Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-1
10
ASPEK KELEMBAGAAN KOTA
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal
diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM Bidang Cipta
Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya
manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada
lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja
yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut.
Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga
komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan
kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala
Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan,
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-2 dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan
prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi
masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan
terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat
dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah
provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2)
Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang
pekerjaan umum”. Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM bidang
Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta
Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam
bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan
sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masingmasing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, maka
diperlukan dokumen perencanaan terpadu bidang Cipta Karya yang baik dengan mengacu
pada arahan kebijakan nasional dan memperhatikan potensi serta masalah di daerah.
Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang
Cipta Karya disusun dengan mengacu pada pedoman RPI2-JM Bidang PU serta rencana tata
ruang dan kebijakan skala nasional, provinsi, kabupaten/kota.
Pedoman penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ini dimaksudkan untuk memperbarui dan
RPI2-Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-3 JM Bidang Cipta Karya adalah untuk mengganti istilah RPIJM (Sesuai dengan Surat Edaran
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum No. 6/SE/DC/2014).
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010- 2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan
dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi
pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan
dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan
mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah
daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan
kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan
pembinaanpelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak
tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu
kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung
tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program
reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen
perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-4
2 Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan
fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana,
pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan
fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan,
asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian
Pekerjaan Umum.
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan
masingmasing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan
PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam
pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG,
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-5 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan
Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam
Permen ini yaitu pada Pasal 6 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan
tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang
Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan
bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan
dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan
Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah
(Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan
SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal
kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat
permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti
perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung
kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam
perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja,
standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-6 Walikota
Sekretaris Daerah
Dinas-Dinas Lembaga/Badan
DPR
Berdasarkan peraturan-peraturan diatas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan
daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada
sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani
urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja
pelayanan kelembagaan.
10.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Walikota dibantu oleh perangkat daerah yang
terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam
sekretariat, unsur pengawas diwadahi Inspektorat, unsur perencana yang diwadahi oleh Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, unsur pendukung tugas Walikota dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah bersifat spesifik dan efisien dalam Lembaga Teknis Daerah, serta
unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi Dinas Daerah.
Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kota Tebing Tinggi
10.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Dinas yang menangani Bidang Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi adalah Dinas PU, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Daerah (DKP), dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Badan
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-7 Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan dituangkan di dalam Peraturan Daerah Kota Tebing
Tinggi tentang keorganisasian Pemerintah Kota Tebing Tinggi, khususnya menyangkut tupoksi
dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya, penjabaran peran masing-masing
instansi dan hubungan kerja dalam pembangunan bidang Cipta Karya dapat kita lihat pada Tabel
10.1 berikut ini.
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No Instansi
1 Bappeda Penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang
pembangunan daerah
Subbidang pekerjaan umum dan
lingkungan hidup
2 Dinas PU Cipta Karya perumusan kebijakan teknis di
bidang tata ruang, permukiman,
pembinaan dan pengembangan
teknis di bidang tata ruang,
permukiman
Bidang Tata Ruang dan
Permukiman
3 Dinas Kebersihan dan
Pertamanan
4 PU Bina Marga Perumusan kebijakan teknis
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-8 Peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan pembangunan prasarana kota bidang
PU Cipta Karya, yaitu agar investasi pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal oleh
Pemerintah Kota Tebing Tinggi serta kelanjutannya. Aspek kelembagaan dibahas pada
masing-masing sektor dengan memperhatikan fungsi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan antar sektor
pembangunan prasarana kota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit
organisasi/instansi.
Kelembagaan di Kota Tebing Tinggi perlu dioptimalisasi dan dikoordinasikan serta disinkrosnisasi
uraian jabaran dari fungsi-fungsi sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing unit
organisasi/instansi dan perangkatnya, guna tercapai tujuan peningkatan kelembagaan yang
mendukung kegiatan pembangunan prasarana daerah termasuk di dalamnya Bappeda, Kantor
Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, dan BPBD.
Berikut tugas dan fungsi Lembaga pemerintah yang menangani bidang cipta karya di Kota Tebing
Tinggi dalam pengembangan Wilayah Kabupaten Batu Bara, diantaranya adalah :
1. Badan Perencanaan Pembnagunan Daerah (Bappeda)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tebing Tinggi adalah salah satu
lembaga teknis daerah di lingkungan pemerintah Kota Tebing Tinggi yang memiliki tanggungjawab
dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah.
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-9 Gambar 10.2 Struktur Organisasi SKPD Bappeda Kota Tebing Tinggi
Tugas Pokok dan Fungsi :
Berdasarkan Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 42 Tahun 2009, Bappeda Kota Tebing
Tinggi adalah unsur penunjang Kota yang bertanggungjawab tentang Tugas, Fungsi, Tata Kerja
dan Rincian Tugas Jabatan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota dijelaskan bahwa
Bappeda Kota Tebing Tinggi merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah
dan unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang Perencanaan Ekonomi dan Penanaman
Modal; Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Sosial Budaya; Perencanaan Penelitian,
Pengembangan, Pengendalian dan Statistik; dan Perencanaan Fisik, Prasarana dan Penataan
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-10 Walikota melalui Sekretaris Daerah, mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah di bidang
Perencanaan Ekonomi dan Penanaman Modal;
Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Sosial Budaya; Perencanaan Penelitian,
Pengembangan, Pengendalian dan Statistik; dan Perencanaan Fisik, Prasarana dan Penataan
Wilayah. Dan untuk menjalankan tugas tersebut, Bappeda mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis Perencanaan Ekonomi dan Penanaman Modal serta
Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Sosial Budaya
2. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan dan pemberian dukungan
atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang Perencanaan Penelitian,
Pengembangan, Pengendalian dan Statistik.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Fisik, Prasarana dan Penataan Wilayah, dan
Lingkungan Hidup
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kondisi Sumber Daya Manusia
Dilihat dari kondisi jabatan struktural, pada tahun 2012 seluruh jabatan struktural yang ada di
Bappeda yaitu jabatan struktural eselon II (Kepala Bappeda), Eselon III (Sekretaris, Kabid
Perencanaan Ekonomi dan Penanaman Modal; Kabid Perencanaan Sumber Daya Manusia dan
Sosial Budaya; Kabid Perencanaan Penelitian, Pengembangan, Pengendalian dan Statistik; dan
Kabid Perencanaan Fisik, Prasarana dan Penataan Wilayah), dan eselon IV (Kasubbag Umum
dan Kepegawaian; Kasubbag Program dan Perundang-undangan; Kasubbid Ekonomi; Kasubbid
Penanaman modal; Kasubbid Pendidikan dan Ketenagakerjaan; Kasubbid Kesehatan; Kasubbid
PU dan Perhubungan; Kasubbid Pemetaan Wilayah; Kasubbid Penelitian, Pengembangan dan
statistik; Kasubbid Pengendalian, Pengembangan kerjasama dan Lingkungan Hidup) telah terisi
secara defenitif, kecuali Kasubbag Keuangan. Kondisi ini telah memberikan kelancaran dalam
pelaksanaan tugas-tugas di Bappeda secara efektif dan maksimal.
Ditinjau dari aspek kualifikasi pendidikan, tujuh belas jabatan struktural yang terisi, 8 (delapan)
orang atau 47% telah bergelar sarjana (S1) dan 5 (lima) orang S2 atau 29,41 % dan 3 (tiga) orang
non sarjana atau 17,65%. Kemudian ditinjau dari pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis
perencanaan, dari tujuh belas formasi jabatan yang terisi hanya 11,76 persen pejabat struktural
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-11 Kondisi ini memberi gambaran bahwa masih terbatasnya kemampuan teknis pejabat Bappeda
Kota Tebing Tinggi di bidang perencanaan. Akan tetapi, secara umum dapat dinyatakan bahwa
kinerja Bappeda Kota Tebing Tinggi telah cukup baik, meskipun indikator yang digunakan belum
benar-benar objektif dan ilmiah.
2. Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah
berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pekerjaan Umum.
Untuk melaksanakan tugas Dinas Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang Pekerjaan Umum;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Pekerjaan Umum;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pekerjaan Umum; dan
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat terdiri dari:
1. Subbagian Umum, Kepegawaian, Hukum dan Tatalaksana ;
2. Subbagian Keuangan dan Aset;
3. Subbagian Program.
c. Bidang Bina Teknik Tata Ruang terdiri dari:
1. Seksi Informasi dan Penataan Ruang;
2. Seksi Pembinaan Teknik dan Penelitian;
3. Seksi Pengawasan Teknik.
d. Bidang Sumber Daya Air terdiri dari:
1. Seksi Administrasi Teknik dan Perencanaan;
2. Seksi Irigasi, Rawa dan Pantai;
3. Seksi Sungai, Danau dan Waduk.
e. Bidang Bina Marga terdiri dari:
1. Seksi Administrasi Teknik dan Perencanaan;
2. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan;
3. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan .
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-12 1. Seksi Administrasi Teknik dan Perencanaan;
2. Seksi Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan;
3. Seksi Teknik Penyehatan.
g. Bidang Perumahan terdiri dari:
1. Seksi Pengembangan Kawasan;
2. Seksi Perumahan Swadaya;
3. Seksi Perumahan Formal.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan unsur pelaksana Otonomi Daerah di bidang
Kebersihan dan Pertamanan.
Dalam melaksanakan tugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi mempunyai
fungsi :
1. Penyusunan program dan kegiatan dinas dalam jangka pendek, menengah dan jangka
panjang;
2. Penyelenggaraan urusan tata usaha perkantoran yang meliputi urusan umum, keuangan
dan urusan kepegawaian;
3. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan;
4. Penyelenggaraan kegiatan teknis operasional yang meliputi bidang kebersihan, bidang
pertamanan dan bidang peningkatan pelayanan;
5. Penyelenggaraan administrasi dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam lingkup
tugasnya;
6. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
7. Pelaksanaan koordinasi dengan unsur terkait lainnya dalam setiap penyelenggaraan
kegiatan dinas;
8. Pelaksaaan tugas – tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan lingkup tugas dan
fungsinya.
4. Kantor Lingkungan Hidup (KLH)
Kantor Lingkungan Hidup merupakan salah satu Kantor Perangkat Otonomi Daerah yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi. Kantor Lingkungan Hidup Kota Tebing Tinggi mempunyai
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-13
1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis dibidang lingkungan hidup,
2. Memberikan izin di bidang lingkungan hidup,
3. Pembinaan/pengawasan terhadap pelaku usaha yang berhubungan langsung dengan
lingkungan,
4. Pelaksanaan/pengelolaan ketatausahaan dinas.
Fungsi Kantor Lingkungan Hidup adalah sesuai dengan standar norma dan kreteria yang
ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup serta pelaksanaan pemerintahan umum kebijaksanaan
kepala daerah dalam hal ini Walikota Tebing Tinggi.
Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup
Instansi pemerintah mempunyai tujuan bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
struktur organisasi memperlihatkan adanya koordinasi usaha diantara semua unit dan bagian
antara tugas dan tanggung jawab dari atas ke bawah dan untuk mengambil tindakan-tindakan
yang dapat mencapai suatu tujuan umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar bagan
struktur berikut :
Gambar 10.3 Struktur Organisasi KLH Kota Tebing Tinggi
Kondisi SDM
Dalam menjalankan tugas di Kantor Lingkungan Hidup Kota Tebing Tinggi didukung dengan
jumlah PNS sebanyak 17 (Delapan Belas) orang dan Tenaga Harian Lepas sebanyak 7 (Tujuh)
orang yang dibagi sesuai dengan tugas masing-masing.
Staf
Staf
Staf
Staf
KEPALA KANTOR
KASI
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
SUB BAG TU
KASI
PENGAWASAN PENCEGAHAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
KASI KONSERVASI DAN
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-14 Mayoritas pendidikan formal Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Lingkungan Hidup Kota Tebing
Tinggi yaitu pendidikan strata dua (S2) sebanyak 2 (Dua) orang, strata satu (S1) sebanyak 8
(Delapan) orang, Diploma tiga (D3) sebanyak 6 (Enam) orang dan SLTA sebanyak 1 orang.
Susunan Organisasi Pegawai Negeri Sipil Kantor Lingkungan Hidup Kota Tebing Tinggi yang
terdiri dari eselon III sebanyak 1 (Satu) orang, eselon IV terdiri dari 4 (Empat) orang, golongan III
sebanyak 8 (Delapan) orang, dan golongan II terdiri dari 7 (Tujuh) orang. Pendidikan formal tenaga
harian lepas (THL) Kantor Lingkungan hidup Kota Tebing Tinggi Yaitu terdiri dari strata satu (S1)
sebanyak 5 (Lima) orang dan SMA sebanyak 2 (Dua) orang. Pembagian tugasnya yaitu terdiri dari
2 (Dua) orang penjaga malam, 2 (Dua) orang petugas kebersihan, 1 (Satu) orang pengambil
sampel air, dan 2 (Dua) orang penerima dan pembantu analisis laboratorium.
5. Badan Penanggulngan Bencana Daerah (BPBD)
BPBD merupakan sebagai bagian dari perangkat daerah yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota. BPBD adalah Lembaga non Struktural, dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yang secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah yang berada di
bawah dan berkedudukan serta bertanggung jawab kepada Walikota.
Tugas dan Fungsi
BPBD mempunyai tugas:
a. menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi
secara adil dan setara;
b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan perundangundangan;
c. menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;
e. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Walikota setiap bulan
sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
f. mangendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
g. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima; dan
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-15 BPBD dalam menyelenggarakan tugas berfungsi fungsi sebagai:
a. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efesien; dan
b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu dan menyeluruh.
Susunan Organisasi
Susunan Organisasi BPBD terdiri dari:
a. Kepala;
b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana; dan
c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana.
Susunan organisasi Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana terdiri atas:
a. Kepala Pelaksana;
b. Sektretariat;
c. Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan;
d. Seksi Kedaruratan dan Logistik;
e. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi; dan
f. Kelompok jabatan fungsional.
10.3 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Secara umum dari gambaran tentang kondisi umum pencapaian kinerja organisasi di Kota Tebing
Tinggi saat ini tujuannya adalah meningkatkan pencapaian kinerja organisasi di masa mendatang.
Secara sistematis kondisi organisasi dan lingkup kewenangan yang diinginkan di masa mendatang
dijelaskan sebagai berikut :
Terisinya jabatan-jabatan struktural secara defenitif sebesar 100 persen.
Dalam lima tahun ke depan proporsi pegawai pemerintahan yang berpendidikan S1 yang
telah mengikuti Diklat dan Pelatihan sebesar 75 persen.
Dalam lima tahun ke depan diharapkan 40 persen pegawai berpendidikan S2, dan 60
persen berpendidikan S1.
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-16 Rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta
mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan
bidang Cipta Karya, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang
diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi
dipaparkan pada Tabel 10.2 berikut ini.
Tabel 10.2 Pelatihan Bidang Cipta Karya
Sesuai RPJMD kota Tebing Tinggi dalam mewujudkan Menyelenggarakan peningkatan kualitas
sumber daya aparatur dan sumber daya masyarakat untuk meningkatkan daya saing dan
kesempatan kerja, maka strategi pembangunan kota yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016
adalah sebagai berikut :
No. Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
No. Jenis Pelatihan
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan
dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan
Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata
Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan
Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Cipta Karya
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam
Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik
Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-17
1) Kebijakan Bidang Peningkatan Sumber Daya Aparatur;
Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi ketujuh, akan
mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi ketujuh, sebagai berikut :
1. Melaksanakan diklat bagi para aparatur secara kontinyu, baik melalui diklat penjenjangan
karir, diklat teknis maupun diklat bagi aparat-aparat fungsional;
2. Penyempurnaan manajemen kepegawaian berbasis sistem merit (merit system), dalam
rangka peningkatan kinerja dan profesionalisme pegawai;
2) Kebijakan Bidang Peningkatan Sumber Daya Masyarakat;
Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi ketujuh, akan
mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi ketujuh, sebagai berikut :
1. Memberikan pelatihan bagi Tenaga Kerja ataupun masyarakat putus sekolah yang ingin
mengembangkan karir secara mandiri melalui pendidikan dan pelatihan pada balai latihan
kejuruan sesuai dengan bidang yang ingin di tekuni;
3) Pengarusutamaan Gender;
Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi ketujuh, akan
mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi ketujuh, sebagai berikut :
1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan untuk keluarga berencana;
2. Menetapkan kerangka regulasi pengarusutamaan gender.
4) Pengarusutamaan Gender;
Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi ketujuh, akan
mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi ketujuh, sebagai berikut :
1. Peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan kota;
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan pemberdayaan perempuan
5) Peningkatan keberdayaan dan kemandirian masyarakat;;
Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi ketujuh, akan
mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi ketujuh, sebagai berikut :
1. Penataan dan pelaksanaan kelembagaan dalam pelaksanaan jaminan sosial;
2. Kebijakan pemberdayaan sumberdaya manusia demi kelangsungan masa depan
masyarakat yang cerah melalui urusan tenaga kerja yang terdiri atas pengawasan
aparatur, penuntasan KKN dan pelanggaran hukum, pengembangan dan perluasan
kesempatan kerja, peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, perlindungan dan
pengembangan lembaga ketenagakerjaan, peningkatan ekonomi wilayah, pengembangan
Laporan Akhir |ASPEK KELEMBAGAAN KOTA 10-18 Maka Secara umum dari gambaran tentang kondisi umum pencapaian kinerja organisasi di Kota
Tebing Tinggi saat ini, Secara sistematis kondisi organisasi dan lingkup kewenangan yang
diinginkan di masa mendatang kita rangkum seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 10.3 Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
Apek Kelembagaan Strategis Rencana Aksi
Organisasi Pentaan Organisasi dan Beban
Kerja.
Program Penataan Organisasi
dan tata Kerja
Peningkatan kerjasama antar
lembaga dan antar daerah
Tata Laksana Meningkatkan pemahaman,
penghayatan dan pelaksanaan
Sumber Daya Manusia Melaksanakan pembinaan aparatur