• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Pelaksanaan Program Antenatal Care di Puskesmas

Pelaksanaan program ini akan peniliti jelaskan dengan pendekatan sistem, yang terdiri dari input (SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP), proses (proses pelayanan antenatal care), output (cakupan pelaksanaan K1-K4), umpan balik, dan pengawasan.

1.Input

Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem

tersebut (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material, manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya. Input dalam penelitian ini antara lain: SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.

a. SDM

M.T.E. Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Mathis dan Jackson (2006) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Hasibuan (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

b. Fasilitas

Menurut Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2014, fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Menurut Moekijat (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012), secara sederhana yang dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) fasilitas adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi.

c. Sumber Dana

Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. yang mana yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan se ikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.

1)Pemerintah (APBN)

Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya satu tahun. Pada masa orde baru, APBN berlaku dari tanggal 1

april sampai dengan 31 maret tahun berikutnya, namun saat ini APBN dihitung sejak tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember.

Anggaran pendapatan dan belanja negara harus memenuhi fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi.

a) Fungsi alokasi, di dalam APBN dijelaskan sumber pendapatan dan pendistribusiannya. Pendapatan yang paling besar dari pemerintah berasal dari pajak, penghasilan dari pajak dapat di alokasikan ke berbagai sektor pembangunan. Dengan pedoman APBN, pendapatan yang bersumber dari pajak dapat digunakan untuk membangun sarana umum, dan pengeluaran lainnya yang bersifat umum.

b) Fungsi distribusi, pajak yang ditarik dari masyarakat dan masuk menjadi pendapatan dalam APBN tidak selalu harus didistribusikan untuk kepentingan umum, melainkan dapat pula didistribusikan dalam bentuk dana subsidi dan dana pension. Pengeluaran pemerintas semacam ini disebut transfer payment. Transfer payment dapat membatalkan pembiayaan ke salah satu sektor, kemudian dipindahkan ke sektor yang lain. c) Fungsi stabilisasi, APBN berfungsi sebagai pedoman

agar pendapatan dan pengeluaran keuangan negara teratur sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan

demikian, akan mempermudah pencapaian berbagai sasaran yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan APBN sesuai alokasi yang ditentukan akan menjaga kestabilan arus uang dan barang sehingga dapt menghindari terjadinya inflasi atau deflasi.

Di dalam UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besaran anggaran kesehatan pusat adalah 5% dari APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota 10% di luar gaji, namun pada kenyataannya anggaran untuk kesehatan Cuma mendapat angka 2,37%. padahal menurut Mentri Kesehatan Achmad Sujudi (waktu itu), idealnya anggaran kesehatan minimalnya 4% dari APBN, bandingkan misalnya dengan anggaran pertahanan yang mencapai 5,5% dari APBN. Padahal jika pemerintah mau, pemerintah bisa saja menjaring dana Rp 1 triliun saja dari BLBI yang di selewengkan yang totalnya berjumlah Rp 51 triliun untuk menangani permasalahan kesehatan buruk balita di Indonesia.

2)Pemerintah Daerah (APBD)

APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif

terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) , khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih, 2003).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan, sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah (Nordiawan, 2007).

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan DPRD akan menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum

yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Begitupun juga keputusan didalam UU No 36 tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.

3)Masyarakat/swasta

Sumber dana dari anggaran masyarakat/swasta yaitu dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.

Kesehatan oleh masyarakat/swasta dapat dirincikan sebagai berikut:

a) Pengeluaran rumah tangga untuk pembiayaan kesehatan (out of pocket atau Direct payment), biaya ini digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan atau operasional rumah sakit.

b) Pembiayaan oleh perusahaan swasta dan BUMN non DEPKES untuk membiayai para karyawan, biaya digunakan untuk membiayai pelayanan atau operasional rumah sakit.

c) Pembiayaan melalui asuransi kesehatan, yaitu PT Askes, Asabri dan Jasa Raharja.

4)Bantuan Luar Negri

Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit – penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Antara lain berasal dari WHO, UNICEF serta pinjaman luar negri dan sebagainya.

d. Kebijakan dan SOP

Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang diambil untuk mengatasi suatu masalah (Aam, 2006). Thomas R Dye (1975), dalam Ayuningtias (2014) yang mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever governments choose to do or not to do). Seorang ahli lainnya, Crinson (2009) menyatakan kebijakan merupakan sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga pendefinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau dengan kata lain tidak mudah.

Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, definisi tersebut pun dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dumilah, 2014).

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance (Tjipto).

Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja.

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan (Azwar, 2010). Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan.

Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien. Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Alur Pelayanan Antenatal Terpadudi Puskesmas Sumber: Pedoman ANC Terpadu 2010

3. Output

Output (keluaran) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan pelaksanaan K1-K4.

1) Pengertian K1

Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan ANC/pemeriksaan ibu hamil di puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan ketiga.

Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2010), K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2) Pengertian K4

K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2010) yaitu ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.

4. Pengawasan

Loudon dan Loudon (2004) mengatakan bahwa pengawasan seperti halnya elemen sistem yang lain. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih ddiefektifkan (Muninjaya, 2004).

Pengawasan yang dilaksanakan dengan tepat akan memberikan manfaat, antara lain:

a. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana dan sebagainya) sudah digunakan dengan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.

d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan (Muninjaya, 2004).

5. Umpan Balik

Pemberian umpan balik mutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal tersebut akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik (Sukoco, 2007). Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap individu lain (Uripni, 2002). Menurut Azwar (2010), yang dimaksud dengan umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Notoatmodjo

mengungkapkan salah satu contoh umpan balik pelayanan Puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefinisika sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefinisikan sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi (Azwar, 2010).

Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi bangian yang lain. Menurut Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007), sistem idealnya memiliki lima unsur yaitu: input, proses, output, umpan balik, serta pengawasan.

INPUT:

1. SDM 2. Fasilitas 3. Sumber Dana 4. Kebijakan dan SOP

PROSES:

Proses Pelayanan Antenatal Care

OUTPUT:

Cakupan pelaksanaan program K1-K4

PENGAWASAN

Gambar 2.2 Krangka Teori Penelitian Sumber: Sukoco, Badri M. (2007)

Dokumen terkait