Peralatan Pengukuran

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Pengukuran distribusi kebisingan

a. Sound level meter tipe 2 Extech RS 232/Datalogger

b. Sound calibrator Extech 840031

c. Perangkat lunak Extech 407764 ver 5.3

d. Function generator

a. Thermometer Digital tipe Winner M-890 C

(37)

C. Tahapan Penelitian

1. Persiapan alat dan bahan

Alat yang digunakan Sound Level Meter untuk mengukur kebisingan,

Luxmeter Digital untuk mengukur intensitas cahaya dan Thermometer Digital untuk

mengukur suhu ruangan. 2. Pengkalibrasian alat

Kalibrasi alat dilakukan sebelum melakukan pengukuran. Kalibrasi Sound

level meter dengan menggunakan Calibrtor Extech 840031. Pengambilan data

a. Pengambilan data akustik

1. Metode pengukuran dengan cara scanning tempat duduk yang ada di dalam ruangan.

2. Sumber bunyi menggunakan speaker dengan frekuensi 1000 Hz.

3. Pengambilan data yang dilakukan meliputi pengukuran dimensi ruang (panjang, lebar, tinggi), jumlah jendela dan pintu, menghitung luasan dinding, lantai, atap, komponen jendela dan pintu. Selanjutnya untuk menghitung waktu dengung menggunakan software Sabine 3.0

b. Pengambilan data pencahayaan

1. Menggunakan metode Scanning tempat duduk siswa dalam ruangan. 2. Parameter yang digunakan selama pengambilan data yaitu warna cat

tembok, jendela kawat.

3. Sumber yang digunakan adalah sumber dari luar yaitu sinar matahari c. Pengambilan data suhu ruangan

1. Menggunakan metode scanning tempat duduk siswa dalam ruangan. 2. Parameter yang digunakan adalah atap asbes, jendela kawat.

(38)

D. Pengolahan data menggunakan software Matlab 6.1 1. Menyimpan data dalam file software Matlab

Data disimpan dengan nama normalfault.txt .

2. Membuat program untuk pemetaan

Dalam pemetaan ini digunakan metode Gridding untuk pemetaan ruangan. Data gridding menginterpolasi permukaan pada titik khusus (XI,YI) untuk menghasilkan nilai ZI.

Langkah pembuatan program pemetaan a. Memuat data dari file yang disimpan

b. Mengubah variabel data 3 dari numerik menjadi string, dengan menentukan digit angkanya.

c. Menentukan batas minimum dan maksimum untuk koordinat x dan y dan menentukan intervalnya

d. Mengubah vektor x dan y ke dalam array XI dan YI dengan metode meshgrid e. Memasukkan metode interpolasi Griddata untuk memuat pemetaan

f. Memasukkan batas minimum dan maksimum untuk masukan nilai z, dan menentukan intervalnya

g. Menentukan warna tampilan dalam pemetaan

h. Menampilkan hasil pemetaan griddata dengan menggunakan contour filled

(39)

i. Memplotkan data 1 dan data 2, ′y′ untuk menentukan warna titik tempat dilakukan pengukuran dan ′o′ untuk menentukan letak dimana dilakukan pengukuran.

j. Pembacaan hasil dari pemetaan pada program matlab. Tanda ′+′ berfungsi untuk memberikan spasi pada peletakan tanda ′o′ dengan nilai dari hasil pengukuran yang tampil pada permukaan.

(40)

Flowchart prosedur pemetaan interpolasi

E. Perhitungan waktu dengung menggunakan sotware Sabin 3.0

Software Sabin digunakan untuk mengukur waktu dengung secara otomatis dengan memasukkan nilai dari besaran yang diukur seperti luasan tembok, luasan langit-langit dan luasan lantai. Kemudian memasukkan komponen-komponen dalam ruangan yaitu meja, kursi, papan tulis, pintu, almari, jendela dan komponen lainnya

Mulai

Input data 1, data 2,data 3

meshgrid

griddata

contourf

Plot data

Text data

(41)

dengan memberikan pendekatan nilai dengan komponen dalam software yang sudah standart nilainya dan berdasarkan komponen dari bahan tersebut.

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Mengisi volume ruang kosong dan memberikan keterangan untuk nama file

(42)

3. Memasukkan komponen dengan memberikan pendekatan nilai dan bahan.

(43)

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Pemetaan Software Matlab 6.1

Dalam pengukuran ini besaran yang diukur antara lain distribusi tingkat tekanan bunyi, distribusi pencahayaan alami dan distribusi suhu ruangan. Data dari hasil pengukuran kemudian dipetakan kenyamanannya dengan menggunakan software Matlab 6.1. Dari masing-masing pemetaan nilai maksimum dan minimum untuk tiap besaran berbeda-beda berdasarkan dari nilai standar yang direkomendasikan. Berikut merupakan tabel hasil pengukuran kebisingan, pencahayaan dan suhu ruangan pada tanggal 18 Oktober 2009 dengan kondisi cuaca cerah.

(44)

pencahayaan menggunakan standar 200 Lux, untuk pemetaannya menggunakan nilai minimum 30 Lux dan nilai maksimum 250 Lux dengan interval 2. Penggunaan nilai minimum dan maksimum yang sama dalam pemetaan dengan waktu pengukuran yang berbeda dimaksudkan untuk memberikan skala pada colorbar yang sama untuk masing-masing pengukuran dan juga untuk memasukkan nilai standar yang digunakan dalam pengukuran sehingga memudahkan dalam pembacaannya. Dari hasil pemetaan, skala yang tampil pada colorbar berbeda-beda hal ini dikarenakan nilai maksimum dari tiap jam berbeda-beda namun tetap menunjukkan bahwa pada skala warna merah menunjukkan skala dengan nilai pengukuran yang tinggi dan skala warna biru menunjukkan skala dengan nilai pengukuran yang rendah dengan

colormap menggunakan paduan warna jet. Interval pada pemetaan ini fungsinya

untuk memberikan jarak koordinat pada contourf supaya permukaan hasil pemetaan menjadi halus dan mudah dibaca. Untuk rentang nilai yang tinggi maka intervalnya besar sedangkan untuk rentang nilai yang rendah intervalnya kecil.

2. Distribusi kebisingan

Dari hasil pemetaan distribusi tingkat tekanan bunyi menggunakan software

Matlab 6.1 diperoleh hasil sebagai berikut dengan standar acuan 55dB.

(45)

Gambar 4.2 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 5 jam pertama

Dari hasil pemetaan menunjukkan bahwa nilai kebisingan yang tinggi melebihi dari standar yang direkomendasikan karena menunjukkan warna kuning dan sebagian besar warna merah. Nilai kebisingan yang sesuai standar ditandai dengan warna hijau yaitu 55 dB. Nilai kebisingan pada jam pertama ini yaitu 68 dB – 72 dB. Nilai kebisingan pada daerah yang dekat jendela lebih kecil karena sebagian dari suara yang berasal dari sumber keluar melalui perlubangan pada jendela kawat. Daerah yang dekat dengan sumber bunyi yaitu speaker dengan frekuensi 1000 Hz mempunyai nilai kebisingan yang lebih tinggi yaitu terletak pada koordinat (2,5 ; 3). Daerah dengan warna kuning yang terletak pada tengah-tengah mempunyai nilai kebisingan yang rendah karena jauh pantulan, dan sebagian bunyi keluar melalui jendela kawat yang terletak di samping kanan dan kiri tembok. Deretan belakang nilai kebisingan naik lagi karena mendapat bunyi pantulan dari tembok belakang.

(46)

Gambar 4.3 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 5 jam kedua

(47)

Ruang kelas 5 jam 11.15 – 13.00 WIB

Gambar 4.4 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 5 jam ketiga

(48)

Ruang kelas 1 jam 07.00 – 09.00 WIB

Gambar 4.5 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 1 jam pertama

(49)

Ruang kelas 1 jam 09.15 – 11.00 WIB

Gambar 4.6 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 1 jam kedua

(50)

Ruang kelas 1 jam 11.15 – 13.00 WIB

Gambar 4.7 Distribusi tingkat tekanan bunyi kelas 1 jam ketiga

(51)

3. Distribusi pencahayaan

Dari hasil pemetaan distribusi pencahayaan diperoleh hasil pengolahan data dengan menggunakan sotware Matlab 6.1 sebagai berikut dengan standar acuan pencahayaan 200 Lux.

Ruang kelas 5 jam 07.00 – 09.00 WIB

Gambar 4.8 Distribusi pencahayaan kelas 5 jam pertama

(52)

Ruang kelas 5 jam 09.15 – 11.00 WIB

Gambar 4.9 Distribusi pencahayaan kelas 5 jam kedua

(53)

Ruang kelas 5 jam 11.15 – 13.00 WIB

Gambar 4.10 Distribusi pencahayaan kelas 5 jam ketiga

(54)

Ruang kelas 1 jam 07.00 – 09.00 WIB

Gambar 4.11 Distribusi pencahayaan kelas 1 jam pertama

(55)

Ruang kelas 1 jam 09.15 – 11.00 WIB

Gambar 4.12 Distribusi pencahayaan kelas 1 jam kedua

(56)

. Ruang kelas 1 jam 11.15 – 13.00 WIB

Gambar 4.13 Distribusi pencahayaan kelas 1 jam ketiga

(57)

4. Distribusi suhu

Dari hasil pemetaan distribusi suhu diperoleh hasil pengolahan dengan menggunakan sotware Matlab 6.1 sebagai berikut dengan nilai standar yaitu 27oC.

. Ruang kelas 5 jam 07.00 – 09.00 WIB

Gambar 4.14 Distribusi suhu kelas 5 jam pertama

(58)

. Ruang kelas 5 jam 09.15 – 11.00 WIB

Gambar 4.15 Distribusi suhu kelas 5 jam kedua

Pemetaan distribusi suhu ruang kelas 5 jam kedua menunjukkan bahwa suhu ruangan mulai mengalami kenaikan suhu. Suhu ruangan menjadi 28o C – 29o C. Penelitian dilakukan pada saat kondisi langit yang cerah.Daerah dengan warna merah menunjukkan suhu ruangan yang tinggi. Daerah dengan warna hijau menunjukkan daerah yang sesuai dengan standar yang direkomendasikan. Sebagian besar suhu ruangan menjadi naik hanya bagian belakang yang mempunyai nilai suhu rendah yaitu dengan ditandai warna biru. Udara menjadi panas karena paparan sinar matahari langsung yang melalui jendela kawat. Atap asbes juga membuat udara panas karena bahan dari asbes ini mampu meneruskan panas dengan baik dibandingkan atap yang terbuat dari genteng dengan bahan tanah liat. Koefisien transmitan asbes 7,95 W/m2degC sedangkan genteng tanah liat 0,62 W/m2degC (Prasasto, 2008).

(59)

Gambar 4.16 Distribusi suhu kelas 5 jam ketiga

(60)

. Ruang kelas 1 jam 07.00 – 09.00 WIB

Gambar 4.17 Distribusi suhu kelas 1 jam pertama

(61)

Ruang kelas 1 jam 09.15 – 11.00 WIB

Gambar 4.18 Distribusi suhu kelas 1 jam kedua

(62)

Ruang kelas 1 jam 011.15 – 13.00 WIB

Gambar 4.19 Distribusi suhu kelas 1 jam ketiga

(63)

B. Pembahasan

1. Pemetaan Speech Intelligibility

Berdasarkan pola pemetaan distribusi tingkat tekanan bunyi dengan software Matlab 6.1 yang diperoleh dari hasil pengambilan data dapat dilihat bahwa tempat duduk yang nyaman untuk mendengar tersebar tidak merata. Speech intelligibility

(64)

tekanan bunyi yang lebih rendah karena sebagian bunyi terserap oleh almari kayu. Speech intelligibility di dalam ruangan kelas dipengaruhi oleh (S/N) dan juga pantulan bunyi (Bradley, 2009).

Tingkat tekanan bunyi yang terukur lebih tinggi terdapat di bagian depan. Sedangkan deretan tengah sampai kebelakang tingkat tekanan suara merata. Hal ini disebabkan sebagian bunyi tersebar keluar melalui lubang-lubang jendela kawat. Lantai berupa ubin menyerap sebagian kecil gelombang bunyi yang mengenai lantai tersebut. Sementara plafon yang terbuat dari asbes mempunyai daya serap kecil. Komponen-komponen yang ada dalam ruangan seperti peta dan gambar-gambar mempunyai daya serap yang kecil juga. Namun ruang kelas ini belum memenuhi standar ruang kelas karena masih adanya pemantulan bunyi yang relative panjang.

Speech intelligibility menurun ketika suara di sekililing meningkat dan panjangnya

(65)

2. Perhitungan Waktu Dengung

Perhitungan waktu dengung menggunakan software Sabin 3.0. Berdasarkan pengukuran dimensi ruangan dan identifikasi diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20 Pengukuran dimensi ruangan

(66)

Kondisi jendela dengan banyak perlubangan mempunyai daya serap bunyi sebesar permukaan jendela tersebut. Gangguan bunyi dari luar tersebut dapat berupa bunyi kendaraan lewat, bunyi langkah kaki orang melintas maupun suara orang yang sedang berbicara di luar ruangan.

3. Pemetaan distribusi pencahayaan

Dari nilai iluminasi maksimum dan minimum pada ruang kelas 5 dapat dianalisa bahwa ruangan tersebut pada jam pertama pukul 07.00 – 09.00 nilai iluminasi masih rendah. Memasuki jam kedua nilai iluminasi semakin meningkat demikian seterusnya sampai jam ketiga yaitu pukul 11.15 – 13.00. Banyaknya lubang pada jendela kawat memudahkan cahaya alami menerobos masuk ruangan karena tidak ada penghalang. Pada jam ketiga nilai iluminasi semakin tinggi karena cahaya yang masuk ruangan tanpa ada penghalang seperti teritis. Pengaruh sinar langsung pada permukaan jendela akan merambatkan panas ke dalam ruangan sebesar 80% – 90% ( Ramli,2008).

Sinar datang

Sinar datang

Gambar 4.21 Distribusi cahaya ruang kelas 5

(67)

bangunan dengan jendela menghadap ke utara dan selatan lebih sedikit mendapatkan panas matahari dan lebih nyaman, namun untuk ruangan kelas 5 ini masukan panas matahari berlebih karena tidak ada teritis pada dinding luar dari bangunan ini.

Dari nilai iluminasi maksimum dan minimum kelas 1 pencahayaan semakin meningkat mulai jam pertama, kedua dan ketiga. Nilai maksimum iluminasi terdapat pada jam ketiga. Dengan posisi bangunan yang menghadap ke timur maka bangunan ini lebih banyak mendapatkan cahaya, karena jendela menghadap ketimur dan barat lebih tersengat sinar matahari (Heinz Frick, 2008). Namun bangunan ini terhalang oleh bangunan lain di belakang dan di depan ruang kelas terdapat selasar dan juga bangunan kelas lain. Sehingga nilai iluminasi kelas ini lebih rendah di bandingkan kelas 5 yang bangunannya menghadap ke utara.

Gambar 4.22 Distribusi pencahayaan kelas 1

Pencahayaan ruang kelas 1 menjadi berkurang dengan adanya tembok-tembok ruangan kelas lain. Sinar matahari yang seharusnya menuju lubang pada jendela terpantul oleh atap bangunan lain. Sehingga hanya sedikit cahaya yang masuk yaitu yang melalui jendela depan dengan tiga daun jendela.

(68)

4. Pemetaan Distribusi Suhu Ruangan

Berdasarkan pengukuran distribusi suhu ruang kelas 5 pada jam pertama masih menunjukkan suhu yang nyaman karena sirkulasi udara yang teratur melewati perlubangan pada jendela kawat namun memasuki jam kedua suhu menjadi agak panas. Ventilasi udara alami mempunyai nilai sejuk yang lebih tinggi dalam kondisi pintu tertutup (Dejan,2007). Kenaikan suhu 2ºC sudah terasa ketidaknyamannya. Pada jam ketiga suhu menjadi lebih panas karena panas matahari langsung menuju lubang jendela tanpa terhalang apapun. Jendela bukaan menyebabkan pencahayaan ruangan lebih terang namun menyebabakan udara panas karena paparan matahari langsung pada siang hari. Karena bangunan belakang ruang ini tanpa adanya teritis sehingga sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan. Atap asbes mempunyai koefisien menyerap panas 0,3. Atap asbes pada ruangan ini jenisnya bergelombang mempunyai nilai transmitan 7,69 . Sehingga menyebabkan suhu ruangan lebih menjadi panas.

(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kebisingan ruang kelas 5 dan kelas 1 nilainya melebihi dari standar yang direkomendasikan ANSI yaitu melebihi dari 55dB.

2. Waktu dengung ruang kelas 5 adalah 1,89 s dan ruang kelas 1 adalah 1,78 s. 3. Nilai distribusi pencahayaan kelas 5 pada jam kedua dan ketiga sudah sesuai

dengan standar yang direkomendasikan CIE dengan nilainya 210-233 Lux.

4. Nilai distribusi pencahayaan kelas 1 belum memenuhi dari standar yang direkomendasikan oleh CIE yaitu 34-140 Lux.

5. Nilai distribusi suhu ruang kelas 5 pada jam pertama memenuhi dari dari standar yang direkomendasikan ASHRAE yaitu 26o C - 27o C, pada jam kedua dan ketiga sudah melebihi nilai standar yang direkomendasikan dengan nilai 29o C-32o C. 6. Nilai distribusi suhu ruang kelas 1 pada jam pertama dan kedua sesuai dengan

yang direkomendasikan ASHRAE yaitu 27o C, pada jam ketiga sudah melebihi dari standar yang direkomendasikan yaitu 29oC.

B.Saran

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Accredited Standards Committee S12, Noise. (2002). American national standard: Acoustical performance criteria, design requirements, and guidelines

for schools (ANSI S12.60-2002). Melville, NY: AcousticalSociety of

America.

Arisetyo.2010. Pencahayaan . Diakses 19 Februari 2010

http://ariestyo.blogspot.com/2010/01/pencahayaan.html Doelle, Leslie. 1990. Akustik Lingkungan. Erlangga, Jakarta.

Eddy, Firman. 2004. Pengaruh Pengkondisian Udara, Pencahayaan, Dan

Pengendalian Kebisingan Pada Perancangan Ruang Dan Bangunan.

FT Universitas Sumatera Utara, Sumatera.

Endangsih, Tri. 2007. Pengaruh Material Dinding Bangunan Terhadap Iluminasi

Ruangan Dengan Studi Kasus Ruang Keluarga. Fakultas Teknik,

Universitas Budi Luhur.

Frick, Heinz. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Kanisius, Yogyakarta. Gabriel,J.F.2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates, Jakarta.

Mediastika,Christina. 2005. Akustika Bangunan. Erlangga, Jakarta.

Mumovic, Djan and Davies, Mike.2009. A comparative analysis of the indoor air quality and thermal comfort in schools with natural, hybrid and

mechanical ventilation strategies . Proceedings of Clima 2007 WellBeing

Indoors

Prabu.2009. Sistem dan Standar Pencahayaan Ruang. Di akses 29 Juli 2009.

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/06/sistem-dan-

standar-pencahayaan-ruang/

Prasasto, Satwiko. 2008. Fisika Bangunan. Andi, Yogyakarta.

Rahim, Ramli dan Mulyadi, Rosady. 2008. Pembayangan Matahari dan Energi

(71)

Sangkertadi. 2002. Memprediksi Pola Perubahan Temperatur Dalam Rumah Tropis

Lembab Dengan Menggunakan Model Analogi Elektrik Satu Dimensi.

Dimensi Teknik Arsitektur vol. 30, no. 1,70-76.

SchonwalderH.C,Bemdt,J.,Strofer F. ,Tiesler G.2004. Noise in school. Research Report Fb 1030 Dortmund/Berlin.

Sudarmanto. 2001. Skripsi Aanalisa Distribusi Iluminasi Ruang Perkuliahan

Pada Studi Kasus R.1.02 dan R.III.12 Fakultas MIPA. FMIPA UNS,

Surakarta.

Talarosha, Basaria. 2004. Penerangan Alami dan Penerangan Bukaan. FT USU, Sumatera.

Trauth, Martin. 2007. Matlab Recipes for Earth Sciences. 2nd edition. 178-188. Widya N. 2006. Skripsi Analisa Karakter Akustik Pada Tingkat Kenyamana

Ruang Kuliah FMIPA Unit II Uns Surakarta. FMIPA UNS,

Surakarta.

W. Yang, J.S. Bradley.2009. Effects of room acoustics on the intelligibility

Of speech in classrooms. Journal of the Acoustical Society of America,

(72)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Tempat Penelitian

Denah bangunan sekolah

Ruang kelas 5

4 m

7 m

8,5 m

R. VI R. V R. IV R. III R.II R.

Kepsek

Dapur

R. I

(73)

Denah tempat duduk kelas 5

8,5 m

7 m

Ruang kelas 1

4 m

6,78 m 6,7 m

7,8 m 0,5 m

0,75

2,53

(74)

Denah tempat duduk ruang kelas 1

7,8 m

6,7 m 0,72

0,57

2,75

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)

hold off

3. Distribusi Suhu

data = load ('normalfault7.txt');

labels = num2str(data(:,3),2);

x = .60:.05:3.05; y = 2.45:.05:5.10;

[XI,YI] = meshgrid (x,y);

ZI = griddata (data(:,1),data(:,2),data(:,3),XI,YI,'v4');

contour (XI,YI,ZI);

v = 25:.25:32;

colormap (jet)

contourf(XI,YI,ZI,v),colorbar

hold on

plot (data(:,1),data(:,2),'co')

text (data(:,1)+.1,data(:,2),labels);

hold off

Lampiran 5. Gambar Alat

(89)

2. Multimeter with Thermometer Digital tipe Winner M-890C

(90)

Gambar

Gambar 4.13      Distribusi Tingkat Pencahayaan Kelas 1 Jam Ketiga....................41
Gambar 2.1 Sifat bunyi yang mengenai Bidang
Gambar 2.2 Skematik perambatan suara ruang tertutup (denah dan potongan)
Gambar 2.3  Radiasi sinar tampak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas keseluruhan poin pengungkapan yang diperoleh perusahaan, akan diperhitungkan nilai rata-rata pengungkapan tanggung jawab lingkungan dengan melakukan observasi atas

Kode Barang Jenis Barang /Nama Barang Asal

16 Eko Budi Minarno, Gizi dan Kesehatan Prespektif Al Quran dan Sains, (Malang : UIN- Malang Press, 2008) hlm 220.. Untuk menjaga tubuh tetap sehat, jauh dari segala macam

Tujuan dari keputusan produk yaitu untuk mengembangkan dan menerapkan sebuah strategi produk yang dapat memenuhi permintaan pasar dengan keunggulan bersaing.. Fokus

For instructions on signing up for EC2 and setting up the shell parameters, see the Running Spark on EC2 with the scripts section in Chapter 1 , Installing Spark and Setting

Larutan Ca(OH) 2 jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi lainnya dan kedua tabung dihubungkan dengan pipa penghubung (seperti pada Gambar 3.2) dengan jarak

 Kolab Kolaborasi dengan ahli giHi untuk orasi dengan ahli giHi untuk menen menentukan jumlah tukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. kalori dan nutrisi

limbah domestik terendah pada perlakuan 1 (kontrol) sedangkan nilai rataan DO air limbah domestik tertinggi pada perakuan 5 (bakteri dengan eceng gondok 300 gr)