• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkun"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

(UKL-UPL)

Rekonstruksi Ruas Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang

Langsa, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa

Infrastructure Reconstruction Enabling Program (IREP)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa iii

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Surat Pernyataan ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

Daftar Lampiran ... vi

Bab 1. PENDAHULUAN ... 1

Bab 2. URAIAN RENCANA KEGIATAN ... 4

2.1. Identitas Pemrakarsa ... 4

2.2. Rencana Kegiatan ... 4

Bab 3. DAFTAR UJI ... 11

Bab 4. RONA LINGKUNGAN AWAL ... 18

4.1. Komponen Fisik ... 18

4.2. Komponen Biologi ... 18

4.3. Komponen Sosial ... 19

4.4. Kondisi Eksisting Jalan ... 20

Bab 5. DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI ... 23

Bab 6. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ... 25

6.1. Upaya Pengelolaan Lingkungan ... 26

6.1.1. Tahap Prakonstruksi ... 26

6.1.2. Tahap Konstruksi ... 27

6.1.3. Tahap Operasi ... 34

6.2. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) ... 35

6.2.1. Tahap Prakonstruksi ... 35

6.2.2. Tahap Konstruksi ... 36

(7)

Daftar Tabel

1. Data teknis jalan ... 4

2. Data teknis bangunan penahan tanah ... 8

3. Prakiraan jumlah dan posisi kebutuhan tenaga kerja konstruksi ... 8

4. Prakiraan peralatan kerja ... 9

5. Jumlah penduduk kecamatan di Kota Langsa ... 20

6. Distribusi prosentase kegiatan ekonomi Kota Langsa ... 21

7. Dampak yang mungkin terjadi ... 24

(8)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa v

Daftar Gambar

1. Peta orientasi lokasi proyek ... 2

2. Rute ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa ... 3

3. Tipikal potongan jalan ... 5

4. Disain rencana gorong-gorong ... 6

(9)

Daftar Lampiran

1. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

(10)

Bab 1

(11)

Bab 1. PENDAHULUAN

Setelah Kota Langsa lepas dari Kabupaten Aceh Timur tahun 2001, struktur perekonomian dibangun atas perdagangan, industri, dan pertanian. Sejak lama Langsa dikenal sebagai pusat perdagangan dan jasa, khususnya hasil bumi dari Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan paling banyak dari Medan, Sumut.

Kota Langsa merupakan kota pesisir yang memiliki garis pantai 16 km. Penduduk yang sangat heterogen –Aceh, Jawa, Melayu, Gayo Batak, dan Karo serta hanya berjarak 246 km dari Kota Medan, menyebabkan Langsa memiliki banyak kemiripan dengan Medan.

Langsa merupakan kota kecil dengan keramaian yang terpusat di dua titik. Jalan Teuku Umar sebagai pusat pertokoan dan pasar tradisional selalu ramai sejak pagi sampai malam hari. Demikian juga Jalan Ahmad Yani, jalan protokol dua jalur yang membelah kota ini selalu dipadati warga. Untuk hal tersebut Pemerintah Kota Langsa berencana meningkatkan ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa sebagai jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan. Panjang ruas jalan tersebut adalah 9 km dan tidak dilakukan pembebasan lahan.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam bekerjasama dengan BRR - Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Nasional merencanakan untuk melakukan rekonstruksi ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa (peta orientasi disajikan pada gambar 1).

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi Dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) bahwa pembangunan/peningkatan jalan dengan panjang 3 s/d <10 km (kota sedang) perlu dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.

Tujuan penyusunan UKL-UPL rencana rehabilitasi dan rekonstruksi ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa adalah:

1. Mengidentifikasi rona lingkungan awal lokasi proyek;

2. Mengidentifikasi dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan yang dilakukan terhadap lingkungan;

3. Sebagai pedoman untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi serta meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek;

4. Memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan terhadap pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.

(12)

Awal Proyek STA 0 + 000

Akhir Proyek STA 9 + 000

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP REKONSTRUKSI JALAN

KEUDE RAMBE-PERUMNAS-TIMBANG LANGSA

KOTA LANGSA, PROVINSI NAD

Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi Proyek

Keterangan:

Jalan

Sungai

Batas Kecamatan

Rencana Jalan

Skala 1 : 150.000

Sumber:

Atlas District Sub District (Langsa Kota Sub District)

U

(13)

Gambar 2. Rute Ruas Jl Keude Rambe.-Perumnas- Timbang Langsa

LOKASI PEKERJAAN KEUDE RAMBE-TIMBANG LANGSA

Akhir Proyek STA 9 + 000

Awal Proyek STA 0 + 000

U Keterangan:

(14)

Bab 2

(15)

Bab 2. URAIAN RENCANA KEGIATAN

2.1. Identitas Pemrakarsa

2.1.1. Nama Lembaga : SATKER BRR-Infrastruktur, Lingkungan dan Pemeliharaan Wilayah II

2.1.2. Penanggungjawab : T. Zahedi

2.1.3. Alamat : Jl. Merdeka No. 46 C, Kota Lhokseumawe

2.1.4. Nomor Telp./Fax : 0654-630019/0645-42012

2.2. Rencana Kegiatan

2.2.1. Nama Rencana Kegiatan : Rekonstruksi Jalan Timbang Langsa -Perumnas- Keude Rambe

2.2.2. Lokasi Rencana Kegiatan : Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa.

(Gambar 2. Peta Lokasi Proyek)

2.2.3. Diskripsi Kegiatan :

Kegiatan rekonstruksi ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa di mulai dari Km. 0 + 000 di Desa Timbang Langsa s/d Km. 9 + 000 di Keude Rambe Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam.

Pekerjaan peningkatan jalan yang dilakukan antara lain: perbaikan badan jalan, perkerasan (pelapisan dengan hotmix), bahu jalan dan saluran drainase (pamasangan gorong-gorong) dan dinding penahan tanah. Berikut disajikan data teknis jalan pada ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa.

Tabel 1 : Data Teknis Jalan

No Jenis Pekerjaan Volume

1 Panjang jalan 9 km

2 Lebar jalan 3 - 4,5 m

3 ROW 5-9 m

4 Jumlah jalur 1 jalur 2 arah

5 Jenis konstruksi Fleksible

6 Gorong-gorong 11 buah

Sumber : Gambar disain

(16)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 5

Secara fisik pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah:

A. Pekerjaan Peningkatan Jalan

Pekerjaan peningkatan jalan, yakni pekerjaan overlay lapisan hot mix. Pekerjaan overlay dilakukan mulai sta 0 + 000 s/d 2 + 950.

B. Pekerjaan Perkerasan jalan

Pekerjaan lapisan perkerasan jalan dilakukan mulai sta 2 + 950 s/d 9 + 000. Konstruksi lapisan perkerasan jalan terdiri dari :

• Lapisan agregat klas A T = 15 cm;

• Lapisan agregat klas B T = 15 cm;

• Lapisan AC – BC T = 5 cm;

• Lapisan AC – WC T = 4 cm.

(tipikal konstruksi lapisan pekerasan lihat gambar 3)

Gambar 3. Tipikal potongan jalan

C. Gorong-gorong

Rencana perbaikan gorong-gorong dilakukan pada beberapa crossing saluran, gorong-gorong bangun terdapat 2 tipe, yakni tipe gorong-gorong dari pasangan batu kali (insitu) dan gorong-gorong model box culvert.

(17)

Gambar 4. Disain rencana gorong-gorong

D. Pembangunan Penguat Jalan

Pada titik-titik yang kemungkinan terjadi longsor diperkuat dengan bangunan dinding penahan tanah. Disain konstruksi penahan tanah sebagaimana terlihat pada gambar 5.

Gorong-gorong batu kali

(18)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 7

Gambar 5. Disain rencana konstruksi penahan tanah

(19)

Tipe Kemiringan Tanah Pengisi

Jenis Tanah Pengisi

Lebar Bawah W

(m)

Lebar Atas T (m)

Sumber : Gambar disain

2.2.4. Rencana Pelaksanaan Fisik

Pekerjaan peningkatan ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa akan dilaksanakan pada tahun 2008, dimulai dari Km. 0 + 000 di desa Timbang Langsa s/d Km. 9 + 000 di desa Keude Rambe.

2.2.5. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan Yang Mungkin Menimbulkan Dampak

Garis besar komponen rencana kegiatan peningkatan ruas Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu : tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi.

1. Tahap Prakonstruksi

Pekerjaan peningkatan ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa tidak melakukan pembebasan tanah, sehingga kegiatan yang dilakukan pada tahap prakonstruksi adalah pemasangan billborad papan pengumuman kegiatan proyek.

Pemasangan papan pengumuman proyek peningkatan jalan memberi informasi kepada masyarakat keberadaan warga sekitarnya.

2. Tahap Konstruksi

a) Penerimaan tenaga kerja

Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi berpotensi menimbulkan dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja setempat.

Prakiraan kebutuhan tenaga kerja untuk pekerjaan kosntruksi jalan menurut posisinya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3 : Perkiraan Jumlah dan Posisi Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi

No Posisi Tenaga Kerja Jumlah Spesifikasi

(20)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 9

No Posisi Tenaga Kerja Jumlah Spesifikasi

7 Operator peralatan kerja 17 -

8 Pelaksana 4 D3

9 Mandor 8 -

10 Tenaga pendukung (buruh) 82 -

Jumlah 127

Sumber : Prakiraan Konsultan

b) Pengoperasian basecamp

Kegiatan awal pekerjaan di lapangan adalah : pembangunan base camp yang berfungsi sebagai kantor pelaksana proyek dan P3K, penginapan pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat, dan penyimpanan material. Pada base camp akan dilengkapi dengan MCK.

Penempatan material dan peralatan kerja yang kurang baik berpotensi menimbulkan kerusakan dan kecelakaan, aktivitas para pekerja pendatang yang tidak mengindahkan aturan adat setempat berpotensi menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitar lokasi base camp.

c) Penyiapan badan jalan

Kegiatan penyiapan badan jalan mencakup pembersihan lahan dari bahan-bahan yang tidak bisa dimanfaatkan sebagai material konstruksi. Pemasangan patok-patok batas bagian konstruksi : patok-patok tanda segmen (sta), perkerasan, bahu jalan. Pada bagian pekerjaan ini tidak menimbulkan dampak lingkungan.

d) Pekerjaan rekonstruksi jalan

• Mobilisasi alat dan material

Mobilisasi alat-alat dan material konstruksi berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas berupa hambatan laju kendaraan oleh kendaraan pengangkut (trailer/dump truck) dan potensi kecelakaan lalu lintas. Berikut disajikan prakiraan peralatan dan material kerja yang didatangkan.

Tabel 4 : Prakiraan Peralatan Kerja

No Jenis Peralatan Kapasitas Jumlah (Unit)

1 Asphal Finisher 1

2 Asphal Sprayer 1

3 Compressor 4000-6500 L/M 1

4 Concrate Mixer 0,3-0,6 M3 1

5 Dump Truck 3-4 M3 8

6 Excavator 80-140 HP 1

7 Generator Set 1

8 Motor Grader >100 HP 1

9 Three Wheel Roller 6-8 TON 1

10 Tandem Roller 6-8 TON 1

11 Tire Roller 8-10 TON 1

12 Concrate Vibrator 1

13 Water Pump 70-100 MM 1

14 Water Tanker 3000-4000 L 1

(21)

• Konstruksi jalan

Pekerjaan penghamparan sirtu (pembentukan badan jalan) berpotensi meningkatkan kandungan debu di udara (pada musim kemarau).

• Pemasangan rambu-rambu lalu lintas

Pemasangan rambu-rambu lalu lintas yang tepat dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

3. Tahap Operasi

a) Pengoperasian jalan

Dengan dioperasikannya jalan yang telah selesai, dapat memperlancar lalu lintas pada ruas jalan tersebut. Dampak lain adalah peningkatan aktivitas perekonomian.

b) Pemeliharaan jalan dan fasilitas lainnya

(22)

Bab 3

(23)

Bab 3. DAFTAR UJI

3.1. Tata Ruang

No Kriteria Evaluasi Ya Tidak Keterangan

3.1.1 Apakah rencana kegiatan berada dan / atau berbatasan langsung dengan :

g. Kawasan suaka alam (terdiri dari cagar alam, suaka marga-satwa, hutan wisata, daerah perlindungan plasma nutfah, dan daerah pengungsian satwa).

X

h. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, Gugusan karang atau terumbu karang, dan atau yang

mempunyai ciri khas berapa keragaman dan atau/keunikan ekosistem).

X

i. Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove).

X

j. Taman nasional X

k. Taman hutan raya X

l. Taman wisata alam X

m. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (termasuk daerah karst berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan sejarah bernilai tinggi).

X

n. Kawasan rawan bencana alam. X

3.1.2 Apakah terdapat pertentangan dalam pemanfaatan tata ruang dengan kegiatan- kegiatan lain yang ada saat ini atau yang akan

direncanakan dimasa mendatang ?

(24)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 12 3.2. Lahan dan Tanah

( ) ya 3.2.1 Apakah proyek akan membebaskan lahan penduduk atau

badan usaha ( X ) tidak

Kegiatan proyek ini adalah rehabilitasi fasilitas jalan yang ada, sehingga tidak ada pembebasan lahan.

( ) ya 3.2.2 Apakah proyek akan menyebabkan ketidak stabilan lereng

atau membangun tanggul-tanggul yang mempunyai resiko

tinggi mengalami kelongsoran ? ( X ) tidak

( ) ya 3.2.3 Apakah kegiatan proyek akan menyebabkan perubahan

bentang alam dalam skala yang cukup besar atau melakukan

pemindahan tanah dalam jumlah yang besar ? ( X ) tidak

( ) ya 3.2.4 Apakah kegiatan proyek akan menghilangkan lahan

pertanian atau hutan produksi atau lahan-lahan produktif

lainnya. ( X ) tidak

( ) ya 3.2.5 Apakah kegiatan proyek akan mengubah kontur garis pantai,

menghambat aliran drainase atau mengganggu aliran sungai ?

( X ) tidak

( ) ya 3.2.6 Apakah kegiatan proyek akan merusak, menutup, menguruk

atau merubah bentang alam yang unik secara permanen ? ( X ) tidak

( ) ya 3.2.7 Apakah kegiatan proyek menyebabkan meningkatnya erosi

tanah baik yang disebabkan oleh air atau angin ? ( X ) tidak

( ) ya 3.2.8 Apakah kegiatan proyek akan menghalangi penggunaan

lahan untuk pemanfaatan lain dalam jangka panjang ? ( X ) tidak

3.3. Udara/Klimatologi

( ) ya 3.3.1 Apakah kegiatan proyek mengeluarkan emisi udara yang

diperkirakan dapat melebihi baku mutu lingkungan atau

dapat menurunkan kualitas udara embien ? ( X ) tidak

( ) ya 3.3.2 Apakah kegiatan proyek menyebabkan perubahan arah

angin, kelembaban atau temperatur ? ( X ) tidak

( ) ya 3.3.3 Apakah kegiatan proyek akan menyebabkan gangguan

kebauan ? ( X ) tidak

3.4. Air

( ) ya 3.4.1 Apakah kegiatan proyek akan mengambil air permukaan

(25)

( ) ya 3.4.2 Apakah kegiatan akan menyebabkan pembuangan limbah

cair ke sungai, danau, laut atau air laut yang dapat

menyebabkan perubahan kualitas air permukaan, termasuk di dalamnya perubahan suhu dan kekeruhan ?

( X ) tidak

( ) ya 3.4.3 Apakah rencana kegiatan proyek akan memanfaatkan air

tanah ?

Apakah pengambilan air tanah berpontensi mengganggu arah aliran dan debit air tanah.

( X ) tidak

( ) ya 3.4.4 Apakah proyek akan membangun konstruksi yang dapat

menggangu aliran dan debit air tanah ? ( X ) tidak

( ) ya 3.4.5 Apakah proyek akan menyebabkan perubahan kualitas air

tanah ? ( X ) tidak

( ) ya 3.4.6 Apakah proyek akan menyebabkan pencemaran terhadap air

tanah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air

penduduk ? ( X ) tidak

( ) ya 3.4.7 Apakah proyek akan menghasilkan limbah cair domestik

(WC, air cucian dapur, buangan air mandi karyawan, pengunjung dan sebagainya) dalam jumlah yang cukup banyak ?

( X) tidak

( ) ya 3.4.8 Apakah proyek akan menyebabkan peningkatan resiko

terjadinya banjir ? ( X ) tidak

3.5. Limbah Padat

( ) ya 3.5.1 Apakah kegiatan konstruksi, operasi proyek akan

menghasilkan limbah padat non B3 dalam jumlah yang

besar ? ( X ) tidak

( ) ya 3.5.2 Apakah kegiatan konstruksi, operasi proyek akan

menghasilkan limbah padat B3? ( X ) tidak

( ) ya 3.5.3 Apakah akan dilakukan pengelolaan limbah padat di dalam

lokasi Proyek ? ( X ) tidak

3.6. Kebisingan, Getaran, Radiasi dan Kesilauan

( ) ya 3.6.1 Apakah proyek akan menyebabkan peningkatan kebisingan

di sekitar proyek, pada saat konstruksi dan operasi ?

( X ) tidak

(26)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 14

dan kesilauan bagi masyarakat ? ( X ) tidak

3.7. Flora

( ) ya 3.7.1 Apakah proyek akan menyebabkan perubahan diversitas atau

produktivitas spesises tumbuhan ? Apakah proyek juga

menyebabkan perubahan jumlah spesies tumbuhan ? ( X ) tidak

( ) ya 3.7.2 Apakah proyek akan mempengaruhi habitat tumbuhan

langka atau tumbuhan yang dilindungi ? ( X ) tidak

3.8. Fauna

( ) ya 3.8.1 Apakah proyek mempengaruhi habitat satwa liar atau satwa

yang dilindungi ? ( X ) tidak

( ) ya 3.8.2 Apakah proyek menyebabkan introduksi spesies hewan baru

? ( X ) tidak

( ) ya 3.8.3 Apakah proyek menyebabkan barier yang dapat membatasi

migrasi/perpindahan hewan dan ikan ? ( X ) tidak

( ) ya 3.8.4 Apakah proyek menyebabkan gangguan terhadap habitat

ikan dan habitat satwa liar ? ( X ) tidak

( ) ya 3.8.5 Apakah proyek menyebabkan terjadinya emigrasi satwa liar

dan memungkinkan terjadinya interaksi antara penduduk

dengan satwa liar akibat emigrasi tersebut ? ( X ) tidak

3.9. Sumber Daya Alam

( ) ya 3.9.1 Apakah proyek menyebabkan peningkatan penggunaan

sumber daya alam ? ( X ) tidak

( ) ya 3.9.2 Apakah proyek menyebabkan penurunan kuantitas sumber

daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara signifikan ? ( X ) tidak

3.10. Energi

( ) ya 3.10.1 Apakah proyek akan menggunakan energi dalam jumlah

yang signifikan ? ( X ) tidak

( ) ya 3.10.2 Apakah proyek dapat mempengaruhi peningkatan

kebutuhan energi di luar lokasi proyek karena adanya

(27)

( ) ya 3.10.3 Apakah perlu dibangun sumber energi baru untuk

memenuhi kebutuhan proyek atau mengantisipasi

perkembangan wilayah di sekitar proyek ? ( X ) tidak

3.11. Transportasi

( ) ya 3.11.1 Apakah proyek akan menyebabkan peningkatan jumlah dan

mobilisasi kendaraan bermotor ? ( X ) tidak

( ) ya 3.11.2 Apakah proyek akan berdampak pada lahan parkir yang ada

saat ini dan peningkatan kebutuhan lahan parkir ? ( X ) tidak

( X ) ya 3.11.3 Apakah proyek akan berpengaruh terhadap sistem lalu

lintas saat ini ? ( ) tidak

Dengan kondisi jalan yang lebih baik akan memperlancar arus lalu lintas

( ) ya 3.11.4 Apakah proyek akan mengubah sistem sirkulasi barang,

jasa dan manusia ? ( X ) tidak

( X ) ya 3.11.5 Apakah proyek akan meningkatkan resiko kecelakaan

bermotor, pengendara sepeda dan pejalan kaki ? ( ) tidak

Dengan kondisi jalan yang lebih baik, pengguna jalan cenderung meningkatkan laju kendaraannya.

( ) ya 3.11.6 Apakah proyek akan memerlukan konstruksi jalan baru

( X ) tidak

3.12. Fasilitas Umum

( ) ya 3.12.1 Apakah proyek menyebabkan perubahan kebutuhan

fasilitas umum, pelayanan jasa dan kelembagaan-kelembagaan pemerintah, misalnya instansi pemadam kebakaran, sekolah, kantor kelurahan, puskesmas dan lain sebagainya ?

( X ) tidak

3.13. Utilitas

( ) ya 3.13.1 Apakah proyek akan memerlukan pembangunan fasilitas

baru atau mempengaruhi fasilitas-fasilitas jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, penyediaan air bersih, sistem drainase dan sebagainya?

( X ) tidak

3.14. Penduduk

( ) ya 3.14.1 Apakah proyek akan memindahkan penduduk atau akan

(28)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 16 3.15. Resiko Kecelakaan

( ) ya 3.15.1 Apakah kegiatan proyek menyebabkan terjadinya resiko

pemaparan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, pestisida, bahan-bahan kimia, radiasi atau bahan-bahan lain pada saat terjadi kecelakaan kerja atau pada saat operasional kegiatan mengalami gangguan?

( X ) tidak

( ) ya 3.15.2 Apakah di dalam kegiatan proyek terdapat kegiatan

penggunaan, penyimpanan, penimbunan dan pembuangan bahan-bahan berbahaya dan beracun?

( X ) tidak

( ) ya 3.15.3 Apakah kegiatan proyek baik pada saat persiapan,

konstruksi, operasi, dan pasca operasi memiliki resiko

tinggi terjadinya kecelakaan atau bencana? ( X ) tidak

( ) ya 3.15.4 Apakah kegiatan proyek rawan terhadap terjadinya

kecelakaan karena lokasi proyek berada di daerah yang

rawan? ( X ) tidak

3.16. Perekonomian

3.16.1 Apakah proyek dapat menyebabkan dampak negatif terhadap perekonomian setempat atau perekonomian regional?

( ) ya a. gangguan terhadap turisme

( X ) tidak ( ) ya b. gangguan terhadap pendapatan lokal masyarakat

( X ) tidak ( ) ya c. penurunan nilai jual tanah

( X ) tidak ( ) ya d. pengurangan lapangan kerja dan menimbulkan

pengangguran ( X ) tidak

( ) ya e. pemindahan sarana-sarana perekonomian, fasilitas

perdagangan dan perindustrian ( X ) tidak

3.17. Persepsi Masyarakat

( ) ya 3.17.1 Apakah proyek yang direncanakan dapat menimbulkan

kontroversi dengan masyarakat setempat? ( X ) tidak

.

( ) ya 3.17.2 Apakah proyek yang direncanakan bertentangan dengan

nilai-nilai budaya masyarakat setempat? ( X ) tidak

( ) ya 3.17.3 Apakah proyek yang direncanakan menimbulkan gangguan

(29)

3.18. Kesehatan Masyarakat

( ) ya 3.18.1 Apakah terdapat pekerja pendatang yang berpotensi

membawa penyakit ke daerah proyek? ( X ) tidak

( ) ya 3.18.2 Jika proyek mengakibatkan terjadinya pemindahan

penduduk, apakah lokasi pemukiman baru mempunyai

potensi yang lebih tinggi terhadap gangguan kesehatan? ( X ) tidak

( ) ya 3.18.3 Apakah proyek yang direncanakan dapat meningkatkan

beban fasilitas kesehatan masyarakat setempat (jamban,

air bersih dsb)? ( X ) tidak

3.18.4 Apakah proyek yang direncanakan dapat mengubah habitat vektor-vektor penyakit dengan jalan:

( ) ya a. perubahan sistem hidrologi (kecepatan aliran air,

kedalaman, suhu, genangan air dan sebagainya) ( X ) tidak ( ) ya b. perubahan morphologi (kemiringan lereng, penutupan

pohon- pohonan) ( X) tidak

( ) ya c. perubahan iklim (curah hujan dan klimatologi)

( X ) tidak ( ) ya d. perubahan biologi (komposisi tumbuhan dan rantai

makanan) ( X ) tidak

3.19. Estetika

( ) ya 3.19.1 Apakah proyek yang direncanakan akan merubah

pemandangan alam atau mempengaruhi ruang-ruang publik?

( X ) tidak

3.20. Arkeologi, Cagar Budaya dan Situs Sejarah

( ) ya 3.20.1 Apakah proyek yang direncanakan dapat mengganggu

(30)

Bab 4

(31)

Bab 4. RONA LINGKUNGAN AWAL

4.1. Komponen Fisik

4.1.1. Letak Geografis

Kota Langsa merupakan kota pesisir yang memiliki garis pantai 16 km. Penduduk yang sangat heterogen –Aceh, Jawa, melayu, Gayo Batak, dan karo serta hanya berjarak 246 km dari Kota Medan, menyebabkan Langsa memiliki banyak kemiripan dengan Medan.

4.1.2. Kondisi Topografi

Secara topografis Kabupaten Aceh Timur/Kota Langsa dapat digolongkan atas :

ƒ Lereng 0-2 % merupakan dataran rendah dan landai, daerah ini meliputi 34,14% dari luas Kabupaten Aceh Timur.

ƒ Lereng 2-15 % merupakan daerah landai sampai agak miring, luas daerah ini 13,66 % dari luas Kabupaten Aceh Timur.

ƒ Lereng 15,40 % merupakan daerah yang agak miring sampai curam dan pada umumnya tidak terdapat perkampungan/pemukiman, luas daerah ini 26,56 % dari Kabupaten Aceh Timur.

ƒ Lereng yang lebih dari 40 % merupakan lereng yang curam sekali, luasnya 25,64 % dari luas Daerah Kabupaten Aceh Timur

4.1.3. Kondisi Geologi

Tekstur tanah dapat digolongkan atas 3 kelas :

ƒ Tekstur halus Tekstur halus meliputi tekstur liat, liat berlempung, liat berdebu, liat berpasir seluas 97,91 % dari luas Kabupaten Aceh Timur.

ƒ Tekstur sedang Tekstur sedang meliputi lempung berdebu,lempung berpasir dan tekstur ini meliputi 0,39 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Timur.

ƒ Tekstur kasar Tekstur kasar meliputi pasir, pasir berlempung,pasir berdebu seluas 1,70 dari luas wilayah Kabupaten Aceh Timur.

4.1.4. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt Fergusson (1952) Kabupaten Aceh Timur mempunyai type iklim A dan B seperti daerah tropis lainya, iklim sangat dipengaruhi oleh angin yang senantiasa bertukar setiap tahunnya, sehingga terdapat dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musin kemarau.

(32)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 19 4.2. Komponen Biologi

Flora yang terdapat di wilayah Aceh Timur, terdiri dari berbagai jenis tumbuh – tumbuhan, diantaranya: kayu merbau, damar, damar laut, semantok, meranti, cemara, kayu bakau, rotan dan sebagainya. Semua jenis tumbuh-tumbuhan hidup subur di kawasan hutan merupakan kekayaan dan potensi yang dapat mendukung pembangunan ekonomi jika mampu dikelola dengan baik tanpa merusak kelestarian alam dan lingkungan.

Kekayaan fauna di Aceh Timur meliputi berbagai jenis hewan liar seperti gajah, harimau, badak, rusa, kijang, orang utan, babi, ular dan lain-lain sebagainya, dengan demikian beberapa hewan liar tersebut merupakan satwa yang dilindungi Undang-undang.

Di lokasi proyek tidak ditemui jenis hewan seperti di atas, fauna yang yang ditemui merupakan hewan piaraan, diantaranya sapi/lembu, kambing, kerbau, ayam dan itik.

4.3. Komponen Sosial

4.3.1. Demografi

Penduduk terpadat di Kota Langsa terdapat di Kecamatan Langsa Kota, yaitu 745,79 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Langsa dari data terbaru yang didapat adalah 134.219 jiwa (Badan Pusat Statistik). Tabel berikut menyajikan luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kepadatan.

Tabel 5. Luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kepadatan Kota Langsa

No. Kecamatan Luas (km2) Jumlah (jiwa) Kepadatan(Jiwa/Km²)

1. Langsa Kota 51,86 38.677 745,79

2. Langsa Barat 89,31 40.171 449.79

3. Langsa Timur 119,74 55.371 462.43

Total 260,91 134.219

Sumber : Badan Pusat Statistik NAD, 2003

Perkiraan kebutuhan air Kota Langsa untuk klasifikasi kota sedang. Dengan jumlah penduduk sebanyak 134.219 jiwa, maka dibutuhkan air (kebutuhan ideal untuk klasifikasi kota sedang sebesar 100 lt/org/hr) sebesar 13.429.000 lt/org/hr.

4.3.2. Kondisi Perekonomian Daerah

Kondisi Perekonomian Daerah Kegiatan perekonomian yang utama di kota ini adalah dari sektor perdagangan senilai 28,87%. Kemudian terbesar kedua adalah dari sektor industri pengolahan, senilai 23,45%. Industri pengolahan yang terdapat pada Kota Langsa ini adalah industri pengolahan kayu, dimana bahan baku industri perkayuan didatangkan dari lokasi penebangan hutan seperti Kabupaten Aceh Timur, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh tengah, Aceh Tenggara dan Pidie.

(33)

sampai 15,9%. Namun setahun kemudian secara keseluruhan, perekonomian Kota Langsa tumbuh 1,73%. Melemahnya industri pengolahan kayu kemudian digantikan oleh perdagangan besar dan eceran. Titik pergeseran perubahan peranan antara industri pengolahan dengan perdagangan mulai terjadi tahun 2000. Pada tahun tersebut sektor perdagangan memberikan kontribusi paling besar bagi kegiatan perekonomian Kota Langsa. Dan 2 tahun kemudian, perdagangan membukukan nilai Rp 178 miliar dari total kegiatan ekonomi Rp 646,8 miliar. Potensi ekonomi di Kota Langsa masih belum tertangani dengan baik. Sementara ini Pemkot Langsa masih memprioritaskan diri pada peningkatan kulaitas SDM, baik masyarakat maupun aparatur pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi belanja pembangunan tahun 2002, pendidikan (23%), aparatur pemerintahan (22%), dan perumahan (10%) menjadi sektor dengan alokasi dana paling besar. Sedangkan perdagangan sebagai sektor potensial unggulan mendapat alokasi 3,75%.

Tabel 6. Distribusi prosentase kegiatan ekonomi Kota Langsa Tahun 2000

No Kegiatan Prosentase (%)

1 Bangunan 9,86

2 Listrik Gas, dan Air Bersih; 0,56

3 Pengangkutan dan Komunikasi 8,26

4 Keuangan 3,51

5 Jasa – jasa 6,75

6 Pertanian 18,31

7 Industri dan Pengolahan 23,45

8 Pertambangan dan Penggalian 0,44

9 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,87

Sumber : Badan Pusat Statistik NAD, 2001

4.4. Kondisi Eksisting Jalan

Rehabilitasi dan rekonstruksi ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa merupakan upaya peningkatan kualitas jalan. Pada pekerjaan ini tidak ada pengadaan tanah.

Kondisi eksisting jalan adalah :

• Panjang jalan : 9 Km

• Lebar ROW : ± 5 – 9 m

• Lebar Pekerasan : ± 3 m

• Bahu jalan : 0.5 - 1 m

• Subbase Coarse : baik

• Base Coarse : sebagian belum ada (jalan perkebunan)

• Drainase : belum ada

Foto-foto berikut memperlihatkan kondisi eksisting jaln saat ini.

Survai dilakukan dimulai dari sta 0+000 (awal proyek) didamping oleh staf PPK (Bapak Harman), staf PU (Bapak Mur dan Bapak Faiuldin).

Titi awal proyek di Desa Kedeu Rambe (sebelum masuk kota Langsa dari arah Lhoksukon) ke kanan (foto 1), sekitar 300 m terdapat perumahan (perumnas) (foto 2).

(34)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 21

Masuk km ke 7 kondisi jalan cukup baik dan kondisi lalu lintas cukup ramai hingga sampai akhir proyek (sta 9 + 000) di Desa Timbang Langsa) (foto 4).

Foto 1 Sta 0 + 000 Desa Kedeu Rambe

Foto 2 Perumnas

(35)
(36)

Bab 5

(37)

Bab 5. DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN

TERJADI

Dampak lingkungan yang diperkirakan akan terjadi akibat dari rekonstruksi ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7 : Potensi Dampak Yang Mungkin Terjadi

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran

Dampak Keterangan

Tahap Pra-konstruksi Pemasangan

billboard papan pengumuman

Persepsi positif masyarakat

Kecil Masyarakat

mengharap-kan adanya perbaimengharap-kan jalan yang lebih baik

Tahap Konstruksi Perekrutan tena-ga kerja

Kesempatan kerja

Sedang Kesempatan kerja yang

timbul dapat dimanfaat-kan oleh masyarakat se-kitar untuk dapat bekerja pada proyek

Sikap dan peri-laku tenaga kerja pendatang

Konflik Kecil Konflik antara tenaga

pendatang dengan ma-syarakat sekitar mungkin dapat terjadi, konflik dapat dipicu oleh peri-laku tenaga pendatang (jika)

menghormati adat setempat.

Hampir semua kegiatan kon-struksi

Kecelakaan kerja

Kecil •Kecelakaan kerja dapat

terjadi oleh kondisi per-alatan kerja yang ku-rang baik

•Kelalaian manusia dan penempatan material dan peralatan kerja yang tidak pada tem-patnya (kurang baik).

Pembentukan

konstruksi badan jalan (rekonstruk-si badan jalan)

Penurunan kualitas udara

Sedang (pada musim kemarau)

Kandungan debu yang melampaui baku mutu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

ma-syarakat sekitar dan pekerja.

Erosi material kerja (tanah)

Penurunan kualitas air permukaan

Sedang (musim hujan)

Kandungan TSS (lumpur) yang tinggi dapat me-nyumbat saluran drai-nase

(38)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 24

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran

Dampak Keterangan

bahu jalan dan gorong-gorong yang kurang padat

pemasangan salur-an drainase dan

gorong-gorong

•Mobilisasi alat dan material kerja

•Tumpukan

material kerja pada bagian ba-dan jalan

Gangguan lalu lintas dan kecelakaan

Sedang Manuver keluar masuk truk

pengangkut material konstruksi dan

penem-patan material kerja pada badan jalan ber-potensi menimbulkan gangguan lalu lintas

Tahap Operasi Operasional jalan baru

Potensi

kecelakaan lalu lintas

Kecil Dengan kondisi jalan yang

relatif baik, peng-guna

jalan cenderung meningkatkan laju

(39)

Bab 6

Program Pengelolaan dan

(40)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 25

Bab 6. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP

Rencana pengelolaan lingkungan hidup dimaksudkan untuk meminimalkan dampak negatif yang terjadi, dan memaksimalkan dampak positif. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa pendekatan teknologi, sosial-ekonomi-budaya dan institusi, yakni :

1. Pendekatan Teknologi

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknologi adalah alternatif teknologi pelaksanaan pekerjaan yang tepat dalam meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan sosial ekonomi dan budaya yang ditempuh antara lain:

a. memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat) sesuai kemampuannya untuk dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi;

b. Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan mesyarakat sekitar guna mencegah timbulnya konflik sosial;

c. Menghormati adat-istiadat setempat yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat sekitar proyek.

3. Pendekatan institusi

Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam menanggulangi dampak penting seperti:

a. Bekerjasama dengan instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup;

b. Pengawasan terhadap hasil kerja untuk pengelolaan lingkungan hidup oleh instansi yang berwenang;

c. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Program pemantauan lingkungan hidup ditujukan untuk mencari bahan evaluasi pengelolaan yang telah dilakukan, sehingga pengelolaan yang dilakukan maksimal.

Pendekatan upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan meliputi:

a. Pendekatan Dimensi Ruang

Untuk mendapatkan hasil pemantauan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka ditetapkan lokasi pemantauan.

b. Pendekatan Dimensi Waktu

(41)

c. Pendekatan Azas Keterpaduan

Dilakukan untuk mendapatkan keterpaduan dalam perencanaan, evaluasi dan monitoring.

d. Pendekatan Jenis Dampak

Pemilihan jenis dampak yang dipantau berdasarkan hasil prediksi dampak lingkungan yang akan timbul akibat suatu aktifitas dan diadakan pengelolaan lingkungan yang telah disusun terlebih dahulu. Pemantauan lingkungan yang dilakukan mencakup dua kategori yaitu dampak negatif dan dampak positif.

6.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

6.1.1. Tahap Prakonstruksi

A. Persepsi Positif Masyarakat

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah persepsi positif masyarakat sekitar ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa yang mengharapkan adanya kondisi jalan yang lebih baik.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak kemungkinan adanya pemasangan billboard papan pengumuman rencana rekonstruksi jalan.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah adanya persepsi positif dan dukungan masyarakat terhadap rencana rekonstruksi jalan.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah memastikan adanya persepsi positif dan dukungan masyarakat terhadap rencana rekonstruksi jalan.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah : melakukan pemasangan billboard papan pengumuman jalan pada tempat yang mudah dibaca masyarakat.

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa .

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan sebelum dilakukan pengukuran dan pemasangan patok.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

(42)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 27

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawas pengelolaan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD, BAPEDALDA NAD.

6.1.2. Tahap Konstruksi

A. Kesempatan Kerja

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah peluang kesempatan kerja.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak peluang kesempatan kerja adalah adanya kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah prosentase tenaga kerja lokal minimal 10% dari jumlah tenaga kerja yang diperlukan.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah mengoptimalkan manfaat proyek terhadap masyarakat setempat.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah :

• Mengutamakan tenaga kerja lokal sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam perekrutan tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi;

• Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara terbuka dan dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada desa-desa di sekitar lokasi proyek.

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan sebelum dilakukan perekrutan tenaga kerja konstruksi.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

(43)

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawas pengelolaan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa, Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa dan Dinas Tenaga Kerja, Capil dan KB Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD, BAPEDALDA NAD.

B. Potensi Konflik

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah kemungkinan terjadi konflik (kesalahpahaman) antara tenaga kerja pendatang dengan warga setempat sehingga terjadi gangguan kantibmas.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak kemungkinan adanya konflik ini adalah (jika) tenaga kerja dari luar daerah kurang memahami aturan adat setempat.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah tidak adanya konflik (gangguan kamtibmas).

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mencegah konflik dan gangguan kantibmas.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah : memberikan penjelasan kepada tenaga kerja pendatang dan koordinasi dengan Kepala Desa/Geuchik dan Kepala Lorong setempat.

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan terutama pada lingkungan (Lorong) yang berdekatan dengan basecamp.

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan segera setelah mobilisasi tenaga kerja dari luar daerah.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

(44)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 29

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja konstruksi.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak adalah pekerjaan-pekerjaan di lapangan, meliputi: pengoperasian peralatan kerja, penempatan material dan lalu lintas.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah tidak ada kejadian kecelakaan kerja.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah mencegah kemungkinan kecelakaan kerja.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah:

• Mengoperasionalkan peralatan kerja sesuai prosedur;

• Pemeliharaan peralatan secara baik;

• Penempatan material pada tempat yang tidak mengganggu pekerjaan lain dan lalu lintas;

• Sedapat mungkin tidak melakukan kerja lembur;

• Memberikan penjelasan keselamatan kerja sebelummemulai pekerjaan;

• Mengasuransikan tenaga kerja. f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada lokasi proyek.

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama pelaksanaan konstruksi jalan.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

(45)

Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

D. Penurunan Kualitas Udara

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah kualitas udara terutama parameter debu.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak penurunan kualitas udara (parameter debu) adalah pekerjaan perataan tanah (pembentukan badan jalan) dan kegiatan pengangkutan material konstruksi jalan.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah baku mutu parameter debu (230 μg/Nm3) (PP No. 41 Tahun 1999).

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah untuk mengurangi penyebaran debu di udara.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah:

• Menutup bak truk pengangkut material dengan terpal (terutama tanah, pasir dan sirtu);

• Melakukan penyiraman secara periodik lokasi proyek (terutama pada musim kemarau).

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan di sepanjang ruas jalan yang sedang dilaksanakan konstruksi dan rute truk pengangkut material.

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama pelaksanaan konstruksi jalan dan mobilisasi material.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

(46)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 31

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

E. Penurunan Kualitas Air Permukaan

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah kualitas air permukaan (parameter TSS).

b. Sumber Dampak

Sumber dampak terhadap kemungkinan peningkatan TSS adalah adanya erosi oleh air hujan pada tumpukan material kerja dan material yang telah digelar.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah tidak terjadi peningkatan TSS secara significan pada badan perairan (sungai) atau saluran drainase.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah meminimalkan adanya TSS (erosi material kerja).

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah:

• Menempatkan material tidak dekat dengan saluran air;

• Membuat kantong-kantong lumpur pada saluran yang berdekatan dengan badan perairan (sungai).

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan di sepanjang jalan yang sedang dilaksanakan konstruksi (terutama pada lokasi saluran drainase yang berbatasan dengan badan air, penumpukan material yang mudah tererosi oleh air hujan).

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama pelaksanaan konstruksi jalan.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

(47)

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

F. Kerusakan Jalan

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen yang terkena dampak adalah potensi kerusakan konstruksi jalan.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak kerusakan jalan adalah mobilisasi material (jika melampaui kapasitas jalan yang dilalui).

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah tidak ada kerusakan jalan oleh kegiatan mobilisasi material.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah mencegah kemungkinan kerusakan jalan oleh kegiatan mobilisasi material .

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah:

• Kontrol muatan mobilisasi material tidak melampaui kapasitas jalan yang dilalui;

• Bila terjadi kerusakan jalan akibat mobilisasi material, maka kontraktor wajib memperbaiki..

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan pada jalan yang rusak oleh kegiatan mobilisasi material (jika ada).

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama periode konstruksi.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawas pengelolaan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

(48)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 33 G. Lalu Lintas

a. Komponen Yang Terkena Dampak

Komponen yang terkena dampak adalah arus lalu lintas.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak gangguan lalu lintas adalah manuver kendaraan pengangkut material dan tumpukan material di badan jalan.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah tidak ada gangguan lalu lintas yang berarti.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah menjaga kelancaran dan keselamatan berlalu lintas.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah:

• Menempatkan petugas lalu lintas untuk mengatur lalu lintas pada daerah yang rawan kemacetan dan kecelakaan;

• Penempatan material konstruksi jalan tidak pada badan jalan. f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan di sepanjang ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa (terutama pada segmen jalan yang sedang dikerjakan).

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama pelaksanaan konstruksi jalan.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawas pengelolaan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Perhubungan Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

6.1.3. Tahap Operasi

A. Keselamatan Berlalu Lintas

a. Komponen Yang Terkena Dampak

(49)

b. Sumber Dampak

Sumber dampak keselamatan berlalu lintas adalah adanya kecenderungan pengguna jalan untuk melaju dengan kecepatan lebih tinggi.

c. Tolok Ukur Dampak

Sebagai tolok ukur dampak adalah angka kecelakaan nol.

d. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah menjaga kelancaran dan keselamatan berlalu lintas.

e. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah pemasangan rambu-rambu lalu lintas pada daerah yang rawan kecelakaan.

f. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan di sepanjang ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa (khususnya di daerah yang rawan kecelakaan).

g. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan dilakukan selama operasional jalan.

h. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup adalah pengelola jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa .

2. Pengawas Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengawas pengelolaan lingkungan hidup adalah Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Perhubungan Kota Langsa.

4. Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

6.2. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

6.2.1. Tahap Prakonstruksi

A. Persepsi Positif Masyarakat

a Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah persepsi positif masyarakat yang berharap adanya kondisi yang lebih baik.

(50)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 35

b Sumber Dampak

Sumber dampak pemasangan billboard pengumuman rencana proyek.

c Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah prosentase responden masyarakat yang berpersepsi positif terhadap rencana proyek.

d Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah membangun persepsi positif masyarakat terhadap proyek.

e Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan wawancara responden masyarakat sekitar.

f Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan pada desa setempat.

g Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan pada periode pra-konstruksi.

h Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada pemrakarsa proyek.

i Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah pemrakarsa proyek Rekonstruksi Ruas Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa .

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD, BAPEDALDA NAD.

6.2.2. Tahap Konstruksi

A. Kesempatan Kerja

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah peluang kesempatan kerja.

Indikator dampak adalah prosentase tenaga kerja lokal yang terserap proyek.

b. Sumber Dampak

(51)

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah jumlah tenaga kerja lokal yang terserap pada proyek.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk mengatahui (prosentase) tenaga kerja lokal terserap pada pelaksanaan konstruksi.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan dengan pendataan asal tenaga kerja konstruksi.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan pada bagian perekrutan tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi (kontraktor).

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama perekrutan tenaga kerja konstruksi.

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa, Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa dan Dinas Tenaga Kerja, Capil dan KB Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD, BAPEDALDA NAD.

B. Potensi Konflik

a. Komponen Lingkungan yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah potensi konflik antara tenaga kerja pendatang dengan masyarakat setempat.

Indikator dampak adalah gangguan kantibmas.

b. Sumber Dampak

(52)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 37

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat kerawanan sosial (kamtibmas).

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah mengetahui ada tidaknya hubungan yang kurang harmonis antara tenaga kerja pendatang dengan warga setempat.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan wawancara dengan tokoh masyarakat (Kepala Lorong).

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan di sekitar proyek, terutama lorong yang berdekatan dengan basecamp.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dengan periode 3 bulan.

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan POLSEK setempat.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD AD.

C. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen yang dipantau adalah kesehatan dan keselamatan kerja.

Indikator dampak adalah tingkat kecelakaan kerja.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak kecelakaan kerja adalah pekerjaan-pekerjaan di lapangan, meliputi: pengoperasian alat kerja, penempatan material dan lalu lintas.

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

(53)

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah mengetahui ada tidaknya kecelakaan kerja selama konstruksi berlangsung.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan pendataan kejadian kecelakaan kerja dan sebab-sebabnya.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan di semua kegiatan konstruksi.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dengan periode 3 bulan.

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Tenaga Kerja, Capil dan KB Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

D. Penurunan Kualitas Udara

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah kualitas udara, terutama parameter debu.

Indikator dampak adalah adanya peningkatan kandungan debu di udara.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak penurunan kualitas udara (debu) adalah pekerjaan perataan tanah (pembentukan badan jalan) dan penghamparan material dan kegiatan mobilisasi material konstruksi jalan.

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

(54)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 39

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah mengetahui ada tidaknya peningkatan kandungan debu di udara selama konstruksi berlangsung.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara visual atau pengukuran kandungan debu.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan pada lokasi pekerjaan berlangsung.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dengan periode 3 bulan.

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Kesehatan Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

E. Penurunan Kualitas Air Permukaan

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah kualitas air permukaan.

Indikator dampak adalah adanya peningkatan TSS.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak terhadap kemungkinan peningkatan TSS adalah erosi tumpukan material kerja.

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat peningkatan TSS.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

(55)

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara visual atau pengukuran TSS.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan pada badan periran (sungai) yang berhubungan dengan ruas jalan.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dengan periode 3 bulan.

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Kesehatan Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

G. Kerusakan Jalan

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah kerusakan konstruksi jalan.

Indikator dampak adalah tingkat kerusakan jalan.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak kerusakan jalan adalah mobilisasi material (jika melampaui kapasitas jalan yang dilalui).

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah kerusakan konstruksi jalan.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah memastikan tidak ada kerusakan yang jalan dilalui mobilisasi material.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

(56)

UKL-UPL Rekonstruksi Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa 41

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang ruas jalan yang dilalui mobilisasi material.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan dengan periode 3 bulan

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC, Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

H. Lalu Lintas

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah arus lalu lintas.

Indikator dampak adalah gangguan lalu lintas (kemacetan dan kecelakaan lalu lintas).

b. Sumber Dampak

Sumber dampak gangguan lalu lintas adalah manuver kendaraan pengangkut material dan tumpukan material di badan jalan.

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah gangguan lalu lintas.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah memastikan tidak ada gangguan pada arus lalu lintas.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

(57)

Rambe-Perumnas-Timbang Langsa dan titik pekerjaan gorong-gorong.

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan dengan periode 3 bulan

h. Pembiayaan Pemantauan Lingkungan Hidup

Biaya pemantauan dibebankan kepada kontraktor pelaksana.

i. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Pelaksana Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaksana pemantauan lingkungan hidup adalah kontraktor pelaksana.

2. Pengawas Pemantauan Lingkungan Hidup

Pengawas pemantauan lingkungan hidup adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, PDCS/SMEC Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa dan Dinas Perhubungan Kota Langsa.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup

Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup ditujukan kepada: Pejabat Ppembuat Komitmen (PPK) dari BRR NAD-Nias, Dinas Prasarana Wilayah Provinsi NAD dan BAPEDALDA NAD.

6.2.2. Tahap Operasi

A. Keselamatan Berlalu Lintas

a. Komponen Lingkungan Yang Dipantau dan Indikator Dampak

Komponen lingkungan yang dipantau adalah keselamatan lalu lintas.

Indikator dampak adalah tingkat keselamatan lalu lintas.

b. Sumber Dampak

Sumber dampak keselamatan berlalu lintas adalah kecenderungan pengguna jalan untuk melaju dengan kecepatan lebih tinggi.

c. Parameter Lingkungan Yang Dipantau

Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat keselamatan lalu lintas.

d. Tujuan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tujuan pemantauan lingkungan adalah mengetahui titik-titik rawan kecelakaan.

e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan dengan pendataan kejadian kecelakaan.

f. Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan dilakukan di sepanjang ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa .

g. Periode Pemantauan Lingkungan Hidup

(58)
(59)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Matrik Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

(60)

Lampiran 1/1 Lampiran 1 : Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Rekonstruksi Ruas Jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa

Institusi Pengelolaan No

Tolok Ukur Dampak

Tujuan Pengelolaan Lingkungan

Upaya Pengelolaan Lingkungan

Lokasi Dan Periode

Pengelolaan Pelaksana Pengawas Pelaporan

1 Tahap Prakonstruksi

A Persepsi positif

Adanya persepsi positif

masyarakat terhadap proyek

Memastikan adanya persepsi positif

masyarakat terhadap proyek

Melakukan

pemasangan billboard papan pengumuman adanya proyek

ƒ Lokasi: di tempat yang mudah dibaca masyarakat pada bagian ruas jalan Keude Rambe-Perumnas-Timbang Langsa ƒ Periode: sebelum

dilakukan pengukuran dan pemasangan patok

Pemrakarsa proyek ƒ

PPK dari BRR-NAD-Nias ƒ PDCS/SMEC ƒ Dinas

Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa

ƒ Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa

ƒ PPK dari BRR-NAD-Nias ƒ Dinas Praswil

NAD

ƒ Bapedalda NAD

2 Tahap Konstruksi

A Kesempatan kerja

Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi

Minimal prosentase tenaga kerja lokal 10% dari jumlah yang diperlukan

Mengoptimalkan manfaat proyek bagi warga setempat

ƒ Mengutamakan tenaga kerja setempat sesuai dengan

spsifikasinya; ƒ Dilakukan

sosialisasi dan penerimaan tenaga kerja secara terbuka

ƒ Lokasi: desa-desa sekitar proyek ƒ Periode: sebelum

dilakukan perekrutan tenaga kerja

Kontraktor pelaksana ƒ

PPK dari BRR-NAD-Nias ƒ PDCS/SMEC ƒ Dinas

Kebersihan, Pertamanan dan Lingkungan Hidup Kota Langsa

ƒ Sub Dinas Bina Marga Kota Langsa ƒ Dinas Tenaga

Kerja, Capil dan KB Kota Langsa

ƒ PPK dari BRR-NAD-Nias ƒ Dinas Praswil

NAD

Gambar

Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi Proyek
Gambar 2. Rute Ruas Jl Keude Rambe.-Perumnas- Timbang Langsa
Tabel 1 :  Data Teknis Jalan
Gambar 3. Tipikal potongan jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedalda) dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang sama-sama menangani urusan Lingkungan Hidup, maka capaian kinerja yang

Evaluasi program kebersihan lingkungan pasar akan membahas tentang program kebersihan lingkungan 8 buah pasar yang ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta kebersihan

Dinas Lingkungan Hidup Dan Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Medan yang telah membantu peniliti dalam melengkapi data-data yang diperlukan dalam

Untuk mengetahui kondisi Variabel Kinerja Pegawai di Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Garut , maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan angket yang

Pemantauan lingkungan hidup, berisi informasi mengenai cara, metode, dan/atau teknik untuk melakukan pemantauan yang telah dilakukan/diusulkan atas kualitas lingkungan hidup

Dinas yang menangani Bidang Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi adalah Dinas PU, Dinas.. Kebersihan dan Pertamanan Daerah (DKP), dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran yang dilakukan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup dalam pengelolaan sampah adalah menyelenggaraan pelayanan, pelaksanaan pengawasan dan

Institusi Pengawas: - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi KabupatenMuna Barat  Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara  Kementerian Lingkungan hidup dan kehutanan