• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN pendidikan "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH-MASALAH BELAJAR A. Pendahuluan

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi, ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia. Selain itu, muncul masalah-masalah lain.

Siswa yang dibelajarkan guru adalah seorang pribadi yang unik dan aktif. Siswa memiliki keunikannya sendiri yang membedakannya dengan siswa lainnya. Sebagai seorang pribadi, siswa mempunyai kebutuhan dan permasalahan yang tidak sama dengan siswa lain. Masalah-masalah yang dihadapi guru maupun siswa, baik bersifat intern maupun ektern, akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila tidak ditemukan langkah yang tepat untuk mengatasinya, tentu akan menggangu proses belajar dan pembelajaran.

Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah lingkungan sosial siswa, guru sebagai pengajar dan tenaga profesional, ataupun masalah-masalah yang lain. Masalah-masalah belajar dan pembelajaran tersebut perlu dicari solusi demi terwujudnya tujuan belajar dan pembelajaran. Selain itu juga terkait hasil pembelajaran yang optimal.

Guru profesional akan selalu melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap siswanya. Guru akan selalu berusaha untuk mendorong siswa agar belajar secara sungguh-sungguh. Guru akan terus mencaritahu bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar maupun tidak belajar. Ada siswa yang tidak belajar karena memang merasa enggan untuk belajar. Ada pula siswa yang tidak belajar karena merasa dirinya sudah pintar dibandingkan dengan siswa lainnya. Dengan demikian, perlu adanya identifikasi masalah-masalah belajar dan pembelajaran untuk mencari solusi terbaiknya demi tercapainya hasil belajar dan pembelajaran yang unggul.

B. Masalah-Masalah Intern Belajar

Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajarsiswa menghadapi masalah-masalah intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut (Dimyati, 2009:239):

(2)

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaia tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tidaknya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kut, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan (Dimyati, 2009:239).

3. Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali (Dimyati, 2009:239-240).

4. Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menajdi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori (Dimyati, 2009:241).

5. Menyimpan perolehan hasil belajar

(3)

dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun, bahkan sepanjang hayat. Biggs dan Telfer (Dimyati, 2009:241) menjelaskan proses belajar di ranah kognitif tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan (input processes), proses pengolahan kembali dan hasil (output processes), dan poses penggunaan kembali (activation processes).

Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses tersebut berjalan lancar. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penerimaan, akibatnya, proses-proses penguatan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan akan terganggu. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penyimpanan. Akibatnya proses penggunaan hasil belajar akan terganggu (Dimyati, 2009:241-242).

6. Menggali hasil belajar yang tersimpan

Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan pada saat penerimaan, maka siswa tidak memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh, maka siswa tidak berketerampilan dengan baik.

7. Kemampuan beprestasi atau unjuk hasil belajar

Kemampuan berperstasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi (Dimyati, 2009:243).

8. Rasa Percaya Diri Siswa

(4)

Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaay diri semakin kuat, dan begitu pula sebaliknya.

9. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

Menurut Wechler (Dimyati, 2009:245) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Menurut Siti Rahayu Haditono (Dimyati, 2009:246), di Indonesia juga ditemukan banyak siswa memperoleh angka hasil belajar yang rendah. Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti (i) kurangnya fasilitas belajar di sekolah dan rumah di berbagai pelosok, (ii) siswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, (iii) kurangnya dorongan mental dari orang tua karena orang tua tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, dan (iv) keadaan gizi yang rendah, sehingga siswa tidak mampu belajar yang lebih baik, serta (v) gabungan dari faktor-faktor tersebut, mempengaruhi berbagai hambatan belajar.

10. Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tesebut yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (vii) bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar (Dimyati, 2009:146).

Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada i kota besar, kota kecil, dan di pelosok tanah air. Untuk sebagian, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidakmengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. 11. Cita-cita siswa

(5)

terarah. Cita-cita merupakan wujud eksploitasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit (Dimyati, 2009:247).

C. Masalah-Masalah Ekstern Belajar 1. Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah (Dimyati, 2009:248).

Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia. Hal-hal yang dipelajari oleh setiap guru adalah (i) memiliki integritas moral kepribadian, (ii) memiliki integritas intelektual berorientasi kebenaran, (iii) memiliki integritas religius dalam konteks pergaulan dalam masyarakat majemuk, (iv) mempertinggi mutu keahlian bidang studi sesuai dengan kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (v) memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru, (vi) bergabung dengan asosiasi profesi, serta (vii) mengakui dan menghormati martabat siswa sebagai klien guru (Dimyati, 2009:248-249).

Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa tersebut meliputi hal-hal berikut: (i) pembangunan hubungan baik dengan siswa, (ii) menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar, (iii) mengorganisasi belajar, (iv) melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, (v) mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan objektif, serta (vi) melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi orientasi masa depan siswa (Dimyati, 2009:249).

2. Prasarana dan sarana pembelajaran

(6)

sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik (Dimyati, 2009:249).

Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal. Barang-barang tersebut dibeli dengan uang pemerintah dan masyarakat. Maksud pembelian tersebut adalah untuk mempermudah siswa belajar. Dengan tersedianya prasarana dan sarana belajar berarti menuntut berikut: (i) Memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, (ii) memelihara dan mengatur sarana, (iii) mengorganisasikan belajar siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna (Dimyati, 2009:250).

3. Kebijakan penilaian

Puncak dari suatu proses belajar adalah hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai (Dimyati, 2009:250). Penilaian ini dapat disebut dengan istilah ujian semester ataupun ujian tengah semester. Dimana proses belajar berhenti dan guru menyiapkan berbagai soal untuk menguji hasil belajar dan pembelajaran yang terjadi selama ini.

4. Lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Dalam kehidupan kesiswaan terjadilah hubungan antar siswa. Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan, dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan, seperti hubungan akrab, kerja sama, kerja berkoperasi, berkompetensi, berkonkurensi, bersaing, konflik, atau perkelahian (Dimyati, 2009:252).

5. Kurikulum sekolah

(7)

program pembelajaran di sekolah sesuai dnegan sistem pendidikan nasional. Akan tetapi, perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah. Masalah-masalah itu antara lain, tujuan yang akan dicapai mungkin berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar-mengajar berubah, dan evaluasi berubah (Dimyati, 2009:253-254).

D. Cara Menentukan Masalah-Masalah Belajar 1. Pengamatan Perilaku Belajar

Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak menjelaskan, dan siswa bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut dilakukan oleh siswa. Perilaku belajar merupakan gejala belajar menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar atau proses belajar merupakan gejala belajar yang dialami dan dihayati oleh siswa. Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan dengan mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajarnya. Bila masalah siswa ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar (Dimyati, 2009:225).

Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut (Dimyati, 2009:256):

a. Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain.

b. Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa.

c. Menentukan berap lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga, atau empat bulan.

d. Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu.

e. Mencatat hal-hal yang diamati. f. Menafsirkan hasil pengamatan. 2. Analisis Hasil belajar

Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Hal ini pada tempatnya dikuasai dan dikerjakan oleh guru. Dalam melakukan analisis hasil belajar pada tempatnya guru melakukan langkah-langkah berikut:

1. Merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain instruksional.

2. Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar.

3. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi tersebut

(8)

5. Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan.

6. Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar, perilaku belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal.

7. Mempertimbangkan tingkan kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku.

8. Memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar.

9. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester.

3. Tes Hasil Belajar

Jenis tes secara umum adalah tes lisan dan tes tulis. Tes tulis sendiri dibedakan menjadi dua, yakni tes esai dan tes objektif. Tes lisan memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah (i) penguji dapat menyelesaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa, (ii) penguji dapat mengejar tingkat pengusaan siswa tentang pokok bahasan tertentu, dan (iii) siswa dapat melengkapi jawaban lebih leluasa. Di samping itu, ada juga kelemahannya, yakni penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atas perilaku siswa dan memerlukan waktu yang lama (Dimyati, 2009:257-258).

Sedangkan kelebihan tes tulis adalah (i) penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas, (ii) objektivitas pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi, (iii) penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahasan, (iv) penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian, dan (v) dalam pengerjaan, siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuannya. Namun, kelemahannya adalah penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa, rumusan pertanyaan yang tak jelas menyulitkan siswa, dan dalam peemriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji (Dimyati, 2009:258).

(9)

Kelemahannya adalah kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap, penyusunan tes memakan waktu lama, memakan dana besar, siswa yang pandai menerka jawaban dapat keuntungan dan pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran (Dimyati, 2009:258).

E. Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Setiap guru adalah sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Abdillah (Aunurrahma, 2012:196), mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu:

1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

2. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang dihadapinya.

3. Mengevaluasi hasil setiap langka kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

5. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.

Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi keulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: a. Identifikasi

Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan kegiatan berikut:

1. Data dokumen hasil belajar siswa, misalnya rapor siswa. 2. Menganalisis absensi siswa di dalam kelas.

3. Mengadakan wawancara dengan siswa, seperti mengajukan beberapa pertanyaan terkait masalah belajar siswa pada saat jam istirahat.

4. Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.

5. Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi (Aunurrahman, 2012:197)

b. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal berikut:

1. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.

2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar.

(10)

Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara:

1. Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai seluruh individu.

2. Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut. 3. Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang

diharapkan(Aunurrahman, 2012:198). c. Prognosis

Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa (Ainurrahman, 2012:198):

1. Bentuk treatmen yang harus diberikan. 2. Bahan atau materi yang diperlukan. 3. Metode yang akan digunakan.

4. Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan. 5. Waktu kegiatan dilaksanakan.

d. Terapi atau Pemberian Bantuan

Terapi adalah pemberian bentuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapi yang diberikan antara lain melalui:

1. Bimbingan belajar kelompok 2. Bimbingan belajar individual 3. Pengajaran remedial

4. Pemberian bimbingan pribadi 5. Alih tangan kasus.

e. Tindak Lanjut atau Follow Up

Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan. Rangkuman

(11)

pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, serta kurikulum sekolah.

Untuk memecahkan masalah-masalah belajar tersebut, baik masalah intern dan ekstern, perlu adanya pengamatan terlebih dahulu untuk menentukan masalah-masalah belajar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut: pengamatan perilaku belajar, analisis hasil belajar, dan tes hasil belajar.

Setiap guru adalah sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Abdillah (Aunurrahma, 2012:196), mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu:

1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

2. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang dihadapinya.

3. Mengevaluasi hasil setiap langka kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

5. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.

Agar bimbingan belajar dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi keulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: identifikasi, diagnosis, prognosis, terapi atau pemberian bantuan, dan tindak lanjut atau follow up.

Soal:

1. Dalam pembelajaran, muncul masalah-masalah belajar yang ada dalam diri siswa. Sebutkan dan jelaskan!

2. Bagaimana sikap guru yang baik, apabila ada siswa yang sering bolos dan tingkat prestasinya di bawah rata-rata teman yang lain?

3. Langkah bijak apa yang harus dilakukan seorang guru terhadap siswa yang belum layak untuk naik kelas, akan tetapi siswa tersebut telah mempunyai catatan tidak naik kelas sebelumnya dan telah menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik?

4. Jelaskan beserta contohnya jenis-jenis tes dalam mengevaluasi hasil belajar! 5. Jelaskan cita-cita siswa sebagai masalah belajar dalam proses pembelajaran!

6. Bagaimana cara untuk menumbuhkan sikap jujur dan percaya diri dalam diri siswa? 7. Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat

(12)

efisien. Bagaimana menghadapi siswa yang mempunyai intelegensi yang mumpuni namun tidak dapat bergaul dengan baik dengan teman sejawatnya? Sebagai guru yang mengajar, apa yang seharusnya dilakukan? Jelaskan!

8. Jelaskan peranan pengamatan perilaku belajar!

9. Sebutkan masalah-masalah pembelajaran yang paling sering dialami seorang guru! Jelaskan!

10. Bagaimana cara menumbuhkan pemikiran nalar siswa? Sumber:

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang ditawarkan oleh tim pengabdian untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah (1) pembuatan laporan keuangan simpan pinjam berbasis IT yang bisa digunakan oleh

Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Teras,Yogyakrata, 2009, hlm.. Evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan tidak secara langsung. Artinya

Hasil dari penelitian ini adalah iklan, brand awareness dan harga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap niat pembelian secara bersamaan TOP produk

[r]

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Jumlah jenis obat yang diresepkan dalam satu resep pada peresepan obat antidiabetik oral pada pasien rawat jalan RSAL Dr. Jenis obat

[r]

Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten yang berada di sebelah paling timur Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Ngawi Jawa Timur.. Kecamatan