• Tidak ada hasil yang ditemukan

penyakit tidak menular penyakit jantung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "penyakit tidak menular penyakit jantung"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG

A. Kinerja jantung secara umum

Jantung (bahasa latin: cor, yunani: cardia) adalah sebuah rongga, atau organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kotraksi berirama yang berulang (emmy bujawati, 2012: 185 ).

Jantung adalah pusat pengaturan sirkulasi darah dalam tubuh. Organ ini berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas serta puncaknya di bawah. Ujung puncaknya miring ke sebelah kiri. Beratnya kira-kira 300 gram.

Agar jantung dapat berfungsi secara efisien, otot-otot jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami. Bagian ini terdiri dari sekelompok jaringan secara khusus disebut dengan nodus sinotrialis, terletak di dalam dinding serambi kanan. Sebuah gelombang (impuls) listrikyang disalurkan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak.

Arus listrik ini selanjutnya diteruskan ke dinding-dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya, periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek, kira-kira 0,4 detik yang disebut diastole, sebelum gelombang berikutnya datang.Nodus sinotrialis menghasilkan antara 60hingga 72 impulsseperti ini setiap menit ketika jantung sedang santai. Produksi gelombang listrik ini juga di kendalikan oleh suatu bagian sistem saraf yang di sebut sistem saraf otonom, yang bekerja di luar kesadaran. Sistem listrik inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung berirama yang di sebut denyut jantung.

(2)

ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh ini sangat elastis dan bisa membawa darah ke setiap ujung organ tubuh kita. Darah sangat penting karena berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrisi ke setiap jaringan tubuh, juga membawa sisa-sisa seperti karbon dioksida keluar dari jaringan-jaringan tubuh menuju paru-paru untuk dikeluarkan.

Ada tida tipe pembuluh darah:

1. Pembuluh arteri: fungsinya megangkut oksigen melalui darah, dari jantung ke seluruh jaringan tubuh. pembuluh arteri akan semakin mengecil ketika darah melewati pembuluh menuju organ lainnya.

2. Pembuluh vena: fungsinya menyalurkan aliran darah yang berisi bahan sisa, kembali ke jantung untuk dipecahkan dan dikeluarkan dari tubuh. pembuluh vena semakin membesar ketika mendekati jantung. Bagian atas vena (superior) membawa darah dari tangan dan kepala menuju jantung, sedangkan bagian bawah vena (inferior) membawa darah dari bagian perut dan kaki menuju jantung.

3. Pembuluh kapiler: bentuknya kecil dan tipis, menghubungkan pembuluh arteri dan pembuluh vena. Lapisan dindingnya yang tipis memudahkan untuk dilewati oleh oksigen, nutrisi, karbon dioksida, serta bahan sisa lainnya dari dan ke organ sel lainnya.

Jaringan pembuluh-pembuluh darah ini sangat luas. Jika dibentangkan, panjangnya bisa mencapai lebih dari 60 ribu mil. Cukup untuk mengelilingi bumi lebih dari dua kali.

(3)

jantung. Darah yang keluar dari bilik akan melewati sebuah katup. Terdpat empt buah katup di dalam jantung. Yaitu mitral, tricuspid, aortic, dan pulmonic (sering juga disebut dengan pulmonary). Katup-katup ini berfungsi untuk mengatur jalannya aliran darah menuju ke arah yang benar. Tiap katup mempunyai penutup yang disebut leaflets atau cusps. Katup mitral mempunyai dua buah leaflets, yang lainnya memiliki tiga buah leaflets.

Bagian kanan dan kiri jantung, bekerja secara bersamaan membuat suatu pola yang bersambung secara terus-menerus yang membuat darah akan terus mengalir menuju jantung, paru-paru, dan bagian tubuh lainnya.

Bagian kanan:

1. Darah memasuki jantung melalui dua bagian pembuluh vena inverior dan superior yang membawa oksigen kosong dari tubuh menuju ke bagian kanan atrium.

2. Ketika atrium berkontraksi, darah mengalir dari bagian kanan atrium menuju bagian kanan ventrikel melalui katup tricuspid.

3. Ketika Ventrikel penuh, katup triscupid akan menutup untuk mencegah darah mengalir kembali ke bagian atria ketika ventrikel berkontraksi. 4. Ketika ventrikel berkontraksi, darah akan mengalir keluar melalui katup

pulmonic menuju arteri dan paru-paru. Pada bagian ini, darah akan mendapatkan oksigen.

Bagian kiri;

1. Bagian vena pulmonary akan mengosongkan darah yang telah mengandung oksigen dari paru-paru menuju ke bagian kiri atrium

2. Ketika atrium berkontraksi, darah akan mengalir menuju bagian ventrikel sebelah kiri melalui katup mitral.

3. Ketika ventrikel penuh, katup mitral akan tertutup unuk mencegah darah mengalir kembali ke atrium ketika ventrikel berkontraksi

4. Ketika ventrikel berkontraksi, darah akan meninggalkan jantung melalui katup aortic menuju ke seluruh tubuh. (Rafelina Widjadja. 2009)

(4)

Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah.

“Penyakit jantung” adalah istilah yang dipakai untuk menyebut gangguan jantung, namun kenyataannya bukan hanya itu. Penyakit ini tidak hanya melibatkan jantung namun juga jaringan pembuluh darah sepanjang 96.540 km dimana jantung memompa darah sebanyak 100.000 denyut dalam sehari. Penyakit jantung adalah sekelompok gangguan yang meliputi jantung dan seluruh sistem pembuluh darah (vaskular) oleh karenanya penyakit ini disebut penyakit kardiovaskular (Eric R. Braverman dan dasha Braverman, 2004: 3 ).

C. Epidemiologi penyakit jantung

Dewasa ini Penyakit Jantung koroner/Coronary Artery Disease (PJK/CAD) merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini di derita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa Negara termasuk Indonesia. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat dilaporkan jumlah penderita PJK (Infark Miokard Akut) baru adalah 1,5 juta per tahun (1 penderita tiap 20 detik).

Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).

(5)

Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5 persen.

Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada kuintil indeks kepemilikan terbawah.

Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.

Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)

Penyakit jantung terdistribusi dalam masyarakat berdasarkan karakteristik masyarakat dan lingkungannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa distribusi PJK adalah:

(6)

2. Lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan.

3. Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi menengah ke atas dibandingkan sosial ekonomi lemah.

4. Lebih banyak mengenai pria daripada wanita; namun yang lebih banyak meninggal adalah wanita.

5. Meninggi setelah berumur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika memasuki umur 50 tahun.

6. Tinggi angka kematiannya, lebih banyak yang meninggal daripada yang selamat. (Bustan, 2007)

D. Perhitungan Frekuensi penyakit jantung

Dalam buku buku Bustan tahun 2007, dikemukakan bahwa untuk Perhitungan frekuensi penyakit jantung koroner dapat memakai beberapa bentuk perhitungan, diantaranya:

1. Prevalensi

Prevalensi yaitu jumlah seluruh penderita (lama maupun baru) dibagi dengan jumlah populasi yang diamati.

Populasi sakit dan sehat Sampel (sakit dan sehat) Hitung Prevalensi

Dimana, P = sakit (lama dan baru)/jumlah sampel 2. Insidens

Yaitu jumlah yang baru sakit dibagi dengan jumlah populasi sampel.

Terpapar

Populasi sakit dan sehat sampel(sehat saja) sakit Hitung Insidens

Dimana, I = Jumlah penderita baru sakit/jumlah yang sehat

3. Kasus

Populasi (sehat dan sakit) sakit (berobat dan tidak berobat)

(7)

E. Tanda-tanda serangan jantung

Serangan jantung adalah kondisi yang menyebabkan jantung tidak berfungsi sama sekali. Keadaan ini sering disebut gagal jantung karena terjadi secara mendadak. Penyebab gagal jantung bervariasi namun penyebab utamanya adalah suplai darah ke otot-otot jantung terhambat karena pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otot-otot jantung tersumbat atau mengeras hal itu dikarenakan timbunan lemak kolesterol dan zat-zat kimia serta penggunaan obat yang berlebihan dan mengandung Phenol Prophane Alanin yang banyak ditemui dalam obat-obat seperti decolgen dan nikotin (nurkhazanah,2012: 77).

Tanda-tanda ini untuk setiap orang bisa berbeda. Sebuah serangan jantung mungkin dimulai dengan rasa sakit yang tidak jelas, rasa tidak nyaman yang samar, atau rasa sesak di bagian tengah dada. Kadang, sebuah serangan jantung hanya menimbulkan rasa tidak nyaman yang ringan sekali sehingga sering disalahartikan sebagai gangguan atau bahkan lepas dari perhatian sama sekali. Dalam hal ini, satu-satunya cara yang memungkinkan terdeteksinya sebuah serangan jantung adalah ketika harus menjalani pemeriksaan ECG untuk alasan lain yang mungkin tidak berkaitan. Dipihak lain, serangan jantung mungkin menghadirkan rasa nyeri paling buruk yang pernah dialami – rasa sesak yang luar biasa atau rasa terjepit pada dada, tenggorokan, atau perut. Bisa juga mengucurkan keringat panas atau dingin, kaki terasa sakit sekali, dan rasa ketakutan bahwa ajal sudah mendekat. Juga mungkin merasa lebih nyaman bila duduk dibandingkan bila berbaring dan mungkin nafas begitu sesak sehingga tidak bisa santai. Rasa mual dan pusing, bahkan sampai muntah atau lebih parah yaitu ketika sampai kolaps dan pingsan. Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain :

1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut istemi), oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolism e yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang.

(8)

diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang.

3. Beberapa orang yang mengalamai kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent Ischemia). 4. Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.

Sesak merupakan akibat masuknya cairan kerongga udara diparu-paru (kongestipulmoner atau edema pulmoner).

5. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang. Hal itu menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini sering kali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktifitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.

6. Palpitasi (jantung berdebar-debar), pusing, dan pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.

Apapun bentuknya, salah sekali pendapat bahwa sebuah serangan jantung tanpa tanda-tanda sebelumnya sedikitpun. Serangan jantung adalah puncak bencana dari sebuah proses kerusakan yang berlangsung lama, yang sering melibatkan kejutan-kejutan emosional, kekacauan fisiologis, dan kelelahan mental. Tanda-tanda peringatan dini begitu subjektif dan tersamar, bahkan dokter yang terlatih untuk mengukur segala sesuatu secara objektif masih bisa mengabaikannya. (Rafelina Widjadja. 2009)

F. Jenis-jenis penyakit jantung 1. Penyakit jantung bawaan

(9)

kematian waktu bayi. Jika hal ini ditemukan pada orang dewasa, menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melakukan seleksi alam dan beradaptasi dengan kondisi penyakit yang dideritanya. Hal ini pulalah yang yang menyebabkan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Penyakit ini hanya bisa diatasi dengan operasi pada waktu bayi (Rafelina Widjadja. 2009)

Penyakit jantung bawaan adalah defek jantung structural terjadi akibat perkembangan jantung embriologis yang abnormal, atau persistensi beberapa bagian dari sirkulasi fetus setelah lahir. Yang dibahas disini (bersama dengan stenosis aorta dan stenosis pulmonal congenital) merupakan 80% kasus penyakit jantung bawaan (PJB). (Patrick davey. 2005)

Gangguan kesehatan ibu yang sedang mengandung dalam triwulan pertama, dapat menganggu perkembangan janin yang dianggap sebagai salah satu sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung bawaan (PJB). Disamping itu pJB juga dapat disebabkan Karena factor keturunan. Bagaiamanpun juga dalam usaha menghindari kemungkinan terjadinya PJB pada bayi yang dikandung, kepada para ibu yang mulai mengandung dianjurkan supaya menjaga kesehatannya sebaik mungkin supaya terhindar dari pemakaian obat dan tindakan-tindakan lain yang berpengaruh pada janin pada awal kandungannya (soehardo kertohoesodo.1987)

2. Penyakit jantung akibat penyakit infeksi

(10)

Endokardisitis disebabkan oleh kuman-kuman yang virulen yang menyebabkan penyakit infeksi pada orang sakit dan beredar dalam darah penderita dan singgah untuk merusak dan bersarang pada endokard jantung si sakit yang mula-mula masih sehat. Kuman-kuman yang dapat berbuat demikian adalah streptokokkus, stapilokokkus, meningokokus, dan lain-lain, dapat juga termasuk golongan virus, rickettsia dan sebagainya yang termasuk dalam “endokarditis infektif” (soehardo kertohoesodo.1987)

Miokarditis disebabkan karena sampainya kuman-kuman infeksi pada miokard melalui pembuluh koroner. Miokarditis mengurangi daya kuncup miokard,dan menganggu jalannya depolarisasi dan repolarisasi, jantung harus berdenyut lebih cepat dari semestinya untuk menghasilkan C.O. yang dapat encukupi kebutuhan tubuh. Setelah berlangsung lama, miokarditis dapat menyebabkan pembesaran jantung. (soehardo kertohoesodo.1987)

Perikarditis dapat terjadi sebagai radang akut, subakut atau khronik dan dapat terjadi sebagai akibat infeksi dengan berbagai kuman, misalnya phnemokokkus, stapilokokkus, meningokokus, tuberculose basil dan lain-lain (soehardo kertohoesodo.1987)

3. Penyakit jantung rematik

Demam rematik (DR) menyebabkan penyakit jantung rematik (PJR). Suatu penyakit jantung yang sering terdapat dalam masyarakat Indonesia. Perkataan rematik biasanya dihubungkan dengan perasaan nyeri atau pegal pada otot atau persendian, teruatama pada paktu udara dingin atau lembab. Gangguan yang beraneka corak dan ragamnya ini dihubungkan dengan berbagai macam sebab, namun bagaimana dengan hubungannya dengan itu, belum jelas benar.

(11)

awal penyakit yang akut kadang-kadang jantung sudah terserang juga. Dalam hal ini dikatakan sebagai pasien PJR akut. (soehardo kertohoesodo.1987)

PJR kronis terutama terdapat sebagai cacat pada katup akibat valvulitis. Mungkin ada bekas-bekas juga pada endokardium murale, miokard, atau perokard , namun bekas-bekas itu jarang terdapat danti dak menunjukkan gejala khas. (soehardo kertohoesodo.1987)

4. Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh. Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat.

Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya berlangsung dalam waktu yang lama (kronis). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang disebut dengan arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan pada lubang pembuluh darah jantung yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.

(12)

Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, myocard infark, payah jantung, ataupun mati mendadak bahkan dapat tanpa gangguan atau gejala. Pada umumnya, gangguan suplai darah pada arteri koronaria dianggap berbahaya jika terjadi penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama a.coronaria. Adapun jika penyempitan masih sebesar 50%, itu belum memperlihatkan dampak yang berarti. (bustan. 2007)

5. Penyakit jantung karena kelainan paru-paru

Kelainan paru-paru dapat mengakibatkan terjadinya penyakit kardiovaskular, yang dinamakan kor pulmonale, jikalau terjadi mendadak kor pulmonale akutum (KPA, No.ICD. 415), jikalau terjadi secara manahun dinamakan kor pulmonale khronikum (KPA, No.ICD. 416).

KPA dapat terjadi sebagai akibat emboli paru-paru yang cukup besar sehingga menyumbat batang arteri pulmonalis pada percabangan ke kanan dan kekiri, atau menyumbat total salah satu dari cabang tersebut sehingga separuh atau lebih dari darah yang seharusya mengalir ke ventrikel kanan ke atrium kiri, tertutup jalannya. Karena itu darah yang dapat disampaikan kepada jantung kiri untuk diedarkan dalam tubuh sangat kurang, menyebabkan iskhemi dalam sirkulasi sitemik, sebaliknya ventrikel kanan harus menampung darah yang tidak dapat diteruskan ke jantung kiri dan darah yang seperti biasa mengalir kembali ke jantung dari peredaran sistemik, melalu atrium kanan. Oleh karena itu ventrikel kanan membesar secara mendadak karena dilatasi yang dinamakan KPA (soehardo kertohoesodo.1987)

kor pulmonale khronikum dapat terjadi sebagai kelanjutan KPA yang tidak kunjung sembuh, dapat terjadi pula karena terjadinya emboli paru-paru yang kecil-kecil namun dengan berulang-ulang. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat flebotrombosis atau terjadi trombi sementara pasien dirawat dengan istirahat mutlak di tempat tidur karena suatu penyakit. (soehardo kertohoesodo.1987)

(13)

Atherosklerose merupakan salah satu bentuk Artheriosklerose, yang berarti mengerasnya arteri dan dapat disebabkan oleh proses degenerative proliferative yang disertai hialinisasi dan pengkapuran selain menjadi keras, dinding arteri yang sakit tidak dapat memuai lagi dengan baik. Ada 3 bentuk Artheriosklerose, yakni:

a. Monckeberg media sklerose, mengerasnya dinding pembuluh nadi pada bentuk Artheriosklerose ini terjadi pada tunika media terutama pada pembuluh nadi yang berdiameter sedang dan besar

b. Artheriolosklerose, atau mengerasnya arterioli, sering terjadi pada ginjal, namun juga organ isi rongga tubuh (viscera lain), akibat obliteratif endarteritis dengan penebalan pada intima dan penebalan pada tunika media. Artheriolosklerose biasanya terjadi sebagai akibat hipertensi dan dapat menyebabkan terjadinya nefrosklerose

c. Atherosklerose, merupakan bentuk Artheriosklerose yang menjadi sebab terpenting penyakit jantung atherosklerotik dan terutama yang diserang adalah pembuluh darah korener yang disebut PJK (soehardo kertohoesodo.1987)

7. Penyakit jantung hipertensi

(14)

8. Penyakit jantung anemic

Anemia dikatakan penyebab penyakit jantung anemic disingkat PJA. Jikalau jantung penderita anemia itu telah membesar karenanya.

Pada penderita anemia, kekurangan Hb dalam darah mengurangi daya angkut oksigen darah tersebut, jikalau darah berkadar Hb 15 gram % yang jenuh oksigen dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen, jikalau olehjantungnya dihasilkan C.O sebesar 5 liter dengan mendenyut 72 kali/menit, maka darah yang berkadar Hb hanya 7-7,5 gram/ 100 cc perlu diedarkan 2 kali lebih cepat dengan CO 10 liter/menit, supaya kebutuhan tubh untuk mendapatkan oksigen dapat terpenuhi. Oleh seba itu, jikalau anemia berlangsung terlampau lama, dengan lambat laun jantung si sakit akan semakin bertambah besar karena terus menerus bekerja keras. PJA yang murni, seharusya mengecil sampai normal kembali setelah anemianya sembuh (soehardo kertohoesodo.1987)

Terjadinya dekompensasi jantung pada PJA dikarena PJA terus menerus bekerja keras untuk menghasilkan C.O lebih tinggi dari jantung yang mengedarkan darah sehat.

PJA tidak memerlukan terapi khusus, terapi harus ditujukan pada aneminya, hanya kalau PJA mengalami dekompensasi, diperlukan pertolonganyang serupa dengan payah jantung pada umumnya (soehardo kertohoesodo.1987)

9. Penyakit jantung usia lanjut

(15)

G. Factor risiko penyakit jantung

Dalam buku emmy bujawati tahun 2012, mengemukakan factor risiko penyakit jantung sebagai berikut:

1. Factor risiko utama a. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu factor resiko utamanya penyebaba terjadinya penyakit jantung. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti dengan hialisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal. Dampak hipertensi bagi jantung yang paling sering dijumpai adalah kegagalan ventrikel kiri. Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena: 1) Meningkatnya tekanan darah

Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung sehingga menyebab hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (factor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi.

2) Mempercepat timbulnya arterosklerosis

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arteroskeloris koroner (factor koroner) insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi disbanding orang normal.

(16)

45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan factor pencetus terjadinya angina pectoris dan infark miokard. Penderita hipertensi yang mengalami infark miokard. Mortalitasnya 3 kali lebih besar daripada penderita yang normotensi dengan infark miokard.

b. Merokok

Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu factor resiko utama Penyakit jantung. Orang yang merokok lebih dari 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek factor utama resiko lainnya. Penelitian framingham mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar daripada bukan perokok. Dan pada perempuan perokok 4,5 kali lebih daripada bukan perokok.

Efek rokok menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan tahikardi, vaso kontrisi pembuluh darah merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Makin banyak jumlah rokok yang dihisap makan kadar HDL kolesterol akan semakin menurun. Perempuan yang merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar daripada laki-laki perokok. Oleh karena itu, orang yang merokok lebih cenderung mengalami proses atherosclerosis daripada yang bukan perokok.

c. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena ternasuk factor resiko utama penyakit jantung. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya risiko penyakit jantung dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah antara lain:

(17)

Kadar kolesterol total yang baik adalah 200 mg/dl. Bila >200 mg/dl berarti resiko untuk terjaid penyakit jantung meningkat 2) LDL kolesterol

LDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan. Kadar LDL yang meningkat akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko penyakit jantung daripada kolesterol total. Normalnya kadar LDL harus <130 mg/dl. Jika >160 mg/dl, maka kadar tersebut akan memicu terjadinya Penyakit jantung.

3) HDL kolesterol

HDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan karena bertugas mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis. Kadar normal HDL adalah >45 mg/dl. Jika kurang dari 35 mg/dl. Maka akan besar peluang seseorang menderita penyakit jantung.

4) Kadar trigeliserida

Trigelisirida terdiri dari 3 jenis lemak, yaitu lemak jenuh, lemak tidak tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigeliserida yang tinggi (150-500 mg/dl) merupakan factor resiko untuk terjadinya Penyakit jantung. Normalnya adalah <150 mg/dl. Kadar trigliserida perlu diperiksa pada keadaan berikut:

a) Bila kadar kolesterol total >200 mg/dl

b) Terdapat riwayat keluarga yang menderita Penyakit Jantung <55 tahun

c) Terdapat riwayat keluarga yang kadar trigliserida yang tinggi d) Terdapat penyakit DM dan penyakit Pankreas.

(18)

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki

b. Jenis kelamin

Di Amerika serikat gejala penyakit jantung sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 3 dari 17 perempuan. Ini berarti laki-laki 2-3 kali lebih besar daripada perempuan

c. Geografis

Resiko PJK pada orang jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling rendah di dunia. Akan tetapi, ternyata resiko PJKpada orang jepang yang melakukan imigrasi ke hawai dan California. Hal ini menunjukkan factor lingkungan yang memberikan konstribusi yang besar terhadap kejadian PJK.

d. Ras

Perbedaan risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok walaupun, bercampur baur dengan factor geografis, social, dan ekonomi. Di Amerika Serikat perbedaan ras antara ras caucasia dengan noncaucasia (tidak termasuk negro) didapatkan resiko PJK pada noncaucasia kurang lebih setengahnya.

e. Diet

(19)

f. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan >21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, diabetes mellitus, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol . resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercises.

g. Diabetes

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu tidak diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki yang menderita DM beresiko 50% lebih tinggi daripada orang normal sedangkan pada perempuan resikonya menjadi 2x lipat.

h. Exercise

Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan dapat memperbaiki kolesterol koroner sehingga resko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena:

1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard

2. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol

3. Membantu menurunkan tekanan darah 4. Meningkatkan kesegaran jasmani i. Perilaku dan kebiasaan lainnya

(20)

Perubahan angka kematian yang mencolok terjadi di inggris dan walles. Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyakmengalami stress. Penelitian supargo dkk (1981-1985) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1,5 kali lebih besar mendapat resiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan tekanan darah dapat juga meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

H. Pencegahan dan penanganan penyakit jantung 1. Pencegahan

Menurut bustan (2007) dalam buku Epidemiologi penyakit tidak menular, Ada 4 tingkat upaya pencegahan PJK:

a. Pencegahan primordial

Upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko PJK.

b. Pencegahan primer

Upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komunitas/kelompok berupa pnyuluhan faktor-faktor risiko PJK terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses atherosklerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok usia muda.

c. Pencegahan sekunder

Upaya pencegahan keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk tidak berulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor yng dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.

(21)

Upaya pencegahan jika terjadi komplikasi yang lebih berat atau kematian

Dan Dalam buku Penyakit tidak menular factor resiko dan pencegahannya yang ditulis oleh emmy bujawati (2012), mengemukakan pencegahan untuk penyakit jantung yakni seperti penyakit lainnya, pencegahan bagi kejadian penyakit jantung koroner tetap menjadi solusi terbaik dibandingkan dengan pengobatan. Pendekatan ini melibatkan seluruh populasi dan berusaha untuk mengubah seluruh factor risiko dari populasi tersebut melalui gaya hidup yang sesuai dan sehat seperti:

a. Menghilangkan kebiasaan merokok b. Mendiagnosis dan mengontrol hipertensi

c. Mendiagnosis dan mengontrol hiperbetalipoproteinemia d. Mendiagnosis dan mengontrol diabetes mellitus

e. Pemeliharaan berat badan ideal f. Melakukan aktivitas fisik yang teratur

g. Penambahan masukan serat biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-sayuran dalam diet

h. Pengurangan masukan energy diet yang berasal dari lemak, lemak jenuh, garam dan sukrosa.

i. Melakukan pola hidup sehat sesuai anjuran yayasan jantung Indonesia yaitu

S : seimbangkan gizi E : Enyahkan rokok H : hindari stress

A : awasi tekanan darah secara teratur T : teratur berolahraga

2. Penanganan

(22)

Karena resiko terbesar kematian pada serangan jantung adalah satu jam setelah terjadi serangan jantung. Sehingga jangan menunda untuk mencari bantuan medis karena dalam situasi ini, setiap waktu berpacu dengan kerusakan otot jantung dan bisa menimbulkan komplikasi bahkan kematian. Setiap menit yang berlalumembuat makin banyak jaringan otot yang kekurangan oksigen menjadi rusak atau mati. Dan jika aliran darah segera dipulihkan, maka kerusakan jantung dapat dicegah atau dibatasi.

Pada dasarnya, ada dua penanganan utama pada pasien serangan jantung. Yang pertama adalah pemberian obat trombolisis untuk membuka gumpalan dan memulihkan aliran darah, yang harus diberikan kurang dari 3 jam setelah serangan. Dan yang kedua adalah melakukan Percutanous Coronary Intervention (PCI) atau intervensi koroner perkutan untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit, yang harus diberikan kurang dari 15 menit setelah serangan terjadi.

Adapun bila telah terjadi penyumbatan, tindakan medis yang umumnya dilakukan adalah pemasangan kateterisasi dan cincin yang menjaga agar pembuluh darah koroner tidak tersumbat (Akbar Prakoso. 2011)

Sedangkan Dalam buku Penyakit tidak menular factor resiko dan pencegahannya yang ditulis oleh emmy bujawati (2012), mengemukakan tindakan penanganan bagi pasien penyakit jantung yang paling sering dilakukan adalah tindaka “peniupan” atau “balonisasi” atau “angioplasty” bertujuan untuk melebarkan penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah jantung dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka. Unutk menyempurnakannya biasa diikuti dengan tindakan

a. Stent adalah proses pemasangan cincin memperhankan bukaan arteri b. Rotablation merupakan pengebor kerak di dalampembuluh darah

(23)

c. Directional atherectomy merupakan proses pengerokan kerak yang menempel pada pembuluh darah

DAFTAR PUSTAKA

Stein, J. Hay.1998. panduan klinik ilmu penyakit dalam. Jakarta:EGC

Adib, M. 2011.pengetahuan praktis ragam penyakit yang mematikan yang paling sering menyerang kita. Yogyakarta: BukuBiru

Widjaya,Rafelina.2009. penyakit kronis: tindakan pencegahan, pengobatan secara medis dan internasional. Jakarta:Bee Media Indonesia

Bustan, M.N. 2007.Epidemiologi penyakit tidak menular, Jakarta: Rineka Cipta

Bujawati, Emmy. 2012. Penyakit tidak menular: factor resiko dan pencegahannya. Makassar: UIN alauddin press

Aaronson philip I. dan Jeremy P.T Ward. 2010.at a glance system kardiovaskular. Jakarta : Erlangga

Kertohoesodo, soehardo. 1987. Pengantar kardiologi. Jakarta: penerbit Universitas Indonesia

Braverman, Eric dan dasha Braverman. 2004. Penyakit jantung dan penyembuhannya secara alami. Jakarta: PT buana ilmu Populer.

Khazanah, nur. 2012. Waspada beragam penyakit degenerative akibat pola makan. Yogyakarta: penerbit Laksana

Menkes RI. 2013. Hasil riskesdas 2013.

Jakarta:-Prakoso, Akbar. 2011. Panduan Hidup Sehat Untuk Mencegah Penyakit Jantung & Kematian Mendadak. Jakarta: Dinamikamedia.

(24)

Joewono, Boedi Soesetyo dan Pramonohadi Prabowo.2003. Ilmu penyakit jantung. Surabaya :Airlangga University Press

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan usia lanjut dan merokok merupakan faktor resiko mayor dalam terjadinya penyakit jantung koroner.. 3,4,9 Usia

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran uatu penyakit dimana tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat

Peyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung

Analisis deskriptif antara resiko penyakit jantung koroner dan jenis kelamin pada kelompok Senam Jantung Sehat didapatkan dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang dari responden

Komplikasi neurologis dapat merupakan akibat langsung penyakit ginjal terhadap sistem saraf, ataupun sekunder akibat komplikasi lain seperti hipertensi dan akibat terapi

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme

Analisis deskriptif antara resiko penyakit jantung koroner dan jenis kelamin pada kelompok Senam Jantung Sehat didapatkan dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang dari responden

Penyakit jantung hipertensi pada akhirnya mencakup semua gejala langsung dan tidak langsung dari tekanan darah tinggi kronis yang meliputi gagal jantung sistolik atau diastolik,