• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penciptaan Manusia Dalam al Quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penciptaan Manusia Dalam al Quran"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Penciptaan Alam menurut Al Quran A. Istilah alam dalam Al quran

Istilah alam yang terpakai di sini dalam arti alam semesta, jagat raya, yang dalam bahasa inggris diistilahkan dengan universe. Istilah ini dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab dengan alam (ملاع). Istilah alam dalam al-Quran hanya datang dalam bentuk jamak alamin (

نيطاع), disebut sebanyak 73 kali yang tergelar dalam 30 surat.1

Kata ‘alamin yang dimaksud dalam al-Quran, sebagai kumpulan yang sejenis dari makhluk yang berakal. Arti ini didasarkan pada kata ‘alamin yang menunjukkan jamak al-muzakkar yang berakal. Sebab itu dikenal alam malaikat, alam manusia, alam jin, alam tumbuhan dan lainnya, tetapi tidak dikenal istilah alam batu dan alam tanah, karena alam batu dan alam tanah tidak memenuhi kriteria di atas.2

Berdasarkan pendapat para ulama ternyata istilah al-‘alamin yang ada dalam al-Quran tidak dapat dipakai kepada istilah alam semesta atau universe. Untuk membuktikan tesa ini dapat dilacak kata-kata al-‘alamin yang terdapat dalam al-Quran. Sebagai contoh dapat dikemukakan diantaranya sebagai berikut:3

1. Surah al-Baqarah : 47 dan 122

ننيمملناعنللا ىلنعن ملككتكللضضنفن ينضمأنون ملككيللنعن تكملعننلأن يتملضنا ينتممنعلنم اوركككذلا لنيئمارنسلإم ينمبن اين

Artinya: “Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.”

Meneliti dari konteks ayat diatas, kata ‘alamin ynag terkandung di dalamnya tidak dapat diartikan dengan alam semesta. Kalau diterima dengan arti demikian, apakah pantas Allah menegaskan bahwa Bani Israil dilebih-Nya atas alam batu, tanah, besi dan lainnya. Karean itu arti yang tepat dengan al-‘alamin di sini secara khusus adalah umat manusia Memang Allah telah melebihkan nikmat kepada umat Israil dari umat-umat lain dengan kebanyakan nabi-nabi lain. Menurut Abdul Abduh keistimewaan ini dimaksudkan atas perorangan dari Bani Israil dan tidak pula meniadakan siksa atas mereka apabila mereka menyimpang dari petunjuk para nabi mereka.4

▸ Baca selengkapnya: prolog penciptaan manusia

(2)

Al-Razy ketika menafsirkan ayat dimaksudkan sama pendapatnya dengan pernyataan diatas, namun ia menambahkan bahwa fadhdahltukum ‘ala al-‘alamin di situ terbatas padaa masa Bani Israil dahulu kala ketika para nabi itu ada. Akan tetapi setelah para nabi tersebut tiada, maka keistimewaan tersebut tidak berlaku lagi. Keterbatasan ini ia kuatkan dengan firman Allah SAW dala surat Al-Maidah ayat 20 dan surat Al-Dukhan ayat 32.5

2. Surat ali-Imran : 96

ننيمملناعنلللم ىددهكون اكدرنابنمك ةنكضنبنبم يذملضنلن سمانضنللم عنضموك تتيلبن لنوضنأن نضنإم

Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Surat ali Imran diatas berbicara tentang ka’bah. Hal ini sebagai jawaban ats keraguan atau ketidaksenangan Yahudi terhadap Islam di Makkah sebagai ganti kiblat mereka ke Baitul Maqdis di Palastina. Informasi ini sekaligus mematahkan argumentasi Yahudi yang menganggap Baitul Maqdis lebih baik dan lebih dahulu diciptakan Allah dari Ka’bah. Peristiwa ini ditegaskan Allah sebagai memberi berkah dan petunjuk bagi al-‘alamin. Melihat kepada konteks ayat, hal ini tidak mungkin memberi berkah bagi seluruh alam, seperti alam tumbuhan batu dan lainnya. Karenanya al-‘amin di sini lebih tepat diartikan dengan manusia dan tidak bisa diartikan dengan alam semesta.

3. Surat Yusuf : 104

ن

ن ِيمملنَاعنلللم ررك

ل ذم ِلإم ونهه نلإم ررجلأن نلمم همِيللنعن ملههلهأنس

ل تن َامنون

Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.”

Istilah zikr li al-‘alamin dapat pula ditemukan dalam surat Shad/38:87, al-Qalam/68:52 dan Al-Takwir/81:27. Ayat ini menginformasikan bahwa Nabi Muhammad (juga nabi-nabi lainnya) tidak menerima upah atas seruan yang ia sampaikan, dan kitab ketuhanan (al-Quran) adalah peringatan (tazkirat) bagi al-‘alamin. Mengamati konteks seluruh ayat di atas, maka al-‘alamin disitu lebih tepat diartikan dengan bangsa manusia dan jin.

(3)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah al-‘alamin dalam al-Quran tidak dapat dipakaikan kepada istilah alam semesta atau universe.namun dapat dibenarkan bahwa kata ini menunjukkan banyaknya alam yang diciptakan dan dipelihara Tuhan, sebagai darinya tidak diketahui oleh manusia (QS. An Nahl/16 : 8). Telah disebutkan sebelumnya untuk istilah alam semesta atau universe, al-Quran mempergunakan istilah al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma. Dalam kumpulan wahyu Allah (al-Quran) Istilah ini disebut sebanyak 20 kali yang tergelar dalam 15 surat. Salah satu contoh ayat yang menyebutkan kata al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma seperti yang termaktub dalam surat Maryam/19 : 65 yang berbunyi:

...ههدلبهعلَافن َامنههننِيلبن َامنون ض

م

رللَاون ت

م َاونَامنس

س لَا ب

ب رن

Artinya: “Tuhanalam semesta, maka sembahlah Dia...”

Untuk mengetahui pengertian kata tersebut seutuhnya perlu dilihat dalam konteks ayat sebelumnya, surat Maryam/19:64 artinya: Kepunyaan Allah apa-apa yang dihadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang dihadapan kita apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya.

Jadi kata al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma dalam surat tersebut memperkuat keterangan sebelumnya yang bersifat parsial, yakni apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada dibelakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya. Jadi secara umum atau keseluruhan, yakni al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma atau alam semesta dalah kepunyaan Allah dan Dia yang mengaturnya sesuai dengan ketentuanNya

Dari uraian yang diberikan di atas dapat ditegaskan bahwa al-Quran memakaikan

kata al-samawat wa al-ardh wa ma baynahuma untuk istilah alam semesta. Kata ini mengacu kepada alam pisik non pisik atau gaib, seperti alam malaikat, jin, roh dan lainnya.

A. Ayat-ayat tentang penciptaan alam

Pengungkapan penciptaan alam semesta dalam Al-Quran terdapat tiga bentuk kata di antaranya, khalq (قلخ), bad’ (عدب), dan fathr (رطف) yang mengandung pembicaraan tentang penciptaan alam semesta.

Berikut sebagian ini ayat-ayat yang mengandung kata tersebut:

(4)

ن

ن َاك

ن ون مرَايسأن ةمتسسم ِيفم ض

ن

رللَاون ت

م َاونَامنس

س لَا ق

ن لنخن ِيذملسَا ونههون

ت

ن للقه ن

ل ئملنون َلمنع

ن ن

ه س

ن حلأ

ن ملكهيبأن ملكهونلهبلِينلم ءمَامنللَا َىلنعن ههشهرلعن

َاذنهن ن

ل إم َاورهفنكن ن

ن يذملسَا ن

س لنوقهِينلن ت

م ولمنللَا دمعلبن ن

ل مم ن

ن وثهوعهبلمن ملك

ه نسإم

ن

ر ِيبممه ررح

ل س

م ِلإم

Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".”

(5)

1. Surat al-Anbiya’/21:30

َاقْقتلرن َاتنننَاكن ض

ن

رللَاون ت

م َاونَامنس

س لَا ن

س أن َاورهفنكن ن

ن يذملسَا رنين م

ل لنونأ

ن

ن

ن ونهممؤليه َلفنأن ِي

ي حن ءرِي

ل ش

ن ل

س ك

ه ءمَامنللَا ننمم َاننللعنجنونَامنههَاننقلتنفنفن

Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Dalam Surat al-Anbiya’/21:30 di atas disajikan informasi pokok-pokok tentang ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) yang belum dipisahkan adalah sesuatu yang padu. Kemudian dibicarakan pula tentang air (al-ma’) yang daripadanya dijadikan segal sesuatu yang hidup. Ternyata al-Manar dan al-Mizan tidak dapat ditafsirkan kata ratq dengan sesuatu materi. Karena ratq (sesuatu yang padu) kata sifat bukan kata benda, sedangkan materi adalah kata benda.

Sebelumnya dalam surat Hud/11:7 telah dijelaskan tentang al-ma’ yang lebih tepat diartikan dengan zat alir atau sop kosmos karena pembicaraannya diartikan dengan fase penciptaan alam semesta. Sedangkan dalam surat ini pembicaraan tentang al-ma’ titik tekannya pada sangat sentralnya ia perlukan oleh kehidupan. Ini berarti al-ma’ yang dimaksud oleh surat al-Anbiya’/21:30 adalah yang terdiri dari atom oksigen dan atom-atom hidrogen. Karenanya al-ma’ di sini, berbeda dengan al-ma’ dengan surat Hud/11:7 lebih tepat diartikan dengan air. Hal ini sesuai dengan isyarat ayat yang menghubungkan pembicaraan al-ma’ dengan telah sempurnanya proses penciptaan alam semesta.

2. Surat al-Sajdat/32:4

ةمتسس

م ِيفم َامنههننِيلبن َامنون ض

ن

رللَاون ت

م َاونَامنس

س لَا ق

ن لنخن ِيذملسَا ههلسلَا

ِلون ِي

ي لمون ن

ل مم همنموده ن

ل مم م

ل ك

ه لن َامن ش

م

رلعنللَا َىلنعن َىونتنس

ل َامسثه م

ر َايسأ

ن

ن

ن ورهكسذنتنتنَلفنأ

ن عرِيفمشن

(6)

Informasi yang ditemukan Surat al-Sajdat/32:4 mempertegas dan memperjelas informasi yang diketengahkan surat Hud/11:7 sebelumnya, yakni alam semesta penciptaannya selama tahapan atau periode. Jadi enam tahapan atau periode keseluruhan masa ciptaan. Selain itu ditemukan atau periode keseluruhan masa ciptaan. Selain ditemukan pula informasi tambahan bahwa Allah bersemayam di ‘Arasy. Ungkapan ini dipandang sebagai kiasan atau kinayah sama halnya dengan ungkapan kana ‘arsyuhu ‘ala al-ma’. Justru itu untuk memahami harus diambil metaforanya atau tersirat, yakni Allah berkuasa atas seluruh alam semesta beserta apa yang terandung didalamnya.

Jika dibandingkan dengan informasi yang disuguhkan Hud/11:7 dan surah al-Sajdat/32:4 tentangan tahapan atau periode penciptaan alam semesta seolah-olah terjadi pengulangan. Dalam al-Quran tidak aatau perundang undanganda ditemukan pengulangan tanpa ada pentujuk atau informasi tambahan. Dalam surat Hud/11:7 pembicaraan enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta dikaitkan dengan zat air atau sop kosmos (al-ma’) sebagai keadaan alam dalam fase penciptaannya. Sedangkan dalam surat al-Sajdah/32:4 pembicaraan enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta dihubungkan dengan kemahakuasaan Allah atas seluruh alam semesta beserta segala yang terkandung didalamnya. Dengan istilah lain segala yang diciptakanNya harus tunduk dengan aturan undang-undang yang telah ditetapkanNya.

3. Surat al-Zariyat/51:47

ن

ن وعهس

م ومهلن َانسإمون دريلأ

ن بم َاهنَاننِيلننبن ءنَامنسسلَاون

Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”

Informasi yang disajikan Surat al-Zariyat/51:47 menunjukkan bahwa ruang alam (al-sama’) memuai atau berekspetasi. Pemuaian ini sesuai dengan kehendak dan undang-undang yang telah ditetapkan Allah di alam ini.

4. Surat Fushshilat/41:9-12

(7)

َاِينتمئلَام ض

م

رلِللمون َاهنلن لنَاقنفن نرَاخنده ِي

ن همون ءمَامنس

س لَا َىلنإم َىونتنس

ل َا م

س ثه

ن

ن ِيعمئمَاط

ن َاننِيلتنأن َاتنلنَاقن َاهْقرلكن ولأن َاعْقولط

ن

ءرَامنس

ن ل

ل ك

ه ِيفم َىحنولأنون نمِيلمنولين ِيفم ترَاونَامنسن عنبلسن نسههَاض

ن قنفن

رهيدمقلتن ك

ن لمذن َاظ

ْق فلحمون حنِيبمَاص

ن منبم َاِيننلدبلَا ءنَامنس

س لَا َانسيسزنون َاهنرنملأ

ن

م

م ِيلمعنللَا زميزمعنللَا

Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan materi (al-ardh) dalam dua tahapan atau periode dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. Dan Dia menciptakan di materi (al-ardh) ini tambatan yang kokoh diatasnya. Dia memberkahi dan Dia menentukan padanya sumber kekuatan dalam empat tahapan atau periode (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju penciptaan ruang alam (al-sama’) dan ruang alam (al-sama’) ketika itu penuh embunan (dukhan), lalu Dia berkata kepada ruang alam (al-sama’) dan kepada materi ()al-ardh: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh ruang alam (al-sama’) dalam dua tahap atau periode dan Dia mewahyukan atau menetapkan hukum-hukum alam yang berlaku didalamnya. Dan Kami hiasi ruang alam (al-sama’) dunia dengan pelita-pelita (bintang-bintang, bulan, matahari dan sebagainya) dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

Informasi yang dapat diraih dari Surat Fushshilat/41:9-12 di atas ialah bersifat rincian tentang enam tahapan atau periode penciptaan alam semesta, yakni dua tahapan atau periode penciptaan materi (al-ardh) dan empat tahapan tau periode penciptaan gaya-gayanya. Sedangkan penciptaan ruang alam (al-sama’) termasuk dua dari enam tahapan atau periode tersebut.

Ayat-ayat di atas lewat informasi tentang penciptaan alam semesta, Allah mengajak orang-orang kafir supaya berakidah yang benar, mentauhidkanNya dan membersihkan diri dari perbuatan syirik. Sedangkan bagi orang-orang mukmin informasi ini akan menambah keyakinan dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT.

(8)

Dalam informasi pertama tentanng proses penciptaan alam semesta yang terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu khalq, bad’, dan fathr, tidak ditemukan pada redaksinya penjelasan yang tegas, apakah alam semesta diciptakan dari materi yang sudah ada atau dari ketiadaan? Jadi ketiga bentuk kata tersebut hanya menjelaskan bahwa Allah Pencipta alam semesta tanpa menyebutkan dari ada tiadanya.

Kemudian proses berikutnya, seperti yang dideskripsikan surat al-Anbiya’/21:30, ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) sebelum dipisahkan Allah adalah sesuatu yang padu. Jadi ketika itu alam semesta ketika itu merupakan suatu kumpulan.

Rangkaian proses berikutnya, setelah terjadi pemisahan oleh Allah alam semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhan. Hal ini ditangkap dari pernyataan surat Fushilat/41:11 yang berbunyi: (artinya) Kemudian Allah menunjukan penciptaan ruang alam (al-sama’)yang ketika itu penuh “embunan” kata ini menjelaskan tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya.

Sebagaimana dukhan, al-Quran juga menunjukkan bahwa zat air atau sop kosmos (al-ma’) telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain, sebelum alamsemesta terbentuk seperti sekarang ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau kosmos.

Pembicaraan al-ma’ (zat air) dalam surat Hud/11:7 erat kaitannya dengan proses penciptaan alam semesta, sedangkan surat al-Anbiya’/21:30 melukiskan al-ma’ (air) sangat dibutuhkan dalam kehidupan atau dari air diciptakan sekalian makhluk hidup.

Proses penciptaan alam semesta selanjutnya sebagaimana yang dideskripsikan surat al-Zariyat/51:47 bahwa ruang alam (al-sama’) bersifat meluas, melebar dan memuai. Hal ini juga timbul setelah terjadinya pemisahan oleh Allah antara ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh). Jika dilihat dari sisi lafal yang terpakai dalam surat al-Zariyat/51:47, yakni musi’un adalah ism al-fa’il (kata yang mengandung arti pelaku). ism al-fa’il dalm kaidah tafsir menunjukkan kepada sesuatu yang bersifat tetap dan permanen. Dengan demikian sifat meluas, melebar dan memuai ruang alam (al-asma’) bersifat tetap atau terus berlaku sampai sekarang dan waktu lama di masa akan datang.

(9)

sejumlah ayat yakni surat al-A’raf/7:54, surat Yunus/10:3, surat al-Furqan/25:59, surat Qaf/50:38 dan surat al-Hadid/57:4.

Kata yaum dengan jamaknya ayyam (tahapan atau periode) dalam al-Quran bukanlah dimaksud batasan waktu antara terbenamnya matahari hingga terbenamnya lagi keesokan harinya seperti hari di bumi. Jika diterjemahkan demikian tidak logis dan ia juga bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran yang lain, karena hari sekarang ini baru ada setelah sempurnanya penciptaan alam semesta. Alla Ta’ala berfirman:

1. Surat al-Hajj/22:47

َامْقولين نسإمون ههدنعلون ههلسلَا ف

ن لمخ

ل يه ن

ل لنون ب

م َاذنعنللَابم ك

ن ننولهجمعلتنس

ل ينون

دننلعم

رن

ن

ن ودبعهتن َامسمم ةرننس

ن ف

م للأ

ن كن كنبل

Artinya: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

2. Surat al-Sajdat/35:5

م

ر ولين ِيفم همِيللنإم جهرهعلين م

س ثه ض

م

رللَا َىلنإم ءمَامنس

س لَا ن

ن مم رنمللَا رهبلدنيه

ن

ن ودبعهتن َامسمم ةرننس

ن ف

ن للأن ههرهَادنقلمم ن

ن َاك

ن

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”

3. Surat al-Ma’arij/70:4

ن

ن ِيس

م ملخن ههرهَادنقلمم ن

ن َاك

ن م

ر ولين ِيفم همِيللنإم حهوربلَاون ةهك

ن ئمَلمنللَا جهرهعلتن

ةرننس

ن ف

ن للأن

Artinya: “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”

(10)

suatu masa yang panjang. Oleh sebab itu yang dimaksud yaum dalam penciptaan alam semesta adalah tahapan atau periode yang berjumlah enam.

Dalam banyak ayat al-Quran secara eksplisit menyebutkan ruang alam (al-sama’) berjumlah tuuh. Sedangkan materi (al-ardh) sebagaimana dalam surat al-Thalaq/65:12 secara implisit didsebutkan juga jumlahnya tujuh.

Kata ruang dalam al-Quran ada yang datang dalam bentuk mufrad (al-sama’) dan ada pula yang datang dalam bentuk jamak (samawat). Sedangkan bumi (materi) dalam al-Quran hanya disebutkan dalam bentuk mufrad (al-aradh) saja dan tidak pernah muncul dalam bentuk jamaknya (al-aradhain).

Adapun proses penciptaan alam semesta selanjutnya, yaitu Allah melengkapinya dengan menciptakan hukum-hukum tertentu, yang disebut dengan sunatullah. Hal ini dipahami percakapan simbolis antara Allah di satu pihak dan ruang alam (al-sama’) dan materi (ardh) di pihak lain. Penafsiran ini ditopang sejumlah ayat, seperti surat al-Isra’/17:77, al-Ahzab/33:62, Fathir/35:43, al-Fath/48:23 , Yasin/36:40, dan al-‘An’am/6:96. Hasil penelitian ayat-ayat ini seutuhnya menunjukkan bahwa hukum-hukum alam telah ditetapkan Allah tersebut tidak akan pernah berubah dan menyimpang. Alam semesta tunduk kepada hukum-hukum rancangan Allah tersebut. Dengan istilah lain, gerakan dan edaran ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardh) serasi dan sejalan, tidak saling bertentangan.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu diperlukan penanganan yang tepat untuk limbah sampah, salah satunya adalah dengan membuat limbah plastik seperti plastik bekas minuman menjadi suatu kerajinan

Merupakan software yang khusus digunakan untuk membuat program.. komputer, apakah itu sistem operasi, program paket

Dengan demikian apabila zeolit akan digunakan sebagai bahan urug, maka perlu ditambah abu layang agar dapat diperoleh bahan urug dengan permeabilitas rendah, tahan

The relationship between the number of pick-up coils turn and the demagnetization factor was measured by using fluxgate sensor element as shown in Fig.. Construction sketch

Definisi Untuk sebuah variable acak diskrit X dengan nilai-nilai yang mungkin x 1, x 2, …, x n, sebuah fungsi probabilitas massa adalah sebuah fungsi sehingga

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mata pelajaran PKn tentang sistem pemerintahan kelas IV MI Mambaul Ulum Karangpoloso

Among four input variables, capitas has the highest average input slack of 11.26 percent followed by deposit, fixed assets and total operating expenses with the average

Dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan contoh menghormati dan menghargai pendapat atau penjelasan siswa dengan memberikan pujian atau tepuk tangan terhadap siswa