• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Penyakit Jantung Koroner (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ruang Lingkup Penyakit Jantung Koroner (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ISSUE TERKINI PENYAKIT NON MENULAR

“REVIEW

PENYAKIT JANTUNG KORONER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

Achmad Rizki Azhari 25010113140258 Syarifah Hidayatullah 25010113140309

Dewi Kurniasih 25010113130310

Inna Maulina 25010113130314

Ajeng Ayuning Mutia 25010113130315

Hana Nuriy R 25010113140316

Yuni Atika Sari 25010113130218

Erna Sari 25010113140319

Lirih Setyorini 25010113140320

Fianti Andua 25010115183024

KELAS D-2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

1. Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah, dapat menimbulkan serangan jantung. (Soeharto, 2004).

Pada jantung, gangguan atau penyakit yang sering terjadi adalah

penyakit jantung koroner, yaitu terhalangnya aliran darah di pembuluh arteri koroner yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung. (Soeharto, 2001).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. (Majid, 2007).

Menurut CDC, penyakit arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari endapan kolesterol, yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke waktu. Proses ini disebut aterosklerosis

2. Riwayat Alamiah Penyakit Jantung Koroner

Riwayat alamiah penyakit (natural of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi

preventif maupun terapetik. (Bhisma Murti, 2010)

Fase prepatogenesis dimulai setelah usia 12 tahun. Timbunan lemak

(3)

berolahraga, suka makan makanan berlemak, bahkan merokok, berarti berada pada fase rentan. Jika kondisi ini berlangsung terus, bahkan meningkat lebih parah ketika memasuki usia sukses (30 tahun ke atas), maka fase subklinis dimulai. Jika usia antara 30 -40 tahun terjadi hipertensi berarti fase klinis dimulai. Jika hipertensi tidak dapat dikendalikan, maka pada usia 45 tahun ke atas, kemungkinan terjadi penyumbatan lemak pada pembuluh darah coroner.

Terjadilah penyakit jantung koroner. (Sayono, 2010).

Riwayat alamiah penyakit jantung coroner secara lengkap yakni : (Afni Husyaini, 2010)

1. Tahap Pre-patogenesis

Faktor Resiko untuk penyakit jantung koroner adalah hal-hal dalam kehidupan yang dihubungkan perkembangan penyakit secara dini, beberapa faktor resiko mempunyai pengaruh sangat kuat dan yang lainnya. Beberapa factor resiko tersebut antara lain: Kadar kolesterol yang tidak seimbang

- Tekanan darah tinggi (hipertensi)

- Merokok

- Diabetes Melitus

- Kegemukan

- Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga

- Kurang olahraga

- Stress

Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko

(4)

Pencegahan: primordial yaitu pencegahan dari faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya jantung koroner.

2. Inkubasi

Masa inkubasi PJK tidak ditentukan waktunya secara pasti, inkubasi ini dipengaruhi oleh banyak factor resiko yang memungkinkan terjadinya kardiovaskuler. Faktor resiko ini menyebabkan penumpukan

kolesterol pada pembuluh-pembuluh darah yang mengakibatkan terbentuknya flak-flak yang mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah.

Penumpukan kolesterol pada pembuluh darah yang telah mencapai titik jenuh mengakibatkan ketidakseimbangan kondisi tubuh dan memacu terbentuknya penyakit kardiovaskuler.

Pencegahan: Pencegahan primer, merupakan upaya awal pencegahan PJK sebelum seorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan factor-faktor resiko PJK terutama pada kelompok resiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses atherosclerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok usia muda. Dan setiap orang yang perlu merubah cara hidup untuk menyelamatkan dirinya sendiri seperti:

- Mengurangi naiknya tekanan darah dan mengurangi kadar lemak darah dalam tubuh

- Mengendalikan berat badan dan diet

- Mengurangi stress

(5)

- Mengubah kebiasaan makan

3. Penyakit Dini

Penyakit jantung sering kali menyebabkan gejala yang pertama berupa nyeri atau sesak di dada. Nyeri akibat suatu serangan jantung, biasanya terasa pada bagian tengah dada. Biasanya bersifat berat dan dapat menyebar kearah mana saja, tetapi lebih cenderung menyebar kea rah dagu

dan lengan. Nyeri berlangsung, penderita merasa sesak dan sakit, tetapi nyerinya dapat bersifat ringan dank has untuk suatu serangan jantung terutama pada orangtua. Anda akan mengalami nyeri jantung, jika jantung kekurangan darah karena kebanyakan penyakt jantung terutama mengenai bilik kiri jantung, maka paru-paru akan mengalami bendungan dan akan mengakibatkan rasa sesak.

Pencegahan: Pencegahan sekunder ditujukan untuk menjelaskan tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan setelah penyakit terjadi, misalnya setelah suatu serangan jantung.

Tahap-tahap untuk memperbaiki diri penderita setelah serangan jantung, dimulai dengan pencagahan sekunder yaitu jangan merokok, diet rendah lemak hewan, latihan fisik secara teratur dan control tekanan darah tinggi. Dapat pula dilakukan usaha-usaha untuk menghancurkan bekuan thrombus yang menyebabkan pembuluh nadi coroner perlu dilakukan pengobatan sedini mungkin untuk mendapatkan keberhasilan yang lebih baik. Pengobatan yang cepat dan sederhana untuk menghilangkan nyeri dan

ansietas dapat digunakan obat seperti morfin.

Industri makanan mempunyai peran penting untuk mencegah

(6)

pada semua kemasan makanan dengan analisis kandungan protein, karbohidrat, lemak, garam dan kalorinya. Menyediakan lebih banyak fasilitas olahraga dan guru olahraga serta jauh lebih banyak dorongan bagi orang-orang dewasa untuk melanjutkan kegiatan fisik setelah mereka meninggalkan bangku sekolah. Adapun tahapan untuk mendeteksi penyakit jantung pada tahap awal dinamakan skrining.

4. Penyakit Lanjut

Keadaan dimana penyakit janting coroner sudah pernah terjadi dalam diri seseorang untuk berulang atau menjadi lebih berat.

Pencegahan: Pencegahan sekunder. Disini diperlukan perubahan pola hidup (terhadap factor-faktor resiko yang dapat dikendalikan) dan kepatuhan berobat bagi mereka yang sudah menderita PJK. Pencegahan tingkat sekunder ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostic yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.

5. Tahap Akhir Penyakit

Sembuh sempurna, dalam fase ini penderita sudah sembuh, ditandai dengan tidak tersumbatnya pembuluh darah oleh flak.

- Kronis, dalam fase ini gejala penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat ataupun tidak bertambah ringan, pada dasarnya masih dalam keadaan sakit.

- Meninggal, dalam fase ini penderita sudah tidak dapat disembuhkan

(7)

Pencegahan: Pencegahan tersier, yaitu pencegahan yang dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat (kemungkinan menimbulkan penyakit) atau kematian.

3. Level of Prevention PJK

Pencegahan penyakit jantung coroner (PJK) adalah sebagai berikut (Imam Soeharo, 2000):

A. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi kesehatan yang dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan khususnya penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur, menyeimbangkan asupan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang riwayat penyakit.

B. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Bagi yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes di bawah kontol dengan sering berkonsultasi dengan dokter.

C.Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dan Pengobatan segera)

(8)

meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.

Pada tahap ini menemukan penderita dilakukan dengan melakukan survey pada kelompok beresiko dan melakukan pelaporan. Dalam survey yang dilakukan dapat melakukan pemeriksaan untuk memdiagnosis penderita. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis

aterosklerosis yaitu :

ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di

pergelangan kaki dan lengan.

 Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena.

 Skening ultrasonik Duplex.

CT scan di daerah yang terkena.

Arteriografi resonansi magnetik.

Arteriografi di daerah yang terkena.

IVUS (intravascular ultrasound).

Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.

D. Disability Limitation (Pembatasan Disabilitas)

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam

(9)

organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya, seperti:

 Pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan

meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.

 Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.

 Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana

arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

 Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah,

biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.

 Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X.

E. Rehabilitation (Rehabilitasi)

Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :

 Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.

 Perluasan dari penyakit tersebut

 Daerah yang mengalami sumbatan

(10)

 Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan

sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami

 Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.

 Pendapat atau pilihan.

Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam

keseharian seperti menghindari konsumsi alcohol dan rokok serta olahraga secara teratur, asupan gizi yang sesuai, menghindari makanan-makanan

yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara berkala, dan psikoterapi untuk mengendalikan.

4. Patogenesis PJK

Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit iskemik adalah penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis, berbagai jenis arteritis, emboli koronaria, dan spasme.

Menurut (Coughlin, 2006) ada beberapa hopotesis yang menerangkan tentang proses terbentuknya aterosklerosis, seperti monoclonal hypothesis, lipogenic hypothesis dan response to injure hypothesis. Namun yang banyak

diperbincangkan adalah mengenai empat stage respon to injure hypothesis sebagai berikut:

a. Stage A: Endothelial injure

Endotelial yang intake dan licin berfungsi sebagai barrier yang menjamin aliran darah koroner lancar. Faktor resiko yang dimiliki pasien akan

(11)

maupun makrofag ke dalam dinding arteri. Interaksi antara endotelial injure dengan platelet, monosit dan jaringan ikat (collagen), menyebabkan terjadinya penempelan platelet (platelet adherence) dan agregasi trombosit (trombosit agregation).

b. Stage B: Fatty Streak Formation

c. Stage C: Fibrosis Plaque Formation

Formasi plak fibrosis terdiri atas inti atau central cholesterol dan tutup jaringan ikat (cap fibrous). Formasi ini memberikan dua gambaran tipe yaitu:

1) Stable fibrous plaque dan 2) Unstable fibrous plaque

d. Stage D: Unstable Plaque Formation

Formasi ini akan membentuk plak yang mudah ruptur (vulnarable plaque), sehingga menyebabkan terbentuknya trombus dan oklusi pada arteri

Menurut Silbernagl (2000) dalam Rahayuningsih (2013) aterosklerosis terjadi pada arteri termasuk aorta dan arteri koronaria, femoralis, iliaka, karotis intera, dan serebral. Penyempitan yang diakibatkan oleh aterosklerosis pada arteri koronaria dapat bersifat fokal dan cenderung terjadi pada percabangan arteria, penyempitan tidak mengganggu aliran darah kecuali bila telah melebihi 70% dari lumen arteria.

Menurut Daniels (2008) dalam Rahayuningsih (2013) Aliran darah

miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang berasal dari aorta, biasanya arteri koronaria kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan, dan arteri

(12)

reserve dengan penyebab utama penyempitan arteri coronaria akibat

aterosklerosis.

Gambar 1. Percabangan arteri Coronaria dan obstruksi yang terjadi

Dikutip dari: Silbernagl S, 2000

Terdapat berbagai hipotesis tentang patogenesis terjadinya aterosklerosis antara lain teori infiltrasi lemak, kerusakan endotel, monoclonal, serta clonal senescence.

Menurut teori infiltrasi lemak, sebagai akibat kadar low-density lipoprotein (LDL) yang tinggi didalam plasma maka terjadi peningkatan pengangkutan lipoprotein plasma melalui endotel. Peninggian kadar lemak pada dinding pembuluh darah akan menyebabkan kemampuan sel untuk mengambil lemak melewati ambang batas sehingga terjadi penimbunan.

Teori trauma endotel terjadi akibat berbagai faktor termasuk hiperlipidemia, hipertensi, disfunsi hormonal, dan lain-lain.

(13)

Teori clonalsenescence didasarkan pada hubungan antara pertambahan umur dan berkurangnya aktivitas replikatif sel pada biakan. (Sastroasmoro, 1994).

Gambar 2. Perubahan dinding vaskular pada aterosklerosis

Dikutip dari: Silbernagl S, 2000

Abnormalitas yang paling dini terjadi pada aterosklerosis adalah fatty streak yaitu akumulasi dari lemak yang berisi makrofag pada tunika intima.

Lesi ini datar dan tidak merusak lumen dari arteri. Perjalanan penyakit dari lesi ini sesuai dengan meningkatnya penebalan dari plak. Hal ini disebabkan

(14)

daerah nekrotik. Dari beberapa penelitian menunjukkan plak fibrosis pada otot polos cenderung berkembang pada daerah dimana fatty streaks terbentuk saat kanak-kanak. Plak secara umum cenderung berkembang pada arteri koroner terlebih dahulu sebelum timbul pada arteri serebral. (Daniels, 2008)

5. Faktor Risiko PJK

Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini

meningkatkan risiko timbulnya penyakit bersangkutan. Namun hal itu bukan

bersifat absolut. Artinya bila seseorang memiliki satu faktor saja atau

kombinasi dari beberapa jenis faktor risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis

ia akan mengalami penyakit yang bersangkutan. Tetapi ia akan lebih memiliki

kemungkinan terkena penyakit tersebut dibandingkan mereka yang tidak

memilki faktor risiko (Depkes, 2007). Adapun faktor tersebut yaitu:

 Kolesterol

Kolesterol, lemak, dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan

dinding pembuluh arteri segungga lumen dari pembuluh darah tersebut

menyempit (Ayu, 2008). Bila penyempitan dan pengerasan cukup berat

menyebabkan suplai darah ke otot jantung tudaj cukup jumlahnya, timbul

sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke

serangan jantung (Soeharto, 2002)

 Kebiasaan makan-makanan berlemak tinggi

 Penyakit hipertensi

(15)

 Obesitas

 Merokok

 Minum minuman berakohol

 Kurangnya aktifitas fisik (Delima, 2009)

6. Dampak PJK

Dampak dari penyakit jantung koroner yaitu mengakibatkan terjadinya penyakit gagal jantung dan aritmia (penyakitjantungkoroner.org).

a. Penyakit Gagal Jantung

Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya

ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penanaman gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi

gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Etiologi gagal jantung

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh (Kumalasari, 2013) :

1. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis coroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi

2. Aterosklerosis koroner

(16)

laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, meyebabkan kontraktilitas menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk ke jantung (stenosis katup semilunar), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, erikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.

6. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung untu memenuhi

kebutuhan oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat mmenurunkan kontraktilitas jantung.

(17)

Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia merupakan gangguan pembentukan atau penghantar impuls.

Aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau distritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau

otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestsi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantng tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.

Etiologi

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)

2. Gangguan sirkulsi coroner 3. Karena obat (intoksikasi)

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung

6. Gangguan psikoneuritik dan susunan saraf pusat 7. Gangguan metabolik

8. Gangguan endokrin

9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung 10.Gangguan irama jantung karena penyakit degenarasi

(18)

7. Epidemiologi PJK

Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20; penyakit jantung dan pembuluh darah telah menggantikan peran penyakit tuberkulosis paru sebagai penyakit epidemi di negara-negara yang telah maju, terutama pada laki-laki.

Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Di Amerika serikat 478.000 orang meninggal karena penyakit

jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi peralihan, 300.000 orang mengalami angioplasti. Di Eropa di perhitungkan 20.000-40.000 orang dari satu juta penduduk menderita penyakit jantung koroner (PJK). Di seluruh dunia, penyakit jantung koroner merupakan kuasa utama kematian. Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk sedunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan world health statistic 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit jantung koroner dan di perkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di dunia atau merupakan 43% penyebab kematian di Negara tersebut (Cristoper, 2010).

Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986

melonjak menjadi 16 % dan tahun 1995 meningkat menjadi 19 %. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit

kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 %, dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah.

(19)

menyebutkan bahwa perokok aktif mempunyai risiko 3,82 kali lebih besar untuk menderita myocard infarc (OR=3,82, 95% CI 1,47-9,94) dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan pada kenaikan serum kolesterol mempunyai risiko 1,67 kali lebih besar untuk menderita myocard infarct dibandingkan dengan kelompok kontrol (OR=1,67, 95% CI 1,14-2,45 untuk setiap kenaikan 1,0 mmol). Tanda dan gejala klinik PJK pada usia dewasa

muda (young adults) jarang sekali dinyatakan oleh pasien secara langsung, tanda dan gejalanya tidak khas dan asymptomatic. Banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3,0 % dari semua kasus PJK terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Yang menjadi ciri khas dan merupakan faktor tunggal yang berhubungan kuat atas kejadian PJK pada usia dewasa muda adalah merokok sigaret. Kannel et al. menemukan pada pasien yang menjadi kajian pada Framingham Heart Study, risiko relatif tejadinya PJK tiga kali lebih tinggi pada perokok usia 35

s.d 44 tahun dibandingkan dengan yang bukan perokok

Diabates mellitus dan hyperlipidemia juga merupakan faktor risiko penting kejadian PJK pada usia dewasa muda. Kedua faktor ini berperan penting terhadap patogenesis PJK. Isser et al. menemukan bahwa kenaikan secara signifikan trigliserida, LDL dan penurunan HDL terdapat pada semua pasien PJK dewasa muda dan 15 % s.d 20% nya adalah pasien PJK dengan diabetes mellitus. Pada pria umur pertengahan dan wanita dengan diabetes mellitus (DM) memiliki risiko tinggi untuk menderita PJK, baik orang kulit

putih maupun kulit hitam. Risiko relatif PJK untuk pasien dengan DM adalah

3,95 pada wanita dan 2,41 pada pria.

Data di Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir di 8 rumah sakit

(20)

dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di

(21)

Penderita penyakit jantung koroner banyak ditemukan pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-74 tahun.Namun demikian, berdasarkan diagnosis/gejala, penyakit jantung koroner cukup banyak pula ditemukan pada penduduk kelompok umur 15-24 tahun (Depkes,2013).

Meningkatnya prevalensi penyakit jantung koroner juga terlihat di negara-negara Asia Tenggara serta Afrika, Di Singapura dan Malaysia, kematian penyakit jantung koroner meningkat dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari semua kematian. Penyakit jantung koroner di Amerika Serikat adalah 71% dari seluruh penyakit CVS dengan penyakit jantung koroner sendiri 53% diantaranya, sehingga secara jelas dapat kita simpulkan adalah suatu masalah kesehatan masayarakat secara umum.

8. Kebijakan Pengendalian dan Penanggulangan PJK

Kebijakan pengendalian dan penanggulangan PJK adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan, 2009):

 Mengembangkan dan memperkuat pengendalian factor risiko penyakit

jantung dan pembuluh darah berbasis masyarakat terintegrasi

(22)

 Meningkatkan dan memperkuat manajemen, pemerataan, dan kualitas

peralatan deteksi dini factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah  Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pengendalian

factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah

 Mengembangkan dan memperkuat surveilans epidemiologi factor risiko dan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah terintegrasi dengan surveilans epidemiologi nasional

 Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan pengendalian factor risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah

 Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian factor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah

 Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian penyakit

jantung dan pembuluh darah terintegrasi dengan jejaring kerja pengendalian penyakit tidak menular

 Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pengendalian factor risiko penyakit

jantung dan pembuluh darah

 Mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian factor risiko penyakit

(23)

Daftar Pustaka

Coughlin, DeBeasi. 2006. Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (6th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Daniels SR. 2008. Koronaria Risk Factors in Children. Dalam: allen HD, Driscoll DJ, Robert E, Feltas TP. Penyunting. Moss and Adams heart disease in infant and adolescents. Edisi ke-7. Philadelphia: Lipincott Williams. Hal.1448-76.

Delima, Laurentia Mihardja, dan Hadi Siswoyo. 2009. Prevalensi dan Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia. Vol 37 No. 3. Puslitbang Biomedis

dan Farmasi.

Depkes RI. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Husyaini, Afni. 2010. http://www.scribd.com/doc/39532097/Riwayat-alamiah-penyakit-2#scribd.

Soeharo, Imam. 2000. Pencegahan & Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kemennterian Kesehatan. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 854/Menkes/SK/IX/2009 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah.

Kumalasari, E.Y. .2013. Angka Kematian Pasien Gagal Jantung Kongestif di HCU dan ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang : Universitas Diponegoro.

Majid A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan (http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppg b_2007_abdul_majid.pdf.

Murti, Bhisma.2010.http://fk.uns.ac.id/static/materi/Riwayat_Alamiah_Penyakit_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf

Rahayuningsih, Sri.2013. Prevention Of Atherosclerosis Should Start Since Childhood (Genetic Risk). Di akses di http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Prevention_-of_-atherosclerosis_-should.pdf pada tanggal 12 September 2015

(24)

Sayono. 2010. ”Sehat, Investasi Dunia-Akhirat”. http://eprints.umm.ac.id/501/1/04.pdf

Silbernagl S, Lang F.2000. Color Atlas Of Pathophysiology. Edisi ke-1. Stuggart. Thieme

Soeharto, Imam. 2002. Sindrom Metabolik X dan Z Cardiovascular Catastrophe. Dari

http://brilliantchallenge.wikimu.com/News/DisplayNews,aspx?ID=5911 (25 Mei 2008)

Soeharto, Iman. 2001. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Supriyono, Mamat.2008. Tesis Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia <45 Tahun (Studi

Kasus Di Rsup Dr. Kariadi Dan Rs Telogorejo Semarang).Semarang:Undip

http://www.cdc.gov/heartdisease/coronary_ad.htm http://penyakitjantungkoroner.org/

http://www.healthyenthusiast.com/aritmia.html

http://www.scribd.com/doc/182047204/ARITMIA-pdf#scribd www.depkes.go.id

pustaka.unpad.ac.id

Gambar

Gambar 1. Percabangan arteri Coronaria dan obstruksi yang terjadi
Gambar 2. Perubahan dinding vaskular pada aterosklerosis

Referensi

Dokumen terkait

Pada perlakuan tanpa N, aplikasi asam humat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat tajuk basah dan kering, akar kering, dan serapan N meningkat secara

Sari (Dimsum Putri Resto Banjarmasin) belum cukup baik dikarenakan fasilitas ruang kerja dan peralatan penunjang yang belum memadai, hubungan dengan pimpinan dan

Disertasi Viktimisasi Politik Di Indonesia (Suatu Studi Perlindungan Hukum... ADLN Perpustakaan

Ini dilihat dari jawaban kuesioner responden, sebanyak 16 atau 80% dari 20 responden yang diteliti menjawab jika di Desa Dolok Merawan pemerintahan desanya melakukan usaha

“Pengertian Perjanjian Sewa Menyewa Secara Umum dan.. Pengaturannya

Kabupaten Ngawi memiliki beberapa obyek wisata diantaranya Musium Trinel, Tawun Poll, Pondok DAM, Kebun Teh Jamus, Monument Soerjo, Air Terjun Pengantin, dan

Begitu juga dengan ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 76,66% meningkat menjadi 96,66%.Dari hasil pembahasan dan hasil refleksi pada siklus I dan

Tandem parallel parking both upstream stall and downstream stall, in which two cars were parked with additional parking space between them, the additional parking