FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KECAMATAN LAWE SUMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
ALAS SRIWAHYU NIM : 101000431
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2012, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia adalah 95,71% dan K4 sebanyak 88,27%. Laporan Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur tahun 2012 diperoleh data K1 sebanyak 90,2% dan K4 sebanyak 82%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 ibu. Sampel penelitian adalah total populasi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 ibu, hanya 26 ibu (31,0%) yang memanfaatkan ANC. Ditemukan ada hubungan faktor pengetahuan (p=0,001), paritas (p=0,005), dukungan petugas kesehatan (p=0,001), kepercayaan (p=0,001) dan dukungan keluarga/suami (p=0,001) dengan pemanfaatan ANC.
Diharapkan kepada Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur meningkatkan penyuluhan tentang manfaat dan tujuan pemeriksaan ANC, pentingnya mengatur jarak kehamilan, pelayanan ANC yang dapat diberikan Puskesmas, mengubah cara pandang dan membuat ibu postpartum percaya dengan meningkatkan pengalaman, mengikuti pelatihan dan melibatkan dukun bayi dan tokoh masyarakat. Sasaran pemberian informasi diperluas kepada keluarga/suami karena dukungan mereka mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan ANC.
ABSTRACT
Antenatal Care (ANC) is a health service by skilled health personel to a women during her pregnancy, based on standard antenatal care stated in midwifery standard services (Standar Pelayanan Kebidanan = SPK). Based on data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2012, the coverage of 1 visit of pregnant women in Indonesia was 95.71% and 4 visit was 88.27%. Report of health center of Lawe Sumur subdistrict in 2012, it was found 1 visit was 90.2% and 4 visit was 82%.
This research aimed to know the factors related to the utilization of the ANC in the working area of health center of Lawe Sumur Subdistrict Aceh Tenggara District in 2013. The research design was Cross Sectional study. The population is all of post partum mothers from January to March 2013 living in the working area of health center of Lawe Sumur, as many as 84 mothers and all of them were selected as samples. Data were collected by interview using questionnaires. Data analysis was done by univariate and bivariat analysis use Chi-Square test.
The results showed that out of 84 mothers, only 26 mothers (31.0%) utilized the ANC. It’s found no relationship between knowledge (p=0.001), parity (p=0.005), health personel’s support (p=0.001), trust (p=0.001) and the family/husband’s (p=0.001) with the utilization of ANC.
It is expected to Lawe Sumur Subdistrict Health Center and increase education about the benefit of ANC examination purposes, the importance of pregnancy spacing, which can be given ANC health center, changing the perspective and make believe with increasing maternal postpartum experience, training and involving traditional birth attendants and community leaders. Goal of providing expanded information to family/husband because of the support they have real influence on the utilization of ANC.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Alas Sriwahyu
Tempat dan Tanggal Lahir : Blang Mee, 01 Novenber 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jln. Ahmad Yani No. 80 Kutacane
Aceh Tenggara
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 1 Krueng guekueh Aceh Utara
2. Tahun 2000-2003 : SMP Swasta Al- Alaq Krueng guekueh
Aceh Utara
3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Lhokseumawe
4. Tahun 2006-2009 : Akademi Kebidanan Widya Husada Medan
5. Tahun 2010-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2009 : RSUD H. Sahudin Kutacane Aceh Tenggara
Tahun 2010 : Bidan PTT Aceh Tenggara
Tahun 2011 : Puskesmas Biak Muli Kutacane
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013” merupakan salah satu syarat
unruk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari hingga selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak teristimewa
kepada orang tua yang penulis sayangi dan cintai ayah (Sofyan) dan ibu (Umiyati)
yang telah memberikan banyak dukungan baik moril maupun materil, doa dan
pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen
Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang
telah meluangkan waktu serta penuh perhatian dan kesabaran dalam
4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang
telah meluangkan waktu serta penuh perhatian dan kesabaran dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Ibu Arfah Mardiana L, M.Psi selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi penulis selama melaksanakan
perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai/tenaga non-edukatif Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung penyelesaian
skripsi ini.
7. Ibu dr. Irfah Noveissi selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur
beserta staf yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi untuk
kesempurnaan skripsi ini .
8. Bapak dan Ibu staf Dinas Kesehatan Aceh Tenggara yang telah membantu
penulis dalam memberikan informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.
9. Buat sahabat-sahabat penulis Kak Fatimah, Yesika, Kak Dewi, Priyanti,
Juwita atas dukungan dan semangatnya buat penulis.
10. Buat rekan-rekan mahasiswa seperjuangan di Departemen Kependudukan dan
Biostatistika Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan seluruh teman-teman seangkatan
Ex B 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas dukungannya
buat penulis.
11. Buat Saudara yang penulis sayangi (Kak Dewi, Faisal, Baihaki, Putri) yang
12. Buat sahabat-sahabat gang Anyelir IV (Kak Janah, Yusi, Ais, Andes, Ike,
Harni, Iba) atas dukungan dan semangatnya buat penulis
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan tulisan ini. Dan dengan segala keterbatasan yang
ada penulis berharap semoga skripsi ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, tetapi
juga dapat berguna bagi banyak pihak.
Medan, Agustus 2013 Penulis
DAFTAR ISI
2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 17
2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Antenatal ... 22
2.3.1 Pengetahuan ... 22
2.5 Hipotesis Penelitian.. ... 30
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 34
3.5.1 Variabel Terikat ... 34
4.2.1 Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) ... 41
4.2.2 Karakteristik Responden ... 42
4.2.3 Pengetahuan Responden ... 43
4.2.6 Kepercayaan Responden ... 45
4.3 Analisis Bivariat……….. ………… 47
4.3.1 Hubungan Pengetahuan, Paritas, Dukungan Petugas Kesehatan, Kepercayaan, Dukungan Keluarga/Suami ………47
BAB V PEMBAHASAN……… ….. 51
5.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC).. 51
5.2 Hubungan Paritas dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC) ... 52
5.3 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC)………….. ... 52
5.4 Hubungan Kepercayaan Ibu dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC).. 54
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga/Suami dengan Pemanfaatan Antenatal care (ANC) ... 55
5.6 Keterbatasan Peneliti ... 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
6.1 Kesimpulan………. ... 58
6.2 Saran………. ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Ibu Hamil Setiap Desa ... 40
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan ANC ... 42
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden ... 42
Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Item Pernyataan Pengetahuan ... 43
Tabel 4.5 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden ... 44
Tabel 4.6 Distribusi Paritas Responden ... 44
Tabel 4.7 Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan pada Responden ... 45
Tabel 4.8 Distribusi Kepercayaan Responden ... 45
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Item Dukungan Keluarga/Suami ... 46
Tabel 4.10 Distribusi Kategori Dukungan Keluarga/suami ... 46
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2012, cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia adalah 95,71% dan K4 sebanyak 88,27%. Laporan Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur tahun 2012 diperoleh data K1 sebanyak 90,2% dan K4 sebanyak 82%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 ibu. Sampel penelitian adalah total populasi. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 ibu, hanya 26 ibu (31,0%) yang memanfaatkan ANC. Ditemukan ada hubungan faktor pengetahuan (p=0,001), paritas (p=0,005), dukungan petugas kesehatan (p=0,001), kepercayaan (p=0,001) dan dukungan keluarga/suami (p=0,001) dengan pemanfaatan ANC.
Diharapkan kepada Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur meningkatkan penyuluhan tentang manfaat dan tujuan pemeriksaan ANC, pentingnya mengatur jarak kehamilan, pelayanan ANC yang dapat diberikan Puskesmas, mengubah cara pandang dan membuat ibu postpartum percaya dengan meningkatkan pengalaman, mengikuti pelatihan dan melibatkan dukun bayi dan tokoh masyarakat. Sasaran pemberian informasi diperluas kepada keluarga/suami karena dukungan mereka mempunyai pengaruh nyata terhadap pemanfaatan ANC.
ABSTRACT
Antenatal Care (ANC) is a health service by skilled health personel to a women during her pregnancy, based on standard antenatal care stated in midwifery standard services (Standar Pelayanan Kebidanan = SPK). Based on data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2012, the coverage of 1 visit of pregnant women in Indonesia was 95.71% and 4 visit was 88.27%. Report of health center of Lawe Sumur subdistrict in 2012, it was found 1 visit was 90.2% and 4 visit was 82%.
This research aimed to know the factors related to the utilization of the ANC in the working area of health center of Lawe Sumur Subdistrict Aceh Tenggara District in 2013. The research design was Cross Sectional study. The population is all of post partum mothers from January to March 2013 living in the working area of health center of Lawe Sumur, as many as 84 mothers and all of them were selected as samples. Data were collected by interview using questionnaires. Data analysis was done by univariate and bivariat analysis use Chi-Square test.
The results showed that out of 84 mothers, only 26 mothers (31.0%) utilized the ANC. It’s found no relationship between knowledge (p=0.001), parity (p=0.005), health personel’s support (p=0.001), trust (p=0.001) and the family/husband’s (p=0.001) with the utilization of ANC.
It is expected to Lawe Sumur Subdistrict Health Center and increase education about the benefit of ANC examination purposes, the importance of pregnancy spacing, which can be given ANC health center, changing the perspective and make believe with increasing maternal postpartum experience, training and involving traditional birth attendants and community leaders. Goal of providing expanded information to family/husband because of the support they have real influence on the utilization of ANC.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Antenatal Care (ANC)/Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal 4x selama kehamilan yaitu K1 sampai
dengan K4 (Rosfanty, 2010).
Menurut WHO tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia
Tenggara seperti Malaysia (29/100.000 kelahiran hidup), Thailand (48/100.000 KH),
Vietnam (59/100.000 KH), serta Singapore (3/100.000 KH). Dibandingkan dengan
negara-negara maju, angkanya sangat jauh berbeda seperti Australia (7/100.000 KH)
dan Jepang (5/100.000 KH) (WHO, 2011).
Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup
tinggi dibandingkan negara-negara lain yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan SDKI (2007) dalam Dinkes Aceh (2011). Padahal berdasarkan
Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sampai 34 risiko jumlah kematian ibu (Mboi,
2012). Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Indonesia pada tahun 2011 adalah
95,71% dari target 95 % dan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 88,27% dari target
90% (Kemenkes RI, 2012).
komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, seperti perdarahan 28%,
preeklampsi/eklampsi 24%, infeksi 11%, dan penyebab tidak langsung (trauma
obstetri) 5%. Dan sebagian besar kasus kematian ibu didunia terjadi di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2011). Salah satu upaya yang dilakukan
Departemen Kesehatan RI dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB adalah
dengan menempatkan bidan di desa (Hasnah, 2007).
AKI di Aceh berdasarkan Dinas Kesehatan Aceh (2011), Angka kematian ibu
di Aceh tahun 2010 adalah 193/100.000 KH, namun program percepatan penurunan
AKI diupayakan terus untuk mencapai target pembangunan millenium (MDGs) yaitu
102/100.000 Kelahiran Hidup (KH) tahun 2015 (Dinkes Aceh, 2011). Di Nangro
Aceh Darussalam (NAD) cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebanyak 95,80% dan
cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 88,83% (Kemenkes RI, 2012).
AKI di Aceh Tenggara pada tahun 2011 jumlah kematian ibu maternal adalah
6 orang (Dinkes Aceh Tenggara, 2012) sementara di Banda Aceh pada tahun yang
sama jumlah kematian maternal adalah 5 orang (Koto, 2012). Data cakupan K1 di
Aceh Tenggara tahun 2011 sebanyak 96,2% dan data cakupan K4 di Aceh Tenggara
tahun 2011 sebanyak 90,6% (Dinkes Aceh Tenggara, 2012).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Aceh (2011), laporan Puskesmas
(2013) dan survei pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Lawe Sumur diperoleh
data K1 tahun 2011 yaitu 86,2% dan tahun 2012 yaitu 90,2%, sementara target yang
diharapkan adalah 95%, cakupan K4 tahun 2011 yaitu 81,3% dan tahun 2012 yaitu
82%, sementara target yang diharapkan adalah 90%, dari data tersebut maka
cakupan ANC terendah dari 17 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Aceh
Tenggara pada tahun 2011 dan belum mencapai target standar cakupan ANC pada
tahun 2012.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan terhadap 6 ibu hamil di Lawe
Sumur tahun 2012 diperoleh informasi bahwa dari 6 ibu hamil yang tidak
memeriksakan kehamilannya, mengatakan kehamilan adalah hal biasa yang akan
dihadapi oleh setiap wanita sehingga tidak perlu dilakukan pemeriksaan khusus,
terutama pada ibu yang sudah memiliki lebih dari 1 orang anak. Ibu- ibu hamil
tersebut belum mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda
persalinan.
Ibu-ibu hamil tersebut mengatakan bahwa mereka harus membeli lagi
obat-obatan yang dibutuhkan karena jumlah persediaan obat-obat-obatan gratis di Puskesmas
terbatas, sementara status ekonomi ibu-ibu tersebut relatif rendah. Akibatnya
membuat ibu-ibu tersebut malas untuk memeriksakan kehamilannya (ANC) ke
Puskesmas atau Bidan Desa. Ibu-ibu hamil sudah terbiasa memeriksakan
kehamilannya kepada wanita yang dituakan (dukun beranak).
Selain itu bidan desa jarang berada di tempatnya, masih muda-muda dan
belum berpengalaman karena baru tamat sekolah. Dukungan keluarga ibu hamil
(suami maupun orang tua atau mertua) masih sangat jarang bahkan tidak pernah
mengingatkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kecuali jika ada keluhan,
apalagi memberikan biaya kepada ibu untuk pergi ke Puskesmas atau mengantar ibu
1.2 Perumusan Masalah
Masih rendahnya cakupan K1 (90,2%) dan K4 (82%) di Wilayah kerja
Puskesmas Lawe Sumur sehingga ingin diteliti “Faktor apa saja yang Berhubungan
dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kabupaten
Aceh Tenggara Tahun 2013”.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan ANC
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan
ANC.
2. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.
3. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan
pemanfaatan ANC.
4. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan dengan pemanfaatan ANC.
5. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga/suami dengan pemanfaatan
ANC.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara dalam upaya
2. Sebagai masukan atau informasi bagi Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe
Sumur Kabupaten Aceh Tenggara dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
ANC.
3. Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan bagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antenatal Care (ANC)
2.2.1 Pengertian Antenatal Care
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK)
(Depkes, 2010). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan
fisik kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat
diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat memengaruhi kehamilan atau
komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi (Manuaba,1999).
2.1.2 Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional
(dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan)
untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan
antenatal (Rhezvolution, 2009). Pelayanan Antenatal sangat penting untuk
mendeteksi sedini mungkin komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
hamil selama kehamilan.
2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care
Menurut Wiknjosastro (2005), tujuan pengawasan wanita hamil ialah
menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya
atau lebih sehat.
b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan dini dan diobati.
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan
mental.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2002) tujuan pelayanan antenatal adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan
janin.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayi dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan dan
persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas tanpa trauma
fisik maupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3. Ibu sanggup merawat dan memeberikan ASI kepada bayinya.
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga
berencana setalah kelahiran bayinya.
Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO yang dikutip oleh Dewi dan
Sunarsih (2011), menunjukkan hal-hal berikut ini:
1. Pendekatan risiko dilakukan bila terdapat prediksi buruk karena kita tidak bisa
membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di
Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet
tidak terprediksi sebelumnya dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai ibu
berisiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok risiko tinggi pernah mengalami
komplikasi, walaupun mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal
dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus
pada ibu yang tergolong dalam kategori risiko tinggi terbukti tidak dapat
mengurangi komplikasi yang terjadi.
3. Banyak ibu yang tergolong kelompok risiko rendah mengalami komplikasi,
tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat
kehamilan (perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa, gangguan
penglihatan, pembengkakan pada wajah/tangan, nyeri abdomen (epigastrik),
janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan risiko adalah bahwa setiap ibu
hamil berisiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga
setiap ibu hamil harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang
berkualitas. Oleh karena itu, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan
kehamilan lebih efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.
2.1.4 Fungsi Antenatal
Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi dan
merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani
masalah yang terjadi.
Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak perlu
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal
Menurut Clinical Practice Guidelines yang dikutip oleh Nurmawati (2010) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna sebagai
batas penerimaan minimal. Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk
menentukan kompetensi yang diperlukan oleh bidan dalam menjalankan praktek
sehari-hari.
Menurut Kemenkes RI (2011), pemeriksaan antenatal dilakukan dengan
standar pelayanan antenatal dimulai dengan :
a. Ukur tinggi badan
b. Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
c. Ukur Tekanan Darah
d. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
e. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
f. Pemberian Tablet besi (fe)
g. Tanya/Temu wicara
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) terdapat enam standar dalam pelayanan
asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan bagian dari lingkup standar pelayanan
kebidanan:
Standar 1 Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami,
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
Standar 2 Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis, perkembangan janin, mengenal kehamilan resiko
tinggi, imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan.
Standar 3 Palpasi Abdominal
Bidan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, memeriksa
posisi, bagian terendah janin, dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul untuk mencari kelainan.
Standar 4 Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.
Standar 5 Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil
tindakan yang tepat, dan merujuknya.
Standar 6 Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan
keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan bersih dan aman, serta suasana yang menyenangkan.
Pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
2.1.6 Kunjungan Pelayanan Antenatal Care
Menurut Manuaba (1999), kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40
minggu). Kehamilan wanita dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Trimester pertama ( 0-12 minggu)
b. Trimester kedua (13-28 minggu)
c. Trimester ketiga (29-40 minggu)
Menurut Saifuddin (2002), setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi
yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu :
a. 1 kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum minggu ke 14 )
b. 1 kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
c. Dan 2 kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36)
Sungguh sangat ideal bila tiap wanita hamil mau memeriksakan diri ketika
haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan (Sarwono, 2005). Menurut
Departemen kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu
hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Hasil pencapaian program pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan
a. Pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1)
K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester 1,
dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu
b. Pemeriksaan kehamilan yang keempat (K4)
K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan
untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada
trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
2.1.7 Cakupan Pelayanan Antenatal Care
Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai
dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi
jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan (untuk perhitungan indikator K1) atau jumlah ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu (untuk perhitungan indikator K4) dengan jumlah
sasaran ibu hamil yang ada di wilayah kerja dalam 1 tahun (Depkes RI, 2010).
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA adalah alat manajemen untuk
memantau cakupan, seperti kunjungan K1, kunjungan K4, deteksi dini Risiko Tinggi
(Resti) ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, serta Kunjungan
2.1.8 Kebijakan Pelayanan Antenatal 1. Kebijakan Program
Dalam Depkes RI (2009) yang dikutip oleh Fitrihanda (2012), Kebijakan
Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada
dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu
meliputi : Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan
Obstetri Essensial.
Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan
kunci yaitu :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi
keguguran.
2. Kebijakan Teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga
kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat
meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.
Menurut Fitrihanda (2012), beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal care rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :
1. Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan
melibatkan kader dan perangkat desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.
2. Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan
dan Dukun.
3. Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.
2.1.9 Intervensi Pelayanan Antenatal
Intervensi dalam pelayanan Antenatal Care adalah perlakuan yang diberikan
kepada ibu hamil setelah dibuat diagnose kehamilan. Adapun intervensi dalam
a. Intervensi Dasar
1. Pemberian Tetanus Toxoid, yang diberikan untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum yang diberikan sekurang-kurangnya 2 kali selama kehamilan
dengan interval minimal 4 minggu, apabila ibu belum pernah mendapatkan
suntikan TT sebelumnya.
2. Pemberian Vitamin Zat Besi, yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan Fe
pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan
meningkat, diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Minimal 90
tablet, dan diminum sebaiknya tidak bersama teh atau kopi, karena dapat
mengganggu penyerapan.
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil
sesuai dengan risiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi :
1. Faktor risiko
a. Umur, terlalu muda yaitu dibawah 20 tahun dan terlalu tua yaitu diatas 35
tahun
b. Paritas, paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan) dan paritas
>3
c. Interval, yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan
sekurang-kurangnya 2 tahun.
d. Tinggi badan kurang dari 145 cm
e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
a. Komplikasi obstetri langsung, seperti perdarahan, preeklamsi/eklamsi,
kelainan letak lintang atau sunsang primi gravida, anak besar atau hidramion
atau kelainan kembar, ketuban pecah dini dalam kehamilan.
b. Komplikasi obstetri tidak langsung, seperti penyakit jantung, hepatitis, TBC
(tuberkolosis), anemia, malaria, diabetes melitus.
c. Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan
(kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar, 2005).
2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Supriyarto (1998), bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah
penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan
kesehatan. Menurut Azwar (2002) bahwa, pelayanan kesehatan sendiri adalah
setiap upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan per orangan, kelompok, keluarga, dan
ataupun masyarakat.
Menurut Anderson (1968) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa, ada delapan
faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: faktor
demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan, pertumbuhan, struktur umur, dan rasio
jenis kelamin), tingkat pendapatan, faktor sosial budaya (tingkat pendidikan dan
status kesehatan) aksesbiliti terhadap pelayanan kesehatan, produktifitas dan
teknologi kesehatan.
1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi,
kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan
masyarakat dengan adanya asuransi kesehatan serta adanya faktor kesehatan
lainnya.
2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio
demografi (umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar kelurga) faktor sosial
psikologis (sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan
sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana
pelayanan kesehatan sebelumnya), faktor status sosial ekonomi (meliputi:
pendidikan, pekerjaan, pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan
kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan,
variabel yang menyangkut kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan
oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya).
Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengembangkan model
sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang
didasarkan teori lapangan (field theory) dari Lewin (1954). Dalam model Anderson
ini, terdapat 3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :
1. Komponen predisposisi, menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan seseorang. Komponen terdiri dari:
a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar
keluarga dan lain-lain)
b. Faktor struktural sosial (suku bangsa, pendidikan dan pekerjaan)
2. Komponen enabling (pemungkin/pendorong), menunjukkan kemampuan individual untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Di dalam komponen ini
termasuk faktor-faktor yang berpengaruh dengan perilaku pencarian :
a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan,
keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak transportasi dan
sebagainya).
3. Komponen need (kebutuhan), merupakan faktor yang mendasari dan merupakan stimulasi langsung bagi individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan apabila
faktor-faktor predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi:
a. Kebutuhan yang dirasakan/persepsikan (seperti kondisi kesehatan, gejala sakit,
ketidakmampuan bekerja)
b. Evaluasi/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan
oleh petugas kesehatan (tingkat beratnya penyakit dan gejala penyakit menurut
diagnosis klinis dari dokter)
Menurut pendapat Azwar (2009), pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi.
Bila tingkat pendidikan, sosial budaya dan sosial ekonomi baik maka secara relatif
Teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu adalah karena 4 alasan pokok.
1. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)
Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap kesehatan.
2. Orang penting sebagai referensi (Personal reference)
Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau
perbuat cenderung untuk dicontoh, seperti alim ulama, kepala adat (suku), kepala
desa, orang yang dituakan.
3. Sumber-sumber daya (Resources)
Sumber daya ini mencakup fasiltas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif
maupu negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap
perilaku pengguna tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.
4. Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan
suatu masyarakat bersama, itu terbentuk karena sebab atau latar belakang yang
berbeda-beda. Misalnya, alasan-alasan masyarakat tidak mau berobat ke puskesmas.
Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin karena tidak punya
uang untuk pergi ke puskesmas, mungkin tidak tahu fungsi puskesmas, dan lain
sebagainya.
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit, ia harus
merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan
didorong ppula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat.
Misalnya perdarahan dalam kehamilan akan dirasakan lebih serius dari pada pusing
pada masa kehamilan.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benafits and barriers)
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang
dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu.
4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)
Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan,
kegawatan dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat faktor eksternal.
Misalnya pesan pada media massa, nasihat dari anggota keluarga, penyuluhan dari
petugas kesehatan.
Model kepercayaan kesehatan ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah
Gambar 2.1 Health Belief Model oleh Backer (1974) dalam Notoatmodjo (2003)
2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfatan Antenatal Care 2.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman,
2005). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan dalam pemanfaatan
Antenatal Care (ANC) dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang dikutip oleh Sihombing (2012), yang menyatakan bahwa pemanfaatan Antenatal Care (ANC)
-Variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa kelompok etnis).
-Variabel groups, kepribadian, pengalaman sebelumnya).
-Variabel struktur (kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan dan sebagainya).
Kecenderungan yang dilihat dokter gigi, tulisan dalam surat kabar, majalah) biaya (rintangan) yang dilihat dari pengambilan tindakan
perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat pemeriksaan kehamilan
berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan.
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu
cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari
yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti Aritoteles.
Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau
kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan
dengan pengamatan dan eksperimen (metode ilmiah). Pengetahuan juga diturunkan
dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari
mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang
pelayanan Antenatal Care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak
pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes
RI, 2008).
2.3.2 Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih
yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka
paritas memengaruhi kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang
baik endometriumnya (Wiknjosastro, 2005).
Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia
sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya
(Wiknjosastro, 2005).
Menurut Sastrawinata (1993) yang dikutip Widawati (2008) paritas dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan 1 kali, seorang anak cukup besar untuk hidup didunia luar.
b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 kali – 4 kali, lebih dari seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.
c. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 kali atau lebih, lebih dari 5 orang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.
2.3.3 Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut Depkes RI (2005), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Sarfino (2002) dikutip oleh
Saragih (2012), dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam
kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan kehamilan.
Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor ketersediaan pelayanan mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya:
air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, Poloklinik, Posyandu, Polindes, Puskesdes, Dokter atau Bidan Praktek Swasta,
dan sebagainya. Hal ini dapat juga dijelaskan, untuk berperilaku sehat, masyarakat
memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan
kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia
tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah
harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya Puskesmas,
Polindes, Puskesdes, Bidan Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung untuk terwujudnya perilaku atau pemanfaatan kesehatan.
Selain fasilitas yang harus tersedia agar masyarakat dapat memanfaatkan
pelayanan Antenatal maka harus diperhatikan juga tenaga kesehatannya atau sumber
daya manusianya (SDM). Kinerja yang dihasilkan oleh seorang tenaga kesehatan
sangat memengaruhi kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikannya (Intan, 2012). Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2005).
Bidan desa memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan AKI yaitu
sebagai ujung tombak dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Desa,
akan tetapi banyak bidan desa yang diturunkan ke desa belum memiliki pengalaman
kerja sehinga belum dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama
ANC secara optimal dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.
2.3.4 Kepercayaan
Menurut Marran (2007) yang dikutip oleh Sinaga (2012) seorang
Antropologi Inggris, Sir Edward B.Tylor menggunakan kata kebudayaan untuk
menunjukkan keseluruhan komplek dari ide dan segala sesuatu dalam pengalaman
historinya, disini termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral dan hukum,
kebiasaan, dan kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan diartikan juga sebagai suatu jalinan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat istiadat dan kesanggupan
lain yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.
Menurut Kalangie (1994) bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat
membentuk, mengatur dan memengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu
suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang
berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.
Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur
dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua
budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua
makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan masyarakat
telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar pada anggota
suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum
seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan sutau masyarakat karena
adanya berbagai masalah keprofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang
belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi,
keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang
berwawasan yang berwawasan budaya.
Menurut Koentjaraningrat (1990), kehamilan bukan hanya dilihat
semata-mata dari aspek biologis dan fisiologinya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus
dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal
seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran,
para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung,
cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan dalam proses
kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam perawatan bayi dan
ibunya.
Unsur-unsur dari kebudayaan adalah kepercayaan, nilai, norma dan sanksi,
teknologi, simbol dan bahasa. Menurut Fukuyama (2002), bahwa kepercayaan adalah
pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur,
dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, demi kepentingan
normal yaitu perilaku yang sesuai asas dan norma-norma yang dianut bersama, jika
dalam komunitas terdapat perilaku deviant (menyimpang) dari beberapa anggotanya
maka akan sulit mendapatkan adanya kejujuran dan sifat kooperatif. Adanya jaminan
tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat
kooperatif dalam komunitas.
Dengan kata lain kepercayaan adalah sesuatu yang telah diyakini oleh
seseorang terhadap suatu hal atau subjek tertentu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan seperti kejujuran, pengalaman, dan keterampilan, toleransi, dan
kemurahan hati. Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan
melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti
keluarga, komunitas, asosiasi suka rela, negara dan sebagainya. Menurut
Notoatmodjo (2003) kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
2.3.5 Dukungan Keluarga/Suami
Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya
adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas
dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain
itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah
(Ahmadi, 2006).
Faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya
sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau
petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan,
perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan
(Fitrihanda, 2012).
2.4 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori, maka rumusan kerangka konsep penelitian sebagai
berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013.
1. Pengetahuan 2. Paritas
3. Dukungan petugas kesehatan
4. Kepercayaan
5. Dukungan Keluarga/suami 6.
Pemanfaatan Antenatal Care
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.
2. Ada hubungan paritas ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.
3. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemanfaatan ANC.
4. Ada hubungan kepercayaan ibu hamil dengan pemanfaatan ANC.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian
yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan
cross sectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan pada saat bersamaan/sekali waktu (Hidayat, 2010).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan
Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena,
data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan, Puskesmas Lawe Sumur adalah
Puskesmas yang memiliki cakupan ANC paling rendah dibandingkan 17 Puskesmas
lainnya yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2011 yaitu K1: 86,2%,
K4: 81,3% dan pada tahun 2012 yaitu K1: 90,2%, K4: 82% masih belum sesuai
standar yang telah ditetapkan pemerintah yaitu K1: 95% dan K4: 90%.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli tahun 2012 sampai dengan Mei
tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia
memiliki bayi 1-3 bulan sudah melewati masa kehamilan dan sudah melakukan
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4). Data ibu yang memiliki bayi 1-3 bulan
dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 sebanyak 84 orang yang berada
di wilayah kerja Puskesmas Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh
Tenggara (Puskesmas Lawe Sumur, 2012)
3.3.2 Sampel
Sampel adalah ibu yang memiliki bayi 1-3 bulan dari bulan Januari sampai
dengan Maret tahun 2013 di Kecamatan Lawe Sumur yang terpilih menjadi sampel
serta bersedia ikut serta dalam penelitian.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal
untuk uji hipotesis proporsi (Madiyono, 2011), yaitu:
=(Z1−α 2 P0(1 − P0) + Z1−β (1 − P ) )
2
(P − P0)2
Keterangan:
n = Besar sampel minimum
= Nilai distribusi normal baku pada 5% sebesar 1,96
= Nilai distribusi normal baku β 10% sebesar 1,282
= Proporsi ibu hamil yang memanfaatkan ANC sebesar
0,47 (Sihombing, 2012)
= Proporsi yang diharapkan ibu hamil memanfaatkan ANC
sebesar 0,67
Maka:
=(1,96 0,47(1 − 0,47) + 1,282 0,67 1 − 0,67)) 2
(0,67 − 0,47)2
= 0,97804 + 0,60254) 0,04
= 62,45 sampel
= 63 ibu
Berdasarkan perhitungan, maka besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk
penelitian adalah sebanyak 63 responden. Namun karena data yang ada dari Laporan
Puskesmas Lawe Sumur adalah jumlah ibu hamil >32 minggu tahun 2012 sebanyak
84 orang, diperkirakan ibu hamil tersebut akan melahirkan dari bulan Januari sampai
dengan Maret 2013 sehingga yang dijadikan populasi adalah ibu yang memiliki bayi
1-3 bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2013 di Kecamatan Lawe
Sumur sebanyak 84 orang, maka seluruh populasi dijadikan sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dengan dua cara:
3.4.1 Data primer
Data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
3.4.2 Data sekunder
Data yang diperoleh dari laporan Profil Dinas Kesehatan Aceh Tenggara tahun
2012 dan 2013 tentang cakupan ANC, dan laporan tahunan Puskesmas Lawe
Sumur berupa data umum (data geografi, demografi, dan data pelayanan
kesehatan) di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Terikat
Pemanfaatan ANC yaitu jumlah kunjungan ibu hamil minimal 4 kali selama
kehamilan yang memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pemeriksaan
kehamilan sesuai dengan standar waktu yang telah ditetapkan pelayanan
kesehatan mulai K1 sampai K4.
3.5.2 Variabel Bebas
Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah dibuat, maka defenisi
operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan adalah segala sesuatu yang diketahui
ibu tentang pemeriksaan kehamilan (tanda bahaya kehamilan, manfaat
pemeriksaan kehamilan, standar pelayanan pemeriksaan yang harus didapatkan
ibu) yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
2. Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup maupun lahir mati.
3. Dukungan petugas kesehatan adalah ada atau tidak adanya pemberian informasi
untuk memanfaatkan ANC .
4. Kepercayaan adalah percaya atau tidak percayanya ibu terhadap seseorang dukun
bayi berdasarkan pertimbangan tertentu (pengalaman, saudara atau tokoh
5. Dukungan keluarga/suami adalah mendukung atau tidak mendukung yang
diperoleh ibu, baik dari suami, orang tua, mertua atupun saudara untuk
memanfaatkan ANC.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Terikat
Pemanfaatan ANC diukur melalui ibu memanfaatkan ANC atau tidak, sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pelayanan kesehatan. Dengan
kategori pemanfaatan ANC:
0 = Memanfaatkan, bila responden memanfaatkan ANC ≥ 4 kali yaitu trimester
I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali, dan trimester III minimal 2
kali
1 = Tidak memanfaatkan, bila responden memanfaatkan ANC kurang dari 4
kali dan apabila tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah
Skala ukur Nominal
3.6.2 Variabel Bebas
1. Pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan diukur dengan memberikan
kuesioner kepada ibu dengan 8 pertanyaan, bila jawaban responden benar
diberi nilai 2, jawaban tidak dan tidak tahu diberi nilai 0. Sehingga nilai
tertinggi yang dapat dicapai reponden adalah 16. Berdasarkan jumlah nilai
yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu baik, sedang, kurang
1 = Cukup, apabila nilai responden memiliki total skor 8-12
2 = Kurang, apabila nilai responden memiliki total skor <8
Skala ukur Ordinal
2 Paritas diukur dengan jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
hidup ataupun lahir mati, yang dikategorikan menjadi 3, yaitu:
0 = 1-2 orang anak
1 = 3-4 orang anak
2 = >4 orang anak
Skala ukur Ordinal
3 Dukungan petugas kesehatan diukur dengan ada atau tidak adanya pemberian
informasi untuk melakukan pemeriksaan ANC yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, dengan 3 pertanyaan yang dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
0 = ada pemberian informasi, bila responden menjawab ≥ 2 pertanyaan
dengan jawaban ada.
1 = tidak ada pemberian informasi, bila responden menjawab < 2 pertanyaan
dengan jawaban ada.
Skala ukur Ordinal
4 Kepercayaan diukur dari pernyataan tentang percaya atau tidak pecayanya ibu
terhadap seseorang dukun bayi berdasarkan pertimbangan tertentu
(pengalaman, kerabat, tokoh masyarakat), dengan 2 pertanyaan yang dapat
dikategorikan menjadi 2, yaitu :
0 = Tidak Percaya, apabila responden menjawab 2 pertanyaan yang bernilai
1= Percaya, apabila responden dapat menjawab < 2 pertanyaan yang bernilai
tidak yang berarti ada kepercayaan ibu kepada dukun bayi.
Skala ukur Nominal
5 Dukungan Keluarga/suami diukur dengan 5 pertanyaan yang digunakan
tentang partisipasi peran serta suami dan keluarga, jika jawab ya diberi nilai 1
dan jawaban tidak memiliki bobot nilai 0, yang dapat dikategorikan menjadi
2, yaitu:
0 = Mendukung, jika responden memperoleh skor ≥ 3
1 = Tidak mendukung, jika responden memperoleh skor < 3
Skala ukur Nominal
3.7 Metode Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2010), data yang telah terkumpul diolah dengan
menggunakan perangkat lunak komputer. Data yang telah terkumpul, diolah dan
didistribusikan melalui proses editing, coding dan tabulating.
3.7.1Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
3.7.2Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
3.7.3Tabulating
Kegiatan memasukkan atau menyusun data yang telah dikumpulkan kedalam
bentuk-bentuk tabel menggunakan komputer dan akan disajikan dalam bentuk
table distribusi frekuensi dan dalam bentuk narasi.
3.8Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi
pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan
keluarga/suami dengan pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Lawe Sumur dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan
masing-masing variabel terikat dan variabel bebas yang meliputi pengetahuan, paritas,
dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan keluarga/suami dengan
pemanfaatan ANC di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur
dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan ) = 0,05,
1. Ho ditolak jika p < (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
2. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Lawe Sumur 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Puskesmas Lawe Sumur terletak di Jln. Lawe Sumur Kecamatan Lawe Sumur
Kabupaten Aceh Tenggara. Luas wilayah Kecamatan Lawe Sumur 70,7 Ha.
Kecamatan Lawe Sumur terdiri atas 18 desa. Kecamatan Lawe Sumur memiliki 217
Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 7.356 jiwa, jumlah laki-laki
sebanyak 3.540 jiwa dan perempuan 3.816 jiwa. Di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe
Sumur tahun 2012 terdapat 162 neonatus, 476 Balita, K1 sebanyak 90,2 %, K4
sebanyak 82%, dan ibu hamil (Bumil) 317 dengan rincian data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah ibu hamil setiap Desa
No Nama Desa Jumlah
Bumil No Nama Desa
Jumlah Bumil
1 Kisam Gabungan 27 10 Penosan 9
2 Kisam Kute Pasir 12 11 Berandang 34
3 Kisam Lestari 22 12 Buah Pala 22
4 Kisam Kute Khambe 17 13 Teger Miko 13
5 Lw Pasaran Tgk Mbelin 15 14 Kute Bunin 17
6 Lawe Sumur 17 15 Kute Lesung 17
7 Lw Sumur Sepakat 15 16 Setia Baru 17
8 Trt Megakhe Bakhu 14 17 Lw Sumur Baru 18
9 Lawe Polak 15 18 Trt Mgr Lw Pasaran 16
Kecamatan Lawe Sumur memiliki batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Bulan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bambel
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bambel
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Babussalam
4.1.2 Sarana Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Lawe Sumur terdiri dari 1 unit
Puskesmas, 2 unit Puskesmas Pembantu dan 18 unit Posyandu. Fasilitas kesehatan
dilayani 49 tenaga medis yang terdiri dari 2 orang dokter umum, 1 dokter gigi, 2
Apoteker, 6 SKM, 13 Bidan, 18 Perawat, 1 Perawat gigi, 6 KTU.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel terikat (pemanfaatan Antenatal Care) dan variabel bebas (pengetahuan, paritas, dukungan petugas kesehatan, kepercayaan, dukungan
keluarga/suami).
4.2.1 Pemanfaatan Antenatal Care (ANC)