• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

4. Kebijakan dan SOP

Puskesmas maupun

Wawancara Mendalam dan telaah dokumen serta

Pedoman wawancara dan daftar dokumen

dan pedoman

1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan untuk menjalankan program, dalam hal ini dapat berupa kebijakan, undang-undang serta SOP. observasi observasi 5 Proses Pelayanan Antenatal Care Merupakan sebuah sistem atau alur

pelaksanaan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur. Wawancara Mendalam dan observasi Pedoman wawancara dan pedoman observasi 1. Kepala Puskesmas 2. Pemegang program KIA. 3. Ibu hamil.

6 Cakupan pelaksanaan program

K1-K4

Merupakan hasil capaian kunjungan K1-K4 yang diperoleh oleh

Puskesmas Ciputat Timur.

Telaah dokumen Daftar dokumen Dokumen laporan tahunan

7 Pengawasan Merupakan pengawasan yang dilakukan oleh kepala Puskesmas terhadap pelaksana program Antenatal Care.

Wawancara mendalam

Pedoman wawancara 1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program

KIA.

8 Umpan balik Merupakan tindak lanjut pihak Puskesmas

terhadap kepuasan dan ketidak puasan pasien

Wawancara mendalam dan telaah

dokumen

Pedoman wawancara dan daftar dokumen

1. Kepala Puskesmas. 2. Pemegang program

terhadap pelayanan antenatal terhadap pelayanan antenatal berikutnya

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa gambaran dan kata-kata tertulis atau lisan dari informan serta perilaku yang diamati. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tujuan ingin mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan program Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dimulai sejak bulan Maret hingga April 2015.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang yang paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

obyek/situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini peneliti dalam pengambilan informan berdasarkan jarak rumah informan dengan Puskesmas, sehingga informan yang ambil adalah informan yang rumahnya jauh denga Puskesmas dan rumahnya yang dekat dengan Puskesmas

Informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Kepala Puskesmas Ciputat Timur.

2. Pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.

3. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan rajin (4 kali). 4. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang (1 kali). 5. Ibu hamil yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya di

Puskesmas Ciputat Timur.

D. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari informan, dan didapatkan dengan wawancara mendalam serta observasi lapangan. 2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan dari dokumen atau data yang

dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.

E. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini, dimana peneliti mendapatkan informasi secara

langsung dari informan, serta bertatap muka dengan informan tersebut (face to face). Wawancara mendalam peniliti lakukan kepada pemegang program KIA, Kepala Puskesmas, serta ibu hamil.

2. Observasi

Obserasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2007). Dalam observasi ini, yang peneliti lakukan adalah melihat kesesuaian alur pelayanan dengan kebijakan serta SOP yang sudah di buat.

3. Telaah Dokumen

Telaah dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pemeriksaan dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan undang-undang serta SOP yang sudah dirancang oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, serta data cakupan program K1-K4 Puskesmas Ciputat Timur. Hasil pengamatan dan wawancara peneliti bandingkan kesesuaiannya menggunakan dokumen-dokumen tersebut.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara untuk mewawancarai informan terkait dengan pelaksanaan program Antenatal Care. Instrumen penelitian lain dalam pengumpulan data adalah pedoman observasi serta melakukan telaah dokumen. Selain itu, peneliti juga

menggunakan alat bantu berupa alat tulis, kamera untuk pengambilan gambar dan perekam suara untuk merekam pembicaraan selama wawancara berlangsung agar dapat memperkuat akurasi data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis domain, yaitu untuk memperoleh gambaran yang umum serta menyeluruh tentang tema penelitian yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan hasil telaah dokumen dan hasil observasi, sehingga dapat lebih mudah dipahami.

H. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi lapangan dan telaah dokumen.

I. Triangulasi Data Penelitian

Pendekatan penelitian kualitatif memiliki sampel yang sedikit, sehingga untuk menjaga keabsahan data yang didapat dilakukan dengan triangulasi, dintaranya:

1. Triangulasi Sumber

Dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari sumber lainnya yang terkait untuk menggali topik yang sama. Seperti melakukan wawancara mendalam terhadap kepala puskesmas,

pemegang program KIA, serta ibu hamil yang ada dalam lingkungan kerja Puskesmas Ciputat Timur.

2. Triangulasi Metode

Dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data, diantaranya wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder berupa dokumen pencapaian pelaksanaan program K1-K4.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Input Pelayanan Antenatal Care

Input dari pelayanan Antenatal Care ini antara lain SDM, fasilitas, sumber dana, serta kebijakan dan SOP dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Ciputat Timur.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk mengetahui gambaran sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Ciputat Timur, peneliti menggunakan dua aspek yaitu berdasarkan aspek kuantitas dan juga aspek kualitas.

a. Gambaran Kuantitas

Setelah dilakukannya telaah dokumen terkait SDM yang dimiliki Puskesmas didapatkan data seperti dibawah ini.

Tabel 5.1

Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga Status Kepegawaian PNS PTT Honorer

Bidan 9 Orang 4 2 3

Jumlah 9 Orang 4 2 3

Sumber : Data Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan program KIA terdapat sembilan tenaga kesehatan yang

berprofesi sebagai bidan, yang terdiri dari empat orang berstatus PNS, dua orang berstatus PTT, dan tiga orang berstatus honorer.

Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala TU dan pemegang program KIA, peneliti menyimpulkan bahwa jumlah SDM yang dimiliki puskesmas sebanyak sembilan orang, dan diperlukannya penambahan SDM dikarenakan banyak nya tugas yang diemban oleh SDM yang ada di program KIA seperti adanya kegiatan di luar gedung, di dalam gedung dan yang bertugas di malam hari, kemudian pelayanan antenatal tidak dapat diberikan dengan maksimal apabila adanya ibu yang melahirkan pada saat pelayanan antenatal sedang berlangsung dikarenakan kekurangan SDM.

Kesimpulan tersebut didukung oleh pernyataan kepala TU Puskesmas Ciputat Timur dibawah ini:

“Kalo menurut saya sih ya masih perlu ditambah sekitar dua orang lagi, soalnya petugasnya cuma ada sembilan orang dan tugasnya juga terbagi-bagi, ada yang bertugas diluar gedung dan ada juga yang bertugas didalam gedung, belum lagi ada yang jaga malam, jadi sedikit apa ya namanya ya,,, sedikit kesusahan dalam memberikan pelayanan yang baik apabila pasien sedang banyak, dan apa lagi kalo ada ibu yang melahirkan.”

Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA di bawah ini:

“Untuk petugas yang memberikan pelayanan di KIA untuk sekarang sih masih kurang ya, soalnya kan tugas kita cukup banyak juga, soalnya ada yang bertugas di dalam dan luar gedung.”

“Kalo pagi itu ada petugas yang harus ke posyandu-posyandu, trus ada juga yang lepas jaga, maksudnya yang dia abis jaga

malam kan paginya dia ga masuk lagi, trus belum lagi kalo ada misalkan ibu yang mau lahiran, ya mau ga mau kita menggunakan petugas yang sedang memberikan pelayanan di ruangan KIA, dan sedangkan di ruangan KIA itu ada pasien, jadi terpaksa pemeriksaan pasien KIA tertunda.”

“Kemudian kita juga ga punya dokter spesialis kandungan, jadi pemeriksaan kandungan dengan USG cuma dapat melihat posisi janinnya saja, dan belum dapat melihat tanda-tanda kelainan janin dan sebagainya, sehingga dapat diintervensi dengan tepat.”

b. Gambaran Kualitas

1) Pendidikan

Setelah dilakukannya telaah dokumen diketahui data sebagai berikut:

Tabel 5.2

Tenaga Kesehatan Program KIA di Puskesmas Ciputat Timur Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah Tenaga

D4 1 Orang

D3 8 Orang

Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan ibu dan anak yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur yang berpendidikan D4 yaitu berjumlah satu orang, dan petugas yang berpendidikan D3 berjumlah delapan orang.

2) Tindakan Pelayanan

Sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan

bahwa cara petugas melakukan pemeriksaan sudah bagus, namun ada informan yang mengatakan bahwa bidannya seperti baru-baru tau dan sebagian besar tugasnya dilakukan oleh anak magang. Kemudian ada informan yang mengatakan bahwa petugas selalu ada di tempat dan bekerja dengan cepat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti seperti dibawah ini.

“Kayanya bidannya baru baru ya atau gimana? Kayak kurang begitu ngerti, kan banyak asisten-asistennya kayak anak-anak magang gitu, jadi kayak yang ngetensi itu anak-anak magang trus bidannya cuma yang nyatet-nyatet gitu.” (R1)

“Petugas bidannya bagus sih, kemarin kerna HB saya rendah jadi daya disaranin sesar, kerna kan setiap periksa ke puskesmas selalu di periksa HB nya sama bidannya.” (R2)

“Bagus sih, kalo lagi periksa bidannya ada terus, jadi ga takut kalo mau periksa bidannya ga ada.” (R3) “Bidannya bagus sih, rapih, terus banyak yang muda- muda juga, trus cepet kerjanya gitu mas, ga leyeh- leyeh.” (R4)

“Kalo menurut saya bidannya sih bagus kerjanya, tapi ilmunya kan lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kandungan, jadi lebih baik, mangkanya saya lebih milih periksa di peraktik dokter swasta.” (K1)

“Petugasnya sih bagus, kita dateng merekanya udah ada di ruang KIA” (K2)

“Baik sih kalo menurut saya bidannya, baiknya itu dia nanyanya lembut, terus bisa diajak ngobrol.” (K3) “Mereka itu meriksanya bagus, mungkin kerna mereka udah paham kali ya apa aja yang di alami ibu hamil.” (K4)

3) Sikap

Sikap merupakan sesuatu yang dapat memberikan dampak bagi penilaian pasien terhadap seorang petugas yang memberikan pelayanan. Sebagian informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa petugas di Puskesmas bersikap baik, akan tetapi ada juga sebagian informan yang menyatakan petugas bersikap tidak ramah kepada pasien. Pernyataan tersebut didukung pernyataan pasien yang didapatkan berdasarkan dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan seperti di bawah ini.

“Sikap bidannya juga ramah sih, cuma kalo bidan yang kayak udah senior gitu kayaknya agak jutek gitu.. kayaknya dia udah tau, jadi dianya kayak sombong gitu,,,,” (R1)

“Petugasnya baik sih, ga jutek, kerna saya kalo periksa dapetnya bidan yang itu-itu terus, jadi ga ketemu sama bidan yang jutek.” (R2)

“Tapi ada bisannya yang jutek, jadi agak males kalo dapet bidan yang jutek gitu.” (R3)

“Baik sih kalo menurut saya, tapi ada tuh yang jutek, makanya kalo saya periksa sama dia saya langsung males.” (R4)

“Petugas ditempat saya periksa lebih baik sih hehehe,,, dibandingin sama puskesmas sini, soalnya ada teroma juga sih, petugas Puskesmas jutek banget. Terus kan ilmunya juga lebih tinggi dokter, lebih paham dokter, soalnya kan dokternya itu spesialis kan,,, spesialis kandungan, jadi kan lebih baik lah.” (K1)

“Tapi ya gitu kalo lagi apesnya kita dapet bidan yang jutek, tapi kalo lagi mujur ya dapet bidan yang baik.” (K2)

“Kebetulan pas waktu saya periksa kemarin saya di periksanya sama bidan yang jutek mas” (K3).

“Ya begitu, saya pernah di periksa sama bidan yang jutek, ga tau dia kenapa jutek begitu, mungkin kerna lagi dapet kali ya.” (K4)

Sumber daya manusia atau petugas antenatal juga berpengaruh bagi ibu yang tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Ciputat Timur. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh informan dibawah ini.

“Dari awal sih saya emang periksa di dokter, karna di dokterkan lebih teliti kan,,, lebih nyaman,,,” (T1) “Petugas puskesmasnya katanya judes-judes sih,, udah terkenal judes nya disitu,, iya petugasnya jutek-jutek, kan kita jadinya enek, jadi ogah mau kesana.” (T2) “Saya ogah priksa ke puskesmas, itu ya kerna dulu waktu saya lahiran di puskesmas anak pertama, pelayanan nya jelek banget,,, dari situ saya males ke puskesmas lagi,,” (T3)

2. Fasilitas

Fasilitas merupakan suatu alat yang dapat mendukung terjadinya pelayanan antenatal di suatu instansi kesehatan. Fasilitas tidak kalah pentingnya dengan sumber daya manusia, jika tidak adanya fasilitas maka sumber daya manusia yang dimiliki tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga kedua komponen ini saling berhubungan satu sama lain.

Fasilitas yang memadai akan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi setiap orang yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur sudah cukup

baik dan lengkap dan juga sudah memiliki USG. Pernyataan tersebut didasari oleh pernyataan yang diberikan oleh kepala TU di bawah ini.

“Persediaan peralatan buat antenatal untuk saat ini sudah cukup baik ya, ya paling USG kita masih terbatas, belum sebagus di rumah sakit.”

Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh pemegang program KIA Puskesmas Ciputat Timur.

“Peralatan kita disini untuk pemeriksaan ibu hamil sudah lengkap ya, mulai dari timbangan badan, tempat tidur terus sampe USG kita juga ada.”

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, fasilitas ataupun peralatan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur sudah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SOP Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan dapat berfungsi dengan baik.

Sebagian besar informan yang sudah pernah memeriksakan kehamilannya di Puskesmas mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki sudah lengkap, akan tetapi sebagian responden mengatakan bahwa USG yang dimiliki Puskesmas belum begitu bagus kualitasnya. Di bawah ini adalah pernyataan pasien sekaligus informan mengenai fasilitas pelayanan antenatal yang dimiliki oleh Puskesmas Ciputat Timur.

“Peralatannya lengkap sih, cuma USG nya, USG nya masih yang dua dimensi, jadi kalo mau lihat lebih kita harus dirujuk dulu kerumah sakit.” (R1)

Kalo perlatannya sih USG nya yang masih kurang bagus ya, terus di puskesmas ga bias ngelahirin caesar jadi saya kemarin di rujuk ke rumah sakit.” (R2)

“Peralatannya ada ko, kalo saya periksa disitu pake alat-alat, kayak tensi, terus timbangan badan, terus ada tempat tidurnya juga, lengkap lah.” (R3)

“Kalo menurut saya sih peralatannya sih udah lengkap, soalnya setiap saya kesana buat periksa, mereka ga pernah bilang mereka ga punya alatnya, ya paling kalo buat lahiran Caesar baru di Puskesmas ga bisa katanya.” (R4)

“Peralatannya lengkap sih, bisa cek leb, terus ada USG nya juga, ya walaupun USG nya ga begitu jelas sih mah, soalnya kan katanya baru dua dimensi.” (K2)

Peralatannya cukup lengkap ya, cuma ya itu saya cek USG lagi di luar

kerna di Puskesmas USG nya kurang bagus.” (K3)

“Peralatannya ada sih, kayang timbangan, terus tempat tidurnya, terus ada alat buat ngukur lengan saya, terus ada USG nya juga.” (K4)

Salah satu informan yang memeriksakan kehamilan kurang (1 kali) ke Puskesmas Ciputat Timur hanya memeriksakan kehamilannya satu kali dikarenakan fasilitas yang dimiliki Puskesmas tidak sebaik fasilitas yang dimiliki tempat beliau memeriksakan kehamilannya pada pemeriksaan berikutnya. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara di bawah ini.

“Namanya juga kan hamil pertama, pastikan kepo maksudnya pengen tau perkembangan bayi detailnya seperti apa,,, kan kalo di puskesmas kan paling kita cuma bisa,,,, USG juga belum ada, makanya gamau ke puskesmas,, jadi kedokter aja. Teruskan USG disitu juga ga jelas, cuma bisa liat geraknya tapi kan ga detail, kalo di dokterkan tau umurnya berapa minggu,,, sampe panjang anaknya juga kan udah ketauan, tapi kalo di puskesmas kan belom ketauan gitu,,, soalnya saya kan pernah cek HB disitu, trus di USG tapi ga ketauan anaknya udah umur berapa minggu.” (K1)

Salah satu kemungkinan penyebab ibu hamil yang tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas Ciputat Timur disebabkan oleh peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas masih kurang memadai bagi mereka, atau juga dikarenakan fasilitas di tempat mereka periksa kehamilan lebih baik

dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan penelitian di bawah ini dengan pertanyaan bagaimana pendapat anda tentang peralatan yang dimiliki oleh tempat anda memeriksakan kehamilan?.

“Perlatan disana lengkap sih, saya mau periksa apa aja disana peralatannya ada, sampe-sampe saya lahiran juga disana.” (T1)

“Lengkap sih peralatannya, kan kalo di Puskesmas katanya USG nya kurang bagus ya, kalo di tempat saya udah bagus, itu juga saya dapet cerita dari tetangga saya.” (T2)

“Kalo menurut saya sih bagus mas, terus lengkap juga, soalnya selama ini saya belum pernah disuruh periksa di tempat lain kerna peralatannya mereka ga ada.” (T3)

“Lengkap banget disitu mah, selama saya periksa alat-alat nya selalu ada.” (T4)

3. Sumber Dana

Menurut undang-undang no 36 tahun 2009 pada bab XV dan pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain. Pembiayaan yang berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti badan penyelenggara asuransi, sedangkan yang sumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar negri.

Terkait pendanaan atau sumber dana yang dimiliki Puskesmas Ciputat Timur tidak ada permasalahan mengenai hal tersebut, dikarenakan semua pembiayaan di biayai oleh pemerintah daerah. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU Ciputat Timur di bahwa ini.

“Kalo untuk masalah pendanaan sih tidak ada masalah ya, alhamdulillah selama ini untuk masalah pendanaan kita lancer-lancar aja. Karena kan kita dana nya juga dari pemerintah daerah, jadi sistemnya kita ngajuin dana berdasarkan kegiatan apa yang ingin kita lakukan pada tahun tersebut.”

Pernyataan dari kepala TU tersebut juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA, seperti di bawah ini.

“Kalo masalah dana kita tidak ada masalah, kan semua dibiayain sama pemerintah.”

4. Kebijakan dan SOP

Kebijakan dan SOP merupakan pegangan bagi suatu organisasi dalam menjalankan program-programnya. Begitu juga dengan halnya program antenatal care juga sudah sepantasnya memiliki kebijakan dan SOP. Kepala TU menagatakan bahwa kebijkan mengenai pelayanan antenatal Puskesmas menggunakan kebijakan dari Kementerian Kesehatan dan juga Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan juga kebijakan Puskesmas itu sendiri. Berikut pernyataan kepala TU mengenai kebijakan yang ada.

“Kalo Puskesmas pastinya udah ada kebijakan dari Kemenkes sama Dinkes juga ya, tapi ya Puskesmas juga punya kebijakan sendiri, seperti kalo untuk pelaksanaannya itu ya kita ada juga bikin kebijakan tersendiri, seperti jam kerja, yang mana jam kerja di mulai jam 07:30, kemudian pelayanan tutup sampai jam 11, kalau diatas jam 11 pasien masih ada mau mendaftar untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, itu kita tolak, akan tetapi berbeda apabila dalam keadaan darurat yang benar-benar harus ditolong, kalo hal seperti itu kita masih menerima, karena jam kerja slesai jam 14.00.”

Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini.

SOP yang di buat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan tidak begitu mudah untuk dipahami, sehingga sistem pelayanan antenatal mengacu kepada buku pedoman antenatal terpadu yang di terbitkan oleh Kementerian Kesehatan. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan dari kepala TU dibawah ini.

“Kalo menurut saya SOP nya Dinkes itu belum terlalu rinci ya, jadi masih seperti gambaran umumnya saja, tidak rinci harusnya bagaimana, seperti apa diteil pelaksanaannya, yang kayak gitu belum keliat di SOP.”

Pernyataan kepala TU di atas juga didukung oleh pernyataan dari pemegang program KIA di bawah ini.

“SOP dari Dinkes kita ga pake ya, kita pakenya panduan antenatal terpadu dari Kemenkes, soalnya SOP Dinkes masih belum jelas, maksudnya ga ngerti kalo ngikutin SOP itu.”

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, Puskesmas telah

Dokumen terkait