• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Bisnis Budaya dan Etika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika Bisnis Budaya dan Etika"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Budaya dan Etika

Diajukan untuk melengkapi Mata Kuliah Etika Bisnis

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan

Disusun Oleh :

Dewi Rahayu 144010392

Eka Farhanah Ambari 144010395

Yoga Sulistio Ramadhan 144010405

Eli Pujiati 144010407

Syiffa Alysia Putri 144010414

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat dan

hidayahnya-nya kepada kami semua, sehingga pada kesempatan kali ini kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Budaya dan Etika”. Yang kami maksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat perkuliahan Etika Bisnis Untuk menempuh program S1 Manajemen

Universita Pasundan.

Proses penyusunan makalah ini tentunya banyak memperoleh dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, Terutama Kepada Ibu DR. Hj. Erni R. Ernawan, S.E., M.M., selaku dosen

matakuliah Etika Bisnis yang telah membimbing kami selama proses belajar di kelas, tidak lupa

juga kami ucapkah rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tema-temen sejawat diprodi

manajemen Universitas Pasundan yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam

penyelesain Makalah ini.

Dilain sisi kami menyadari betul bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

terdapat berbagai kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami, serta

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami dengan berlapang dada dan tangan terbuka,

penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Akhirkata kami berharap penyusunan Makalah ini dapat berguna bagi pembelajaran

sehari-hari bahkan di dunia pendidikan, serta bermanfaat bagi setiap orang yang membaca dan

mengamalkannya, Khususnya untuk Penyusun sendiri.

Bandung 12 April 2017

(3)

DAFTAR ISI

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Budaya Organisasi...26

2.6.1 Karakteristik Sosial Masyarakat………..26

2.6.2 Tipe Masyarakat Bisnis………...26

2.6.3 Kapabilitas dan Kemampuan Kendali Perusahaan………..27

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap organisasi mempunyai ’kepribadian’ sendiri yang membedakannya dari

organisasi-organisasi lain. Tentunya kepribadian yang khas itu tidak serta merta terbentuk begitu suatu

organisasi didirikan. Diperlukan waktu sebagai proses organisasi itu bertumbuh, berkembang,

dan mapan. Pada setiap perkembangan itu dapat dikatakan, bahwa organisasi akan menemukan

jati dirinya yang khas dengan demikian, ia akan mempunyai kepribadian sendiri. Ini menjadi

salah satu pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi

ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga

seorang anggota baru atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus

dapat menyesuaikan kalau dia ingin bertahan di organisasi tersebut.

Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya adalah

budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta dikenali. Akan tetapi

hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang

memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata

lain, diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang

(5)

Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan lama. Yang

jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu. Ada budaya

organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat menyocokkan

diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau menyesuaikan

budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.

Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya adalah

budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan karena itu perlu dipahami serta dikenali. Akan tetapi

hal-hal yang bersifat universal itu harus diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang

memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi, kondisi, waktu, dan ruang. Dengan kata

lain, diterapkan sesuai dengan budaya yang berlaku dan dianut dalam organisasi yang

bersangkutan.

(6)

1. Bagaimana yang di sebut dengan konsep budaya ?

2. Jelaskan pengaruh budaya terhadap perilaku dan sistem nilai ?

3. Bagaimana pentingnya budaya organisasi ?

4. Bagaimana fungsi budaya organisasi ?

5. Jelaskan factor yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi ?

6. Bagaimana hubungan etika dengan budaya ?

7. Jelaskan kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis yang etis ?

8. Bagaimana pengaruh etika terhadap budaya ?

1.3 TUJUAN PENYUSUNAN

1. Mengetahui Bagaimana yang di sebut dengan konsep budaya

2. Dapat menjelaskan pengaruh budaya terhadap perilaku dan sistem nilai

3. Mengetahui Bagaimana pentingnya budaya organisasi

4. Mengetahui Bagaimana fungsi budaya organisasi

5. Dapat Menjelaskan factor yang mempengaruhi pembentukan budaya organisasi

6. Mengetahui Bagaimana hubungan etika dengan budaya

(7)

8. Mengetahui Bagaimana pengaruh etika terhadap budaya

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan

Perubahan Iingkungan semakin turbulen, . menjadi makin terbuka dan tingkat persaingan

semakin ketat dan tajam, bahkan semakin tidak menentu arah perubahannya. Secara eksplisit

turbulensi dalam sistem ekonomi dapat menciptakan berbagai ancaman yang dapat melemahkan

daya saing perusahaan, atau bahkan menyingkirkannya dari lingkungan perusahaannya.

Percepatan perubahan lingkungan ini dapat berakibat pada perubahan budaya perusahaan. Secara

umum, individu dilatarbelakangi oleh budaya yang mempengaruhi perilakunya. Budaya

menuntut individu untuk berprilaku dan memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang

harus diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam suatu organisasi. Bagaimana

karyawan berperilaku dan apa yang seharusnya mereka lakukukan,banyak dipengaruhi oleh

budaya yang dianut oleh organisasi tersebut, atau disebut budaya organisasi.

Budaya sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang

bekerja dalam suatu organisasi. dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipenahankan dan

diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi

(8)

menyadari bahwa kita masih hidup dalam sebuah kultur yang di dalam ada etika, ada norma,

sopan santun, dan tata krama, maka secara umum bahwa semua nilai-nilai itu adalah sesuatu

yang luhur dalam mengatur hidup kita.

Dicontohkan sekitar beberapa tahun lalu, upaya yang dilakukan WWF-Indonesia untuk

melakukan pelestarian penyu di Bali, nyaris berhenti saat berhadapan dengan argumentasi

agama. Penyu merupakan syarat mutlak nntuk upacara adat yang tidak dapat digantikan. Setelah

terbuka dialog dengan pemuka agama di tahun 2004, kini untuk upacara adat disepakati kuota

200 ekor penyu per tahun dan Bali memiliki Turtle Conservation Center di Pulau Serangan yang

dibuka secara resmi beberapa waktu yang lain. Dcmikian pula dengan adanya globalisasi

menuntut lahimya bisnis yang dijalankan dengan nilai-nilai moral yang universal yang dapat

diterima secara global.

2.2 Konsep Budaya

secara umum, individu dilatarbelakangi oleh budaya yang mempengaruhi perilaku mereka.

Budaya menuntut individu untuk dan memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang

hams diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga bcrlaku dalam suam organisasi. Bagaimana

pegawai berperilaku dan apa yang seharusnya mereka lakukan. Hal tersebut banyak dipengaruhi

oleh budaya yang dianut oleh organisasi tersebut, atau diistilahkan sebagai budaya organisasi

(Hellricgel, out, 1995: 446; Steven Oct, 1999: 2; ”Mimosa data Davis, 2002: 91; Jaques dalam

Rollinson (2002: 566:3 Schein 2004:9).

Teori Manajemen Modern menekankan pentingnya periiaku manajerial dalam melaksanakan

tugasnya, perilaku tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh budaya organisasi. Baik buruknya

(9)

pelanggan, nasabah, atau klien tergantung pada perilaku pemberi layanan. Inilah Sebabnya

budaya organisasi mempakan bagian bidang manajemen yang Inendapat perhatian khusus dari

para peneliti manajcmen (Kroeber dan Kluckhohn dalam Adler,l991:15; Schermerhorn, Hunt,

dun Osborn. 1991; Huczynki dan Buchanan, 2001: 624; Dorfman dan House, 2004:5164;

Kreimer dan Kinicki, 2007; Robbins dzm Judge, 2009).

Berdasarkan pandangan tersebut, maka budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena

diciptakan dan dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan

diterima sebagai nilai-nilai yang hams dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru.

NiIai-nilai tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada dalam

lingkungan organisasi tersebut, dan dianggap sebagai ciri khas yang membedakan sebuah

organisasi dengan organisasi lainnya.

Berdasarkan pemyataan mengenai budaya organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya

organisasi dapat dijadikan sebagai fondasi bagi organisasi agar dapat terns berdiri dan bertahan.

Sebagaimana layaknya sebuah bangunan, maka fondasi yang kuat dan sesuai dengan lingkungan

tempatnya berdiri, akan dapat bertahan dalam waktu yang lama. Demikian pula dengan

organisasi tersebut, dengan nilai-nilai budaya yang kuat dan diterima lingkungannya, maka

organisasi tersebut memiiiki kescmpamn lebih besar untuk dapat terus berdiri dan berproduksi.

Budaya perusahaan mempakan gaya dan cam hidup dari suam organisasi yang merupakan

pencerminan dari nilai-nilai atau kepercayaan yang selama ini dianut oleh seluruh anggom

organisasi. Sedangkan Budaya organisasi adalah pola kepercayaan, nilai, ritual, mitos para

(10)

organituasi (Schwartz dart Davis, 198]; Trustall, 1983; Schein, 1985; Owen. I 991 ; Harrison dan

Stokes, I 992; Hofstede. 1994:] 0, Andrew, 1993» Hill dun Jones, 2001; Cameron, 2006: 51).

Robbin dan Judge (2009:1289) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sua tu sistem makna

yang dianut bersama oleh anggota-anggota organisasi yang membedakun organisasi itu duri

lainnya Kast (l996:939) mengatakan budaya organisasi mempengaruhi perilaku dan sebagai

sistem nilai serta kepercayaan yang dianut bersama, berinteraksi dengan anggota organisasi,

struktur dan sistem pengawasan untuk menghasilkan norma-norma perilaku. Biasanya budaya

organisasi dipenahankan sccara turun temurun sejak organisasi didirikan, dan banyak

dipcngaruhi oleh pelopor atau pendahulu yang selalu brrusaha mewariskannyua pada

anggota-anggota baru.

Kotter dan Heskett (1992:15) mcnyatakan bahwa budaya organisasi bersumber dari beberapa

orang, lebih sering hanya dari satu orang pendiri perusahaan, orang tersebut akan

mengembangkan slrategi sesuai lingkungan bisnis yang dikelolanya, yang pada akhirnya akan

mcnjadi kultur di perusanaan.. Turner (1990:11) menyatakan bahwa budaya dari suatu organisasi

mencerminkan perilaku yang sesuai, yang mengikat dan memotivasi para anggotanya, dan

memudahkan pengambilan keputusan jika terdapat ketidakjelasan.. Sementara itu Luthans (2006:

562) menyatakan bahwa budaya organisasi sesungguhnya tumbuh karena diciptakan dan

dikembangkan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai

nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggofa barn. Jadi budaya

organisasi akan menumbuhkan identitas dalam diri setiap anggotanya, dan keterikatan terhadap

organisasi tersebut, karena kesamaan nilai yang .tertanam akan memudahkan setiap anggota

organisasi untuk memahami dan menghayati setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan oleh

(11)

Selanjutnya Luthan (2006) menjelaskan lebih jauh bagaimana Budaya organisasi dimulai,

meskipun budaya organisasi berkembang dengan cam-cam yang berbeda, namun dalam proses

melibatkan, yaitu: (1) seseorang (pendiri) punya ide untuk perusahaan baru; (2) Pendiri

menerima orang-orang kunci dan menciptakan kelompok inti yang memiliki persamaan visi

dengan pendirinya. Maka semua kelompok inti itu yakin bahwa ide tersebut bagus, dapat

berjalan, berisiko, berharga dalam investasi waktu, uang, dan energy; (3) kelompok inti yang ada

memulai bertindak secara konkrit untuk menciptakan organisasi dengan mencari dana,

memperoleh hak paten, badan hokum, menentukan tempat, bangunan dan lain-lain; dan (4) Pada

titik ini, orang lain masuk ke organisasi, dan sejarah organisasipun dimulai.

Hal senada disampaikan Robbin dan Judge (2009:292) bahwa Budaya organisasi terbentuk

melalui 3 tahapan proses: (1) Bermula dari filOSOfi yang ditetapkan oleh pendiri organisasi

seperti tradisi, kepercayaan dan ideology; (2) Proses seleksi anggota organisasi untuk mencari

kesesuaian antara nilai-nilai individu dengan filosofl organisasi; (3) Proses sosialisasi sistem nilai

perusahaan berjalan baik, maka akan terbentuk budaya organisasi.

Budaya yang kuat merupakan pengungkit yang kuat untuk mangarahkan perilaku, dan membantu

para pegawai untuk bekerja dengan lebih baik, khususnya dengan dua cara yaitu (Kotter dan

Hesket, 1992:1546} dengan sistem peraturan informal yang mengartikan bagaimana orang-orang

harus memanfaatkan sebagian besar waktunya dan memotivasi orang supaya cenderung bekerja

lebih keras lagi dengan menyediakan struktur, standar dan suatu sistem nilai.

Luthan (2006:131) menjelaskan lebih lanjut bagaimana memperta~ hankan yang sudah

terbentuk, yaitu dengan sosialisasi setiap penerim an karyawan baru, seperti digambarkan

(12)

Berdasarkan Gambar 6.1 maka guna mempertahankan budaya organisasi dapat dilakukan dengun

langkah sebagai berikut: (l) Seleksi Karyawan Baru‘ dengan mcnggunaknn prosedur standar dan

mencari sifat khusus yang berhubungan dengan kinerja yang efektif, perekrut akan

mewawancarai calon karyawan dan memisahkan gaya nilai yang tiduk cocok dengan budaya

organisasi; (2) Penempatan kerja. setelah orang yang tepat diterima bekerja; (3) Penguasann

Kerja, ketika cultural shock bcrakhir. Milka berikulnya penguasaan kerja; (4) mengukur dan

memberi pengarahan performa; Ketaatan pada nilai penting; (5) memperkuat cerita dan riwayat,

(6) penghargaan dan promosi.

Untuk membentuk budaya yang kuat, pcrusahuan tcrlcbih dahulu hams mengcnali jcnis budaya

yang dimiliki perusnhaan, dun kcmumpuan dari top management untuk membentuk budaya

scsuai dengan kcbutuhun pasar. Sebagaimana dikemukakan olch Kotter & Heskct (1992:12)

menjelaskan budaya yang kuat adalah buduya yang bisa menciptakan suatu ikutan antara

perusahaan dan para pegawainya, dan bisa mcngilhami tingkatnn produktivitas yang berbeda dari

(13)

tcntung apa yang mcreka Iakukan, sehingga mereka cenderung bekerja lebih keras (Han'ison &

Stokes, 199218).

Terdapat banyak keuntungan bila perusahaan memiliki budaya yang kuat, adaptif dan kompetitif,

yakni: (1) Budaya perusahaan sangat menentukan etika kerja. Caranya, banyak perusahaan

memberi hadiah kepada karyawan yang tidak pemah terlambat sampai setahun penuh hari kerja.

Dari budaya ini muncullah perilaku dan mental sikap disiplin; (2) Budaya perusahaan memberi

arah pengembangan bisnis. Adanya evaluasi terhadap visi, misi, struktur, maka budaya

perusahaan mendukung terhadap kejelasan arah pengcmbangan bisnis; (3) Budaya perusahaan

mampu meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Budaya yang dinamis dan kreatifkan

memberikan jaminan tumbuhnya krcativitas pada semua level, maka para pegawainya tidak akan

terjebak dalam aktivitas rutin; (4) Budaya perusahaan mengembankan kualitas barang dan jasa.

Bila ada komitmen, sistem nilai, maka, maka organisasi dalam menekankan masalah mutu akan

texjaga dengan baik; (5) Budaya perusahaan memotivasi pegawai mencapai prestasi tinggi

pertumbuhan dan perkembangan perusahaan mcnjadi tanggungjawab bersama zwell Dorfman,

2004; Dcnisnn dau Schlue. 2004; (‘amem 2006; Robbins dun Judge. 2009).

Robbins dun Judge (20092289) mcngidentiflkasi 7 karakteristik primer dan hakekat budaya

organisasi. yaitu: (l) Inovasi dan pengambilan risiku. sejauh mana para karyawan didorong untuk

inovatif dan mengambil risiko; (2) Perhutian pnda kerincian. scjauh mana para karyawaq

dihampkan nmnperlilmtkan presisi (kccermatan), analisis. dan pcrhatian pada rincian; (3)

Orientusi pada hasil. sejauh mana manajcmen memfokusx kan pada hasil, berdasarkan teknik

dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut; (4) Orientasi pada orang, sejauh mana

keputusan manajemcn memperhituugkan efek hasil-hasil pada orang~orang di dalam organisasi;

(14)

individu-individu; (6) Keagresifan, sejauh mana anggota-anggota itu agresif dun kompetitif,

bukannya santai saja; dan (7) Kemantapan. sejauh mama kegiatan organisasi dipertahankan

status quo sehingga kontras dengan pertumbuhan.

Hal senada Hampden-Turaer (1990223) mengelompokkan karakteristik budaya, yaitu: (l)

Budaya dibentuk oleh individu, suatu budaya organisasi bemsal dari para anggota organisasi

yang potensial, mereka menggunakan budaya untuk memperlguat gagasan, perasaan, dan

informasi yang sejalan dengan kepercayaan mereka; (2) Budaya dapat menghasilkan

keunggulan. Suatu budaya mewujudkan keinginan dan aspirasi dan para anggota organisasi,

sehingga budaya dapat menciptakan kepuasan dan mcrupakan sumber motivasi yang kuat; (3)

Budaya adalah suatu penguatan. Keberhasilan para anggota organisasi dapat timbul karena

mereka telah mengalami saat~saat awal organisasi mulai terbentuk, dan bagaimana mereka

menciptakan dan mengembangkan norma-norma, nilai atau prosedur. Budaya organisasi akan

kuat jika para anggotanya membutuhkan jaminan keamanan dan kepastian; (4)

Penguatan-penguatan budaya cenderung untuk diperbanyak. Budaya organisasi dapat membawa dampak

positif, sepeni mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik, atau dampak negatif. sepcrti rasa

iri di kalangan karyawan terhadap perusahaan lain yang memiliki budaya yang berbeda; (S)

Budaya dapat diterima dan memiliki sudut pandang yang logis. Untuk dapat. mnghargai budaya

organisasi, seseorang hams memahami bahwa segala perilakunya didasari oleh apa yang mcnjadi

kepercayaannya. Anggapan bahwa budaya mempakan hal yang tidak logis biasanya muncul

karma individu salah mnggunakan dasar pemikiran mereka sendiri; (6) Budaya organisasi

mempekali para anggotanya dengan gontinuitas dan identitas; (7) Apabila para anggota

(15)

akan dapat menghadapi setiap perubahan lingkungan, dan tetap pada identitasnya, gerta terjamin

kelanjutan usahanya.

Budaya organisasi dapat dijadikan pegangan bila terjadi guncangan. garena: (l) Budaya

menyeimbangkan nilai-nilai yang berlawanan. Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan

yang menyeimbangkan antara gekacauan, kesinambungan dan perubahan; (2) Budaya organisasi

adalah Suatu sistem sibernetik, karena mengarahkan, berusaha, dan mempersiapkan sendiri

usaha untuk menghilangkan hambatan dan gangguan. Dalam suatu sistem sibernetik, budaya

organisasi mengolah umpan balik mengenai perubahan-perubahan lingkungan, dan membuat

penyesuaian yang dianggap paling cocok; (3) Budaya adalah suatu pola, bukan hanya benda atau

objek, tapi merupakan pola yang muncul bersamaan dengan bertambahnya waktu dan

berkembangnya organisasi; (3) Budaya organisasi adalah komunikasi, karena menekankan pada

pembagian pengalaman dan penyebaran informasi. Budaya organisasi dapat membuat para

anggotanya saling erat mendukung; (4) Budaya organisasi bersifat sinergis, nilai-nilai yang

berbeda dapat bargabung dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Konkretnya jika sebuah

perusahaan memiliki kreativitas yang tinggi, bukan ditunjukkan oleh promosi, tapi lebih dihargai

jika produk tersebut merupakan gagasan yang orisinal; (5) Budaya dapat dipelajari dan

organisasi harus mempelajarinya (DeWitte dan Muijen, 1999; Dorfman, 2004; Denison dan

Schlue, 2004; Camero, 2006).

Adanya perkembangan lingkungan usaha, ilmu pengetahuan, teknologi, dan penerapan promosi

semakin erat, sehingga setiap organisasi dituntut untuk memiliki anggota yang secara bersamaan

mampu balajar mengenai perubahan tersebut, dan menyesuaikan dengan kemampuan sumber

daya internalnya. Hal ini akan dapat dicapai oleh budaya yang secara berkesinambungan dan

(16)

Budaya organisasi membentuk perilaku manusia di dalam perusahaan, karena budaya sangat kuat

pengaruhnya terhadap perilaku manajer di tiap tingkat organisasi, maka budaya juga sangat

mempengaruhi stabilitas Defusahaan 11 wk mengubah arah strategiknya (Wheelen dan Hunger,

9.010: 167).

Terdapat 4 (empat) komponen sebagai variable bebas yang merupm kan bUdaya korporat, yaitu

(1) Integritas, (2) Profesionalisme, (3) Kctclzg danan, (4) Penghargaan pada sumber daya

manusia, yaitu merekruk mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia yang

bcrkuzn litas, Sekaligus mcmperlakukan karyawan berdasarkan kcpcrcayaam k‘itefbukaan,

kcadilan dan saling menghargai, mengembangkan sikap kerjq Sarna dan kemitraan, memberikan

penghargaan berdasarkan hasil kerja individu dan kclompok (Zwell,2000; Dorfman, 2004;

Denison dan Schlue‘ 2004).

Lebih jauh Cameron (2006) menjelaskan bahwa biasanya proses perubahan terlebih perubahan

budaya akan sulit tcrjadi atau tidak dapat terjadi karena sulit tahu tentang apa yang dibicarakan

dan tentang apa focus yang dibicarakan. Tak ada perspektif atau persepsi umum yang tersedia,

tak ada elemen atau dimensi kunci yang sudah diidentifikasikan dan tak ada bahasa yang ada,

membantu dimulainya pembicaraan proses perubahan budaya. Menurut Cameron dari banyak

indikator keefektifan organisasi muncul 2 dimensi utama yang indikator-indikatornya

diorganisasikan ke dalam 4 kelompok utama, atau 4 kuadran budaya atau disebut juga sebagai 4

jenis budaya yang dapat diterangkan sebagai berikut:

Dimensi Pertama, dimensi ini membedakan criteria keefektifan yang mcnekankan pada

flcksibilitas, keleluasaan (discretion) dan dinamis, dengan/dari criteria keefektifan yang

menekankan stabilitas, tatanan dan control. Sebagai contoh, beberapa organisasi dipandang

(17)

Microsoft atau Nike. Organisasi lainnya dipandang cfektif jika mereka stabil. dapat diramalkan

dan mekanistik seperti badan-badan pemerintah. Jangkauannya dari ketrampilan/kepandaian

dalam banyak hal (aneka ragam) beserta kelenturannya, pada satu sisi, dengan kestabilan dan

daya tahan organisasi pada sisi lainnya. Sumbu dimensi ini berupa and discretion ( kadang

disebut people) dan stability and control (kadang disebul processes)

Dimensi Kedua, dimensi ini membedakan criteria kecfektifan yang mcnekankan pada orientasi

internal, integrasi dan kesatuan dengan/dari criteria kecfektifan yang mcnekankan pada orientasi

ekstemal, difcrensiasi (pembedaan) dan persaingan. Sebagai contoh, beberapa organisasi dipanl

dang efektif jika mereka memiliki karaktcristik keharmonisan intern-a} {,eperti IBM way atau

HP Way. Sumbu dimensi ini bcmpa external focus and differentiation (kadang disebut strategic)

dan internal focus and integration (kadang disebut operational).

Dua dimensi ini bersama-sama membentuk 4 kuadran dengan masing-masing menggambarkan

suatu perangkat yang berbeda/nyata dari indikator/factor keefektifan organisasi. Gambar 2.2

mcrupakan hubungan dari 2 dimensi ini satu sama lain dan sering dikenal scbagai kerangka nilai

bersaing (the Competing Value Framework) kedua dimensi tersebut mempakan indikator

keefektifan organisasi. Indikator keefektifan tersebut menggambarkan apa nilai para personil

tentang kinenja organisasi. Mereka mendefmisikan apa yang tcrlihat sebagai ha! yang baik dan

bcnar sena memadai menurut pandangannya. Setiap kuadran menggambarkan praanggapan dasar

(basic assumptions), orientasi dan tata nilai yang mencirikan demon atau jenfs budaya organisasi.

Dua dimensi budaya yang membentuk 4kuadran éi atas disebut juga sebagai budaya yang

sekaligus mendefmisikan ini yang dirasakan atau dikchcndaki dan diyakini keefektifan

(18)

(1) The Hierarchy Culture

Adalah budaya perusahaan yang ditandai dengan adanya bentuk perusahaan yang resmi

dan terstruktur. Tugas utama manajemen adalah memproduksi barang dan jasa secara

efisien sehingga tercapai kesejahteraan dalam perusahaan. Pengelompokan tipe budaya

tersebut di atas berdasarkan pada empat variable yang saling kompetitif (competing

values), yaitu stability versus flexibility, internal control versus external positioning.

Stability adalah orientasi antara Hierarchy Culture dengan Market Culture. Flexibility

adalah orientasi antara Clan Culture dengan Adhocracy Culture. Internal control adalah

orientasi antara Clan Culture dengan Hierarchy Culture. External Positioning adalah

orientasi antara Adhocracy Culture dengan Market Culture.

(19)

Adalah budaya perusahaan yang memiliki asumsi budaya pasar yang tidak ramah,

kompetitif serta perilaku konsumen yang cenderung memilih dan tertarik pada nilai –

nilai sehingga menempatkan organisasi pada bisnis yang selalu berusaha meningkatkan

persaingan. Tugas utama manajemen adalah mengendalikan organisasi untuk mencapai

produktivitas, hasil dan tujuan serta keuntungan.

(3) The Clan Culture

Adalah budaya perusahaan yang memiliki karakter kekeluargaan, dimana terdapat

lingkungan yang dapat mengatur dengan baik perusahaan melalui teamwork,

pengembangan SDM serta memperlakukan konsumen sebagai rekanan. Tugas utama dari

manajemen adalah mengendalikan dan membina karyawan sehingga memudahkan

mereka untuk berpartisipasi.adalah lingkungan yang dapat dikelola dengan baik melalui

kerja tim (tidak individual) dan pengembangan pegawai, sedangkan pelanggan dianggap

sebagai mitra Organisasi dalam berbisnis mengembangkan lingkungan kerja yang

humanis(manusiawi), tugas utama manajemen adalah memberdayakan pagawai dan

memfasilitasi partisipasinya. serta komitmen dan kesetiaan. para pemimpin dianggap

sebagai mentor dan mungkin bahkan sebagai figure orang tua. Organisasi dipegang secara

bersama-sama melalui kesetiaan dan tradisi kerja tim, partisipasi dan consensus dengan

komitmen yang tinggi. Organisasi menekankan pada manfaat pengembangan individual

jangka panjang dcngan kesatupaduan yang tinggi dan moral sebagai hal yang panting.

Sukses didefinisikan dari segi iklim internal dan kepedulian pada para personil.

(4) The Adhocracy Culture

Akar kata dari adhocracy adalah adhoc, menunjukkan sementara, spesialisasi unit yang

(20)

dan memelopori inisiatif adalah membawa sukses organisasi. terutama dalam bisnis

mengembangkan produk dan jasa baru danmenyiapkan untuk masa depan (Cameron.

2006:94).

Tugas utama manajemen adalah membantu atau memupuk perkembangan

kewiraswastaan, kreativitas dan aktivitas untuk memotong hal-hal yang tidak perlu (tidak

punya nilai tambah). Tujuan utama adhocracy adalah mcmupuk atau membantu

perkembangan kemampuan beradaptasi, fleksi~ bilitas dan kreatifitas. Tantangan penting

dari organisasi adalah untuk mcmproduksi produk dan jasa inovatif dan beradaptasi

dengan cepat untuk peluang baru

Tidak seperti budaya market atau hierarchy. adhocracy tidak mempunyai kekuasaan yang

terpusat atau hubungan kewenagangan. Sebagai gantinya kekuasaan mengalirkan dari

individual kcpada individual atau dari tim tugas kepada tim tugas yang bergantung pada

problem atau persoalan mengenai apa yang sedanng dibahas pada saat itu. Penekanan

tinggi pada kepribadian, pengambilan resiko dan mengantisipasi masa depan akan tetap

ada seperti hamper setiap orang menjadi terlibat dengan produksi, nasabah penelitian dan

pengembangan dan seterusnya. Para personil mau berbuat ssuatu yang inovatif (mkipun

berbahaya) dan mengambil resiko.

Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh empat faktor di dalam budaya organisasi yaitu

keterlibatan (Involvement), konsistensi (consistency), adapatasi (Adadptation), Misi

(Mision).

(21)

Keterlibatan adalah suatu perlakuan yang membuat staf meras diikutsertakan dalam

kegiatan organisasi sehingga membuat staf bertanggung jawab tentang tindakan yang

dilakukannya (Casida, 2007). Keterlibatan (involvement) adalah kebebasan atau

independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat. Keterlibatan

tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang

menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi/perusahaan.

Keterlibatan terdiri dari tiga indikator yaitu pemberdayaan (Empowerment), kerja tim

(Team Orientation) dan kemampuan berkembang (Capability Development) (Casida,

2007).

Konsistensi (Consistency)

Konsistensi (Consistency) merupakan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap

asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi menekankan pada sistem

keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan simbol-simbol yang dimengerti dan dianut bersama

oleh para anggota organisasi serta pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.

Adanya konsistensi dalam suatu organisasi ditandai oleh staf merasa terikat; ada

nilai-nilai kunci; kejelasan tentang tindakan yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.

Konsistensi di dalam organisasi merupakan dimensi yang menjaga kekuatan dan stabilitas

di dalam organisasi. Denison dan Mirsha (1995) menyatakan bahwa konsistensi dapat

dilihat dari tiga indikator yaitu nilai inti (core value), kesepakatan (Agreement),

koordinasi dan integrasi (Coordination and Integration).

(22)

Kemampuan adaptasi merupakan kemampuan organisasi untuk menerjemahkan pengaruh

lingkungan terhadap organisasi. Adaptasi merupakan kemampuan organisasi dalam

merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan

internal organisasi. Denison dan Mirsha (1995) dalam Casida (2007) menyatakan bahwa

kemampuan adaptasi dapat dilihat dari tiga indikator yaitu perubahan (Creating Change),

berfokus pada pasien (Customer Focus) dan keadaan organisasi (Organizational

Learning).

Misi (Mission)

Misi merupakan dimensi budaya yang menunjukkan tujuan inti organisasi yang

menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting oleh

organisasi. Sesuai dengan penelitian Denison (2006) yang menunjukkan bahwa organisasi

yang kurang dalam menerapkan misi akan mengakibatkan staf tidak mengerti hasil yang

akan dicapai dan tujuan jangka panjang yang ditetapkan menjadi tidak jelas.

Denison dan Mirsha (1995) menyatakan bahwa kemampuan adaptasi dapat dilihat dari

tiga indikator yaitu strategi yang terarah dan tetap (Strategic Direction and Intent), Tujuan

dan objektivitas (Goals and Objectif), Visi (Vision) (Casida, 2007).

2.3 Pengaruh Budaya terhadap Perilaku dan Sistem Nilai

Dalam studi tentang budaya kita perlu memperhatikan karakteristik-karakteristik dari budaya itu

sendiri, yaitu budaya itu ditemukan (invented), budaya dipelajari, budaya diyakini dan

disebarluaskan secara sosial, budaya-budaya itu serupa tapi tidak sama, budaya itu memuaskan

kebutuhan dan diulang-ulang secara konsisten (persistent), budaya bersifat adaptif, budaya itu

(23)

Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol bermakna lainnya yang

membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota

masyarakat. Budaya dibagi menjadi 2 yaitu, makrobudaya dan mikrobudaya. Makrobudaya

mengacu pada seperangat nilai dan simbol yang berlaku kepada keseluruhan masyarakat.

Makrobudaya contohnya suatu bangsa, peradaban. Sedangkan mikrobudaya mengacu pada

seperangkat nilai dan simbol yang berlaku lebih terbatas. Mikrobudaya contohnya kelompok

agama, etnis.

Budaya dapat dipelajari karena sangat kental di kehidupan sosialnya, antara lain :

a. Prestasi dan sukses pekerjaan

Misalnya nilai kesopanan. Selain itu, nilai adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang

buruk. Dari alur norma atau aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang

bisa diterima dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud

dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak norma lain yang

lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam budaya dan hanya bisa terlihat

(24)

Nilai-nilai budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di

suatu Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari nilai yang

berlaku di Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam sudut pandang terhadap

dirinya dan orang lain, dan karenanya mempengaruhinya dalam berperilaku. Oleh karenanya,

budaya sangat mempengaruhi bagaimana konsumen bereaksi atau berperilaku terhadap produk

atau inovasi tertentu.

Sumber nilai yang berubah yang pertama adalah tiga serangkai lembagaa yaitu keluarga, agama,

dan sekolah. Bila lembaga-lembaga berubah dengan cepat, nilai-nilai dari konsumen berubah,

menciptakan kebutuhan akan perubahan yang sesuai di dalam prigram pemasaran dan

komunikasi. Pertama keluarga, beberapa perusahaan meninjau kebijakan mereka mengenai

gangguan pekerjaan terhadap kehidupan keluarga misalnya memberikan pusat penitipan anak

yang berkualitas bagi pegawai, mendorong keluarga untuk mengadakan perjalanan keluar kota,

memberikan beasiswa pada anak-anak pegawai, dan bahkan memberikan konseling perkawinan.

Kedua agama, efek dari lembaga keagamaan yang berubah dengan pemasaran adalah bahwa

nilai-nilai konsumen pada tahun-tahun mendatang akan lebih pribadi, bervariasi, dan pluralistis.

Misalnya, banyak penyusutan inventaris merosot bila lembaga agam merosot karena pegawai

mungkin tidak lagi mengangga bahwa pencurian itu salah. Ketiga pendidikan, contohnya

di Amerika pada tahun 1970 lebih banyak pria lulusan perguruan tinggi, tetapi sekarang malah

lebih banyak wanita. Sumber yang kedua adalah pengalaman pada awal kehidupan. Contohnya

perang, gerakan hak warga sipil, dan realitas ekonomi.

2.4 Pentingnya Budaya Organisasi

Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai yang mengikat

(25)

angoota organisasi. Secara spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan

rasa memiliki terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan

keterikatan emosional antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya, membantu

menciptakan stabilitas organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola pedoman perilaku

sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian. Dengan demikian

budaya organisasi berpengaruh kuat terhadap perilaku para anggotanya.

Sembilan karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma, 2004 :

1. Identitas anggota, dimana karyawan lebih mengidentifikasi organisasi secara menyeluruh.

2. Penekanaan kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh kelompok

dari pada individu.

3. Fokus orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan dampak luaran yang

dihasilkan oleh karyawan dalam organisasi.

4. Penyatuan unit, dimana unit-unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara

yang terkoordinasi atau bebas.

5. Pengendalian, dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk

mengawasi dan mengendalikan karyawan.

6. Toleransi resiko, dimana pekerja didorong untuk agresif, kreatif, inovatif dan mau

mengambil resiko.

7. Kriteria ganjaran, dimana ganjaran seperti peringatan, pembayaran dan promosi lebih

(26)

non-kinerja lainnya; toleransi konflik, dimana karyawan didorong dan diarahkan untuk

menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka.

8. Orientasi sarana tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari

pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai luaran tersebut.

9. Fokus pada sistem terbuka, dimana organisasi memonitor dan merespons perubahan

dalam lingkungan eksternal.

2.5 Fungsi Budaya Organisasi

Selain memberikan mamfaat bagi organisasi, pentingnya budaya organisasi juga terlihat dari

fungsi-fungsi budaya organisasi itu sendiri, berikut beberapa fungsi dari budaya organisasi

menurut beberapa ahli sebagai berikut :

 Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.

 Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

 Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada

kepentingan diri individual seseorang.

 Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan

memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

 Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk

sikap serta perilaku karyawan.

(27)

2.6.1 Karakteristik Sosial Masyarakat

Beberapa tahun terakhir di Indonesia sering terjadi bencana dan meninggalkan dampak bagi

orang-orang yang mengalaminya. Bencana yang sering melanda Indonesia adalah banjir, gempa,

tsunami, tanah longsor dan gunung meletus. Dampak yang diakibatkan dapat berupa dampak

fisik maupun non fisik. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan penanggulangan bencana yang

berfungsi untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana. Kegiatan penanggulangan

bencana terdiri atas kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini, tanggap darurat, rehabilitasi dan

rekonstruksi. Akan tetapi, untuk dapat mengurangi resiko terjadinya bencana, maka perlu

dilakukan peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi. Setiap masyarakat memiliki karakteristik

sosial budaya tertentu yang berhubungan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap bencana.

Karakteristik sosial budaya ini berbeda antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

2.6.2 Tipe Masyarakat Bisnis

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada

masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta

etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun

etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan

memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika

bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya

dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan

perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia

itu menuntut segera dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia

usaha terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan

(28)

usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan

aturan main dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.

Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk

“uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai

contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang

tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku

bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat

ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan

dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab

sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal

pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan lain sebagainya.

2.6.3 Kapabilitas dan Kemampuan Kendali Perusahaan

Kapabilitas dan Kemampuan kendali Perusahaan Pembentukan budaya organisasi juga

dipengaruhi oleh sejarah berdirinya dan berkembangnya perusahaan tersebut. Para pendiri

memiliki peran penTng dalam meletakkan pondasi perusahaan dengan menanamkan visi,

nilai-nilai dan norma-norma yang harus diikuT oleh para pekerja agar mampu menjalankan dan

memacu kegiatan usaha yang diharapkan oleh para pendirinya.

Keuntungan bila perusahaan memiliki budaya yang kuat, adapTf dan kompeTTf yakni : Budaya

perusahaan sangat menentukan eTka kerja. Caranya banyak perusahaan memberi hadiah kepada

karyawan yang Tdak pernah terlambat sampai setahun penuh hari kerja. Dari budaya ini

munculah perilaku dan mental sikap disiplin. Budaya perusahaan memberi arah pengembangan

bisnis. Adanya evaluasi terhadap visi, misi, struktur,maka budaya perusahaan mendukung

(29)

Budaya yang dinamis, kreaTf, memberikan jaminan tumbuhnya kreaTvitas pada semua level,

maka para pegawainya Tdak akan terjebak dalam akTvitas ruTn. Budaya perusahaan

mengembangkan kualitas barang dan jasa. Bila ada komitmen, sistem nilai, maka gerak

organisasi dalam menekankan masalah mutu akan terjaga baik. Budaya perusahaan memotvasi

pegawai mencapai prestasi tnggi. PerTumbuhan dan perkembangan perusahaan menjadi

Tanggung jawab bersama.

2.7 Hubungan Etika Dan Budaya

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-salah, baik-buruk. Dalam

kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian tentang etika perusahaan, etika kerja, dan etika

perorangan, yang menyangkut hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan

lingkungannya. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan sebagai satu

kesatuan dengan lingkungannya (misalnya dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat),

etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawannya, dan etika perorangan mengatur

hubungan antar karyawan.

2.8 Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis yang Etis

1. Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah,

sehingga berdampak pada seluruh kinerja Bisnis. Perilaku perusahaan yang etis biasanya

(30)

berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah. Kendala dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis

yang Etis, yaitu :

2. Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai profesi

yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari untung.

3. Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasa sehingga

menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat terlihat dalam

bentuk KKN.

2.9 Pengaruh Etika Terhadap Budaya

Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam mempengaruhi

perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang

akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan.

Jika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budayau perusahaan, maka

akan berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi

stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dari tingkatan manajer terhadap

(31)

Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika

dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia

berada. Budaya perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap perilaku etis.

Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika dalam lingkungan

perusahaannya.

BAB III

(32)

1.1 Kesimpulan

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan

sebuah harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan

luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar

dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal

dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara supaya dapat

bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan

beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.

Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus

menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga

dengan baik.

Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga

kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi

perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak

akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka

panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam

berbisnis sangatlah penting.

(33)

Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin

menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan

yang terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau

hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga

etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hj. Erni R. Ernawan, S.E., M.M., 2011, “Business Ethics”, Bandung, Penerbit

Referensi

Dokumen terkait

(produc), harga (price), promosi (promotion), distribusi (distribution). Keempat bauran ini akan diukur pengaruh dan kepentingan setiap bauran pemasaran

Tugas Biro Komisaris:.. Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas-tugas pengawasannya di Perseroan. Biro komisaris dipimpin oleh Kepala Biro Komisaris.

Para pelaku bisnis di Indonesia akan berhadapan dalam satu kontrak transaksi bisnis dengan mitra bisnis yang tidak saja berbeda sistem hukum nasionalnya tetapi juga berbeda

1) Hearing aids will be provided but will not return hearing to normal. They should be worn at all times but may give limited benefit.. 4) Consideration may be given to a

Penampilan Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Genotip Gandum ( Triticum aestivum L) Di Dataran Rendah Tropis.. Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Tabel 5.8 Tabel Use Case description Entry Data Customer 136 Tabel 5.9 Tabel Use Case description Entry Data Produk 137 Tabel 5.10 Tabel Use Case description Entry

Dalam penulisan Laporan Akhir ini penulis melakukan pengamatan dengan cara mengamati dan membantu kegiatan yang dilakukan oleh pegawai dalam melakukan proses

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul