• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran pengetahuan tentang kesehatan g (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran pengetahuan tentang kesehatan g (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

1. 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Untuk dapat mewujudkan pembangunan kesehatan, masyarakat banyak hal yang harus diselenggarakan, salah satunya yang mempunyai peranan cukup penting adalah pelayanan kesehatan. UU RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan bahwa “Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Dalam pasal 93 UU RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan gigi dan mulut menyebutkan bahwa

“Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan”. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu

diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

2. 2. 2 investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam pembangunan unsur manusia agar memiliki kualitas, mampu bersaing diera yang penuh tantangan saat ini maupun masa yang akan datang. Pembangunan kesehatan menjadi perhatian serius dan bahkan sektor ini merupakan salah satu agenda perioritas utama selain pembangunan di bidang lainnya (Arifin, 2007). Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Adapun untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal maka upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2007). Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang banyak dikeluhkan masyarakat walaupun tujuan pembangunan kesehatan saat ini telah dititik beratkan pada upaya peningkatan kesehatan termasuk kesehatan gigi dan mulut (Hutabarat, 2009). Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh karena kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum, maka penting bagi kita untuk memperhatikan kesehatan gigi

(2)

muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting, maka sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih jauh dari harapan, hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut yang masih diderita oleh 90% penduduknya. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia adalah penyakit periodontal dan karies gigi (Antasari, 2005) Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh aktivitas

perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum).

Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan kematian (Sandira, 2009). Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri, maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang dapat terjadi demam serta proses mengunyah makanan akan terganggu, sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus. Secara tidak lansung, karies pada anak akan mempengaruhi proses timbuh kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak (Syarifi, 2008).

4. 4. 4 Tingginya prevalensi karies gigi, serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasi, mungkin disebabkan oleh faktor-faktor distribusi penduduk, lingkungan, prilaku, dan pelayanan kesehatan gigi, serta keturunan dalam masyarakat Indonesia. Usaha untuk mengatasinya sampai sejauh ini pun belum menunjukkan hasil nyata bila diukur dengan indikator kesehatan gigi yaitu prevalensi karies gigi (Anonim, 2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukan, 72,1% penduduk punya pengalaman karies dan sebanyak 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Hal tersebut menunjukkan tingginya tingkat risiko karies pada gigi permanen saat mereka dewasa nanti. Untuk mengindari karies gigi, WHO menetapkan pada usia rentan saat seseorang berpotensi mengalami karies gigi pada usia 12 tahun. WHO merekomendasikan kelompok umur tertentu untuk diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan 12, 15, 35-44 dan 65-74 tahun untuk gigi permanen (Karjati, 2010) Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-geligi di rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (kariogenik ). Selain itu, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat

(3)

pengetahuan, sikap, dan perilaku ibunya (Suwelo, 1992). Kawuryan (2008), menjelaskan bahwa dengan adanya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung akan menjaga kesehatan gigi dan mulut dan pada akhirnya dapat mencegah terjadinya karies gigi. Hal ini berarti pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dapat berdampak pada kejadian karies gigi.

6. 6. 6 Berdasarkan survei hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 siswa kelas 5 SDN 5 watopute Kecamatan watopute menunjukkan 6 anak (60%) mengalami karies gigi. Berdasarkan masalah dan fenomena yang penulis uraikan diatas, maka penulis tertarik mengambil judul “Gambaran pengetahuan murid sdn 5 watopute kec.watopute tentang penyakit karies gigi ’’. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:’’Bagaimana Gambaran pengetahuan murid SDN 5 Watopute tentang penyakit karies gigi’’ C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk Mengetahui Gambaran pengetahun murid SDN 5 Watopute tentang penyakit karies gigi 2. Tujuan khususs a. Untuk Mengetahui karakteristik responden di sdn 5 watopute kec.watopute b. Untuk mengetahui tingat pengetahuan anak usia sekolah tentang kesehatan gigi. c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi di sdn 5 watopute.

7. 7. 7 d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian karies gigi D. Manfaat penelitian : 1. Bagi instansi terkait(Puskesmas) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai karies Gigi sehingga dapat menyebarkan informasi mengenai kesehatan gigi pada Masyarakat luas. Selain itu, dapat

memberikan masukan mengenai gambaran pengetahuan tentang penyakit karies gigi pada anak sd sehingga dapat dipakai sebagai bahan perencanaan untuk program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). 2. Bagi pihak sekolah Dengan adanya hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar untuk lebih meningkatkan UKGS di lingkungan sekolah sdn 5 watopute. Bagi pihak kampus stikes amanah makasar : a. Sebagai sumber informasi untuk ilmu kesehatan gigi dan mulut b. Sebagai pedoman penelitian selanjutnya khususnya maha siswa stikes amanah makasar. 3. Bagi siswa Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai pengetahun kesehatan gigi dan mulut dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat meminimalisir resiko terjadinya karies gigi sejak usia dini.

8. 8. 8 4. Bagi peneliti Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 5. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan

perbandingan bagi peneliti selanjutnmya di bidang ini. E. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Ada hubungan hubungan pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada murid sdn 5 watopute kec.watopute.

(4)

Pengetahuan siswa sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidaknya kebersihan gigi dan mulutnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu salah satunya melalui proses pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pengetahuan

10. 10. 10 kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah. (Notoatmodjo, 2007) 1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Merupakan domain kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2007). a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya .Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintreprestasikan materi tersebut secara benar .Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang di pelajari . c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi . Aplikasi disini dapat diartikan pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

11. 11. 11 sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contoh, dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dalam memecahkan permasalahan. d. Analisa Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan, membuat, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori yang sudah ada. f. Evaluasi (evalutation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap materi atau obyek . penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

(5)

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Rendahnya pendidikan tidak berarti berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak harus diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Sumber informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberi pengaruh jangka pendek, sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan. b. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

13. 13. 13 c. Sosial budaya dan ekonomi Sosial budaya adalah struktur social dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Manusia mempelajari kelakuan dari orang lain di lingkungan sosialnya. Hampir segala sesuatu yang dilakukannya dipelajari dari lingkungan sosialnya.Sosial ekonomi mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang di bidang kesehatan, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status Ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupn sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. e. Umur Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, Terkecuali usia lansia semakin bertambah usia daya ingatnya akan menurun dan tidak produktif lagi.

14. 14. 14 B. Kesehatan Gigi Dan Mulut Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani, tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum (Anggraini, 2009) Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu

masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.(Yekti mumpuni dan Erlita pratiwi 2013) Kesehatan Gigi dan Mulut

(6)

15. 15. 15 Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya, dengan demikian upaya-upaya dalam bidang kesehatan gigi pada akhirnya akan turut berperan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi adalah penting karena pencernaan makanan dimulai dengan bantuan gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara, gigi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal anak. pemeliharaan kesehatan gigi dan gusi masyarakat terutama pada anak sekolah sangatlah penting. Oleh sebab itu, salah satu kebijaksanaannya adalah dengan meningkatkan upaya promotif, preventif, dan kuratif pada anak usia sekolah (6-12tahun) karena pada usia tersebut merupakan waktu dimana akan tumbuhnya gigi tetap (Anggraini,2009). Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan mulut yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Banyaknya karies, gingivitis dan gigi berjejal harus segera ditangani dan semuanya dapat dicegah. Memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk

memperoleh kesehatan tubuh kita, khususnya pada anak-anak, karena pada masa anak- anak sangat penting karena kondisi gigi susu (gigi decidui) saat ini sangat menentukan keadaan gigi-gigi permanent penggantinya. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala.

Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, dan jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa dengan

16. 16. 16 menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal, dan akan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan serta akan meningkatkan etos kerja yang lebih baik lagi. Menurut drg.TriAstutiM.Kes, penyebab penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita anak-anak di indonesia sangat berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. (Monitordepok,2007). C. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan perilaku. Perilaku

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang baik akan sangat berperan dalam menentukan derajat kesehatan dari masing-masing individu. Oleh karena itu perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang kurang baik harus diubah. Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan perilaku seseorang, di samping faktor bawaan. Lingkungan masyarakat di mana individu itu berada akan ikut berperan dalam psembentukan perilaku seseorang, oleh karena itu untuk mengubah perilaku dibutuhkan peran serta masyarakat dimana individu tersebut berada. Lingkungan terdekat di mana individu berada yaitu lingkungan keluarga dan lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah. Di sini peran orang tua dan

(7)

usia yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak. Peran orang tua dan guru dibutuhkan untuk menjelaskan, memberi contoh, membimbing serta mendorong anak untuk memiliki perilaku yang baik dan diharapkan. Upaya pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab, pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti.Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi (Kawuryan,2008).

18. 18. 18 Ada beberapa faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak, faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi antara lain : a) Jenis makanan, makanan yang mudah lengket dan menempel digigit seperti permen dan coklat, makanan ini sangat disukai oleh anakanak. Hal ini yang mengakibatkan gangguan. Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat pada gigi dan bila terlalu sering dan lama akan berakibat tidak baik. Makanan yang manis dan lengket tersebut akan bereaksi di mulut dan asam yang merusak email gigi. b) Kebersihan gigi, biasakanlah anak-anak agar selalu menyikat giginya atau berkumur-kumur setiap selesai makan atau sebelum tidur. c) Kepekatan air ludah, pada orang-orang yang mempunyai air ludah yang sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah giginya menjadi berlubang dibandingkan dengan air ludah yang encer dan banyak, sebab pada anak yang beair ludah pekat dan sedikit maka sisa makanan akan mudah menempel pada permukaan gigi. (Moestopo, 1982) d) Factor genetic Selain perawatan gigi susu, kerapihan gigi tetap pada anak usia dini juga dipengaruhi oleh faktor keturunan. Karena itu tak jarang ada anak yang kondisi gigi susunya baik namun gigi tetapnya berjejalan. e) Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Beberapa tips dan triks yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mulut dan gigi pada anak, yaitu:

19. 19. 19 a. Rajin kumur menggunakan obat kumur yang mengandung desinfektan agar plak dan bakteri yang biasa tumbuh pada sela gigi menjadi lebih mudah diatasi. b. Rajin membersihkan gigi dari sisa makanan atau minuman yang rawan menimbulkan plak gigi dengan menggunakan sikat gigi atau benang flossing. Gunakan juga pasta gigi yang dapat digunakan untuk mempermudah pembersihan plak. c. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis dan lengket karena rawan menimbulkan perlekatan pada permukaan atau sela gigi. d. Perbanyak konsumsi vitamin C untuk mencegah terjadinya radang gusi atau perdarahan pada gusi. Vitamin C juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stomatitis langit-langit mulut. e. Rajin konsultasi ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali. D. Karies Gigi 1. Pengertian Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang pada gigi). Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu

(8)

aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum). Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, infeksi, bahkan kematian

(Sandira, 2009). Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkenbang kebagian dalam gigi (Hamsafir, 2010). Karies Gigi diawali dengan timbulnya bercak coklat atau putih yang kemudian berkembang menjadi coklat.Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral Gigi akibat reaksi fermentasi karbohidrat termaksud sukrosa,fruktosa, dan glukosa oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam (Yekti Mumpuni dan Erlita Pratiwi, 2013) Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam. Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila

21. 21. 21 dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah

mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses. 2. Penyebab karies gigi Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan

membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak. Adapun penyebab lains karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri speifik inilah yang mengubah glukosa dan

karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak sruktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan (Pratiwi, 2007). Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 3 faktor utama yang saling mempengaruhi : berupa faktor host atau tuan rumah (saliva dan gigi), agen atau mikroorganisme, substrat atau makanan, dan faktor pendukung yaitu waktu (Alpers 2006). Menurut alpers untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang

(9)

kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu singkat

(Behrman, 2002). 2. Agen atau mikroorganisme Tiga jenis bakteri yang menyebabkan karies gigi yaitu : 1) Lactobacillus acidophilus

23. 23. 23 Populasinya dipengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam. Jumlah banyak yang ditemukan pada plak dan dentin

berkaries hanya kebetulan dan lactobacillus hanya dianggap faktor pembantu proses karies. 2) Streptococcus Bakteri coccus gram positif ini adalah penyebab utama karies, dan jumlahnya terbanyak didala mulut. Salah satu spesiesnya yaitu

Streptococcus mutans, lebih asidurik dibandingkan yang lain, dan dapat menurunkan pH medium hingga 4,3. Streptococcus mutans terutama terdapat pada populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa. 3) Aktinomises Semua jenis Aktinomises

mengfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Aktinomises viscosus dan Aktinomises naeslundii mampu membentuk karies akar, fisura, dan merusak periodontonium. (Irama Indah dan S. Ayu Intan 2013;20). 3. Substrat atau makanan (sisa makanan) Komponen makanan yang sangat berperan dalam pembentukan karies adalah makanan manis-manis yang mengandung tinggi karbohidrat misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat dipermentasikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam (Irama Indah dan S. Ayu Intan 2013). Bakteri akan memanfaatkan makanan terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam. Asam

24. 24. 24 akan disimpan di dekat gigi oleh plak, menyebabkan kalsium dan fosfat hilang dari enamel gigi (demineralisasi). Bila proses ini tidak mendapat perhatian yang baik maka enamel lambat laun dentin bagian bawah akan hancur.Makanan dan minuman yang berasa asam lama kelamaan juga bisa merusak gigi. Berbeda dengan makanan lain, bila kita mengkonsumsi makanan asam seperti cuka, permen asam, jus asam dll sebaiknya jangan menyikat gigi terlebih dahulu karena gigi melunak saat kita

mengkonsumsi makanan tersebut sehingga jika menggosok gigi, gigi akan lebih mudah terkikis. Setelah mengkonsumsi makanan asam, sebaiknya hanya berkumur saja, setelah satu jam baru kemudian sikat gigi. Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi karbohidrat untuk membentuk asam dan mengakibatkan demineralisasi

(Ramadhan Ardyan, 2010). 4. Waktu Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi substrat menempel dipermukaan gigi. Secara umum lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitasi cukup berveriasi, diperkirakan 6-48 bulan (Ramadhan Ardyan, 2010) 3. Proses Terjadinya Karies gigi Proses terjadinya karies gigi di mulai dengan adanya plaque di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan

(10)

mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010). Tanda awal karies gigi adalah munculnya spot putih di permukaan gigi, hal ini

menunjukan area demineralisasi dari asam. Selanjutnya warnanya menjadi coklat,dan lama kelamaan membentuk lubang. Jika spot berwarna kecoklatan dan tampak mengkilap, proses demineralisasi berhenti jika kebrsihan mulut membaik. Spot ini di sebut juga stain dan masi bisa di bersihkan. Sebaliknya, jika spot kecoklatan tersebut tampak buram itu berarti proses demineralisasi sedang aktif. Jika kerusakan sudah mencapai denting,

26. 26. 26 biasanya sudah terasa ngilu dan sakit pada waktu makan/minum yang panas, dingin, manis atau asam. Jika rasa sakit itu muncul bukan hanya pada waktu makan, itu berarti kerusakan sudah mencapai pulpa. Kerusakan pulpa yang akut itu terjadi bila ada keluhan sakit gigi terus menerus dan menganggu aktifitas sehari-hari

(sumarti, 2012). 4. Gambaran Klinis Gejala Karies Gigi Menurut Kliegman dan Arvin (2006) tanda dan gejala karies gigi antara lain adalah: Terdapat lesi, Tampak lubang pada gigi, bintik hitam pada tahap karies awal, kerusakan leher gigi (pada karies botol susu), sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentin, sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala, timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan makanan terutama pada waktu malam, jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah. 5. Tahapan Karies Gigi Macam-macam/tahapan karies gigi Berdasarkan kedalaman karies (Rasinta Taringan,2012) : 1. Karies superfisialis yaitu karies baru mengenai email saja, sedangkan dentin belum terkena. 2. Karies Media Karies sudah yaitu mengenai dentin, tetapi belum melebihi stengah dentin. 3. Karies profunda yaitu Karies sudah mengenai lebih dari stengah dentin, dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

27. 27. 27 6. Penatalaksanaan Karies Gigi Ada dua cara penatalaksanaan yang bisa ditempuh, yaitu : 1) Menggunakan usaha preventif untuk mencoba menghentikan penyakit. 2) Membuang jaringan yang rusak dan menggantikannya dengan restorasi yang disertai usaha pencegahan terhadap rekurensinya (Mansjoer, 2005) 7.

Pencegahan Karies Gigi Pencegahan Karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi dalam mulut (Rasinta Taringan, 2014). Menurut Mansjoer (2009), pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan: a.

Perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut 1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada waktu yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur,ditambah dengan sesudah bangun tidur pagi 2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat kecil. 3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.

28. 28. 28 4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotic

(11)

dalam makanan yang dikonsumsi. Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur). c. Flouridasi Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan sel dental pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah, penggunaan pasta gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet, tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah apabila anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah mengkonsumsi makanan kariogenik.

29. 29. 29 Beberapa usaha pencegahan karies gigi yang dapat dilakukan melalui UKGS adalah: ( Rara,2006 Dalam evlan,20013) : a. menyikat gigi secara teratur Cara sikat gigi yang bener diajarkan oleh perawat yang bertugas dilokasi sekolah. Dengan cara ini diharapkan murid mempunyai pengalaman dan latihan untuk mengetahui berapa Lama seseorang harus menyikat gigi sampai bersih. b. Kumur-kumur dengan flour Tujuanya adalah untuk mendapatkan Lapisan gig yang Lebih tahan Terhadap serangan asam. Asam merupakan hasil akhir dari sisa makanan yang mengandung karbohidrat dengan lapisan email yang tahan terhadap asam, diharapkan tidak cepat terjadi lubang pada gigi. Cara pemberian fluor ( Eager, 2006) : 1) Fluoridasi air minum 2) Melalui pasta gigi  Menurunkan karies sekitar 12%-25%  Untuk usia 4 tahun kebawah batasi jumlah pasta gigi, awasi saat penyikatan,gunakan pasta gigi anak-anak. 3) Kumur-kumur  Menurunkan karies 20-50%  Tidak digunakan secara rutin pada usia pra sekolah  Tidak boleh ditelan

30. 30. 30 c. Kurangi makanan Kariogenik penyebab karies Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Hindari makanan karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut, lebih memudahkan timbulnya karies. seperti kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain ( Rahmadhan, 2010). d. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut Untuk anak SD diberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan memberikan buku pegangan kepada siswa yang bisa didapat dari yayasan kesehatan gigi Indonesia. Dokter gigi dan perawat gigi memberikan penyuluhan dibantu dengan alat-alat peraga dan gambar-gambar yang menarik dan mudah dipahami atau dimengerti seperti model gigi. 8. Komplikasi karies gigi Komplikasi karies gigi : (Machfoedz dan Zein, 2005) 1. Pulpitis, merupakan radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi, jaringan pulpa berisi pembuluh syaraf.Jaringan pulpa bisa meradang karena lubang yang dalam pada gigi dapat menyebabkan

makanan dan minuman merangsang langsung pembuluh syaraf yang terdapat di dalam ruang pulpa sehingga gigi terasa sakit.

(12)

yang berasal dari pulpa gigi disebut pulpa polip, jika terjadi pada daerah gusi disebut gingival polip (Machfoedzdan Zein, 2005).

32. 32. 32 E. Kerangka konsep Variable Bebas variable Terikat Variabel pengganggu Ket : Pengetahuaan anak SD kesehatan gigi dan mulut dan penyakit terjadinya karies Umur Pendidikan Pekerjaan Pengalaman = Variabel di teliti = Variabel yang tidak di teliti

33. 33. 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran murid sdn 5 watopute kec.watopute pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dan penyakit karies gigi. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian : penelitian di lakukan di sdn 5 watopute 2. Waktu penelitian : Mei s/d Juni C. Populasi dan sampel 1. Populasi : Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa/siswi SDN 5 Watopute yang berjumlah 109 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling yaitu Murid SDN 5 Watopute yang hadir pada saat penelitian. D. Alat dan Bahan Alat yang di gunakan : 1. Kuisioner 2. Alat tulis menulis

34. 34. 34 E. Defenisi operasional 1. Pengetahuan Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut Dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh murid sd tentang kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya karies gigi sejak dini. 2. Karies Gigi Yang di maksud dalam penelitian ini adalah keadaan yang menunjukkan adanya lubang gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email,dentin) sehingga meluas kearah pulpa. F. Kriteria objektif Pengetahuan di ukur dengan menggunakan skala Guttman, di mana setiap jawaban benar dari masing-masing pernyataan di beri nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Sugiyono, 2011) Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang di harapkan, kemudian dikalikan 100 dan hasilnya berupa persentase dengan rumus yang di gunakan sebagai berikut: N = ���� x 100 % Keterangan : N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang di dapat Sm = Skor tertinggi maksimun.

35. 35. 35 Kriteria penilaian : 1. Baik = > 75% 2. Sedang /kurang = 60-75% 3.

Kurang/buruk = < 60% G. Jenis data dan penyajian data : 1. Jenis data: a. Data primer adalah data yang di ambil langsung pada sampel penelitian dengan membagikan kuisioner b. Data sekunder adalah data yang di peroleh berdasarkan hasil laporan tahunan sekolah sdn 5 watopute 2. Penyajian data : penyajian data dalam bentuk tabel distribusi H. Pengolahan data dan pengkajian datas 1.Metode pengolahan data secara manual 2. Analisa data secara deskriptif I. Cara penelitian 1. Izin penelitian kepada instansi sekolah untuk mengadakan penelitian 2. Membagikan lembar kuesioner pada murid sd yang terpilih menjadi sampel 3. Murid mengisi lembar kuisioner dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan 4. Diata yang di peroleh kenudian di olah dan di sajikan dalam bentuk tabel.

36. 36. 36 DAFTAR PUSTAKA Akbar Antoni , 2013, Kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dilihat dari faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi di sd negri 1 Lamcot Kecamatan Darul imrah kabupaten Aceh Besar Tahun 2012.Diakses melalui situs http://akbaranthonie.blogspot.com/2013/02/kejadian-karies-gigi-pada-anak- usia.html Atikah Balqis Ferry, 2014, Hubungan pengetahuan kesehatan gigi terhadap dmf-t & ohis pada anak usia 10-12 tahun di makassar [Sikripsi] bagian ilmu

(13)

mulut anak usia 10-12 tahun di sd Kristen eben haezar 02 Manado, Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 697-706 Epi yohandri, 2012,

Gambaran pengetahuan murid sd kelas II tentang karies gigi di sdn 003 sei beduk kelurahan tanjung piayu batam tahun 2012. Di akses melalui situs

http://yohandrie.blogspot.com/2012/04/gambaran-pengetahuan- murid-sd-kelas-ii.html Fitri Dumayanni Anwar, 2012, Hubungan antara kebiasaan mengosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan pada siswa sd negri 04 pasa gadang di wilayah kerja puskesmas pemancung padang selatan. Ml.Grance W,Susanto,2013 , Terapi Gusi untuk kesehatan dan kecantikan

37. 37. 37 Seli Wahyuni, 2013, http://seliyaseli.blogspot.com/2013/09/konsep-karies-gigi-gigi-berlubang.html Yekti Mumpuni dan Erlita pratiwi, 2013, 45 Masalah dan solusi penyakit gigi dan mulut;-Ed. 1 .Yokyakarta:Rapha publishing,Hal.10

http://sheringtipshidupsehat.blogspot.com/2015/02/faktor-yang-mempengaruhi- kesehatan-gigi.html https://brightfuture.unilever.co.id/stories/404755/Cara-mudah-menjaga- kebersihan---kesehatan-mulut---gigi.aspx

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pencegahan risiko terpapar virus Corona dapat dilakukan dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat seperti menutup mulut dan hidung menggunakan masker saat batuk

Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia, khususnya kepada pimpinan perusahaan dan mengambil strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan

Penelitian ini telah menghasilkan suatu desain pembelajaran dalam bentuk lintasan belajar ( learning trajectory ) dari bentuk informal ke bentuk formal pada

AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MAHASISWA (Studi Kasus Akomodasi Komunikasi Antar Budaya pada Mahasiswa Aceh dan Nusa Tenggara Timur Program Pendidikan Profesi

Hasil penelitian serupa dengan hasil penelitian Riska tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi

Setelah melakukan pengkajian awal terkait pengetahuan tentang karies gigi dan cara pencegahan karies gigi, dilakukan intervensi keperawatan yang mengacu pada 5 fungsi

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang kompetensi profesional guru PAI di SMPN Kecamatan Pallangga?dan 2)