• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Ba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Ba"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Mulai dari berolahraga, membaca, menulis, mengarang dan sebagainya. Di antara sekian banyak kebiasaan manusia, ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka. Anehnya, kebiasaan yang tidak baik ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, yakni kebiasaan merokok. Merokok sendiri bukanlah hal yang dianggap tabu oleh masyarakat kita, meskipun yang melakukannya adalah anak yang masih duduk di bangku sekolah.

Berdasarkan dari badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization), mengatakan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa diakibatkan karena merokok, dan rokok dapat membunuh hampir 5 juta orang setiap tahunnya. Jika tidak dihentikan, maka dapat dipastikan bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020 nanti, dengan 70% kasus yang terjadi di Indonesia. Pusat Promkes Kemenkes RI (2013) memperkirakan pada tahun 2030 angka kematian akibat rokok akan melebihi 8 juta orang pertahunnya dan akan ada 1 milyar kematian akibat rokok selama abad 21 ini bila tidak dilakukan upaya-upaya intervensi yang efektif.

(2)

pelajar di Indonesia dengan rentang umur 13 hingga 15 tahun menunjukkan, dari 19,4% remaja laki-laki dan perempuan adalah perokok aktif. Sebanyak 35,5% perokok tembakau adalah remaja laki-laki, sedangkan remaja perempuan hanya 3,4%. Sebanyak 35,6% remaja perokok menghisap 1 batang rokok per hari. Sementara, hanya 0,5% remaja yang mengaku merokok lebih dari 20 batang per hari. Masih dalam penelitian yang sama disebutkan, sebanyak 43,2% remaja pertama kali merokok saat masih berumur 12 hingga 13 tahun. Jumlah ini lebih banyak dari mereka yang mencoba merokok pada usia 10 hingga 11 tahun dengan presentase mencapai 25,6%. Prevalensi perokok berdasarkan Survey Lentera tahun 2015, sebanyak 45% jumlah remaja di Indonesia pada usia 13 hingga 19 tahun. Di Sulawesi Utara prevalensi perokok yaitu sebanyak 1,1% terjadi pada usia 5-9 tahun, pada usia 10-14 tahun terjadi sebanyak 16,6%, 15-19 tahun terjadi sebanyak 44,7%, 20-24 tahun terjadi sebanyak 15,0%, 25-39 tahun terjadi sebanyak 3,1%, dan pada usia 30 tahun terjadi sebanyak 3,2% (Riskesdas. 2013).

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fitrianan. M, dkk (2015) tentang gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap bahaya merokok di RW 17 Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya, menyatakan bahwa terdapat 73,3% sampel memiliki pengetahuan tinggi mengenai bahaya merokok dan 50% masyarakat memiliki sikap positif dan negatif yang sama. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Yosantaraputra,

(3)

64,5%, dan kategori kurang sebesar 35,1%. Hasil uji sikap responden terhadap rokok berada dalam kategori baik sebesar 90,1%, kategori sedang sebesar 9,5% dan kategori kurang sebesar 0,4%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas berada pada kategori sedang dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas berada pada kategori baik. Disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas agar mencari tahu tentang nikotin dan akibatnya secara mandiri sesuai dengan sistem pembelajaran PBL, serta segera diberlakukannya peraturan bebas asap rokok di lingkungan FK Unand.

(4)

karena ketagihan adalah faktor penyebab keinginan untuk merokok. Bagi anak-anak yang orang tuanya merokok kemungkinan lebih besar anaknya ikut merokok. Pada akhirnya anak itu beresiko untuk merokok seperti orang tuanya. Kurangnya pengetahuan pada siswa di SD Inpres Tontalete dapat menjadi pemicu anak untuk merokok. Apalagi di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok. Berdasarkan permasalahan tersebut rasanya penting dilakukan penelitian tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas V dan VI di SD Inpres Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Karena kurangnya pengawasan orang tua terhadap siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara sehingga anak tidak tahu dampak kesehatan akibat merokok.

2. Masih adanya siswa kelas V dan VI SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara yang tidak tahu kandungan zat kimia yang berbahaya pada rokok.

(5)

4. Siswa belum berani menyikapi apabila melihat teman sekolah, guru, orang tua ataupun saudara mereka yang merokok di dalam maupun di luar sekolah.

5. Masih adanya siswa yang tidak memberi respon disaat melihat iklan tentang rokok.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada masalah tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok kelas V dan VI SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : seberapa tinggi tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas V dan VI di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.

2. Tujuan Khusus

(6)

F. Manfaat Penelitian

Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang pentingnya mengetahui bahaya merokok bagi tubuh manusia dan kesehatan.

Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok.

Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya budaya hidup sehat khususnya bahaya merokok, agar terhindar dari berbagai penyakit.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengetahuan

` Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).

Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi (taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge)

Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah dipelajari.

2. Pemahaman (comprehension)

Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada. 3. Penerapan (application)

Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

(8)

Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

5. Sintesis (synthesis)

Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata: pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.\

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan yang ada (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 142).

Seseorang dikatakan mengerti suatu bidang tertentu apabila orang tersebut dapat menjawab secara lisan atau tulisan. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (knowledge). Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban, baik secara lisan maupun tulisan.

(9)

1. Pertanyaan subjektif, misal jenis pertanyaan lisan.

2. Pertanyaan objektif, misal pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pernyataan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pilihan ganda dan betul-salah lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat.

Dalam penentuan kriterianya pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan penilaian dengan skala empat, yaitu : 1. Kategori sangat rendah, apabila memiliki nilai benar < 40 %. 2. Kategori rendah, apabila memiliki nilai benar 40% - 55%. 3. Kategori cukup tinggi, apabila memiliki nilai benar 56%-75 %. 4. Kategori tinggi, apabila memiliki nilai benar 76%-100 %. 2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. (Soekidjo N, 2003). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. (Newcomb dalam Notoatmodjo, 2003)

(10)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan dtimulus yang diberikan (obyek)

b. Merespon (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung Jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Dalam penentuan kriterianya pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif.

(11)

setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan tidak setuju. Selain itu, jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert bisa juga mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP).

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Mengutip dari buku Nazir M. “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia; Bogor; tahun 2005, dalam membuat skala Likert, ada beberapa langkah prosedur yang harus dilakukan peneliti, antara lain :

1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.

2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.

(12)

apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.

Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

a. Pertanyaan Positif (+)

Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang

Skor 3. Netral / Cukup Skor 4. (Setuju/Baik/suka)

Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka) b. Pertanyaan Negatif (-)

Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka) Skor 2. (Setuju/Baik/suka)

Skor 3. Netral / Cukup

Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang

Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)

4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.

(13)

sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.

3. Merokok

a. Definisi Merokok

Merokok merupakan sebuah perilaku yang dapat meberikan kenikmatan bagi si perokok. Namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya, dan merokok merupakan salah satu perilaku yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Bustan, 2007).

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainya atau sintesisnya yang mengandung nikotin, Codan tar dengan atau bahan tambahan (PP RI No. 19 Tahun 2003).

(14)

b. Bahaya Rokok

Rokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok tetapi juga bagi orang yang menghirup asaprokok. Dalam asap rokok terdapat zat-zat diantaranya gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida, amonia, benzene, metanol, perilen, hidrogen sianida, akrolein, asetilen, benzaldehid, arsenikum, benzopiren, uretan, koumarin, ortokresol, dan lain-lain (Nainggolan 2006). Dampak berbahaya yang dapat berakibat buruk pada kesehatan antara lain :

1. Dampak pada paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Tandra, 2003). Akibat perubahan anatomi saluran nafas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruktif menahun (PPOM). Merokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker dan PPOM, termasuk emfisema bronkitis kronis, dan asma (Tandra, 2003).

(15)

Nikotin dari rokok itu dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur, serangan jantung karena akibat merokok ini, dapat terjadi karena tiba-tiba yang mengakibatkan kematian. Juga karbon monoksida pada rokok tersebut menghalangi masuknya oksigen kepada jantung yang dapat mengakibatkan serangan jantung secara tiba-tiba, apalagi kalau urat nadi pembuluh darah, yang membekali otot-otot jantung dengan darah telah diendapi oleh penyakit karena nikotin dan karbon monoksida dari rokok tersebut (Nainggolan 2006). 3. Dampak terhadap terjadinya kanker

(16)

B. Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan

Sikap

Bahaya Merokok

Perilaku Merokok Perubahan Perilaku

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi oleh Notoatmodjo (2007), Jaya (2009)

Keterangan :

(17)

C. Kerangka Konsep

Tingkat Pengetahuan dan Sikap

(X)

Bahaya Merokok (Y)

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010: 3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, artinya pengamatan penelitian dilakukan sekaligus dalam waktu yang sama dan setiap subjek hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada Bulan Maret 2018 di SD INPRES Tontalete, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara.

C. Populasi

(19)

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

D. Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan metode Total Sampling, dan seluruh siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Metode Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi disetiap masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel penelitian (Kriteria inklusi dan ekslusi menurut Notoatmodjo, 2010).

1. Kriteria inklusi :

a. Seluruh siswa kelas V dan VI yang aktif. b. Bersedia menjadi responden penelitian. 2. Kriteria eksklusi :

(20)

E. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen : Pengetahuan dan Sikap 2. Variabel Dependen : Bahaya merokok

F. Definisi Operasional 1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang rokok secara umum, termasuk bahaya rokok dan kandungan zat dalam rokok. Dengan menggunakan alat ukur yaitu kuesioner, dengan kriteria penilaian sangat rendah, rendah, cukup tinggi, tingi. Skala ordinal.

2. Sikap

Tingkat tanggapan atau penilaian dari responden. Dengan menggunakan alat ukur kuesioner, dengan kriteria penilaian :

a. Positif (+)

Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang

Skor 3. Netral / Cukup Skor 4. (Setuju/Baik/suka)

Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka) b. Negatif (-)

(21)

Skor 3. Netral / Cukup

Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang

Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali) G. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang nantinya akan dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan dituangkan dalam bentuk presentase.

Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehinga lebih mudah diolah.

2. Teknik Pengumpulan Data

(22)

H. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Langkah-langkan dalam pengolahan data : a. Penyuntingan

Setelah kuesioner dibagikan dan diisi oleh responden, kuesioner tersebut diperiksa untuk mengecek apakah ada kesalahan pada saat pengisian.

b. Pengkodean

Setelah data diperiksa, peneliti melakukan pengkodean untuk mempermudah dalam pengolahan data di aplikasi dalam komputer. c. Pemasukan data

Setelah pengkodean, data hasil kuesioner dimasukkan kedalam master tabel dengan menggunakan aplikasi software SPSS 16.0

d. Pembersian data

Setelah dimasukkan, akan diperiksa kembali untuk melihat jika ada kesalahan kode, dan ketidaklengkapan dan selanjutnya dikoreksi.

2. Analisis Data

(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrok (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga

Ma’ruf, Ali. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok. Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta

Pusat Promosi Kesehatan. Dampak merokok terhadap kesehatan remaja/smoking go kills. (online) diakses dari Promkes.depkes.go.id28 Oktober2017

Didiet, 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya. Jakarta (online) diakses dari https://www.diedit.com/skala-likert/ pada tanggal 2 Oktober 2017

Novita, Riski. 2013. Tingkat Pengetahuan Remaja Putra Tentang Bahaya Rokok. Surakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia. PT Rajagrafindo Persada Notoatmodjo, 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, PT Rineka Cipta

Setyawan, Edi. Dkk. 2013. Perbedaan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Perokok Dan Bukan Perokok Di SMP Negeri 1 Blado Kabupaten Batang. Jurnal Keperawatan Vol. 2 No. 2 :124-132

Yosantaraputra, dkk. 2014. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Andalas tentang Rokok. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3) Depkes RI.(2004). Bahaya-bahaya rokok bagi kesehatan. Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3.7 menjelaskan proses untuk menambah data pemetaan kondisi sosial ekonomi yaitu admin memilih file yang akan dimasukkan, memasukkan tahun dan link

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi sekolah dan kinerja guru memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan untuk memperoleh gambaran tentang berbagai informasi yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab kantor depan ( front office )

Penelitian ini bertujuan mengetahui kemapuan VaR (Value at Risk) sebagai pengukuran risiko untuk tingkat saham dan portofolio emiten LQ 45 dikaitkan dengan likuiditas

Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015 Terhadap Kualitas Pelayanan Di UPT

Dengan adanya beberapa masalah yang terjadi, baik yang berhubungan dengan KSM, maupun masalah-masalah yang dihadapi pendamping, telah dilakukan beberapa upaya guna

Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa nilai rata-rata hasil belajar geografi peserta didik Kelas Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Pallangga” setelah pemberian

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak  memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis