• Tidak ada hasil yang ditemukan

dinamika keluarga siswa kesulitan belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "dinamika keluarga siswa kesulitan belajar "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. ( Bailon dan Maglaya 1978 )

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).

Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama.

Melalui dinamika keluarga, para anggota keluarga menerima peran social yang sesuai. Sebuah peran social tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dirancang supaya bekerja dengan sebuah mitra-peran.

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff, 1980).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Keluarga dan Dinamika Keluarga? 2. Apakah Fungsi Keluarga?

3. Bagaimana Dinamika Keluarga Pada Masa Kehamilan? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui deinisi keluarga dan dinamika keluarga 2. Untuk mengetahui fungsi keluarga

3. Buntuk mngetahui dinamika keluarga pada masa kehamilan

(2)

PEMBAHASAN A. Definisi

Istilah keluarga tidak mudah didefinisikan. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ).

Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama.

Empat aspek dinamika keluarga:

1. Tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan ide tentang dirinya sendiri yang biasa dikenal dengan harga diri

2. Tiap anggota keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi

3. Tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengtur bagaimana mereka seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai system nilai keluarga 4. Tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan institusi

diluar keluarga yang dikenal dengan jalur kemasyarakatan. B. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut (Suprihatin, G, dkk., 1992) yaitu:

1. pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk pengembangan fisik dan sosial,

2. kebutuhan akan pendidikan formal, informal dan nonformal dalam rangka mengembangakan intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual

.

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. no 21 tahun 1994 mengenai penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan fungsi keluarga sebagai berikut:

1. Fungsi Keagamaan

(3)

untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Fungsi Sosial Budaya

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada anaknya.

3. Fungsi Cinta kasih

Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.

4. Fungsi Melindungi

Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada setiap anggota keluarga.

5. Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan takwa.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan datang.

7. Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga. C. Dinamika Keluarga pada Masa Kehamilan

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff, 1980). Adaptasi yang harus dihadapi pada masa kehamilan adalah sebagai berikut:

(4)

Wanita, dari remaja sampai wanita usia sekitar 40-an, menggunakan masa hamil 9 bulan untuk beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan proses social dan kognitif kompleks dan bukan didasarkan pada naluri, tetapi dipelajari (Rubin, 1967; Affonso dan Sheptak, 1989). Untuk menjadi seorang ibu, seorang remaja harus beradaptasi dari kebiasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu yang melakukan perawatan. Sebaliknya, seorang dewasa harus mngubah kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat diprediksi, yang diciptakan seorang bayi(Mercer, 1981).

Berikut adalah adaptasi peran ibu pada saat kehamilan: a. Menerima kehamilan

Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil kedalam gaya hidup wanita tersebut(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.

 Persiapan menyambut kehamilan

Ketersidiaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan(Entwistle, doering, 1981).wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala-gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Namun, beberapa wanita menunda validasi medis karena akses ke perawatan terbatas, merasa malu atau alas an karena budaya. Untuk rang lain kehamilan dipandang sebagi suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis lain.

 Respons Emosional

Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal ini sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarganya. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat umum dijumpai pada wanita hamil.

 Respon terhadap perubahan citra tubuh

(5)

tetapi pada trisemester kedua pembesaran abdomen yang nyata. Penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas.  Upacara tanda kedewasaan

Kehamilan berfungsi sebagai upacara tanda kedewasaan, tanda bahwa seseorang mencapai maturitas dalam suatu masyarakat yang tidak memiliki upacara lain.

b. Mengenal peran ibu

Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai ada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori-memori ketika ia , sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Pern-peran batu loncatan , seperti bermain boneka, menjaga bayi, dan merawata adik-adiknya dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu. Banyak wanita menginginkan seorang bayi dan anak. Mereka dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini memepengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua.

c. Hubungan ibu dan anak perempuan

Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan dan menjadi ibu. Lederman(1984) mencatat empat komponen penting hubungan antara seorang wanita hamil dan ibunya: kesediaan ibu(masa lalu dan saat kini), reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya, penghargaan terhadap otonomi anak perempuannya.

d. Hubungan dengan pasangan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah ayah sang anak(Richardson, 1983). Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukan sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, lebih mudah menyesuaikan pada selama masa nifas(Grossman, Eicher, Winckoff, 1980). Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanta selama hamil(Richardson, 1983). Pertama, menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kedua, merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut dalam keluarga. e. Hubungan seksual

(6)

terutama jika merasa mual, letih dan mengantuk. Saat masuk trisemester kedua kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat sehingga meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trisemester ketiga, peningkatan keluhan somatic(tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun(Rynerson, Lowdermilk, 1993).

f. Hubungan ibu dan anak

Ikatan emosional dengan anak timbul pada periode prenatal, yaitu ketika wanita mulai membayangkan dirinya menjadi ibu(Gaffney, 1988). Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya adalah seorang ibu seperti apa yang mereka bayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Hubungan ibu dan anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai masa perkembangan(Rubin, 1975). Tiga fase dalam pola perkembangan menjadi jelas: fase pertama, wanita menerima fakta biologis kehamilannya. Ia harus mempu menatakan”saya hamil” dan menyatukan anak tersebut kedalam tubuh dan citra dirinya. Fase kedua, ibu menerima janin yang tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya dan sebagai seorang yang perlu dirawat. Fase ketiga, ibu mulai dengan realistis mempersiapakan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.

g. Persiapan melahirkan

Banyak wanita, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain(ibu, saudara perempun, teman, orang yang tidak dikenal). Mereka akan mencari orang terbai untuk memeberi mereka nasihat, arahan, perawatan(petterson, Freese, Goldenberg, 1990).

2. Adaptasi Paternal

Sebagian pria menganggap kehamilan sebagai bukti kejantanannya dan tidak berfikir sama sekali tentang tanggung jawabnya terhadap ibu dan anak. Akan tetapi, bagi kebanyakan pria kehamilan dapat merupakan kesempatan ia dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri menjadi seorang ayah.

(7)

tahap yang menandai tiga tugas pengembangan yang dialami ayah yang menantikan bayinya :

a. Fase pengumuman

Dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu. Tugas perkembangannya ialah menerima fakta biologis akan kehamilan. Reaksi pria terhadap kepastian akan kehamilan meliputi rasa suka cita atau rasa terkejut, tergantung apakah kehamilan itu diinginkan atau tidak diinginkan.

b. Fase moratorium

Merupakan periode penyesuaian terhadap kenyataan hamil. Tugas perkembangan pada fase ini adalah menerima kehamilan. Tahap ini dapat relative singkat atau berlangsung terus sampai trimester terakhir.

c. Fase Pemusatan

Dimulai pada masa trimester terakhir dan ditandai dengan keterlibatan aktif sang ayah, baik dalam kehamilan maupun dalam hubungan denagn anaknya. Tugas perkembangannya ialah bernegosiasi dengan pasangannya tentang peran yang ia lakukan selama masa bersalin dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

a. Menerima Kehamilan

 Kesiapan Menyambut Kehamilan

May (1982c) menemukan bahwa kesiapan ayah untuk menyambut suatu kehamilan dicerminkan dalam tiga aspek:

1) Keuangan yang relative cukup

Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru.

2) Hubungan yang stabil dengan pasangan

(8)

3) Kepuasan dalam hubungan memiliki anak

Kehamilan pasangannya akan mengakhiri periode tanpa anak kehidupan seorang pria. Banyak pria memandang status memiliki anak dan menjadi ayah sebagai bagian dari rencana kehidupan mereka. Pasangan yang merencanakan kehamilan lebih mudah menerima kehamilan (Laderman, 1984).

b. Respons Emosi

Pria menunjukkan berbagai respons emosi terhadap kehamilan pertama pasangannya. Dalam studi yang dilakukan oleh May, ditemukan tiga gaya kas:

1) Gaya Pengamat

Sikap menjauhi kehamilan. Ayah yang bahagia menyambut kehamilan menunjukkan sikap mendukung pasangannya dan ingin menjadi ayah yang baik. Akan tetapi, karena nilai budaya dan merasa malu, mereka menjauhkan diri dari aktifitas, seperti mengikuti kelas prenatal, membuat keputusan tentang menyusui dan memilih perawatan professional.

2) Gaya Ekspresif

Respons emosi yang kuat terhadap kehamilan dan keinginan untuk menjadi pasangan secara penuh dalam rencana mereka. Suami menunjukkan kesadaran akan kebutuhan istri mereka untuk memperoleh dukungan dan menyadari saat-saat mereka tidak mampu memberi dukungan yang istri mereka perlukan.

3) Gaya instrumental

Diperlihatkan oleh pria yang menekankan bahwa tugasnya harus diselesaikan dan memandang dirinya sebagai pengurus atau menejer kehamilan. Mereka merasa bertanggung jawab akan hasil akhir kehamilan dan melindungi serta mendukung istrinya.

c. Identifikasi Peran Ayah

(9)

peran sebagai orang tua. Sama seperti ibu calon ayah juga memerlukan dukungan saat ia mempersiapkan diri untuk peran barunya.

Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah, seperti yang digambarkan oleh House (1981), memberi pedoman yang dapat digunakan perawat yang memberi asuhan pada calon ayah antara lain:

1) Dukungan emosi

Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberikan asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena itu para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan teman-temannya. 2) Dukungan instrumental

Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga atau teman-temannya, jika memerlukan bantuan.

3) Dukungan informasi

Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberikan nasehat tentang cara menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul.

4) Dukungan penilaian

Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberikan criteria yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilannya

d. Hubungan dengan pasangan.

Menurut literature psikoanalisis, beberapa aspek prilaku pria menunjukkan adanya persaingan. Persaingan langsung dengan janin dapat tampak jelas, terutama selama aktivitas seksual. Pria mungkin merasakan dukungan istrinya, yang sebenarnya merupakan dukungan utama bagi sang suami berkurang (Jordan,1990).

e. Hubungan ayah-anak

Ikatan ayah-anak dapat sama kuat dengan hubungan ibu-anak, dan ayah dapat semampu ibu dalam mengasuh bayi. Perilaku ayah terhadap anak tidak secara nyata berbeda dari perilaku ibu, kecuali dalam hal bermain dengan bayi.

(10)

menjadi ibu, misalnya membaca, membayangkan, dan melamunkan bayinya. Pria menyesuaikan segala kegiatan yang dahulu yang biasa dilakukan dengan tanggungjawabnya yang baru, sehingga memungkinkannya menyediakan waktu untuk keluarga barunya.

f. Antisipasi persalinan

Hari-hari dan minggu-minggu menjelang tanggal lahir yang diperkirakan ditandai oleh tindakan antisipasi dan rasa cemas.

Perhatian utama ayah ialah membawa ibu kefasilitas medis tepet waktu untuk bersalin dan tidak menunjukkan sikap acuh. Banyak ayah ingin mengetahui saat persalinan dan menentukan saat yang tepat untuk pergi ke rumah sakit atau memanggil pemberi jasa pelayanan kesehatan.

3. Adaptasi kakek-nenek

Kakek nenek adalah penghubung utama generasi (Horn, Manion, 1985). Calon kakek nenek dapat merupakan sumber krisis maturasi bagi calon orangtua. Kehamilan tidak dapat disangkal lagi, merupakan bukti bahwa individu kini berusia cukup untuk memiliki seorang anak yang akan melahirkan cucunya.

Kebanyakan kakek-nenek sangat gembira menantikan kehadiran cucunya. Hal ini membangkitkan kembali perasaan mereka saat mereka masih muda, rasa suka cita menantikan kelahiran dan menjadi orangtua baru sewaktu anak-anak masih bayi. Kakek-nenek berperan sebagai sumber yang potensial untuk keluarga. Dukungan mereka yang menguatkan keluarga dengan memperluas lingkup pendukung dan asuhan (Barranti, 1985).

Supaya benar-benar berpusat pada keluarga, perawatan maternitas harus melibatkan kakenk-nenek dalam proses perawatan keluarga pasangan usia subur, untuk memantapkan penyesuaian diri terhadap peran kakek-nenek dalam system keluarga, dan meningkatkan komunikasi antar generasi (Maloni, Mclndoe, Rubenstein, 1987).

4. Adaptasi saudara kandung

(11)

kunjungan di rumah sakit, dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan (Spero, 1993; Fortier,dkk,1991).

Respon saudara kandung terhadap kehamilan berbeda-beda, bergantung pada usia dan kebutuhan mereka. Anak usia setahun mungkin tidak banyak menyadari proses ini, tetapi anak usia dua tahun memperhatikan perubahan pada penampilan ibunya. Pada usia tiga atau empat tahun, anak-anak ingin diceritakan asal muasal mereka dan menerimanya sebagai hal yang sama dengan kehamilan ibu saat ini. Anak usia sekolah menunjukkan minat klinis terhadap kehamilan ibunya. Remaja awal dan pertengahan, yang pikirannya dipenuhi pengenalan akan identitas seksual mereka, mungkin mengalami kesulitan untuk menerima bukti nyata aktivitas seksual orangtua mereka. Remaja lanjut tampak tidak begitu peduli.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(12)

Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya sehingga tersebut dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok sisial yang sama

Fungsi keluarga antara lain:  Fungsi keagamaan

 Fungsi cinta kasih  Fungsi social budaya  Fungsi reproduksi  Fungsi melindung  Fungsi social pendidikan  Fungsi ekonomi

Dinamika keluarga pada masa kehamilan

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga, “maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-masing(Grossman, Eichler Winckoff, 1980).

(13)

Bobak, Lowdermilk, Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.Jakarta:EGC

Referensi

Dokumen terkait

diperkirakan akan meberikan pengaruh pada masa yang akan datang. Dalam suatu organisasi seharusnya perencanaan sudah dapat memprediksi.. bahwa kegiatan yang dilakukan

Lampiran Berita Acara Pembukaan Dokumen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan untuk mendapatkan predikat level 4

Berkaitan dengan risiko, dalam dua dekade akhir ini bank syariah tidak hanya menghadapi risiko klasik yaitu risiko kredit dan risiko pasar saja, namun bank syariah sekarang

Antusiasme masyarakat membeli atau berinvestasi emas melalui jasa pembiayaan cicil emas cukup besar, kemudahan bertransaksi dan angsuran yang ringan serta menjadi

Kecenderungan minat paling rendah sendiri menunjukkan hasil yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan pada masing-masing jenjang di SMP klaster atas dan di

Pujisyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Nyata yang berjudul“ PELAKSANAAN

Hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negar adalah yuridis normatif, dengan melakukan dan penelitian melalui