• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN MORAL etika akhlak (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETIKA DAN MORAL etika akhlak (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1. Apa itu etika dan moral ? 2. Perbandingan etika dan moral? 3. Konsep etika dan moral? 4. Etika sebagai cabang filsafat? 5. Etika cara berfikir etis? 6. Metode memahami etika? 7. Ruang lingkup etika

JAWAB:

1. Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, etos artinya kebiasaan (costum), adat. Istilah etika pertama kali dalam sejarah yang tertulis diperkenalkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang berjudul Etika Nicomachiea. Buku tersebut berisikan tentang ukuran ukuran perbuatan. Ditinjau dari sudut asal katanya, etika adalah studi terhadap kebiasaan manusia. Dalam perkembangannya, studi etika tidak hanya membahas kebiasaan yang semata mata berdasarkan sebuah tata cara (manners), melainkan membahas kebiasaan (adat) yang berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang hendak diketahui dengan penyelidikan oleh etika itu sendiri adalah kebiasaan kebiasaan dalam arti moral atau kesusilaan. Oleh karena itu, etika sering diartikan sebagai studi tentang yang benar atau salah (right and wrong) dalam tingkah laku manusia. Beberapa literatur mengatakan bahwa etika sendiri adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan (moral issue). Sehinggam dapat pula disebut bahwa etika adalah penyelidikan yang dilakukan dengan bijaksana atau penyelidikan filosofis terhadap kewajiban kewajiban manusia dan segala hal yang baik dan buruk (good and bad). Pengertian etika sebagai suatu sistem nilai atau valued system yang digunakan dalam hidup manusia baik sendiri ataupun bermasyarakat.

Pengertian etika tersebut adalah sebagai suatu nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Contohnya etika orang Jawa dan etika orang Sulawesi atau etika seorang Bugis Makassar "Siri na Pacce"

Selanjutnya pengertian etika sebagai suatu kode etik (ethic code) bahwa etika sebagai perangkat asas atau nilai moral, contohnya kode etik pers internasional. Terakhir, pengertian etika sebagai filsafat moral. Hal ini telah dijelaskan pada bagian atas bahwa tentang etika sebagai sebuah bidang studi atau ilmu yang menghususkan diri dalam mempelajari tentang baik dan yang buruk perbedaan pengertian dua kata ini secara etimologis. Secara asal kata, sebenarnya Etika dan Moral memiliki arti yang sama pada awalnya, atau dengan kata lain sinonim, perbedaan yang ada pada kedua kata ini pada awalnya hanya beda asal kata yaitu satu berasal dari latin dan satu berasal dari bahasa Yunani. Seperti moral yang bila ditarik sejarah katanya berasal dari kata moralis, mos, moresatau bermakna adat dan kebiasaan. Mores sendiri ternyata bila

(2)

2. Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, etos artinya kebiasaan (costum), adat. Istilah etika pertama kali dalam sejarah yang tertulis diperkenalkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang berjudul Etika Nicomachiea. Buku tersebut berisikan tentang ukuran ukuran perbuatan. Ditinjau dari sudut asal katanya, etika adalah studi terhadap kebiasaan manusia. Dalam perkembangannya, studi etika tidak hanya membahas kebiasaan yang semata mata berdasarkan sebuah tata cara (manners), melainkan membahas kebiasaan (adat) yang berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia. Jadi, yang hendak diselidiki oleh etika adalah kebiasaan-kebiasaan dalam arti moral (kesusilaan). Oleh karena itu, etika sering dikatakan sebagai studi tentang yang benar atau salah dalam tingkah laku manusia.

Mari saya rangkumkan perbedaan moral dan etika:

 Moral merupakan kewajiban mutlak yang harus dimiliki oleh manusia sedangkan etika tidak mutlak tapi lebih baik jika dimiliki.

 Etika tidak tepat dikatakan untuk seseorang yang melakukan perbuatan baik karena etika adalah sebuah studi sedangkan moral lebih tepat karena moral lebih mengarah ke sifat manusia

tersebut.

 Moral bersifat normatif-imperatif sedangkan etika bersifat normatif sistematis (filosofis)

3. Pengertian moral adalah merupakan pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan kelakuan. Moralisasi yaitu uraian (pandangan dan ajaran) tentang perbuatan serta kelakuan yang baik. Demoralisasi, yaitu kerusakan moral.

Menurut asalusul katanya “moral” berasal dari kata mores dari bahasa Latin, lalu kemudian diartikan atau di terjemahkan jadi “aturan kesusilaan” ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik maupun buruk.

Pengertian etika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan-perbuatan yang di lakukan oleh manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan ataupun pola-pola dari tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia. Karena adanya etika pergaulan dalam masyarakat/bermasyarakat akan terlihat baik & buruknya. Etika itu bersifat relative yaitu dapat berubah-ubah sesuai dengan kemajuan zaman. Etika juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan & keburukan dalam hidup manusia khususnya

perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak serta didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan.

(3)

4. Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat. Yang secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik yaitu disiplin yang mempelajari tentang baik & buruk sikap dari tindakan manusia. Etika merupakan sebuah bagian filosofis yang sangat berhubungan erat sekali dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan juga penyelesaiannya baik ataupun tidak. Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat.[butuh rujukan] Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus bertanya

juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:[3]

1. Non-empiris[butuh rujukan] Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu

yang didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Praktis[butuh rujukan] Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya

filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji. 5. 1. Cara berfikir etis: DEONTOLOGIS

Cara berfikir etis yang mendasarkan diri pada prinsip dan hukum yang berlaku mutlak dalam kondisi apapun. Deontologis hanya berbicara tentang apa yang BENAR dan yang SALAH. Cara berfikir etis deontologis memberikan pegangan etis yang jelas dan tegas.

Dalam etika Kristen: cara berfikir deontologis adalah cara yang tepat untuk memahami HUKUM ALLAH.

Kelebihan dan kelemahan cara berfikir DEONTOLOGIS:

Ø KELEBIHAN: Orang tidak perlu bingung menafsirkan yang benar dan yang salah, karena hukumnya jelas.

Ø Kelemahan: hidup manusia begitu kompleks dan dinamis, sehingga hampir mustahil mempunyai hukum yang jelas dalam setiap kemungkinan.

Misal: Hukum “jangan membunuh”. Bagaimana hukum tsb bisa diterapkan dalam kehidupan manusia yang kompleks dan penuh dengan dinamika. Misalnya dalam penerapan hukuman mati, perang, membela diri,dll.

(4)

2. Cara berfikir etis: TELEOLOGIS

Teleos artinya “tujuan”. Dalam cara berfikir etis Teleologis orang tahu benar mana yang benar dan yang salah. Akan tetapi yang terpenting adalah: tujuan dan akibat

Cara berfikir teleologis tidak berfikir dalam kategori “benar” atau “salah”, tetapi menurut kategori “baik” dan “jahat”. Betapapun salahnya, kalau bertujuan baik dan berakibat baik, maka ia baik. Betapapun benarnya, kalau dilakukan dengan tujuan jahat, maka ia jahat.

Permasalahan dalam cara berfikir TELEOLOGIS

• Tidak ada ukuran yang obyektif yang dapat dipakai untuk menilai suatu tindakan itu sebagai “Baik” atau “Jahat”.

• Menjadi berbahaya apabila dipakai untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. • Bahaya cara berfikir dan bertindak etis teleologis, yaitu sikap hedonism yang berpusat dan bertujuan pada diri sendiri. Apa yang paling baik untuk “saya”, paling gampang untuk “saya”, paling menguntungkan untuk “saya”, tetapi disisi orang lain tindakan yang sama bisa jadi merugikan atau mencelakakan.

Penggabungan Deontologis dan Teleologis

• Tujuan adalah cara yang baik, tetapi juga harus diusahakan dengan cara-cara yang benar. • Dalam cara berfikir teleologis, aspek-aspek deontologis tidak boleh hilang sama sekali.

3. Cara berfikir etis KONSTEKTUAL

• Juga disebut sebagai: Etika Tanggung Jawab.

• Cara berfikir konstektual bukanlah berfikir yang secara universal “benar”, atau apa yang secara universal “baik”, tetapi apa yang secara konstektual “bertanggung jawab”.

• Bukan apa yang paling “benar” atau “baik”, tetapi apa yang paling “tepat” pada saat itu. Cara berfikir KONSTEKTUAL

• Etika konstektual menuntut orang-orang yang bersangkutan mengambil keputusan sendiri: apa yang paling bertanggungjawab dalam keadaan yang khusus itu.

• Tidak ada norma-norma yang berlaku. Semuanya tergantung situasi dan kondisi. • Cara berfikir yang subyektif. Karena semuanya bergantung pada pertimbangan dan keputusan si pelaku.

Kelemahan cara berfikir Konstektual

• Mudah terjebak dalam etika situasional dan tanpa prinsip. Situasi menjadi pertimbangan pokok.

(5)

Fungsi etika adalah untuk memberikan pegangan pada manusia mengenai apa yang seharusnya. Dan apabila semua bergantung pada situasi dan kondisi, maka tidak ada pegangan apa-apa dalam tindakan etis ini

6. Untuk memahami etika, khususnya etika pemerintahan menuntut pemahaman norma-norma tersebut dan mematuhinya.

Hukum bisa dibedakan dari moral, kebiasaan dan agama, tetapi tidak dapat dipisahkan karena semua aturan tersebut merupakan aturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam hidup bermasyarakat. Dengan kata lain, antara hukum, moral, kebiasaan dan agama terdapat tumpang tindih yang luas atau terdapat hubungan yang sangat erat.

1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika

deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

7. Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

Referensi

Dokumen terkait

dalam Pendidikan dan Komitmen Siswa terhadap Sekolah: Studi Meta- Analisis” menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua di sekolah memiliki korelasi positif terhadap komitmen

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang semai meranti, bentuk-bentuk kerusakan yang ditimbulkan, frekuensi dan intensitas kerusakan di

Pertama, terkait dengan kemampuan puskesmas untuk menyelengarakan pelayanan secara handal dan akurat, sesuai masalah yang ada dilapangan menunjukan ketidak pastian

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku Satuan Perangkat Kerja Daerah

Ucapkan dalam hati : "Pendulum ini akan bergerak ke kanan jika jawaban adalah Ya" lalu konsentrasikan diri pada kehendak batin yang telah menyatu dengan pendulum tsb

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai layanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Mempawah.Metode yang

Berdasarkan hasil analisis daya dukung ultimit tiang tunggal pada Metode Reese & Wright yaitu 563,64 ton, Metode Mazurkiewicz (1972) yaitu 325 ton, Metode Butler &

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang