• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Oleh:

Wanda Jaya Purnama NIM: 1111101000016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2015

Wanda Jaya Purnama, NIM: 1111101000016

Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

xii + 88 halaman, 3 tabel, 4 gambar, 54 bacaan

ABSTRAK

Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Tahun 2013 Puskesmas Ciputat Timur hanya dapat memberikan pelayanan K4-K1 yaitu sebanyak 71% ibu hamil dengan target 1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran input, proses, output, pengawasan, serta gambaran umpan balik yang dilakukan oleh Puskesmas Ciputat Timur dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga April 2015. Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah kepala Puskesmas Ciputat Timur, pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali), ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali), dan ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur.

(6)

ABSTRACT

One of the efforts in reducing maternal mortality is the Antenatal care K1 and K4. Antenatal care (ANC) is important to ensure maternal health during pregnancy and as a guarantee to take the health facility for childbirth safely. In 2013, Puskesmas of East Ciputat can only provide K4-K1, there were 71 pregnant women with the target was 1323. The occurrence of a decline in 2014, which is based on data from the annual report of 2014, data obtained K4-K1 or Antenatal Care only reached number 58 from 1471 pregnant women were targeted.

This research is intended to describe the input, process, output, monitoring, and feedback overview conducted by the Puskesmas of East Ciputat in the implementation of antenatal care services.

This research is qualitative research that produces descriptive data. This research was conducted in Puskesmas East Ciputat. This research was conducted for approximately two months starting from March to April 2015. The informant, the informant in this study include the head of the Puskesmas East Ciputat, holders of KIA program Puskesmas East Ciputat, pregnant women antenatal diligent (4 times), pregnant women antenatal care less (1 time), and pregnant women who never do pregnancy checks on Puskesmas East Ciputat.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.

Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada:

1. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Keehatan Masyarakat. 2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS sebagai pembimbing I yang telah

banyak memberikan ide, masukkan kritik dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.

3. Ibu Yuli Amran, MKM sebagai pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis selama penyusunan skripsi saya.

4. Para dosen-dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen-dosen Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

(8)

6. Pihak Puskesmas Ciputat Timur yang telah mempersilahkan saya untuk melakukan penelitian dan juga terimakasih telah memberikan data yang saya butuhkan.

7. Ibu alfiah selaku pemegang program KIA yang sudah membantu saya dalam mengumpulkan data.

8. Petugas Puskesmas Ciputat Timur yang telah membantu dalam pengumpulan data.

9. Teman-teman yang sudah membantu dan memberi semangat serta dorongan agar saya menjadi pribadi yang lebih baik.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.

(9)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ... i

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuam Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

1. Bagi Institusi Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah ... 4

2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur ... 4

3. Bagi Peneliti Lain ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antenatal Care ... 6

1. Pengertian Antenatal Care... 6

2. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care ... 8

(10)

B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas ... 21

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir ... 35

B. Definisi Istilah ... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C. Informan Penelitian ... 41

D. Sumber Data ... 42

E. Metode Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian... 43

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 44

H. Penyajian Data ... 44

I. Triangulasi Data Penelitian ... 44

BAB V HASIL PENELITIAN A. Input Pelayanan Antenatal Care ... 46

(11)

E. Umpan Balik ... 60

BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ... 61

B. Input ... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

1. Gambaran Input Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ... 84

a. SDM ... 84

b. Fasilitas ... 85

c. Suber Dana ... 85

d. Kebijakan dan SOP ... 85

2. Gambaran Proses Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ... 85

3. Gambaran Output Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ... 86

4. Gambaran Pengawasan Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ... 86

5. Gambaran Umpan Balik Dalam Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care Di Puskesmas Ciputat Timur ... 87

B. Saran ... 87

(12)

2. Saran Untuk Puskesmas Ciputat Timur ... 87

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 38

Table 5.1 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur

Tahun 2015 ... 49

Table 5.2 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ... 32

Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian ... 36

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian... 37

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana (KIA/KB).

(16)

Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian ibu yaitu dengan pelayanan Antenatal K1 dan K4. Pelayanan antenatal (antenatal care/ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasiltas kesehatan dengan selamat. Para ibu yang tidak mendapatkan pelayanan antenatal cenderung bersalin di rumah (86,7 persen) dibandingkan dengan ibu yang melakukan empat kali kunjungan pelayanan antenatal atau lebih (45,2 persen) (Data MDGs, 2010).

Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).

Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 32.961, dan kunjungan K4 sebanyak 30.936 ibu hamil (Profil Dinkes Kota Tangsel 2013).

(17)

berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014).

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4-K1 masih jauh dari target yang sudah ditetapkan. Sehingga perlunya peninjauan mengapa pelayanan tersebut belum pencapai target yang sudah ditetapkan, serta adanya isu dari masyarakat bahwa banyaknya komplein masyarakat terhadap petugas yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur. Dari kondisi tersebut, maka peneliti ingin melihat apa saja yang menjadi penyebab program tersebut tidak tercapai sebagaimana mestinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, yang menjadi permasalahan adalah belum tercapainya target pelayanan Antenatal K4-K1 yang ada dialam program KIA Puskesmas Ciputat Timur, dan bahkan terjadinya penuruan angka cakupan K1-K4 dari tahun 2013 hingga 2014.

C. Pertanyaan Penelitian

(18)

D. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum:

Diketahuinya pelaksanaan program Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur berdasarkan pedekatan sistem.

2.Tujuan Khusus:

a. Diketahuinya gambaran input dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.

b. Diketahuinya gambaran proses dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.

c. Diketahuinya gambaran output dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.

d. Diketahuinya gambaran pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.

e. Diketahuinya gambaran umpan balik dalam pelaksanaan pelayanan Antenatal care di Puskesmas Ciputat Timur.

E. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan dosen mengenai sistem pelaksanaan program Antenatal Care.

2.Manfaat Bagi Puskesmas Ciputat Timur

(19)

3.Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program Antenatal Care.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenatal Care

1.Pengertian Antenatal Care

Menurut Depkes RI (2010) pelayanan antenatal merupakan pelayanan

kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa

kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal care adalah perawatan kehamilan. Antenatal care adalah pengawasan kehamilan

untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit

yang menyertai mereka, menegakkan secara dini komplokasi kehamilan,

dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, risiko meragukan, risiko

rendah) (Manuaba, 2006). Definisi lain mengatakan bahwa Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada

petumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Menurut Manubua (1998), pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan

ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Definisi lain juga

(21)

Pelayanan antenatal yang berkualitas dapat mandeteksi terjadinya

risiko pada kehamilan yaitu mendapatkan akses perawatan kehamilan

berkualitas, memperoleh kesempatan dalam deteksi secara dini terhadap

komplikasi yang mungkin timbul sehingga kematian maternal dapat

dihindari (Mufdlilah, 2009). Kualitas pelayanan antenatal diberikan selama

masa hamil secara berkala sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang

telah ditentukan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan ibu

selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan

kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.

Menurut standar WHO, seorang ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan antenatal dengan minimal 4 kali selama kehamilannya, yaitu 1

kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada

trimester ke tiga untuk memantau keadaan ibu dan janin secara seksama

sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi

secara tepat (WHO, 2007).

Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil biasa dikenal dengan sebutan

K1 dan K4. K1 adalah kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil

yang pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 dibawah 70%

(dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun)

menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang

mungkin disebabkan pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya

K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.

K4 adalah kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk

(22)

pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada

trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran

ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan

antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya

kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetri (Depkes

RI, 2006).

Pelayanan antenatal meliputi 5 hal yang biasa dikenal dengan istilah

5T, yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri,

nilai status imunisasi TT, dan memberikan Tablet Fe (tablet tambah darah)

(Depkes RI, 2009).

2.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Care

Tujuan antenatal care ialah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intrauterine sehingga kesehatan yang optimal dapat dicapai dalam menghadapi persalinan, peurperium, dan laktasi, serta mempunya pengetahuan yang cukup tentang pemeliharaan bayinya (Ida, 2000).

Menurut Manubua (2003), dalam arti sempit tujuan antenatal care adalah:

a. Mengawasi ibu hamil selama masa kehamilan sampai persalinan.

b. Merawat dan memeriksa ibu hamil. Jika didapatkan kelainan sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin, harus

(23)

c. Menemukan penyakit ibu sejak dini yang dapat dipengaruhi atau

mempengaruhi kesehatan janin serta berusaha mengobatinya.

d. Mempersiapkan ibu sehingga proses persalinan yang dialaminya

dapat dijadikan pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan.

e. Mempersiapkan ibu hamil agar dapat memelihara bayi dan

menyusui secara optimal.

Menurut Depkes RI (2009), tujuan pelayanan antenatal adalah

mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh

bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan,

dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.

Menurut Lily (2009), tujuan pengawasan antenatal adalah:

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat

sat kehamilan, persalinan dan nifas

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan,

persalinan dan kala nifas.

c. Memberi nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek le;uarga berencana.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

Tujuan dari pemeriksaan kehamilan adalah mengetahui dan mencegah

sedini mungkin kelinan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga

kondisi badan ibu dalam menghadapai kehamilan, persalinan, dan

menyusui, serta menanamkan pengertian pada ibu tentang pentingnya

(24)

Handrawan, pemeriksaan kehamilan bertujuan agar kehamilan berlangsung

sehat, ibu sehat dan anak yang dikandungnya pun sehat, dengan demikian

anak siap dilahirkan secara sehat pula.

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya segera dilakukan setelah datang

bulan, tujuan dari pemeriksaan awal sebagai berikut:

a. Memastikan benar-benar hamil atau tidak.

b. Mengetahui keadaan kesehata ibu dan anak.

c. Mengetahui umur kehamilan.

d. Merencanakan evaluasi dan rencana selama kehamilan

berlangsung, apa yang boleh dan tida boleh dilakukan.

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya

berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat

diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah pertolongan

persalinannya.

3.Standar Pelayanan Antenatal Care

Pelayaan antenatal yang lengkap mencakup banyak hal, seperti

anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan kebidanan, pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko

yang ada). Penerapan operasional dikenal dengan standar 5T untuk

pelayanan antenatal (timbang berat bada dan tinggi badan, ukur tekanan

(25)

tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan) (Safrudin, 2007).

Pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak (PWS-KIA) (2010), pelayanan antenatal sesuai setandar meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai

risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Pada buku pedoman ANC

terpadu, dikatakan bahwa dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga

kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar

yang terdiri dari:

a. Timbang berat badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya

menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

b. Ukur lingkar lengan atas (LILA).

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang

energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami

kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil

dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah

(26)

c. Ukur tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan

darah e” 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia

(hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau

proteinuria).

d. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.

Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan 24 minggu.

e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya

setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit

atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat

janin.

f. Menentukan presentasi janin

Dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah

janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul

(27)

g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu

hamil diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi

TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.

h. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

diberikan sejak kontak pertama.

i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

1) Pemeriksaan golongan darah,

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang

sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan

minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada

trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui

ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama

kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi

proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

(28)

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan

pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini

ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.

Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

preeclampsia pada ibu hamil.

4) Pemeriksaan kadar gula darah.

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir

trimester ketiga).

5) Pemeriksaan darah Malaria

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

6) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

7) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko

tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV.

(29)

kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk

menjalani tes HIV.

8) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain

pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

j. Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk

sesuai dengan sistem rujukan.

k. KIE Efektif

KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

meliputi:

1) Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup

selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak

(30)

2) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan

badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum

makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun,

menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta

melakukan olah raga ringan.

3) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari

keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami,

keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya

persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon

donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi

kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke

fasilitas kesehatan.

4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda

bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas

misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua,

keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.

Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil

(31)

5) Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan

asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang

seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh

kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu

hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin

untuk mencegah anemia pada kehamilannya.

6) Gejala penyakit menular dan tidak menular.

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala

penyakit menular (misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis)

dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena

dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

7) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di

daerah tertentu (risiko tinggi).

Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar

dari pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan

penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke

janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri

keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila

ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak

terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya

apabila ibu hamil tersebut HIV negative maka diberikan

bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,

(32)

8) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI

kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI

mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk

kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berusia 6 bulan.

9) KB paska persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut

KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan

agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak,

dan keluarga.

10)Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus

neonatorum.

11) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster)

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan

dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan

stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak

(brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

(33)

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi

ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilan sejak dini secara teratur.

Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal

pemeriksaan meliputi: anamnesis, pemantauan ibu dan janin dengan

seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan

juga harus mengetahui kehamilan risti khususnya anemia, kurang gizi,

hipertensi, PMS/HIV serta memberikan pelayanan imunisasi, memberikan

penyuluhan kesehatan, mencatat data yang tepat setiap kali kunjungan.

Apabila ada masalah bidan harus mampu mengambil tindakan yang

diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya (SOP Pemeriksaan

dan Pemantauan Antenatal Dinkes Tangsel). Prasyarat yang harus dimiliki adalah:

a) Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas,

termasuk penggunaa KMS BUMIL, Kartu ibu.

b) Alat untuk pelayanan antenatal tersedia dalam keadaan baik dan

berfungsi, antara lain: stetoskop, tensimeter, meteran kain,

timbangan pengukur lingkar lengan atas, stetoskop janin.

c) Tersedia obat dan bahan lain : Tablet FE, Vaksin TT, Asam folat.

d) Menggunakan KMS Ibu Hamil, kartu ibu, buku KIA.

e) Terdapat sistem rujukan yang berfungsi dengan baik.

f) Bidan harus bersikap ramah, sopan, dan bersahabat setiap

kunjungan.

(34)

(a) Melakukan anamnesis riwayat dan mengisi KMS ibu

hamil/ buku KIA, kartu ibu secara lengkap.

(b) Memastikan kehamilan tersebut diinginkan.

(c) Tentukan hari taksiran persalinan (HTP). Jika hari pertama

haid terakhir tidak diketahui, tanyakan kapan pertama kali

merasakan gerakan janin dan disesuaikan dengan tinggi

fundus uteri.

(d) Memeriksa HB

(e) Berikan Imunisasi TT

(2) Pada Setiap Kunjungan Bidan Harus

(a) Menilai keadaan umum dan psikologos ibu.

(b) Memeriksakan unrine untuk tes protein dan glukosa urine

atas indikasi. Bila terdapat kelainan segera dirujuk.

(c) Mengukur berat badan dan mengukur lingkar lengan atas,

jika beratnya tidak bertambah atau lingkar lengan atas gizi

buruk berika penyuluhan tentang gizi dan segera dirujuk

untuk mendapatkan penanganan.

(d) Mengukur tekanan darah, bila terdapat kelainan segera

dirujuk.

(e) Periksa HB pada kunjungan pertama dan pada kehamilan

ke 28 minggu, atau sesering mungkin jika ada tanda-tanda

anemia.

(35)

(g) Tanyakan pada ibu apakah ada tanda gejala penyakit

infeksi menular (PMS).

(h) Lakukan pemeriksaan fisik ibu secara lengkap dan

menyeluruh.

(i) Ukur tinggi fundus uteri dengan meteran kain.

(j) Tanyakan apakah ibu merasakan gerakan janin.

Dengarkan jantung janin.

(k) Nasehat perawatan diri, tanda-tanda bahaya kehamilan,

gizi dan anemia.

(l) Dengarkan keluhan ibu.

(m)Bicarakan persiapan transportasi rujukan, anggaran

persiapan apabila terjadi komplikasi.

(n) Catat seluruh temuan dari KMS, kartu ibu untuk

menentukan tindakan selanjutnya.

B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas

Pelaksanaan program ini akan peniliti jelaskan dengan pendekatan sistem,

yang terdiri dari input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4),

umpan balik, dan pengawasan.

1.Input

(36)

tersebut (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya

material, manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari

lingkungannya. Input dalam penelitian ini antara lain: SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.

a. SDM

M.T.E. Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

b. Fasilitas

(37)

Menurut Moekijat (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012), secara sederhana yang dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) fasilitas adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada

penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi.

c. Sumber Dana

Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. yang mana yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan se ikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.

1)Pemerintah (APBN)

(38)

april sampai dengan 31 maret tahun berikutnya, namun saat ini APBN dihitung sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.

Anggaran pendapatan dan belanja negara harus memenuhi fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi.

a) Fungsi alokasi, di dalam APBN dijelaskan sumber pendapatan dan pendistribusiannya. Pendapatan yang paling besar dari pemerintah berasal dari pajak, penghasilan dari pajak dapat di alokasikan ke berbagai sektor pembangunan. Dengan pedoman APBN, pendapatan yang bersumber dari pajak dapat digunakan untuk membangun sarana umum, dan pengeluaran lainnya yang bersifat umum.

b) Fungsi distribusi, pajak yang ditarik dari masyarakat dan masuk menjadi pendapatan dalam APBN tidak selalu harus didistribusikan untuk kepentingan umum, melainkan dapat pula didistribusikan dalam bentuk dana subsidi dan dana pension. Pengeluaran pemerintas semacam ini disebut transfer payment. Transfer payment dapat membatalkan pembiayaan ke salah satu sektor, kemudian dipindahkan ke sektor yang lain. c) Fungsi stabilisasi, APBN berfungsi sebagai pedoman

(39)

demikian, akan mempermudah pencapaian berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan APBN sesuai alokasi yang ditentukan akan menjaga kestabilan arus uang dan barang sehingga dapt menghindari terjadinya inflasi atau deflasi.

Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besaran anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota 10% di luar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk kesehatan Cuma mendapat angka 2,37%. padahal menurut Mentri Kesehatan Achmad Sujudi (waktu itu), idealnya anggaran kesehatan minimalnya 4% dari APBN, bandingkan misalnya dengan anggaran pertahanan yang mencapai 5,5% dari APBN. Padahal jika pemerintah mau, pemerintah bisa saja menjaring dana Rp 1 triliun saja dari BLBI yang di selewengkan yang totalnya berjumlah Rp 51 triliun untuk menangani permasalahan kesehatan buruk balita di Indonesia.

2)Pemerintah Daerah (APBD)

(40)

terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, 2003).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007).

(41)

yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Begitupun juga keputusan didalam UU No 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.

3)Masyarakat/swasta

Sumber dana dari anggaran masyarakat/swasta yaitu dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini

mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif

secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun

pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya

pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak

swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat

berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan

atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan

kesehatan tersebut.

Kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat dirincikan

sebagai berikut:

a) Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan

kesehatan (out of pocket atau Direct payment), biaya

ini digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan

(42)

b) Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non

DEPKES untuk membiayai para karyawan, biaya

digunakan untuk membiayai pelayanan atau

operasional rumah sakit.

c) Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu PT

Askes, Asabri dan Jasa Raharja.

4)Bantuan Luar Negri

Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk

penatalaksanaan penyakit – penyakit tertentu cukup sering

diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh

organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Antara lain

berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negri dan

sebagainya.

d. Kebijakan dan SOP

(43)

Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, definisi tersebut pun dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dumilah, 2014).

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance (Tjipto).

Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.

(44)

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang

direncanakan (Azwar, 2010). Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan.

Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien. Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

(45)

Alur Pelayanan Antenatal Terpadudi Puskesmas Sumber: Pedoman ANC Terpadu 2010

3. Output

Output (keluaran) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan pelaksanaan K1-K4.

1) Pengertian K1

Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil di puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga.

(46)

yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2) Pengertian K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2010) yaitu ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.

4. Pengawasan

(47)

Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat, antara lain:

a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.

d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).

5. Umpan Balik

(48)

mengungkapkan salah satu contoh umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefinisika sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010).

Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bangian yang lain. Menurut Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007), sistem idealnya memiliki lima unsur yaitu: input, proses, output, umpan balik, serta pengawasan.

(49)

Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian Sumber: Sukoco, Badri M. (2007)

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Untuk mempermudah pemahaman dalam menganalisa pelaksanaan program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur maka disusunlah sebuah kerangka pikir. Berdasarkan kerangka teori, peneliti menggunakan metode pendekatan sistem dengan lima elemen yaitu input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4), umpan balik, dan pengawasan.

Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir dan pemaparan hasil penelitian ini:

(50)
(51)

B. Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara Ukur Alat Ukur Sumber Informasi

1. SDM Sumber daya manusia

yang tersedia di Puskesmas Ciputat Timur khususnya pada pelayanan KIA, serta pendidikan, cara

memberikan pelayanan, dan juga sikap petugas.

Wawancara mendalam dan telaah

dokumen

Pedoman Wawancara dan daftar dokumen

1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program

(52)

2 Fasilitas Sarana prasarana yang

3 Sumber dana Merupakan sumber finansial yang dimiliki

Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas

2. Pemegang program KIA.

(53)

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk menjalankan program, dalam hal ini dapat berupa kebijakan, undang-undang serta SOP.

observasi observasi

5 Proses Pelayanan Antenatal Care

Merupakan sebuah sistem atau alur

pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.

Wawancara Mendalam dan

observasi

Pedoman wawancara

dan pedoman

observasi

1. Kepala Puskesmas 2. Pemegang program

(54)

6 Cakupan

Telaah dokumen Daftar dokumen Dokumen laporan tahunan

7 Pengawasan Merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program

KIA.

(55)
(56)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga April 2015.

C. Informan Penelitian

(57)

obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini peneliti dalam pengambilan informan berdasarkan jarak rumah informan dengan Puskesmas, sehingga informan yang ambil adalah informan yang rumahnya jauh denga Puskesmas dan rumahnya yang dekat dengan Puskesmas

Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Kepala Puskesmas Ciputat Timur.

2. Pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.

3. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali). 4. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali). 5. Ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di

Puskesmas Ciputat Timur.

D. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan, dan didapatkan dengan wawancara mendalam serta observasi lapangan. 2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari dokumen atau data yang

dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

(58)

langsung dari informan, serta bertatap muka dengan informan tersebut (face to face). Wawancara mendalam peniliti lakukan kepada pemegang program KIA, Kepala Puskesmas, serta ibu hamil.

2. Observasi

Obserasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2007). Dalam observasi ini, yang peneliti lakukan adalah melihat kesesuaian alur pelayanan dengan kebijakan serta SOP yang sudah di buat.

3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan undang-undang serta SOP yang sudah dirancang oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, serta data cakupan program K1-K4 Puskesmas Ciputat Timur. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen tersebut.

F. Instrumen Penelitian

(59)

menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat akurasi data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema penelitian yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan hasil observasi, sehingga dapat lebih mudah dipahami.

H. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi lapangan dan telaah dokumen.

I. Triangulasi Data Penelitian

Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit, sehingga untuk menjaga keabsahan data yang didapat dilakukan dengan triangulasi, dintaranya:

1. Triangulasi Sumber

(60)

pemegang program KIA, serta ibu hamil yang ada dalam lingkungan kerja Puskesmas Ciputat Timur.

2. Triangulasi Metode

(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Input Pelayanan Antenatal Care

Input dari pelayanan Antenatal Care ini antara lain SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care

di Puskesmas Ciputat Timur.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk mengetahui gambaran sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Ciputat Timur, peneliti menggunakan dua aspek yaitu berdasarkan aspek kuantitas dan juga aspek kualitas.

a. Gambaran Kuantitas

Setelah dilakukannya telaah dokumen terkait SDM yang dimiliki Puskesmas didapatkan data seperti dibawah ini.

Tabel 5.1

Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Status Kepegawaian PNS PTT Honorer

Bidan 9 Orang 4 2 3

Jumlah 9 Orang 4 2 3

Sumber : Data Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

(62)

berprofesi sebagai bidan, yang terdiri dari empat orang berstatus PNS, dua orang berstatus PTT, dan tiga orang berstatus honorer.

Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala TU dan pemegang program KIA, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah SDM yang dimiliki puskesmas sebanyak sembilan orang, dan diperlukannya penambahan SDM dikarenakan banyak nya tugas yang diemban oleh SDM yang ada di program KIA seperti adanya kegiatan di luar gedung, di dalam gedung dan yang bertugas di malam hari, kemudian pelayanan antenatal tidak dapat diberikan dengan maksimal apabila adanya ibu yang melahirkan pada saat pelayanan antenatal sedang berlangsung dikarenakan kekurangan SDM.

Kesimpulan tersebut didukung oleh pernyataan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur dibawah ini:

“Kalo menurut saya sih ya masih perlu ditambah sekitar dua orang lagi, soalnya petugasnya cuma ada sembilan orang dan tugasnya juga terbagi-bagi, ada yang bertugas diluar gedung dan ada juga yang bertugas didalam gedung, belum lagi ada yang jaga malam, jadi sedikit apa ya namanya ya,,, sedikit kesusahan dalam memberikan pelayanan yang baik apabila pasien sedang banyak, dan apa lagi kalo ada ibu yang melahirkan.”

Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA di bawah ini:

“Untuk petugas yang memberikan pelayanan di KIA untuk sekarang sih masih kurang ya, soalnya kan tugas kita cukup banyak juga, soalnya ada yang bertugas di dalam dan luar gedung.”

(63)

malam kan paginya dia ga masuk lagi, trus belum lagi kalo ada misalkan ibu yang mau lahiran, ya mau ga mau kita menggunakan petugas yang sedang memberikan pelayanan di ruangan KIA, dan sedangkan di ruangan KIA itu ada pasien, jadi terpaksa pemeriksaan pasien KIA tertunda.”

“Kemudian kita juga ga punya dokter spesialis kandungan, jadi pemeriksaan kandungan dengan USG cuma dapat melihat posisi janinnya saja, dan belum dapat melihat tanda-tanda kelainan janin dan sebagainya, sehingga dapat diintervensi dengan tepat.”

b. Gambaran Kualitas

1) Pendidikan

Setelah dilakukannya telaah dokumen diketahui data sebagai berikut:

Tabel 5.2

Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah Tenaga

D4 1 Orang

D3 8 Orang

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan ibu dan anak yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur yang berpendidikan D4 yaitu berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang.

2) Tindakan Pelayanan

(64)

bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tau dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Kemudian ada informan yang mengatakan bahwa petugas selalu ada di tempat dan bekerja dengan cepat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti seperti dibawah ini.

“Kayanya bidannya baru baru ya atau gimana? Kayak kurang begitu ngerti, kan banyak asisten-asistennya kayak anak-anak magang gitu, jadi kayak yang ngetensi itu anak-anak magang trus bidannya cuma yang nyatet-nyatet gitu.” (R1)

“Petugas bidannya bagus sih, kemarin kerna HB saya rendah jadi daya disaranin sesar, kerna kan setiap periksa ke puskesmas selalu di periksa HB nya sama bidannya.” (R2)

“Bagus sih, kalo lagi periksa bidannya ada terus, jadi ga takut kalo mau periksa bidannya ga ada.” (R3) “Bidannya bagus sih, rapih, terus banyak yang muda -muda juga, trus cepet kerjanya gitu mas, ga leyeh-leyeh.” (R4)

“Kalo menurut saya bidannya sih bagus kerjanya, tapi ilmunya kan lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kandungan, jadi lebih baik, mangkanya saya lebih milih periksa di peraktik dokter swasta.” (K1)

“Petugasnya sih bagus, kita dateng merekanya udah ada di ruang KIA” (K2)

(65)

3) Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi penilaian pasien terhadap seorang petugas yang memberikan pelayanan. Sebagian informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa petugas di Puskesmas bersikap baik, akan tetapi ada juga sebagian informan yang menyatakan petugas bersikap tidak ramah kepada pasien. Pernyataan tersebut didukung pernyataan pasien yang didapatkan berdasarkan dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan seperti di bawah ini.

“Sikap bidannya juga ramah sih, cuma kalo bidan yang kayak udah senior gitu kayaknya agak jutek gitu.. kayaknya dia udah tau, jadi dianya kayak sombong gitu,,,,” (R1)

“Petugasnya baik sih, ga jutek, kerna saya kalo periksa dapetnya bidan yang itu-itu terus, jadi ga ketemu sama bidan yang jutek.” (R2)

“Tapi ada bisannya yang jutek, jadi agak males kalo dapet bidan yang jutek gitu.” (R3)

“Baik sih kalo menurut saya, tapi ada tuh yang jutek, makanya kalo saya periksa sama dia saya langsung males.” (R4)

“Petugas ditempat saya periksa lebih baik sih hehehe,,, dibandingin sama puskesmas sini, soalnya ada teroma juga sih, petugas Puskesmas jutek banget. Terus kan ilmunya juga lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kan,,, spesialis kandungan, jadi kan lebih baik lah.” (K1)

(66)

“Kebetulan pas waktu saya periksa kemarin saya di periksanya sama bidan yang jutek mas” (K3).

“Ya begitu, saya pernah di periksa sama bidan yang jutek, ga tau dia kenapa jutek begitu, mungkin kerna lagi dapet kali ya.” (K4)

Sumber daya manusia atau petugas antenatal juga berpengaruh bagi ibu yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh informan dibawah ini.

“Dari awal sih saya emang periksa di dokter, karna di dokterkan lebih teliti kan,,, lebih nyaman,,,” (T1) “Petugas puskesmasnya katanya judes-judes sih,, udah terkenal judes nya disitu,, iya petugasnya jutek-jutek, kan kita jadinya enek, jadi ogah mau kesana.” (T2) “Saya ogah priksa ke puskesmas, itu ya kerna dulu waktu saya lahiran di puskesmas anak pertama, pelayanan nya jelek banget,,, dari situ saya males ke puskesmas lagi,,” (T3)

2. Fasilitas

Fasilitas merupakan suatu alat yang dapat mendukung terjadinya pelayanan antenatal di suatu instansi kesehatan. Fasilitas tidak kalah pentingnya dengan sumber daya manusia, jika tidak adanya fasilitas maka sumber daya manusia yang dimiliki tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga kedua komponen ini saling berhubungan satu sama lain.

(67)

baik dan lengkap dan juga sudah memiliki USG. Pernyataan tersebut didasari oleh pernyataan yang diberikan oleh kepala TU di bawah ini.

“Persediaan peralatan buat antenatal untuk saat ini sudah cukup baik ya, ya paling USG kita masih terbatas, belum sebagus di rumah sakit.”

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.

“Peralatan kita disini untuk pemeriksaan ibu hamil sudah lengkap ya, mulai dari timbangan badan, tempat tidur terus sampe USG kita juga ada.”

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, fasilitas ataupun peralatan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan dapat berfungsi dengan baik.

Sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Di bawah ini adalah pernyataan pasien sekaligus informan mengenai fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.

“Peralatannya lengkap sih, cuma USG nya, USG nya masih yang dua dimensi, jadi kalo mau lihat lebih kita harus dirujuk dulu kerumah sakit.” (R1)

(68)

“Peralatannya ada ko, kalo saya periksa disitu pake alat-alat, kayak tensi, terus timbangan badan, terus ada tempat tidurnya juga, lengkap lah.” (R3)

“Kalo menurut saya sih peralatannya sih udah lengkap, soalnya setiap saya kesana buat periksa, mereka ga pernah bilang mereka ga punya alatnya, ya paling kalo buat lahiran Caesar baru di Puskesmas ga bisa katanya.” (R4)

“Peralatannya lengkap sih, bisa cek leb, terus ada USG nya juga, ya walaupun USG nya ga begitu jelas sih mah, soalnya kan katanya baru dua dimensi.” (K2)

Peralatannya cukup lengkap ya, cuma ya itu saya cek USG lagi di luar

kerna di Puskesmas USG nya kurang bagus.” (K3)

“Peralatannya ada sih, kayang timbangan, terus tempat tidurnya, terus ada alat buat ngukur lengan saya, terus ada USG nya juga.” (K4)

Salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang dimiliki tempat beliau memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara di bawah ini.

“Namanya juga kan hamil pertama, pastikan kepo maksudnya pengen tau perkembangan bayi detailnya seperti apa,,, kan kalo di puskesmas kan paling kita cuma bisa,,,, USG juga belum ada, makanya gamau ke puskesmas,, jadi kedokter aja. Teruskan USG disitu juga ga jelas, cuma bisa liat geraknya tapi kan ga detail, kalo di dokterkan tau umurnya berapa minggu,,, sampe panjang anaknya juga kan udah ketauan, tapi kalo di puskesmas kan belom ketauan gitu,,, soalnya saya kan pernah cek HB disitu, trus di USG tapi ga ketauan anaknya udah umur berapa minggu.” (K1)

(69)

dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan penelitian di bawah ini dengan pertanyaan bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh tempat anda memeriksakan kehamilan?.

“Perlatan disana lengkap sih, saya mau periksa apa aja disana peralatannya ada, sampe-sampe saya lahiran juga disana.” (T1)

“Lengkap sih peralatannya, kan kalo di Puskesmas katanya USG nya kurang bagus ya, kalo di tempat saya udah bagus, itu juga saya dapet cerita dari tetangga saya.” (T2)

“Kalo menurut saya sih bagus mas, terus lengkap juga, soalnya selama ini saya belum pernah disuruh periksa di tempat lain kerna peralatannya mereka ga ada.” (T3)

“Lengkap banget disitu mah, selama saya periksa alat-alat nya selalu ada.” (T4)

3. Sumber Dana

Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.

Gambar

Table 5.1 Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur
Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian ......................................................................
gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan

Pelaksanaan pelayanan antenatal care di Puskesmas Lhoksukon sudah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan akan tetapi belum maksimal disebabkan kurangnya

dalam kehamilan dan persalinan adalah pelayanan kesehatan seperti antenatal care yang tidak rutin dan kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga

Data Profil Kesehatan Indonesia 2013, secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, walaupun cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun

Data Profil Kesehatan Indonesia 2013, secara nasional angka cakupan pelayanan antenatal saat ini sudah tinggi, walaupun cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun

Cakupan pelayanan antenatal di Kabupaten Jember masih rendah karena beberapa faktor yang berkaitan yaitu, Jumlah SDM yang masih kurang serta dana yang tersedia

(7) Dengan kata lain dapat dikatakan secara umum kota semarang sudah mencapai target dalam pelayanan Antenatal care, namun secara khusus pada wilayah kerja

Cakupan pelayanan antenatal di Kabupaten Jember masih rendah karena beberapa faktor yang berkaitan yaitu, Jumlah SDM yang masih kurang serta dana yang tersedia