• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK SOSIAL DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK SOSIAL DA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK

SOSIAL DALAM MASYARAKAT

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Sosiologi Hukum

yang dibina oleh Bapak I Ketut Diara Astawa

oleh :

Harisa Rahmawati 130711616169

Muhammad Febri Andhika 1307116161...

Silvia Putri Rahayu 130711616

Rukmana Wulandari 130711616186

Universitas Negeri Malang

Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oktober 2014

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga makalah yang

berjudul HUBUNGAN HUKUM DENGAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT ini dapat terselesaikan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami

kesulitan.Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini bisa terselesaikan dengan cukup baik. Untuk itu, sudah sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak I Ketut Diara Astawa, selaku dosen matakuliah Sosiologi Hukum sekaligus pembimbing dari tugas makalah ini.

2. Orang Tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan motivasi kepada kami, baik dukugan moral atau spiritual.

3. Teman-teman penulis yang telah membantu dalam hal pencarian sumber-sumber informasi untuk melengkapi makalah ini.

Harapan penulis, semoga makalah ini menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi sumber-sumber referensi bagi semua pihak yang ingin menjadikan makalah ini sebagai sumber bacaan.

Malang, 26 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

Cover

KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1 B. Masalah atau Topik Bahasan... 2 C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum... 3 B. Pengertian Kelompok Sosial... 4 C. Hubungan Hukum dengan Kelompok Sosial dalam

Masyarakat... 12 BAB III PENUTUP

Kesimpulan... 14 DAFTAR RUJUKAN... 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kenyataan hidup bahwa manusia itu tidak sendiri. Manusia hidup berdampingan, bahkan berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya. Hubungan itu terjadi berkenaan dengan kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin selalu dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhan hidup manusia bermacam- macam. Pemenuhan kebutuhan hidup tergantung dari hasil yang diperoleh melalui daya upaya yang dilakukan. Setiap waktu manusia ingin memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kalau dalam saat yang bersamaan dua manusia ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek kebutuhan, sedangkan keduanya tidak mau mengalah, bentrokan dapat terjadi. Suatu bentrokan akan terjadi juga kalau dalam suatu hubungan, antara manusia satu dan manusia lain ada yang tidak memenuhi kewajiban.

Hal-hal semacam itu sebenarnya merupakan akibat dari tingkah laku manusia yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam bertingkah-laku tidah selamanya akan menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau kebebasan tingkah laku seseorang tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena itu, untuk menciptakan ketaraturan dalam suatu kelompok sosial, baik dalam situasi kebersamaan maupun dalam situasi sosial diperlukan ketentuan-ketentuan. Ketentuan itu untuk membatasi kebebasan tingkah laku itu. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan adalah ketentuan yang timbul dari dalam pergaulan hidup atas dasar kesadaran; yang biasanya dinamakan hukum. Jadi, hukum adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Hal itu timbul berdasarkan rasakesadaran manusia itu sendiri, sebagai gejala-gejala sosisal. Gejala-gejala sosisal itu merupakan hasil dari pengukuran baik tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya.

(5)

tekanan atau ketidaktepatan ikatan sosial. Berarti, hukum juga menjaga supaya selalu terwujud keadilan dalam kehidupan dalam kehidupan sosial (masyarakat). Jadi, norma hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan manuasia dalam kelompok sosial tertentu, baik dalam situasi kebersamaan maupun situasi sosial. Hal itu untuk mencapai tata tertib demi keadilan.

B. Masalah atau Topik Bahasan

Bagaimana hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat ? C. Tujuan

Makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum

Sebelum membahas tentang hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat kita harus memahami pengertian hukum dan kelompok sosial. Istilah hukum identik dengan istilah law dalam bahasa inggris, droit dalam bahasa Perancis, recht daslam bahasa Belanda, atau dirito dalam bahasa Italia. Hukum dalam arti luas dapat disamakan dengan aturan, kaidah, norma, atau ugeran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, yang apda dasarnya berlaku dan diakui orang sebagai peraturan yang harus ditataati dalam kehidupan bermasyarakat dan apabila dilanggar akan dikenakan sanksi. Sedangkan menurut Ensiklopedia Indonesia,”Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat.” Rumusan diatas memperlihatkan bahwa penekanannya diletakkan pada hukum sebagai rangkaian kaidah,

peraturan, dan tata aturan (proses dan prosedur) serta pembedaan antara sumber hukum undang-undang (kaidah yang tertulis) dan kebiasaan (kaidah yang tidak tertulis).

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum itu meliputi berbagai unsur yaitu:

a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia b) Peraturan itu dibuat oleh badan berwenang

c) Peraturan itu bersifat memaksa, walaupun tidak dapat dipaksakan d) Peraturan itu disertai sanksi yang tegas dan dapat dirasakan oleh yang

bersangkutan

(7)

B. Pengertian kelompok sosial

Kelompok merupakan salah satu konsep yang penting dalam sosiologi. Ada beberapa pengertian yang menyangkut kelompok. Menurut Horton dan Chester (1987) kelompok mencakup banyak bentuk interaksi manusia. Hakekat keberadaan kelompok sosial bukanlah terletak pada kedekatan atau jarak fisik, melainkan pada kesadaran untuk berinteraksi. Kesadaran berinteraksi diperlukan oleh mereka untuk dapat menciptakan suatu kelompok, sedangkan kehadiran fisik kadang-kadang sama sekali tidak diperlukan. Banyak kelompok yang para anggotanya jarang sekali bertemu, namun mereka saling berinteraksi melalui surat menyurat, telepon, mass media, dan sebagainya.

Menurut Seorjono (2003) kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Suatu kelompok sosial adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana diantara mereka terjadi komunikasi dua arah atau timbal balik serta interaksi satu dengan yang lainnya. Jarak fisik yang dekat tidak menjadi ukuran karena belum tentu terjadi interaksi, tetapi pada kesadaran untuk berinteraksi.Kelompok Sosial atau Social Group adalah himpunan atau kesatuan -kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

Kelompok sosial merupakan sekumpulan orang yang memiliki kesadaran keanggotaan dan saling berinteraksi, misalnya anak-anak sudah mulai bermain bersama, pengusaha-pengusaha mempunyai perhatian yang sama di pasar bursa atau di suatu tempat pertandingan. Pada saat itulah tercipta suatu kelompok walaupun waktunya singkat. Sebaliknya, dalam sebuah kereta api atau bis yang penuh dengan penumpang belum tentu terbentuk suatu kelompok sosial, karena diantara para penumpangnya tidak terjadi suatu kesadaran untuk saling

berinteraksi.

Dalam kelompok sosial perlu dibedakan pengertian agregasi sosial dan kategori sosial. Agregasi sosial merupakan kumpulan orang dalam arti

(8)

pengelompokan secara fisik tanpa mempersoalkan adanya komunikasi diantara mereka. Akan tetapi, suatu agregasi sosial dapat membentuk suatu kelompok sosial walaupun hanya untuk sementara apabila terjadi suatu komunikasi dan interaksi diantara mereka, misalnya dalam suatu bis yang penuh dengan penumpang, dalam perjalan supir terlalu cepat menjalankan bisnya sehingga penumpang merasa terganggu dan takut terjadi sesuatu atas sikap supir yang ugal-ugalan, kemudian penumpang secara berkelompok berusaha menegur supir agar menjalankan bisnya dengan hati-hati. Dalam hal ini, kesadaran berinteraksi para penumpang diperlukan untuk menciptakan suatu kelompok.

Faktor-faktor pembentukan kelompok sosial diantaranya adalah : 1. Keturunan atau geneologi satu nenek moyang

2. Tempat tinggal bersama atau teritorial 3. Kepentingan bersama

Syarat Kelompok sosial :

1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya(interaksi).

3. Terdapat suatu faktor (atau beberapa faktor) yang dimiliki bersama oleh anggota - anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain - lain. 4. Berstruktur.

5. berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Ada beberapa macam Kelompok Sosial antara lain : a. Klasifikasi Macam-macam Kelompok Sosial

(9)

1) Kelompok statis, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

2) Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya. 3) Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis

dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat, dan lain-lain.

4) Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: negara, sekolah, dan lain-lain.

Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain: 1. Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan, sedangkan menurut Goerge Homan, kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya, keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2. Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya, partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3. Kelompok Formal

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

(10)

4. Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya, kelompok arisan dan sebagainya.

b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu

Suatu individu merupakan kelompok kecil dari suatu kelompok sosial atas dasar usia, keluarga, kekerabatan, seks, pekerjaan, hal tersebut memberikan kedudukan prestise tertentu/sesuai adat istiadat. Dengan kata lain keanggotaan dalam

masyarakat tidak selalu gratis.

c. In Group dan Out Group

In group merupakan kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya. Out group merupakan kelompok sosial yang oleh

individunya diartikan sebagai lawan in group jelasnya kelompok sosial di luar anggotanya disebut out group. Contohnya, istilah kita atau kami menunjukkan adanya

artikulasi in group, sedangkan mereka berartikulasi out group. Perasaan in group

atau

out group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik

dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sikap in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud antagonisme atau antipati. Sikap in group dan out group merupakan dasar sikap

(11)

d. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Charles Horton Cooley mengemukakan tentang kelompok primer (primary group) atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling

sederhana, dimana para anggota-anggotanya saling mengenal, di mana ada kerja sama yang erat. Contohnya, keluarga, kelompok bermain, dan lain-lain.

Kelompok sekunder (secondary group) ialah kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng, contohnya, hubungan kontrak jual beli.

e. Paguyuban dan Patembayan

Tonnies dan Loomis menyatakan bahwa paguyuban (gemeinschaft) ialah bentuk kehidupan bersama, di mana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal, dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan. Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekeluargaan, rukun tetangga, dan lain-lain.

Patembayan (gesellschaft) yaitu berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contohnya, ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lainlain.

f. Formal Group dan Informal Group

J.A.A. Van Doorn membedakan kelompok formal dan informal. Formal group

ialah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesama, contohnya,

organisasi. Informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali, yang menjadi dasar pertemuan-pertemuan, kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama, contohnya, klik (clique).

(12)

g. Membership Group & Reference Group

Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya Harold H. Kelley, Shibutani, dan Ralph H.Turner

mengemukakan adanya dua tipe umum reference group yakni tipe normatif, yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang dan tipe perbandingan, yang merupakan pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.

h. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain.

Okupasional diambil dari kata okupasi yang berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai penguasa, dalam hal ini dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan tertentu seperti halnya etika profesi, sedangkan

volonter adalah orang yang mempunyai kepentingan yang sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini dapat memenuhi

kepentingankepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Terjadinya kelompok volunter karena beberapa hal antara lain:

1) kebutuhan sandang dan pangan 2) kebutuhan keselamatan jiwa dan raga 3) kebutuhan akan harga diri

(13)

i. Kelompok-kelompok Sosial yang Teratur dan Tidak Teratur

Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarmereka. Ciri-ciri kelompok teratur, antara lain:

a) Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya tampak pada nama kelompok, simbol kelompok,dll).

b) Memiliki daftar anggota yang rinci.

c) Memiliki program kegiatan yang terus-menerus diarahkan kepada d) Pencapaian tujuan yang jelas.

e) Memiliki prosedur keanggotaan.

Contoh kelompok teratur antara lain berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol, organisasi massa, perusahaan, dan lainlain. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam,

antara lain:

1) Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentukbentuk kerumunan antara lain:

a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal (Formal audiences) Merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif, contohnya menonton film.

b. Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (Planned Expressive Group) Adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi

mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur

ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang berpesta, berdansa, dsb.

2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)

a. Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang. Contoh; orang yang antri karcis, orang-orang yng menunggu bis dan sebagainya.

(14)

b. Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd) Yaitu orang-orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.

c. Kerumunan penonton (spectator crowd), karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum. a. Kerumunan yang bertindak emosional

b. Kerumunan yang bersifat imoral.

Ada dua faktor pembentukan kelompok sosial, dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan. 1) Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang

memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

2) Kesamaan

(15)

C. Hubungan hukum dengan kelompok sosial dalam masyarakat

Mempelajari kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, oleh karena hukum merupakan abstraksi dari interaksi sosial sinamis di dalam kelompok-kelompok sosial tersebut. Interaksi sosial yang dinamis tersebut lama-kelamaan karena pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar warga masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan tidak baik di dalam pergaulan hidup. Nilai-nilai sosial tersebut biasanya telah berkembang sejak lama dan telah mencapai suatu kemantapan dalam jiwa bagian terbesar warga masyarakat dan dianggap sebagai pedoman atau pendorong bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang abstrak tersebut mendapatkan bentuk yang konkret dalam kaidah yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat bersangkutan. Betapa pentingnya kelompok-kelompok sosial bagi pembentukan hukum maupun pelaksanaannya kiranya menjadi jelas dengan adanya uraian diatas. Untuk jelasnya, akan dikemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang sosiolog yaitu Richard Schwartz, terhadap dua bentuk masyatakat tani di Israel (R.D. Schwartz 1964: 471-491). Masyarakat tani yang satu dibentuk atas dasar kolektivisme ekonomis dan dinamakan kvutza, sedangkan yang lainnya merupakan masyarakat yang didasarkan pada milik perseorangan yang dinamakan moshav. Pada moshav

dijumpai suatu badan peradilan khusus yang mengadili persengketaan-persengketaan yang terjadi, badan yang tidak dijumpai pada kvutza. Walaupun

kvutza mempunyai rapat desa sebagai badan legislatif yang melahirkan keputusan-keputusan terhadap orang banyak, namun tak ada badan khusus yang bertugas sebagai badan pelaksana hukum atau penegak hukum. Apabila pelaksanaan pengendalian sosial ditinjau pada kedua masyarakat tersebut, maka pada kvutza yang kolektif sifatnya, warganya secara tetap melakukan interaksi sosial antara sesamanya. Mereka mempunyai sistem kaidah-kaidah sosial yang terinci konkret, dapat diterapkan terhadap bagian terbesar dari masyaratakat dan pada umumnya mereaka menegtahui, menghargai serta mentaati kaidah-kaidah tertentu. Sebaliknya, antara warga-warga moshav tidak terjadi

(16)

hubungan yang rapat dan juga tak ada kesatuan pendapat perihal isi kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Schwartz berkesimpulan, bahwa kvutza mempunyai sistem pengadilan sosial informal yang kuat, maka masyrakat tersebut tidak begitu memerlukan suatu sistem hukum. Walaupun mungkin terjadi kegoncangan pada sistem pengendalian sosial yang informal tadi, namun ada kecenderungan untuk memperkuatnya kembali dari pada membentuk pengendalian sosial yang formal (hukum). Sebaliknya pada moshav, perkembangan yang kuat dari hukum disebabkan karena kurang efektifnya alat-alat pengendali sosial yang informal. Dari keterangan-keterangan Schwartz tersebut terdaoat suatu bukti, bahwa pada masyarakat tertentu hukum kurang berperan apabila dibandingkan dengan kaidah-kaidah lainnya. Terutama pada masyarakat gemein schaftlich kaidah-kaidah sosial lainnya lebih efektif karena hukum sebetulnya secara implisit berarti turut sertanya atau campur tangannya pihak lain, yang berarti pula memperluas persengketaan, artinya, pada masyarakat-masyarakat tertentu yang masih sederhana dan homogen sifatnta ada kecenderungan untuk menyelesaikan suatu konflik di antara mereka sendiri.

(17)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Hukum merupakan rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan atau mengatur hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat. Sedangkan suatu kelompok sosial adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana diantara mereka terjadi komunikasi dua arah atau timbal balik serta interaksi satu dengan yang lainnya. Jarak fisik yang dekat tidak menjadi ukuran karena belum tentu terjadi interaksi, tetapi pada kesadaran untuk berinteraksi. Dalam mempelajari kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, oleh karena hukum merupakan abstraksi dari interaksi sosial sinamis di dalam kelompok-kelompok sosial tersebut. Interaksi sosial yang dinamis tersebut lama-kelamaan karena pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam alam pikiran bagian terbesar warga masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan tidak baik di dalam pergaulan hidup.

(18)

DAFTAR RUJUKAN

Machmudin, Dudu Duswara. 2010. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung. Refika Aditama

Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok - Pokok Sosiologi Hukukm. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 14.2 sama halnya dengan 14.1, hanya pada awal waktu jaringan adhoc multi-hop (5 node) terjadi peningkatan throughput (flow-1 dan flow-2), selebihnya hingga

Hal ini sangat didukung dengan postur mahasiswa yang sesuai yakni dari hasil penelitian di peroleh kom-posisi badan dan tinggi badan sangat proporsional, serta mahasiswa

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Pengangkatan anak adalah suatu tindakan mengambil anak orang lain untuk dipelihara dan diperlakukan sebagai anak kandung sendiri, berdasarkan Pada mulanya pengangkatan anak

upaya lokalisasi bahasa dan budaya guna penentuan muatan lokal di Jawa Timur ”. Pada tahun pertama, rumusan masalah khusus yang akan menjadi target penelitian, yaitu 1) Bagaimana

Kurangnya jumlah SDM sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan pengujian/ kalibrasi alat kesehatan dan inspeksi sarana prasarana

(1) Yang  dimaksud  dengan  Surat  Perjanjian  Kerja  Sama  ini  adalah  perjanjian  dimana  PIHAK  KESATU  mengikat  PIHAK  KEDUA    sebagaimana  pula  PIHAK 

Pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan pendekatan pembelajaran metakognitif AO, kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki gaya kognitif FI lebih baik