• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM PELANGGARAN KEKAYAAN DALAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH HUKUM PELANGGARAN KEKAYAAN DALAM (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

HUKUM PELANGGARAN KEKAYAAN DALAM HAK INTELEKTUAL

Makalah ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Kontemporer Dosen Pengampu : Imam Mustofa, M.S.I.

Oleh

IVANNA FRESTILYA ARI SHANDI

NPM. 1502030006

JURUSAN : SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PRODI: Akhwalus Syakhsiyyah (AS)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO

T.A. 1438 H / 2016

(2)

A. PENDAHULUAN

Masyarakat negara berkembang didunia merupakan masyarakat transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat industri. Ketika globalisasi,

pembangunan dan budaya barat kemudian menjadi paradigma yang dipakai dalam pembangunan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia, sistem hukum dan ekonomi negara bersangkutan tentunya mengimbas baik langsung maupun tidak langsung kepada kehidupan masyarakat. Salah satunya Hak Kekayaan Intelektual disingkat ”HKI” atau akronim ”HaKI”

Pelaksanaan sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia dapat dikatakan masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem HKI yang memang masih relatif baru berkembang di Indonesia. Oleh karenanya, sosialisasi HKI harus terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat sistem HKI dan memberikan informasi perkembangan sistem HKI baik di Indonesia maupun di dunia.1

Perlu adanya pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman masyarakat tentang sistem HKI (Hak Kekayaan Intelektual), karena semakin berkembangnya ilmu teknologi mengharuskan masyarakat untuk memahami apa arti pentingnya sistem Hak Kekayaan Intelektual.

Namun,Pelaksanaan sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia dapat dikatakan masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang sistem HKI yang memang masih relatif baru berkembang di Indonesia. Oleh karenanya, sosialisasi HKI harus terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap manfaat sistem HKI dan memberikan informasi perkembangan sistem HKI baik di Indonesia maupun di dunia.2

B. KONSEP DASAR HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

1 Krisnani Setiyowati dan Efridani Lubis, “Implementasi sistem HKI diperguruan tinggi”, dalam jurnal Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya diperguruan tinggi, (Bogor:Kantor HKI IPB, 2005), h.1

(3)

1. Definisi

Hak Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights(IPR). Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang timbul bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi seseorang karena ia telah membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Objek atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang lahir dari kemampuan intelektual (daya pikir) manusia.3

Intellectual Property Rights (IPR) pertama kali diterjemahkan di Indonesia menjadi “Hak Milik Intelektual”, kemudian menjadi “Hak atas Kekayaan

Intelektual”. Setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI Nomor M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dalam surat Nomor

24/M/PAN/1/2000, istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual atau akronim “HAKI” diganti menjadi Hak Kekayaan Intelektual dengan akronim HKI. Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan tersebut didasari pula dengan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 1998 tanggal 15 September 1998, tentang Perubahan Nama Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI) kemudian berdasar Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HAKI berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).4

Konsep HKI meliputi:

a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan eksklusif.

b. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat sementara. HKI selalu dikaitkan dengan tiga elemen(unsur) penting berikut ini:5

1. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;

3 Budi Santoso sebagaimana dikutip Sabriando Leonal, “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Praktik Persaingan Usaha Bidang Merek”, Skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2011 h. 39

4

Primadhia Lerai Marista “pembatalan pendaftaran hak cipta berdasarkan gugatan pencipta atau pemegang hak cipta”, Skripsi pada Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, 2012, hlm.12

(4)

2. Hak terebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan intelektual;

3. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul dan lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya menghasilkan karya-karya intelektual berupa : pengetahuan, seni, sastra,

teknologi dimana dalam mewujudkan membutuhkan pengorbanan tenaga, waktu biaya, dan pikiran. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya intelektual tersebut menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya intelektual tadi.18 Dari segi pranata, HKI dibangun sebagai instrumen hukum yang berbasis etika pengetahuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak atas kreasi intelektual yang diberikan sebagaimana lazimnya hak milik yang mempunyai nilai ekonomi dan sekaligus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Klasifikasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) terbagi dalam dua kategori, yaitu :

a. Hak Cipta

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19/2002 Pasal 1 ayat 1 mengenai Hak Cipta :

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.Adapun beberapa istilah dalam hak cipta : pencipta, ciptaan, pemegang hak cipta, pengumumamn, perbanyak.Hak cipta termasuk kedalam benda immaterril, yang dimaksud dengan hak milik

immateriil adalah hak milik yang objek haknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh). Contoh : buku, lagu, drama, pamflet, seni

(5)

pula menyetujui RUU Hak Cipta yang baru dan sekaligus menggantikan UU Hak Cipta yang lama.6

b. Hak Kekayaan Industri(Industrial Property)

Hak kekayaan industri adalah hak yang mengatur segala sesuatu milik perindustrian, terutama yang mengatur perlindungan hukum, yang meliputi :

1) Paten

Menurut Undang-undang Nomor 14/2001 pasal 1 ayat 1, Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil

penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu dalam melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau dengan membuat persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi.7 Bebrapa istilah yang sering digunakan dalam

paten: invensi, inventor, pemegang paten, paten sederhana.

2) Merek

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15/2001 pasal 1 ayat 1, hak

merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.8 Beberapa istilah yang sering digunakan dalam merek: merek

dagang, jasa, kolektif, indikasi geografis. Contoh: Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi.

3) Desain Industri

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang

Desain Industri menyebutkan bahwa Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola

6Syafrinaldi, “sejarah dan perlindungan hak kekayaan intelektual”, dalam jurnal Al-Mawarid edisi IX, 2013, h.11

7 Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi manusia R.I. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2013, hlm.12

(6)

tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

4) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurangkurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan

semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Desain Tata Letak adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.

5) Rahasia Dagang(Trade Secret)

dalam Pasal 1 Undang-Undang Rahasia Dagang (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000), Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

6) Varietas Tanaman

Menurut Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman: Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara kepada pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk

menggunakannya selama waktu tertentu.9 Varietas tanaman yang selanjutnya

disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh

(7)

kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

3. Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual

Dalam penetapan HaKI tentu berdasarkan hukum-hukum yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dasar-dasar hukum tersebut antara lain adalah :

a. Undang-undang Nomor 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO)

b. Undang-undang Nomor 10/1995 tentang Kepabeanan c. Undang-undang Nomor 19/2002 tentang Hak Cipta10

d. Undang-undang Nomor 15/2001 tentang Merek11

e. Undang-undang Nomor 14/2001 tentang Hak Paten12

f. Undang-undang Nomor 31/2000 tentang Desain Industri

g. Undang-undang Nomor 32/2000 tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu h. Undang-undang Nomor 30/2000 tentang Rahasia Dagang

i. Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the Protectionof Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual Property Organization

j. Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty

k. Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works

l. Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty

Berdasarkan peraturan-peraturan tersebut maka Hak atas Kekayaan

Intelektual (HaKI) dapat dilaksanakan. Maka setiap individu/kelompok/organisasi yang memiliki hak atas pemikiran-pemikiran kreatif mereka atas suatu karya atau produk dapat diperoleh dengan mendaftarkannya ke pihak yang melaksanakan, dalam hal ini merupakan tugas dari Direktorat Jenderal Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia. 4. Syarat

Cara Pendaftaran Hak Atas Kekayaan Milik Intelektual, Hak Paten, Hak Cipta, Merek.

10 Jannati “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap TraditionalKnowledge Guna Pembangunan Ekonomi Indonesia”, Skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2007, h.66

(8)

1. Langsung ke Direktorat jendral Hak Kekayaan Intelektual

2. Melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM RI di seluruh Indonesia

3. Melalui kuasa hukum Konsultan HKI terdaftar 5. Hukum Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual

Karya intelektual tergolong al-māl, sehingga keberadaan undang-undang tentang HAMI sebagai bentuk perlindungan terhadap karya tersebut secara umum tidak bertentangan dengan Syari’ah. Hak seseorang dalam HAMI disebut haq ‘aini māli mutaqarrar (hak keharta bendaan yang permanen) bukan haq mujarrad, mengingat hubungan pengarang dengan karyanya bersifat langsung. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek:

Pertama: Karya intelektual merefleksikan kepribadian ilmiah pengarang dan menjadi tanggungjawabnya. Inilah aspek moralitas yang selalu lekat dalam sebuah karya.

Kedua: Karya intelektual adalah produk intelektualitas seseorang dalam bentuk buku atau sejenisnya. Buku atau benda-benda yang lain, sesungguhnya hanya merupakan tempat menulisnya. Buku ini juga menjadi sarana dalam

memanfaatkan dan sebagai tolok ukur al-qîmah yang terkandung dalam karya intelektual. Buku-buku ini kemudian menjadikan karya itu sebagai benda yang mandiri dan “terpisah” dari pengarangnya.13

Pelanggaran HAKI berupa pembajakan (piracy), pemalsuan dalam konteks Hak Cipta dan Merek Dagang (counterfeiting), pelanggaran hak paten (infringement) jelas merugikan secara signifikan bagi pelaku ekonomi,14 terutama

akan melukai si pemilik sah atas hak intelektual tersebut. Begitupun konsumen dan mekanisme pasar yang sehat juga akan terganggu dengan adanya tindak pelanggaran HAKI.

Yang terdapat dalam firman ALLAH SWT









 

 





































 





13Asmuni Mth, “Hak Milik Intelektual Dalam Perspektif Hukum Islam”, pada Jurnal Al-MawaridEdisi IX, Tahun 2003, Hal.34-35

(9)

 

 



























“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.”15

Tentang Pembajakan Hak Cipta, yang terdapat dalam firman ALLAH SWT















“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.16

Ayat ini berisi tuntutan hukum untuk tidak memakan harta orang lain secara batil, tidak dengan cara yang dibenarkan oleh syara‘. Pengertian kata “memakan” pada ayat ini mencakup hal yang luas, termasuk mengambil, merampas, mencuri, dan sebagainya. Pembajakan hak kekayaan intelektual dapat dikategorikan sebagai pengambilan harta orang lain secara tidak benar; batil.17 Wahbah al-Zuhaili menegaskan: “Berdasarkan hal (bahwa hak

kepen-garangan adalah hak yang dilindungi oleh syara‘ atas dasar qaidahistishlah, maka mencetak ulang atau men-copy buku tanpa seizin yang sah dipandang sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang. Ini berarti perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang menimbulkan dosa dalam pandangan syara‘. Perbuatan tersebut merupakan pencurian yang

mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang atas naskah yang dicetak secara melanggar dan zalim, serta menimbulkan kerugian moril kepada penciptanya.18

Fatwa Majelis Ulama Indonesia 15 Q.S. Al-Baqarah(2) : 188

16 Q.S. An-nisa’(4) : 29

17 Ikhwan,”Pembajakan Dalam Perspektif Hukum Islam”, dalam Jurnal Innovatio Volume X, No.2 Juli-Desember 2010(327-332), hal.334

(10)

Nomor: 1/MUNAS VII/MUI/5/2005

Tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Musyawarah Nasional VII MUI, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H/ 26-29 Juli 2005 M

Ketentuan Hukum

1. Dalam hukum Islam, HKI dipandang sebagai salah satu huquq maliyyah (hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum(mashun) sebagaimana mal (kekayaan).

2. HKI yang mendapat perlindungan hukum Islam sebagaimana dimaksud angka 1 tersebut adalah HKI yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

3. HKI dapat dijadikan obyek akad (al-ma’qud ‘alaih), baik akad mu’awadhah (pertukaran, komersial), maupun akad tabarru’at (nonkomersial), serta dapat diwaqafkan dan diwariskan.

4. Setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI, termasuk namun tidak terbatas pada menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan, menyediakan, mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak HKI milik orang lain secara tanpa hak merupakan kezaliman dan hukumnya adalah haram.

Dari uraian fatwa MUI diatas sudah jelas bahwa melakukan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual atas hasil karya orang lain adalah haram. Karena melakukan setiap bentuk pelanggaran terhadap HKI sangatlah merugikan sekaligus menzalimi pemilik sah HKI. Konsumen pun akan merasa terbohongi karena adanya pemalsuan atas hasil karya. Karena semakin ramainya

pembajakan terhadap HKI, salah satunya kegiatan pembajakan dapat

mematikan atau menghambat seorang pencipta atau seniman untuk berkarya. Pembajakan secara empiris telah menimbulkan berbagai dampak buruk bagi pemegang hak cipta dan masyarakat secara umum sehingga mesti dilarang dan dihilangkan.

SANKSI PELANGGARAN :

1. HAK CIPTA

Menurut Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, bagi mereka yang dengan sengaja atau tanpa hak melanggar Hak Cipta orang lain

(11)

lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).19

2. HAK PATEN

Ancaman hukuman bagi pelanggaran atas Paten yang granted menurut Pasal 130 Undang-Undang Paten adalah pidana penjara palinglama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).20 Untuk Paten Sederhana, ancaman hukumannyaadalah pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

3. HAK MEREK

Sanksi yang dikenakan atas penggunaan Merek atau Indikasi Geografis yang memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan Merek atau Indikasi Geografis yang telah dilindungi21 adalah pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah). Penggunaan Merek atau Indikasi Geografis yang memiliki kesamaan pada pokoknya dengan Merek atau Indikasi Geografis yang telah terdaftar dikenakan ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

4. HAK DESAIN INDUSTRI

Sanksi yang dapat dikenakan terhadap pelanggaran Desain Industri adalah pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

5. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Bagi mereka yang melanggar Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah terdaftar dapat diancam hukuman pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

6. HAK RAHASIA DAGANG

19 Linda Agustina “Perlindungan Hukum Pencipta Lagu Terhadap Website Penyedia Jasa Download Lagu Gratis Dalam Media Internet”, Skripsi, pada Program Kekhususan Hukum Perdata, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universtias Hasanuddin, Makasar, 2012h. 64

20 Ibid..,hal. 66

(12)

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

7. VARIETAS TANAMAN

Sanksi yang dapat diterapkan atas pelanggaran hak PVT adalah pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

PENUTUP

Dari pembahasan diatas hasil karya seseorang yang merupakan

(13)

ingin mengambil manfaatnya dari karya tersebut dengan seizin penciptanya, karena jika dioptimalkan pemanfaatannya akan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit. Namun pada kenyataannya sekarang ini justru semakin maraknya kasus pelanggaran HKI, salah satunya yang sering disalahgunakan olah pihak yang tidak bertanggung jawab adalah pembajakan. Sekarang ini kasus

pembajakan di Indonesia semakin banyak, dan menjadi kasus yang benar-benar harus ditangani dengan serius. Meskipun pemerintah sudah memberikan sanksi dan MUI telah mengeluarkan fatwa bagi pelanggar HKI. Tetap saja itu terus menerus dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang hanya ingin mengambil keuntungan dengan cara yang tidak benar tanpa harus susah payah menciptakan hasil karya ataupun repot-repot melakukan pendaftaran untuk meminta izin meng-copy hasil karya kepada pemilik hak cipta yang asli. Dan kegiatan pembajakan yang terus dilakukan akan menimbulkan kerugian, seperti kerugian materi, moral si pemilik hak cipta, dan Negara. Dan pembajakan akan menghambat tumbuhnya kreatifitas dalam berkarya untuk menciptakan sebuah karya baru. Sehingga harus diadakannya seperti penambahan wawasan kepada masyarakat tentang dampak buruk yang terjadi apabila kasus

pembajakan tetap terus ada.

DAFTAR PUSTAKA

Krisnani Setiyowati dan Efridani Lubis, “Implementasi sistem HKI diperguruan tinggi”, dalam jurnal Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan

Implementasinya diperguruan tinggi, (Bogor:Kantor HKI IPB,2005) Primadhia Lerai Marista “ pembatalan pendaftaran hak cipta berdasarkan

gugatan pencipta atau pemegang hak cipta”, Skripsi pada Program Studi Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, 2012 Linda Agustina , “Hak Kekayaan Intelektual di Era Global”, Skripsi pada Program

(14)

Syafrinaldi, “sejarah dan perlindungan hak kekayaan intelektual”, dalam jurnal Al-Mawarid edisi IX, 2013

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum Dan Hak Asasi manusia R.I. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Tangerang, 2013 Jannati “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap TraditionalKnowledge

Guna Pembangunan Ekonomi Indonesia”, Skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2007 Ida Rofidah “Penyalahgunaan Perjanjian Lisensi Merek Dalam Praktek Bisnis

Hak Atas Kekayaan Intelektual”, Skripsi, pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015

Chairullizza “Wakaf Hak Kekayaan Intelektual Dalam Hukum Islam”, Skripsi pada Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009

Ni Ketut Suarni, Metode Pengembangan Intelektual,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)

Sabriando Leonal, “Implementasi Hak Kekayaan Intelektual Dalam Praktik Persaingan Usaha Bidang Merek”, Skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2011

Agnes Vira Ardian “Prospek Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intektual Dalam Kesenian Tradisional Di Indonesia”, Skripsi,pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang 2008

Asmuni Mth, “Hak Milik Intelektual Dalam Perspektif Hukum Islam”, pada Jurnal Al-MawaridEdisi IX, Tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait

internasional, maka penulis memilih judul: ” Perlindungan Hukum Terhadap Folklore Dalam Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia dan

Dwi Femi Nasution : Aspek Hukum Perjanjian Lisensi Merek Dagang, 2006 USU Repository © 2008... Dwi Femi Nasution : Aspek Hukum Perjanjian Lisensi Merek Dagang, 2006 USU Repository

Esensi hak milik dari hak kekayaan intelektual adalah konsepsi tentang hak milik(eigendomrechts) dalam bagian hukum benda (zaakenrechts) sehingga konseptualisasi hak

Indikasi geografis merupakan salah satu Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam perjanjian internasional tentang TRIPs pada section 3 tentang Geographical

Perjanjian lisensi lisan dan tertulis yang tidak dicatatkan pada Direktorat Jendral Hak atas Kekayaan Intelektual hanya mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dapat didefinisikan sebagai suatu perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara kepada seseorang dan atau sekelompok orang ataupun

Ini berarti norma-norma di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual ditegakkan dengan hukum pidana yang bersanksi negatif khususnya dalam menanggulangi pelanggaran hak merek

“Perlindungan Hukum Hak Ekonomi Pemegang Indikasi Geografis dalam Perspektf Hukum Kekayaan Intelektual, Desertasi pada Pascasarja Unhas, tidak dipublikasikan... Hukum Merek Trademark