• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

B. Input

Pada PMK no 75 tahun 2014 pasal sembilan ayat empat dikatakan bahwa pendirian Puskesmas harus memnuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

Input merupakan suatu elemen yang terdapat di dalam sistem dan merupakan elemen yang sangat penting di dalam berfungsinya suatu sistem (Azwar, 2010). Apabila suatu input tidak tersedia dengan baik, maka akan dapat menghambat jalannya suatu proses dan dapat menghambat suatu sistem dalam mencapai tujuannya. Begitu juga dalam penelitian ini. Dalam menjalankan pelayanan antenatal care, suatu Puskesmas harus dapat menyediakan input dengan baik. Input dalam penelitian ini antara lain yaitu SDM, fasilitas, sumber dana, serta juga kebijakan dan SOP.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Pembahasan mengenai gambaran sumber daya manusia Puskesmas Ciputat Timur pada penelitian ini akan membahas dari dua aspek, yaitu dari aspek kuantitas dan juga aspek kualitas.

a. Gambaran Kuantitas

Menurut M.T.E. Hariandja (2002), sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan antenatal. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen yang telah dilakukan diketahui bahwa jumlah sumber daya manusia yang berada di ruangan KIA berjumlah sembilan orang. Sembilan orang petugas KIA bertanggung jawab

memberikan beberapa pelayanan diantaranya pelayanan di luar gedung, di dalam gedung, serta pelayanan persalinan.

Dari jumlah serta tugas yang dimiliki tersebut, informan dari pihak Puskesmas mengatakan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki tersebut masih kurang dan diperlukannya penambahan sumber daya manusia di ruang KIA. Tingginya jumlah dan jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan sumber daya manusia dengan jumlah yang masih kurang, maka akan menimbulkan beban kerja yang tinggi bagi petugas, kemudian dengan tingginya beban kerja yang dimiliki petugas, akan dapat mempengaruhi kinerja petugas tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hurrel dalam Dian (2008) bahwa beban kerja petugas yang terlalu berat dapat menimbulkan stress kerja pada petugas. Apabila petugas mengalami stress kerja tentunya petugas tidak dapat melakukan kegiatan pelayanan antenatal dengan baik, sehingga akan berdampak kepada pasien yang sedang melakukan pemeriksaan kehamilan.

Puskesmas Ciputat Timur merupakan Puskesmas mampu PONED, yaitu Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetric neonatal emergensi dasar (PONED). Setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman pelaksanaan Puskesmas PONED, tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas sudah memenuhi standar tenaga kesehatan menurut buku pedoman Puskesmas mampu PONED, yang mana di dalam

buku pedoman tercantum bahwa minimal bidan yang harus dimiliki oleh Puskesmas yaitu sebanyak lima orang dan berpendidikan minimal D3, dan sedangkan bidan yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sebanyak delapan orang bidan yang berpendidikan D3. Analisis data tersebut menunjukkan bahwa secara standar minimal petugas pelayanan kesehatan, Puskesmas Ciputat Timur tidak mengalami kekurangan SDM KIA.

b. Gambara Kualitas 1)Pendidikan

Secara nasional pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga Negara menjadi satu bangsa, pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi Negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2007). Pengertian lain mengatakan bahwa pendidikan merupakan hajat orang banyak dan akan menjadi barometer bagi setiap manusia, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin luas dan bernas pola pikir, pola tindak dan pola lakunya (Isjoni, 2006).

Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mardiyoko (2008), diketahui bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan

seseorang dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi. Menurut penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin memahami pula rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya.

Petugas yang memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari bidan yang berpendidikan D4 berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang, dengan begitu petugas yang melakukan pelayanan antenatal berpendidikan kebidanan dan hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan di dalam buku pedoman PWS-KIA bahwa tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat, akan tetapi pelayanan yang membutuhkan keahlian dokter spesialis tidak dapat diberikan karena Puskesmas masih belum memiliki dokter spesialis kebidanan sepertinya tercantum pada buku pedoman PWS-KIA.

2)Tindakan Pelayanan

Tindakan merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu (Efendi dan Makhfudli, 2009). Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secarang langsung,

dan pelayanan yang diperlukan manusia pada dasarnya ada dua jenis yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi baik itu organisasi massa ataupun Negara (Nogi, 2007).

Pada buku pedoman pelayanan antenatal terpadu tahun 2010 dikatakan bahwa Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil yang bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.

Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar

informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tahu atau kurang paham dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Menurut buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010 dalam pelayanan antenatal terpadu tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan

berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara akurat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.

Jika dilihat dari pernyataan informan yaitu bahwasanya bidannya seperti baru-baru tahu atau kurang paham dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang maka ditakutkan pelayanan antenatal yang diberikan kurang maksimal dan tidak sesuai dengan apa yang di inginkan di dalam buku pedoman antenatal terpadu, sehingga dengan demikian pihak Puskesmas sebaiknya meningkatkan sistem pelayanan dengan lebih baik lagi yang sesuai dengan buku pedoman antenatal. Penignkatan pelayanan tersebut perlu dilakukan dikarenakan akan mempengaruhi terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan, hal tersebut serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puas dkk yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara tindakan yang diberikan oleh petugas dengan tingkat kepuasan pasien.

3)Sikap

Seperti yang dikatakan sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur mengutarakan bahwa cara petugas dalam

melakukan pemeriksaan sudah bagus, akan tetapi sebagian dari petugas bersikap tidak ramah. Sikap tersebut bisa disebabkan dari tingginya beban kerja ataupun adanya suatu masalah pribadi yang dipikirkan oleh petugas tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Gunarsah (2008) bahwa sikap adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan cara merasakan , berpikir, bertingkah laku dalam suatu situasi. Pernyataan tersebut didukung oleh Rangkuti (2006) yaitu sikap merupakan suatu kecenderungan untuk berprilaku dan dapat dipengaruhi oleh situasi.

Menurut Ivancevich et al (2007) mengatakan bahwa sikap membangun dasar emosional hubungan interpersonal seseorang dan identifikasi dengan orang lain serta sikap diorganisasikan dan dekat dengan inti kepribadian. Sebagian besar infoman yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur beralasan tidak ingin melakukan pemeriksaan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur dikarenakan sikap petugas yang tidak ramah, sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan swasta.

Kepala Puskesmas serta pemegang program KIA sudah sebaiknya lebih menekankan kepada karyawannya untuk bersikap lebih ramah lagi kepada setiap pasien, karena sebagian besar informan menyatakan bahwa sikap dari

petugas menunjukkan sikap yang tidak ramah dan akan mempengaruhi ibu hamil enggan untuk melakukan pemeriksaan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk (2013) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan oleh ibu hamil yang diberikan oleh Puskesmas.

2. Fasilitas

Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus di penuhi oleh setiap wadah pemberi pelayanan kesehatan, dengan terlengkapinya fasilitas yang akan digunakan dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal. Buchari (2001) dalam Ermiati dan Sembiring (2012) mengatakan fasilitas adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat terpenuhi.

Puskesmas Ciputat Timur memiliki satu ruangan pelayanan antenatal, yaitu ruangan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan wawancara dengan pihak Puskesmas diketahui bahwa tidak adanya permasalahan mengenai fasilitas yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur saat ini. Setelah dilakukannya observasi lapangan diketahui bahwa fasilitas ataupun peralatan yang miliki Puskesmas untuk melakukan pelayanan antenatal sudah sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh Dinas

Kesehatan Kota Tangerang selatan yang dicantumkan di dalam SOP, diantaranya yaitu: stetoskop, tensimeter, meteran kain, timbangan, pengukur lingkar lengan atas serta stetoskop janin.

Setelah dilakukannya kegiatan wawancara dengan ibu hamil yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur diketahui bahwa sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Dari pernyataan infoman tersebut baik informan yang rajin melakukan pemeriksaan dan informan yang kurang dalam melakukan pemeriksaan diketahui bahwa tidak adanya pengaruh dari fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Lailatul dkk (2013) yang menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara ketersediaan pelayaan kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, tidak adanya hubungan tersebut dikarenakan hampir seluruh responden menyatakan bahwa ketersediaan pelayanan kesehatan sudah cukup.

Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau peralatan yang dimiliki Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal akan dapat dirasakan oleh pasien secarang langsung, sehingga pasien dapat menilai apakah pelayanan yang diberikan sudah baik atau belum. Pasien akan merasa terlayani dengan baik apabila pasien tersebut dapat di layani dengan segala peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan, dan akan

berdampak kepada pemikiran pasien apakah mereka sudah terlayani dengan puas atau belum.

Hasil penelitian Puas dkk (2012) mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dengan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dengan adanya tingkat kepuasan tersebut maka akan mempengaruhi apakah pasien tersebut menggunakan jasa pelayanan tersebut kembali atau tidak. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil dalam penelitian ini, yaitu ditemukan hasil bahwa salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang dimiliki tempat beliau memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya.

Setelah dilakukannya wawancara dengan ibu hamil yang belum pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur, permasalahan tersebut juga menjadi salah satu kemungkinan penyebab ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur disebabkan oleh peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang memadai bagi mereka, atau juga fasilitas di tempat mereka periksa kehamilan lebih baik dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas.

Sumber dana merupakan salah satu input yang mendukung terlaksananya suatu proses. Proses akan berjalan sesuai dengan keinginan apabila didukung penuh dari segi pembiayaannya. Begitu juga dengan pelayanan antenatal, pelayanan akan berjalan dengan baik apabila pelaksaan pelayanan tersebut didukung oleh pendanaan yang memadai.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada permasalahan bagi Puskesmas Ciputat Timur mengenai pembiayaan dalam melaksanakan pelayanan antenatal, hal tersebut dikarenakan sumber pembiayaan Puskesmas berasal dari pemerintah daerah. Berdasarkan undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi. Selain dengan pembiayaan, Puskesmas juga menerima biaya dari pasien yang menggunakan jaminan kesehatan yang di miliki oleh masyarakat seperti BPJS, Askes, Jamkesda dan Jamkesmas. Penggunaan jaminan kesehatan ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional.

Berdasarkan dari pernyataan dari kepala program KIA, diketahui bahwa tidak adanya permasalahan terkait pendanaan dalam menjalankan

program KIA. Setiap permasalahan pendanaan dari setiap kegiatan yang dilakukan sudah terpenuhi dengan baik. Sistem pembiayaan Puskesmas Ciputat Timur yaitu dengan cara mengajukan jumlah dana dari setiap kegiatan apa saja yang ingin dilaksanakan pada bulan tersebut. Setelah permohonan tersebut di berikan ke Dinas Kesehatan dan kemudian disetujui oleh Dinas Kesehatan, maka dana yang diajukan oleh Puskesmas dapat diterima dan digunakan sebagaimana mestinya.

4. Kebijakan dan SOP

Kebijakan merupakan suatu keputusan atau langkah yang diambil

oleh organisasi untuk dapat mencapai output ataupun tujuan yang

diinginkan, dan dengan terpenuhinya elemen input dengan baik, maka

akan sangat membantu berjalannya sebuah proses untuk mencapai output

yang telah direncanakan.

Puskesmas Ciputat Timur dalam hal ini menganut beberapa kebijakan yaitu berupa kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Disamping menganut kebijakan tersebut, Puskesmas Ciputat Timur juga memiliki kebijakan tersendiri guna memberikan pelayanan antenatal yang optimal kepada masyarakat, diantaranya yaitu seperti kebijakan operasional seperti jam pelayanan antenatal yang mana dimulai dari jam 7:30 sampai dengan jam 11:00, apabila ada ibu hamil dalam keadaan darurat yang benar-benar harus di periksa atau di tolong, maka Puskesmas masih

menerima pemeriksaan dikarenakan jam operasional kerja Puskesmas berakhir pada pukul 14.00.

Selain adanya kebijakan yang di anut, Puskesmas juga memiliki suatu standar prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal. Puskesmas pada dasarnya tidak memiliki SOP yang dibuat sendiri oleh pihak Puskesmas, melainkan menggunakan SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

SOP yang dibuat oleh Dinas Kesehatan menurut kepala TU belum terlalu rinci bagaimana prosedur dalam menjalankan pelayanan antenatal, sehingga sulit untuk dipahami dan di terapkan. Diketahui hasil dari wawancara dengan pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur mengatakan bahwa dalam pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur tidak menggunakan pedoman yang ada di dalam SOP Dinas Kesehatan, akan tetapi proses pelayanan antenatal menggunakan prosedur yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan tahun 2010.

Tidak digunakannya SOP Dinkes Tangsel dikarenakan isi dari SOP pemeriksaan antenatal sulit untuk dipahami dan diterapkan sesuai dengan pernyataan yang diutarakan oleh kepala TU. Seperti halnya contoh yaitu, bidan mampu memberikan pelayanan antenatal yang berkualitas, dari pernyataan tersebut tidak ada penjelasan di dalam SOP bagaimana yang dimaksud dengan pelayanan antenatal yang berkualitas.

Kurang bagusnya SOP yang dimiliki diketahui setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang selatan didapatkan hasil bahwa adanya SOP mengenai pemeriksaan pada kunjungan pertama, namun peroses yang harus dilakukan pada pemeriksaan kedua hingga keempat tidak diatur dalam SOP. Setelah dilakukannya telaah dokumen terhadap pedoman antenatal terpadu tahun 2010 diketahui bahwa terdapat jenis-jenis pemeriksaan yang harus dilakukan pada setiap pemeriksaan yaitu mulai dari pemeriksaan pertama hingga keempat.

Dimilikinya suatu standar operasional prosedur yang jelas akan dapat memberikan pelayanan yang baik yaitu pelayanan yang yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur. Dengan baiknya mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien, akan menimbulkan rasa kepuasan bagi pasien terkait pelayanan yang diberikan. Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Puas (2012) yang mengatakan bahwa adanya hubungan antara kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur.

Pihak Puskesmas maupun pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah sebaiknya memperbaiki SOP yang ada pada saat ini, supaya setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Atmoko, (2010), yaitu Standar Operasional Prosedur

(SOP) adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah

berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.

C. Proses

Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (outout) yang direncanakan (Azwar, 2010).

Setelah dilakukannya observasi lapangan dan wawancara dengan pihak Puskesmas diketahui bahwa proses atau alur pelayanan antenatal di Puskesmas Ciputat Timur merujuk pada alur pelayanan antenatal yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010 yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan, seperti gambar di bawah ini:

Alur Pelayanan Antenatal Terpadu di Puskesmas Menurut Buku Pedoman Antenatal Terpadu

Bermula dari pasien mengambil nomor antrian di loket, kemudian pasien akan di panggil sesuai nomor antrian yang mereka miliki untuk pendataan diri, kemudian pasien diberikan nomor antrian poli KIA, kemudian apabila data pasien sudah masuk di poli KIA pasien akan dipanggil berdasarkan nomor antrian yang mereka pegang, kemduian pasien diperiksa oleh petugas, pabila diperlukannya cek laboratorium, maka pasien akan di perintahkan untuk periksa di laboratorium, kemudian apabila tidak diperlukannya pemeriksaan, pasien di persilahkan mengambil obat ke apotek jika ada obat yang dibutuhkan, dan apabila tidak ada obat yang diperlukan, maka pasien dapat pulang kerumah. Berbeda dengan pasien yang memerlukan rujukan, apabila petugas Puskesmas tidak mampu menangani pasien bisa jadi dikarenakan keterbatasan alat, maka pasien akan dibuatkan surat rujukan oleh pihak Puskesmas ke fasilitas kesehatan yang lebih baik. Selain proses alur pelayanan mulai dari pasien mendaftar hingga pulang, sistem alur pemeriksaan antenatal juga merujuk pada tahapan pemeriksaan antenatal yang ada di dalam buku pedoman antenatal terpadu tahun 2010.

Alur pelayanan tersebut merupakan sebuah prosedur yang harus dimiliki

untuk dapat mencapai output yang diinginkan. Seperti yang diutarakan oleh

Loudon dan Loudon (2004) dikutip dalam Sukoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemrosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Apabila suatu

proses dijalankan dengan menggunakan metode dan prosedur yang baik, makan proses pelayanan antenatal dapat berjalan dengan baik.

Hasil dari wawancara dengan ibu hamil yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Ciputat Timur sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa proses pemeriksaan kehamilan di dalam ruangan KIA berjalan dengan cepat, akan tetapi yang menjadi keluhan adalah lama waktu tunggu pendaftaran pada loket yang cukup lama. Lamanya antrian pada loket membuat pasien sedikit kecewa terhadap pelayanan Puskesmas Ciputat Timur.

Penyebab lamanya proses pendaftaran di loket dikarenakan semua jenis pasien diantaranya pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan masih di proses pada loket yang sama, sehingga petugas loket tidak dapat memberikan pelayanan yang cepat. Pemecahan masalah tersebut dapat diatasi dengan membedakan loket pendaftara bagi pasien BPJS, pasien umum, serta pembuatan rujukan.

D. Output

Output yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data cakupan pelayanan antenatal Puskesmas Ciputat Timur. Berdasarkan data yang didapat

diketahui bahwa data pelayanan K4-K1 mencapai 71% ibu hamil dengan target

1323. Terjadinya suatu penurunan pada tahun 2014, yang mana berdasarkan data laporan tahunan tahun 2014 didapatkan data pelayanan K4-K1 atau Antenatal Care hanya mencapai angka 58% dari 1471 ibu hamil yang ditargetkan (Laporan Tahunan PKM Ciputat Timur 2013 dan 2014). Pencapaian tersebut berbading

terbalik dengan target yang diinginkan pemerintah, pemerintah setiap tahunnya menargetkan yaitu pencapaian pelayanan antenatal setiap tahunnya harus terus meningkat, akan tetapi capaian yang didapatkan Puskesmas Ciputat timur mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014.

Menurut Hatry yang dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Dengan rendahnya hasil cakupan yang diperoleh Puskesmas Ciputat Timur, Puskesmas sudah seharusnya meningkatkan cakupan terhadap pelayanan antenatal ke masyarakat supaya dapat meningkatkan ibu hamil sehat sehingga dapat mencegah kematian ibu pada saat melahirkan.

Gusti (2008) mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang dihasilkan secara langsung dari pelaksanaan kegiatan berdasarkan input yang digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang

Dokumen terkait