• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab ii keaktifan bermain dan perkembanga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "bab ii keaktifan bermain dan perkembanga"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Konsep Anak Prasekolah 2.1.1 Definisi anak usia 4 -6 tahun

Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002,

anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Menurut Wong (2008), anak prasekolah adalah anak yang mempunyai

rentang usia tiga sampai enam tahun.

Pengertian anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun dimana

oada masa ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai macam

fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan

sosioemosional. Selain itu, imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk

mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri

utama anak pada usia ini (Sillalahi, 2005).

2.1.2 Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

sebagai hasil dari proses pematangan. Menurut Nursalam (2005)

perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,

dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Ikatan Dokter Anak

(2)

Indonesia memberikan pengertian perkembangan anak bertambahnya

kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses

diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang

terorganisasi (IDAI, 2002).

2.1.3 Karakteristik perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun

Karakteristik perkembangan anak usia 4-6 tahun meliputu aspek

perkembangan motorik, sosial/emosional, disiplin, intelektual dan bahasa.

Depdiknas (2002: 39) menjelaskan gambaran karakteristik perkembangan

anak usia 4-6 tahun diantaranya:

1. Aspek perkembangan motorik

a. Sudah memiliki gerakan yang bebas dan aman seperti memanjat,

berlari dan menaiki tangga.

b. Memiliki keseimbangan badan, misalnya ketika berjalan di atas

papan.

c. Merangkak, merayap, berjalan dengan berbagai variasi.

d. Bergerak sesuai dengan irama

e. Melompak dengan 1 kaki dan dengan 2 kaki

f. Menendang, memantulkan, melempar dan menangkap bola.

g. Menirukan gerakan binatang.

h. Mengikuti berbagai macam permainan.

i. Menirukan gerakan-gerakan tari.

(3)

2. Aspek perkembangan sosial/emosional

a. Dapat melepaskan ikatan emosional.

b. Menunjukkan penghargaan terhadap guru.

c. Tidak terlalu cepat menangis bila ada hal-hal yang diinginkan tidak

terpenuhi.

d. Tidak menunjukkan sikap yang murung.

e. Tidak menunjukkan sifat/sikap marah dalam kondisi yang wajar.

f. Tidak suka menentang guru.

g. Tidak suka mengganggu teman.

h. Tidak suka menyerang teman

i. Senang bermain dengan orang lain.

j. Tidak suka menyendiri.

k. Telah memiliki kemampuan untuk menceritakan sesuatu pada

temannya.

l. Mampu bermain dan bekerjasama dengan temannya dalam

kelompok.

m. Menolong dan membela teman.

n. Dapat bertindak sopan dan menunjukkan sikap ramah.

3. Aspek perkembangan disiplin

a. dapat makan dan berpakaian sendiri.

b. Dapat mengerjakan tugas ringan sendiri.

c. Mencuci tangan sebelum makan.

d. Mengetahui perbuatan buruk akan mendapat hukuman.

(4)

4. Aspek perkembangan intelektual

a. Membentuk permainan sederhana secara kreatif.

b. Menciptakan suatu bentuk dengan menggunakan tanah liat.

c. Menggunakan balok-balok menjadi bangunan-bangunan.

d. Menyebut dan membilang 1-20.

e. Mengenal lambang bilangan.

f. Menghubungkan konsep dengan lambang bilangan.

g. Mengenal konsep sama, lebih banyak, lebih sedikit.

h. Mengenal penjumlahan dengan benda-benda. Mengenal waktu

dengan menggunakan jam.

i. Menyusun kepingan-kepingan puzzle sederhana menjadi benda

utuh.

j. Mengenal alat-alat untuk mengukur.

k. Mengenal sebab akibat.

l. Mengetahui asal usul terjadinya sesuatu.

m. Menunjukkan kejanggalan suatu gambar.

5. Aspek perkembangan bahasa

a. Dapat berbicara dengan kalimat sederhana yang lebih baik.

b. Dapat melaksanakan 3 perintah lisan secara sederhana.

c. Senang mendengarkan dan menceritakan cerita sederhana secara

berurut dan mudah dipahami.

d. Menyebut nama, jenis kelamin dan umur.

e. Menyebut nama panggilan orang lain.

(5)

g. Mengajukan banya pertanyaan.

h. Menggunakan dan menjawab beberapa kata tanya.

i. Membandingkan 2 hal

j. Memahami hubungan timbal balik.

k. Mampu menyusun kalimat sederhana.

l. Mengenal tulisam sederhana

2.2 Konsep Perkembangan Sosial

2.2.1 Perkembangan Sosial Anak Prasekolah

Menurut Wong (2008), perkembangan sosial anak prasekolah

dibagi atas perkembangan kepribadian dan fungsi mental.

1 . Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian terdiri dari:

a. Perkembangan Psiko sosial

Tinjauan Erikson dalam Muscari (2005) masalah

psikososial, mengatakan krisis yang dihadapi anak pada usia antara

3 dan 6 tahun disebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Dimana

orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, anak normal

telah menguasai perasaan otonomi, anak mengembangkan perasaan

bersalah ketika orang tua membuat anak merasa bahwa imajinasi

dan aktivitasnya tidak dapat diterima.

Anak usia prasekolah adalah pelajar yang enerjik, antusias

dan pengganggu dengan imajinasi yang aktif. Kesadaran moral

(6)

dapat menoleransi penundaan kepuasaan dalam periode yang lama.

Pengalaman anak selama periode usia prasekolah umumnya lebih

menakutkan dibandingkan dengan periode usia lainnya, rasa takut

yang umumnya terjadi antara lain adalah; kegelapan, ditinggal

sendiri terutama pada saat menjelang tidur, binatang terutama

binatang yang besar, hantu, mutilasi tubuh, nyeri dan objek serta

orang-orang yang berhubungan dengan pengalaman yang

menyakitkan. Perasaan takut anak usia prasekolah mudah muncul

dan berasal dari tindakan dan penilaian orang tua. Memberikan

anak tidur dengan lampu tetap menyala dan menganjurkan bermain

untuk menghalau rasa takut dengan boneka atau mainan lain.

Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam

lingkungan yang terkendali.

b. Perkembangan Psikoseksual

Pada tahap ini anak prasekolah termasuk pada tahap falik,

dimana masa ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan

sensitif.

Keterlambatan pengembangan personal sosial berbahaya

karena tidak menyediakan landasan bagi ketrampilan berinteraksi

dengan lingkungan. Tidak adanya landasan bagi ketrampilan personal

sosial menyebabkan balita akan terlambat dalam bersosialisasi dengan

teman sebayanya sehingga balita juga bermasalah dalam hubungan

sosial awal karena tidak diterima oleh teman sebayanya yang akan

menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak mempunyai

(7)

(Monks, 2005).Keinginan membina kepribadian anak secara baik

dan seimbang selain memiliki kecerdasan secara intelektual, anak

juga harus memiliki kecerdasan sosial dalam hal ini kemampuan

bersosialisasi secara baik di lingkungannya. Keterampilan sosial

dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam

menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam

masyarakat dimana anak berada seperti bermain dengan teman

sebayanya. Kegagalan dalam menyesuaikan diri menyebabkan

seseorang menjadi pemalu, kurang percaya diri, menyendiri dan keras

kepala (Hurlock, 2002).

2. Perkembangan Mental

Menurut Wong (2008), pada perkembangan kognitif salah satu

tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan

untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapatnya fase

praoperasional (Piaget) pada anak usia 3-5 tahun. Fase ini meliputi

fase prakonseptual pada usia 2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada

usia 4-7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase adalah

perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan

kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Selama periode prasekolah proses individualisasi-perpisahan

sudah komplit. Anak prasekolah telah mengatasi banyak ansietas yang

berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada

tahun-tahun sebelumnya (Wong, 2008). Pada anak prasekolah mulai

(8)

arti praktis bagi anak prasekolah. Tuhan dilihat dalam istilah manusia,

tuhan dipahami sebagai bagian dari alam (seperti halnya pohon, bunga,

dan sungai). Kejahatan dapat dibayangkan dengan istilah

menyeramkan, seperti monster atau setan.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat

sosioekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-kanak

dan pengaruh media.

1 Keturunan

Dalam semua budaya, sikap dan harapan berbeda sesuai dengan

jenis kelamin anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan sangat

kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan

untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada dimensi kepribadian

dapat kita lihat seperti temperamen, tingkat aktivitas, koresponsifan,

dan kecendrungan ke arah rasa malu, diyakini dapat diturunkan. Anak

yang mengalami gangguan mental atau fisik yang diturunkan akan

mengubah atau mengganggu pertumbuhan emosi, fisik dan interaksi

anak dengan ingkungan sekitar.

2. Nutrisi

Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap

perkembangan, dan efeknya ditunjukkan pada cara yang beragam dan

rumit. Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk

(9)

sampai kelahiran. Selama masa bayi dan anak-anak, kebutuhan kalori

dan protein lebih tinggi dibandingkan pada setiap periode

perkembangan pascanatal. Nafsu makan anak akan berfluktuasi

sebagai respon terhadap keberagaman sampai ledekan pertumbuhan

turbulen di masa remaja.

3. Hubungan Interpersonal

Pada masa anak-anak, hubungan dengan orang terdekat

memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam

perkembangan emosi, intelektual, dan kepribadian. Anak yang

melakukan kontak dengan orang lain dapat memberikan pengaruh pada

anak yang sedang berkembang, tetapi dengan luasnya rentang kontak

dapat menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian yang sehat.

4. Tingkat Sosio ekonomi

Keluarga dengan perekonomian yang rendah mungkin kurang

memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk

memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi

yang membantu perkembangan optimal anak. Pada keluarga yang

sosioekonomi yang rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang

lengkap untuk anaknya sehingga dapat mempengaruhi proses

perkembangan anak karna gizi yang masuk tidak memenuhi

kebutuhan anak.

5. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu

(10)

pertumbuhan pada anak-anak terutama terlihat pada gangguan skeletal,

seperti berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya satu anomaly

kromosom. Gangguan pada pencernaan dan gangguan absorpsi nutrisi

tubuh pada anak akan memberi efek merugikan pada pertumbuhan dan

perkembangan anak.

6. Bahaya Lingkungan

Agen berbahaya yang paling sering dikaitkan dengan resiko

kasehatan adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan

yang terkonta minasi dari berbagai sumber telah didokumentasikan

dengan baik. Inhalasi asap rokok secara pasif oleh anak sangat

berbahaya dalam proses perkembangan anak.

7. Stres Pada Masa Kanak-Kanak

Dari sudut pandang fisiologis dan dan emosi pada intinya stres

adalah ketidak seimbangan antara tuntutan lingkungan dan sumber

koping individu yang mengganggu ekuilibrium individu tersebut. Pada

anak tampak lebih rentan mengalami stres bila dibandingkan dengan

yang lain. Respon tehadap stresor dapt berupa perilaku, psikologis,

atau fisiologis. Dengan adanya stres tersebut maka akan terbentuk

strategi koping yang dapat melindungi dirinya dalam menghadapi

stres. Kontak fisik dengan anak dapat menyamankan dan

menenangkan anak. Menggendong, menyentuh atau memeluk anak

menimbulkan relaksasi dan kenyamanan serta memfasilitasi

(11)

pada pengaruh positif dapat membantu membangun kekuatan dan

keamanan anak.

8. Pengaruh Media Masa

Media dapat memperluaskan pengetahuan anak tentang dunia

tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit

perbedaan anatar-kelas. Namun media juga sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan anak, karena anak masa kini terpikat seperti

pada beberapa decade lalu. Anak-anak masa kini lebih cendrung

memilh media dan figur olah raga sebagai model peran ideal mereka,

sedangkan di masa lalu anak lebih suka meniru orang tua atau walinya.

Media masa yang dapt mempengaruhi perkembangan anatara lain

dapat berupa materi bacaan/buku, film, dan televisi.

Menurut Nuryanti (2008), faktor penghambat penyelesaian

tugas perkembangan yaitu tingkat perkembangan anak yang mundur,

tidak mendapat kesempatan yang cukup untuk belajar dan tidak

mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak ada motivasi,

kesehatan yang buruk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan yang

rendah.

(12)

2.3 Konsep Bermain 2.3.1 Definisi Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan

atau mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap

pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan

berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi

dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif, maka sepatutnya

suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu

kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti makan,

rasa aman, kasih sayang dan lain-lain.(A. Azis AH, 2005).

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk

memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan

kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain

merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain

anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan

lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan dan mengenal waktu,

cara, serta suara (Wong, 2003)

2.3.2 Fungsi Bermain

Permainan dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan

keterampilan sosial, yaitu belajar bagaimana berbagi, hidup bersama,

mengambil peran, belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain

itu, permainan akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh,

dan mengembangkan serta memperhalus keterampilan motor kasar dan

(13)

fungsi dan bagaimana menggunakannnya dalam belajar. Anak-anak bisa

mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan

memberikan kepuasan.

Permainan dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi

karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan

perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga

memperhatikan peran orang lain. Melalui permainan anak-anak bisa

belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain.

Fungsi bermain terhadap kemampuan intelektual anak usia

prasekolah dapat dilihat pada beberapa hal berikut ini :

1. Merangsang perkembangan kognitif.

Dengan bermain, sensori-motor (indera-pergerakan) anak-anak

dapat mengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik

akan mengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri. Permainan

juga akan meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi)

sehingga anak-anak semakin jelas mengenal konsep besar-kecil,

atas-bawah, dan penuh-kosong. Melalui permainan anak-anak dapat

menghargai aturan, keteraturan, dan logika.

2. Membangun struktur kognitif.

Melalui permainan, anak-anak akan memperoleh informasi

yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan

lebih kaya dan lebih dalam. Bila informasi baru ini ternyata berbeda

dengan yang selama ini diketahuinya, anak dapat mengubah informasi

(14)

yang lebih baru. Jadi melalui bermain, struktur kognitif anak terus

diperkaya, diperdalam, dan diperbarui sehingga semakin sempurna.

3. Membangun kemampuan kognitif.

Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi,

mengelompokkan, mengurutkan, mengamati, membedakan,

meramalkan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan,

dan menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan

anak-anak akan keteraturan, urutan, dan waktu. Permainan juga

meningkatkan kemampuan logis (logika).

4. Belajar memecahkan masalah.

Di dalam permainan, anak-anak akan menemui berbagai

masalah sehingga bermain akan memberikan kesempatan kepada anak

untuk mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk

memecahkan masalah. Permainan juga memungkinkan anak-anak

bertahan lebih lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia

hadapi dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup

adanya imajinasi aktif anak-anak. Imajinasi aktif akan mencegah

timbulnya kebosanan yang merupakan pencetus kerewelan pada

anak-anak.

5. Mengembangkan rentang konsentrasi.

Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang

memadai, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain

peran (pura-pura menjadi dokter, ayah-anak-ibu, guru, dll.). Ada

(15)

Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi.

Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasi)

yang pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku

agresif dan mengacau.

Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl-Psych.,

anak memerlukan pengasuhan dan bimbingan yang baik agar muatan

kreativitasnya dapat diberdayakan secara optimal. Pada skala umur ini,

anak mudah menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya.

Sistem belajar sambil bermain merupakan cara terbaik yang dapat

diberikan kepada anak prasekolah. Tentu saja harus disesuaikan dengan

perkembangan dan kemampuan masing-masing anak. Beberapa pokok

yang bisa dijadikan pembelajaran bagi mereka adalah : Belajar

mengembangkan dan mengasah keterampilan fisik yang diperlukan untuk

melakukan berbagai permainan. Belajar menyesuaikan diri dan

bersosialisasi dengan lingkungannya. Belajar mengembangkan berbagai

keterampilan dasar, termasuk membaca, menulis dan menghitung.

Menurut Wong ( 2003 ), dalam buku Pedoman Klinis keperawatan

Pediatrik, bahwa bermain mempunyai banyak fungsi terhadap beberapa

aspek perkembangan diantaranya

1. Perkembangan Sensorimotorik

Memperbaiki keterampilan morotik kasar dan halus serta koordinasi,

meningkatkan perkembangan semua indera. Mendorong eksplorasi

(16)

2. Perkembangan intelektual

Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran

diantaranya : Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran tekstur, warna.

Pengalaman dengan angka. Kesempatan untuk mempraktekan dan

memperluas ketrampilan berbahasa. Memberikan kesempatan untuk

berlatih pengalaman masa lalu dalam upaya untuk mengasimilasinya

ke dalam persepsi dan hubungan baru. Membantu anak memahami

dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan

realita.

3. Perkembangan sosialisasi dan moral

Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.

Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan. Mengembangkan

keterampilan sosial. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap

yang positif terhadap orang lain. Menguatkan pola perilaku yang telah

disetujui dan standard moral.

4. Kreativitas

Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif.

Memungkinkan imajinasi dan fantasi. Meningkatkan perkembangan

bakat dan minat khusus.

5. Kesadaran diri

Memudahkan perkembangan identitas diri. Mendorong pengaturan

perilaku sendiri. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri

(keahlian sendiri).memberikan perbandingan antara kemampuan

(17)

6. Nilai terapeutik

Memberikan pelepasan stress dan ketegangan. Memudahkan

komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang kebutuhan,

rasa takut, dan keinginan

2.3.3 Aktivitas Bermain semasa prasekolah

Usia Prasekolah atau usia awal masa kanak-kanak , usia anak yang

mengikuti Taman kanak-kanak juga dinamakan usia prasekolah dan bukan

anak-anak sekolahan ( Elizabeth, B, Hurlock, 2004). Yang dimaksud

dengan usia prasekolah adalah mereka yang berumur 3 – 6 tahun. Usia

prasekolah dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktu di isi

dengan bermain. Dan selama ini mainan merupakan alat yang sangat

penting dari aktivitas bermain.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bermain bagi anak

prasekolah menurut Soetjiningsih (2002) adalah dibawah ini :

1. Ekstra Energi, Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang

sakit, kecil keinginannya untuk bermain

2. Waktu, Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

3. Alat Permainan, Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai

dengan umur dan taraf perkembangannya.

4. Ruangan untuk bermain, Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak

perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak dapat bermain di ruangan

(18)

5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru

teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir

adalah cara yang terbaik. Karena anak tidak terbatas penegetahuannya

dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan

mendapatkan keuntungan lain lebih banyak.

6. Teman Bermain

Anak harus merasa yakin bahwa bahwa ia mempunyai teman bermain

kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau

temannya. Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan

kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau

terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka dapat mengakibatkan

anak tidak dapat mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur

diri sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri. Bila kegiatan bermain

dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dengan

anak menjadi akrab, dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap

kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini.

Pemberian aktivitas bermain dan stimulasi merupakan salah satu

alat untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, agar

tujuan dari stimulasi dengan alat permainan tercapai, ada berbagai hal

yang harus diperhatikan diantaranya yaitu :

1. Bermain/alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembangan

anak.contohnya, anak yang sudah terampil berlari akan senang bila

(19)

2. Agar kemampuan bermain anak berkembang, orang tua harus sabar,

perhatikan kemampuan dan minat anak, janganlah orang tua menuntut

anak di luar kemampuannya.

3. Ulangilah suatu cara bermain, sehingga anak benar-benar terampil

sebelum meningkat kepada ketrampilan yang lebih majemuk.

4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-anaknya, apabila orang tua

senang dengan suatu alat permainan, maka cenderung anak akan

menyukainya.

5. Sebelum orang tua mengajak anak bermain dengan menggunakan alat

permainan, pelajarilah lebih dahulu cara dan tujuan bermain dari alat

tersebut.

6. Jangan memaksa anak bermain, bila si anak tidak ingin bermain.

Demikian juga bila si orang tua dalam keadaan tidak ingin bermain.

7. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak atau orang tua mulai bosan.

8. Alat permaianan untuk anak tidak harus selalu baru.

9. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Karena kalau terlalu banyak anak akan merasa bingung, sedangkan

kalau sedikit anak tidak mendapatkan kesempatan secara optimal

mengembangkan ketrampilannya.

10. Bila anak terlalu menatap perhatiannya kepada alat permainan tertentu,

janganlah orang tua terlalu khawatir,.usahakan tetap memperkenalkan

alat permainan yang lain, agar anak mendapatkan pengalaman yang

(20)

11. Bila orang tua menyediakan waktu sedikit untuk bermain dengan

anaknya setiap harinya, maka akan terjalin hubungan yang akrab

dengan anaknya. Dan sangatlah bermanfaat untuk pengembangan

kepribadian anak kelak dikemudian hari.

12. Melalui bermain bersama, orang tua dan anak akan saling mengenal

sati sama lain dan makin mengenal dirinya masing-masing. Orang tua

hendaknya jangan cepat gusar bila menemukan

kelemahan-kelemahana anak, justru penemuan yang dini ini sangatlah berguna

untuk segera dikonsultasikan dengan dokter, bila kelemahan ini tidak

bisa dikoreksi, harus diterimanya tanpa mengurangi stimulus yang

optimal yang diberikan kepada anak, karena di lain pihak orang tua

pasti akan menemukan hal yang positif pada anak yang harus

dikembangkan dan dipertahankan.

13. Sesekali berikan kesempatan pada anak untuk bermain sendiri. Anak

sebaiknya diberikan kesempatan untuk dapat menyenangkan dirinya

sendiri, sekaligus berarti memberi kesempatan anak mengembangkan

ketrampilan untuk mandiri.

Menurut Wong ( 2003 ) dalam buku pedoman klinis keperawatan

Pediatrik bahwa Aktivitas yang dianjurkan pada masa Prasekolah adalah di

(21)

Tabel. 2.1. Aktivitas yang dianjurkan selama usia prasekolah

Perkembangan fisik Perkembangan sosial Perkembangan mental danKreativitas 1. Memberikan ruangan

untuk berlari, melom-pat dan memanjat 2. Ajarkan untuk

be-renang

3. Ajarkan olah raga dan aktivitas yang

se-peristiwa budaya lainnya yang sesuai dengan usia

Menurut Hurlock ( 2004) bermain dalam hal ini terbagi menjadi 2

yaitu bermain aktif dan Pasif.

1. Bermain Aktif

a. Bermain mengamati / menyelidiki ( Exploratory Play )

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut. Anak akan memperhatikan alat permainan,

mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan,

dan kadang-kadang berusaha membongkar.

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang

diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.

Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama

permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan

berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak

menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan

(22)

b. Bermain Konstruksi ( Construction Play )

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok

menjadi rumah-rumahan, dll.

c. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak

mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di

samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi

penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk

bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

d. Bermain Drama ( Dramatic Play )

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan

karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam

massa media.

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan

saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.

e. Bermain Bola, Tali Dan sebagainya.

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi

fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di

samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan

belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta

menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

2. Bermain Pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat

(23)

lama bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi

kebosanan dan keletihannya.seperti :

a. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan

memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anak pun

akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

b. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif

maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah

pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila

anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,

kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

Menonton televisi. Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan

radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

2.3.5 Alat Permainan Edukatif

Yang di maksud dengan APE adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan

tingkat perkembangannya serta berguna untuk :

1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan

(24)

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,

bentuk, warna dan lain-lain.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan

interaksi antara orang tua dan anak

APE tidak harus bagus dan di beli di toko, akan tetapi buatan sendiri /

alat permainan Tradisional pun dapat digolongkan APE asalkan

memenuhi syarat aman

5. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak.

Bila ukuran terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau

terlalu kecil akan berbahaya karena akan mudah tertelan oleh anak.

Sedangkan kalau alat permainan terlalu berat, maka anak akan sulit

memindah-mindahkannya serta akan membahayakan bila Alat

permainan tersebut jatuh dan mengenai anak.

6. Desainnya harus jelas

APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu,

serta jelas maksud dan tujuannya.

7. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan anak, seperti motorik, bahsa, kecerdasan dan sosialisasi.

8. Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu

sulit, sehingga membuat anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga

membuat anak cepat bosan.

9 Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun

(25)

10. APE harus dapat diterima oleh semua kebudayaan, karena bentuknya

sangat umum.

11. APE harus tidak mudah rusak, kalau ada bagian-bagian yang rusak

harus mudah diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang

mudah di dapat, harganya terjangkau oleh masyarakat luas (Syamsu

2002),.

Menurut Syamsu dalam buku psikologi Perkembangan Anak dan

Remaja (2002), perkembangana anak prasekolah ditandai juga dengan

berkembangnya kemampuan atau ketrampilan motorik, baik motorik kasar

maupun motorik halus. Kemampuan motorik tersebut dapat dideskripsikan

sebagai berikut.

Tabel 2.2. Kemampuan Motorik anak usia prasekolah (3-6) tahun Usia

Usia 3 – 4 tahun

Kemampuan Motorik Kasar Kemampuan Motorik Halus

1. Naik dan turun tangga

Kemampuan Motorik Kasar Kemampuan Motorik Halus

(26)

2.3.6 Klasifikasi permainan

Klasifikasi bermain dalam hal ini dapat di bedakan menjadi tiga

yaitu 1. berdasarkan isi permainan, 2. Berdasarkan karakteristik sosial dan

3. Bermain sosio-Dramatik.

2.3.6.1 Berdasarkan Isi Permainan

1. Social affective play, Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain

2. Sense of pleasure play, Permainan ini menggunakan alat yang dapat menumbuhkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan

3. Skill play, Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus

4. Dramatic play, Memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya

5. Games atau permainan, Jenis permainan menggunakan alat tertentu

yang menggunakan perhitungan atau skor.

6. Unoccupied behaviour, Anak tidak memainkan alat tetentu dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai

alat permainan, misalnya anak terlihat mondar – mandir, tersenyum,

tertawa, jinjit – jinjit, bungkuk – bungkuk, memainkan kursi meja

atau apa saja yang ada di sekelilingnya

2.3.6.2 Berdasarkan Karakterisitik sosial anak prasekolah

1. Onlooker play ( Bermain sebagai penonton atau pengamat )

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya

(27)

dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses

pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya

2. Solitary play ( Bermain Soliter )

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak

bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat

permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakaan

temannya, tidak ada kerjasama atau pun komunikasi dengan teman

sepermainannya

3. Parallel play ( Bermain Pararel )

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan

yang sama, tetapi antara satu dengan anak yang lain tidak ada kontak

satu sama lain sehinggga antara anak yang satu dengan anak yang lain

tidak ada sosialisasi satu sama lain. seperti pada anak yang sedang

bermain Puzzle.

4. Associative play ( Bermain Asosiatif )

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu

dengan yang lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau

yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas.

5. Cooperative play ( Bermain Kooperatif )

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada

permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang

memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk

bertindak dalam permainan sesuai tujuan yang diharapkan dalam

(28)

Seorang anak harus berperan sebagai pelayan dan yang lainnya

berperan sebagai pembeli.

2.3.6.3 Bermain Sosio-Dramatik

Bermain sosio-dramatik banyak diminati oleh para peneliti.

Smilansky (1971), dalam Lukman (2008), meengamati bahwa bermain

sosio-dramatik memiliki beberapa elemen :

1. Bermain dengan melakukan imitasi, anak bermain pura-pura dengan

melakukan peran orang disekitarnya, dengan menirukan tingkah laku

dan pembicaraanya.

2. Bermain pura-pura seperti suatu objek. Anak melakukan gerakan dan

menirukan suara yang sesuai dengan objeknya, misalnya anak

pura-pura menjadi mobil sambil lari dan menirukan suara mobil.

3. Bermain peran dengan menirukan gerakan. Misalnya bermain

menirukan pembicaraan anatara orang tua dengan anak.

4. Persisten. Anak melakukan kegiatan bermain dengan tekun sedikitnya

selama 10 menit.

5. Interaksi. Paling sedikit ada dua orang dalam satu adegan

6. Komunikasi verbal. Pada setiap adegan ada komunikasi verbal antar

anak yang bermain.

Bermain sosio-dramatik sangat penting dalam mengembangkan

kreativitas, pertumbuhan intelektual, dan keterampilan sosial. Tidak

semua anak memiliki pengalaman bermain sosio-dramatik . oleh karena

itu para kepala keluarga diharapkan memberikan pengalaman dalam

(29)

2.3.7 Memilih Alat Permainan

Alat-alat peraga yang digunakan selama bermain harus dapat

menstimulasi pengembangan kreativitas anak. Gunakan alat bermain

edukatif yang memiliki fungsi mendidik dan juga menghibur. Dengan

begitu anak bisa terstimulasi untuk menyenangi proses belajar, hingga

imajinasinya pun berkembang.

Alat permainan edukatif ini banyak macamnya, seperti puzzle dan

lego yang dapat melatih kemampuan kreatif. Anak juga bisa membuat

mainan sendiri, umpamanya kapal-kapalan dari kertas atau pelepah pisang.

Selain itu, sediakan juga alat peraga lain seperti gambar, poster, papan

permainan, alat-alat kesenian dan sebagainya.

Usahakan agar kegiatan yang dilakukan tidak monoton. Oleh karena

itu orang tua dan guru didik perlu menghidupkan cara-cara yang dapat

mengembangkan aktivitas anak. Tujuannya agar tercipta kegiatan belajar

yang menyenangkan dan mengasyikkan.

Menurut Soetjiningsih ( 2002), terdapat tujuh kesalahan dalam

memilih alat permainan, yaitu :

1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan,

padahal pada umumnya anak-anak suka mengulang-ngulang alat

permainan yamh sama untuk beberapa waktu lamanya.

2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah

dan menarik. Tetapi mereka tidak berpikir apa yang akan dikerjakan

(30)

3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan.

Mereka lupa bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau dari

barang bekas sering menyenangkan pula.

4. Alat permainan yang terlalu lengkap / sempurna. Sehingga sedikit

peluang bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi. Sekali

anak melihatnya, hanya sedikit tersisa untuk memainkannya.

5. Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak. Anak terlalu tua atau

terlalu muda terhadap alat permainannya. Sehingga maksud dan

tujuan alat permainan itu tidak tercapai.

6. Memberikan terlalu banyak alat permainan dengan type yang sama

7. Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat permainan

yang di belinya.

2.3.8 Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan orang tua tentang bermain anak usia prasekolah

1. Usia

Usia adalah lama waktu hidup semenjak diadakan atau

dilahirkan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat di lahirkan sampai saat berulang

tahun (Elisabeth.B.H, 2004). Usia merupakan salsah satu Variabel

dari model demografi yang di gunakan sebagai ukuran mutlak atau

indikator psikologi yang berbeda (Notoatmodjo, 2003).

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

(31)

anggap optimal dalam memahami,mengambil keputusan dan

kecepatan respon maksimal di atas usia 20 tahun, karena pada periode

ini merupakan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru

dan harapan sosial baru seperti peran suami/istri, orang tua, dan pada

masa ini, sedangkan usia di bawah atau kurang dari 20 tahun

cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam

memahami dan mengambil keputusan. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

daripada seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Huclok,

2003).

2. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita

tertentu (Nursalam, 2001).

Menurut Soetjiningsih (2002), Pendidikan Ibu merupakan

salah satu faktor dalam tumbuh kembang anak. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sedangkan

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang

terhadap nilai-nilai baru yang di perkenalkan (Nursalam, 2001).

(32)

bahwa jenjang pendidikan sekolah di Indonesia terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Akan

tetapi pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program

pendidikan sembilan tahun, yaitu siswa yang lulus dari sekolah dasar

diwajibkan mengikuti pendidikan tiga tahun yang sekarang dikenal

dengan istilah pendidikan dasar sembilan tahun. Atas dasar inilah

peneliti mengkategorikan pendidkan formal menjadi dua, yaitu

pendidikan rendah (SMP ke bawah) dengan pendidikan tingginya

(SMA ke atas).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah barang apa yang di kerjakan, dilakukan atau

diperbuat (Kamus Bahasa Indonesia, 2005). Pekerjaan adalah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi kepala

keluarga akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga

(Nursalam, 2001).

2.4 Pengaruh keaktifan bermain terhadap perkembangan sosial anak pra sekolah

Memasuki Usia 4-6 tahun anak diperkenalkan pada jenjang

pendidikan prasekolah (Taman Kanak-Kanak), pada saat itu akan muncul

masa peka bagi anak. Masa peka sendiri merupakan masa terjadinya

(33)

yang diberikan oleh lingkungan. Anak juga mulai sensitif menerima

berbagai upaya perkembangan yang mencakup seluruh potensi anak.

Untuk itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan

kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai

secara optimal (Wulandari, 2011). Menurut Menurut Wong (2008), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial anak pra

sekolah yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat

sosioekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-kanak

dan pengaruh media. Keinginan membina kepribadian anak secara baik

dan seimbang selain memiliki kecerdasan secara intelektual, anak juga

harus memiliki kecerdasan sosial dalam hal ini kemampuan

bersosialisasi secara baik di lingkungannya Jika keterampilan psikososial

anak kurang baik, tidak hanya pemenuhan kemandirian aktivitasnya yang

terlambat, akan tetapi hal itu juga berdampak kepada perkembangan anak

yang lain seperti halnya bermain dengan teman, kecerdasan menurun, dan

kemampuan motor planning yang juga akan kurang baik (Irwan, 2008).

Pendidikan prasekolah selain mendidik anak sambil

bermain, umumnya juga berfokus pada pengembangan

kemandirian, kedisiplinan, dan yang paling penting adalah

kehidupan sosial pada anak. Manfaatnya adalah

mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat sambil

bermain bersama teman-teman lainnya. Umumnya anak

memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat

(34)

secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.

Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya,

tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin

yang berbeda. Dalam pembelajaran anak akan belajar

bersosialisasi dengan baik walau terkadang anak-anak ini

masih egosentris, namun jiwa sosial anak akan lebih

terasah, anak mulai berbagi dengan teman-temannya, dan

diharapakan perilaku ini akan menjadi kebiasaan yang baik

sampai di rumah bukan hanya di lingkungan sekolah

(35)

BAB 3

Gambar 3.1 Kerangka konseptual : Pengaruh keaktifan bermain terhadap perkembangan psikososial anak usia 4-6 tahun di TK khodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangi tahun 2012

Faktor yang

Mempenga-4. Tingkat Sosio ekonomi 5. Penyakit

6. Bahaya Lingkungan 7. Stres Pada Masa

Kanak-Kanak

8. Pengaruh Media Masa

Keaktifan Bermain

Aspek Perkembangan psikososial anak prasekolah:

a. Dapat melepaskan ikatan emosional.

b. Menunjukkan penghargaan ter-hadap guru.

c. Tidak terlalu cepat menangis bila ada hal-hal yang diinginkan tidak

g. Tidak suka mengganggu teman. h. Tidak suka menyerang teman

i. Senang bermain dengan orang

lain.

j. Tidak suka menyendiri.

(36)

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh keaktifan bermain terhadap perkembangan sosial

anak usia 4-6 tahun di TK khodijah 5 Penataban Kabupaten Banyuwangi

Gambar

Tabel. 2.1. Aktivitas yang dianjurkan selama usia prasekolah
Tabel  2.2.  Kemampuan  Motorik  anak  usia  prasekolah  (3-6)  tahunUsia
Gambar 3.1 Kerangka konseptual : Pengaruh keaktifan bermain terhadapperkembangan psikososial anak usia 4-6 tahun di TK khodijah5 Penataban Kabupaten Banyuwangi tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan kerapatan dan sifat mekanika bambu Batu dapat digolongkan ke dalam kelas kuat II menurut PPKI-1961. Keteguhan geser optimum untuk perekatan bambu

Forum Anak Jebres (FANBRES) menjadi salah satu upaya Pemerintah Kelurahan Jebres untuk mewujudkan Kelurahan Layak Anak yang turut melibatkan anak untuk berpartisipasi

Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

kegiatan politik warga negara tersebut membentuk segitiga serupa dengan warga negara. Karena seperti piramida, bagian mayoritas partispasi politik warga negara terletak di

Seperti yang dikemukakan olen Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status

(6) Keput usan Pengalihan Hak Rumah Negara dan penet apan harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (5) t embusannya disampaikan kepada Ment eri Keuangan

Sehingga akan berakibat pada terbentuknya kesan atau image positif pada khalayak sasaran yang dituju, lain halnya dengan etika bisnis, seperti yang disampaikan oleh