• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Laporan Keuangan PT Charoen Pok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Laporan Keuangan PT Charoen Pok"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Laporan Keuangan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Tahun 2016

TINJAUAN SEGMEN USAHA

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (“Perseroan”) dan entitas anaknya (“Kelompok Usaha”) memiliki beberapa segmen usaha dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dari sisi penjualan konsolidasi, kontribusi terbesar berasal dari segmen pakan ternak, diikuti dengan segmen daging ayam pedaging, anak ayam usia sehari (“DOC”), daging ayam olahan dan segmen lain-lain, yang terdiri dari kemasan, peralatan peternakan, dan penjualan lain-lain yang jumlahnya tidak signifikan.

Perbandingan kontribusi penjualan dari masing-masing segmen 2016 dan 2015 (dalam jutaan rupiah)

ANALISIS HORIZONTAL

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian

Aset

Total aset menurun sebesar Rp711,66 miliar atau 2,86% dari Rp24,92 triliun di 2015 menjadi Rp22,20 triliun di 2016.Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan aset tidak lancar sebesar Rp712,22 miliar.

Aset Lancar

Aset lancar tahun 2016 dan 2015 tetap sebesar Rp12,06 triliun karena meningkat hanya sebesar Rp560 juta.

Kas dan Setara Kas

(2)

Piutang Usaha

Piutang usaha menurun sebesar Rp682,29 miliar atau 22,76% dari Rp3,00 triliun di 2015 menjadi Rp2,32 triliun di 2016. Penurunan tersebut terutama karena eliminasi saldo piutang usaha PT Multi Sarana Pakanindo dan entitas anaknya sehubungan dengan akuisisi oleh Kelompok Usaha pada Desember 2016. Pada tanggal 31 Desember 2016, Kelompok Usaha mencadangkan penurunan nilai piutang usaha sebesar Rp59,36 miliar.

Persediaan triliun di 2015 menjadi Rp12,15 triliun di 2016.

Aset Pajak Tangguhan

Aset pajak tangguhan menurun sebesar Rp395,70 miliar atau 84.80% dari Rp466,63 miliar di 2015 menjadi Rp70,93 miliar di 2016. Penurunan ini terutama disebabkan penghapusan aset pajak tangguhan atas rugi fiskal karena program pengampunan pajak.

Aset Tetap

Aset tetap menurun sebesar Rp75,78 miliar atau 0,67% dari Rp11,31 triliun di 2015 menjadi Rp11,23 triliun di 2016. Penurunan tersebut terutama disebabkan penambahan aset tetap di tahun berjalan lebih kecil dari beban penyusutan.

Tagihan Pajak Penghasilan

Tagihan pajak penghasilan menurun sebesar Rp525,11 miliar atau 90,98% dari Rp577,17 miliar di 2015 menjadi Rp52,07 miliar di 2016. Penurunan ini terutama disebabkan penghapusan tagihan pajak penghasilan karena program pengampunan pajak.

Goodwill

Goodwill meningkat sebesar Rp235,43 miliar atau 112,45% dari Rp209,37 miliar di 2015 menjadi Rp444,80 miliar in 2016. Peningkatan ini terutama disebabkan goodwill dari akuisisi PT Multi Sarana Pakanindo dan entitas anaknya pada Desember 2016.

Liabilitas

Total liabilitas menurun sebesar Rp2,08 triliun atau 17,17% dari Rp12,13 triliun di tahun 2015 menjadi Rp10,05 triliun di 2016. Penurunan ini terutama berasal dari pelunasan utang bank.

(3)

Liabilitas jangka pendek menurun sebesar Rp153,58 miliar atau 2,69% dari Rp5,70 triliun di 2015 menjadi Rp5,55 triliun di tahun 2016. Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan utang usaha - pihak ketiga sebesar Rp1,24 triliun dan utang bank jangka pendek sebesar Rp310 miliar yang dikompensasi dengan peningkatan bagian lancar utang bank jangka panjang sebesar Rp890,38 miliar dan utang pajak sebesar Rp416,30 miliar.

Liabilitas Jangka Panjang

Liabilitas jangka panjang menurun sebesar Rp1,93 triliun atau 30,01% dari Rp6,43 triliun di 2015 menjadi Rp4,50 triliun di 2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan utang bank jangka panjang setelah dikurangi bagian lancar sebesar Rp2,23 triliun.

Ekuitas

Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar Rp1,60 triliun dari Rp12,54 triliun di 2015 menjadi Rp14,14 triliun. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan tahun 2016 sebesar Rp2,22 triliun, yang dikompensasi dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun 2015 sebesar Rp475,54 miliar dan selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali sebesar Rp169,56 miliar.

Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian

Penjualan Neto

Penjualan neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di 2015 menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-masing sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar.

Beban Pokok Penjualan

Beban pokok penjualan meningkat sebesar Rp6,93 triliun atau 27,92% dari Rp24,82 triliun di 2015 menjadi Rp31,74 triliun di 2016. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan pada segmen ayam pedaging sebesar Rp6,01 triliun .

Laba Bruto

Laba bruto meningkat sebesar Rp1,41 triliun dari Rp3,39 triliun di 2015 menjadi Rp4,42 triliun di 2016. Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto anak ayam usia sehari sebesar Rp1,08 triliun dan pakan ternak sebesar Rp282,25 miliar.

Beban Usaha

(4)

Beban umum dan administrasi naik sebesar Rp104,16 miliar atau 9,23% dari Rp1,13 triliun di 2015 menjadi Rp1,23 triliun di tahun 2016. Kenaikan beban umum dan administrasi ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya profesional, beban royalti, dan gaji karyawan masing-masing sebesar Rp37,91 miliar, Rp24,65 miliar, dan Rp11,25 miliar.

Laba Sebelum Pajak Penghasilan

Laba sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp1,80 triliun atau 82,30% dari Rp2,18 triliun di tahun 2015 menjadi Rp3,98 triliun di tahun 2016 sejalan dengan peningkatan penjualan neto.

Beban Pajak Penghasilan

Beban pajak penghasilan meningkat sebesar Rp1,28 triliun atau 285,18% dari Rp449,03 miliar di tahun 2015 menjadi Rp1,73 triliun di tahun 2016.Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan atas beban pajak penghasilan kini sebesar Rp722,99 miliar.

Laba Tahun Berjalan

Laba tahun berjalan meningkat sebesar Rp392,81 miliar atau 21,43% dari Rp1,83 triliun di 2015 menjadi Rp2,23 triliun di tahun 2016. Peningkatan laba tahun berjalan tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto sebesar Rp1,41 triliun setelah dikompensasi dengan peningkatan pajak tahun berjalan sebesar Rp1,28 triliun.

Laporan Arus Kas Konsolidasian

Aktivitas Operasi

Arus kas neto mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp2,37 triliun atau 133,23% dari Rp1,78 triliun di tahun 2015 menjadi Rp4,16 triliun pada tahun 2016. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp9,70 triliun yang dikompensasi dengan peningkatan pembayaran tunai ke pemasok sebesar Rp7,06 triliun.

Aktivitas Investasi

Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun sebesar Rp767,60 miliar atau 39,48% dari Rp1,94 triliun di tahun 2015 menjadi sebesar Rp1,18 triliun di tahun 2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas untuk perolehan aset tetap sebesar Rp1,36 triliun, yang dikompensasi dengan penambahan arus kas untuk kombinasi bisnis entitas sepengendali sebesar Rp481,25 miliar dan piutang kepada peternak sebesar Rp114,27 miliar.

Aktivitas Pendanaan

(5)

ANALISIS RASIO

Keterangan rasio :

Return On Asset (ROA)

Rumus : Laba bersih sebelum pajak / Total aktiva

Berdasarkan perhitungan diatas tingkat pengembalian asset yang dimiliki perusahaan meningkat, dengan kata lain total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan peningkatan bagi laba perusahaan.

Return on Equity (ROE)

Rumus : Laba bersih setelah pajak / Ekuitas

Berdasarkan perhitungan di atas, semakin tinggi ROE semakin bagus. Karena itu menunjukkan bahwa manajemen perusahaan mampu membuat perusahaan seefisien mungkin dengan bermodalkan penambahan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham.

Return on Net-Sales

Rumus : Net Income (Before Interest and Tax) / Sales

Berdasarkan perhitungan di atas, semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

Current Ratio

Rumus : Aktiva Lancar / Hutang Lancar

(6)

tahun 2016 mengalami peningkatan yang terutama disebabkan karena adanya penurunan piutang usaha.

Debt to Asset Ratio

Rumus : Total Hutang / Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. Pada perusahaan ini rationya menurun sehingga kemungkinan besar hutang dapat tertutupi oleh aktiva.

Debt to Equity Ratio

Rumus : Total Hutang / Total Modal

Rasio ini menunjukkan semakin tinggi angka DER maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya. Pada perusahaan ini, rasionya mengalami penurunan artinya likuiditas perusahaan semakin baik.

STRUKTUR PERMODALAN

Perseroan mengelola struktur permodalan dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan kondisi ekonomi. Untuk memelihara dan menyesuaikan struktur permodalan, Perseroan dapat menyesuaikan pembayaran dividen kepada pemegang saham, menerbitkan saham baru atau pendanaan melalui pinjaman. Tidak ada perubahan atas tujuan, kebijakan maupun proses untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

Perseroan memantau tingkat permodalan dengan menggunakan ukuran keuangan seperti rasio utang yang dikenakan bunga terhadap ekuitas tidak lebih dari 2,0 kali pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015. Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, rasio utang yang dikenakan bunga terhadap ekuitas masing-masing 0,71 kali dan 0,95 kali.

PERBANDINGAN PROYEKSI DENGAN HASIL DAN PROYEKSI TAHUN DEPAN

INFORMASI DIVIDEN

(7)

Perseroan pada tahun buku yang bersangkutan serta surplus kas dari kegiatan operasional setelah memperhitungkan kebutuhan pendanaan untuk pengeluaran modal dan modal kerja di masa mendatang, dengan tidak mengabaikan kondisi kesehatan keuangan, peraturan perundangundangan yang berlaku dan tanpa mengurangi hak dari pemegang saham untuk menentukan lain sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar Perseroan.

Pada tanggal 15 Juli 2016, Perseroan telah membayar dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp475.542.000.000 atau Rp29 per saham sedangkan pada tanggal 15 Juli 2015, Perseroan telah membayar dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp295.164.000.000 atau Rp18 per saham.

ANALISIS VERTIKAL

1. Hubungan Sales dengan Gross Profit

Apabila Sales meningkat, seharusnya Gross Profit juga mengalami peningkatan. Dalam perusahaan ini, kita dapat mengetahui bahwa hubungan tersebut terjadi. Sehingga hal ini dapat dikatakan wajar.

2. Hubungan Sales dengan Beban Penjualan

Apabila Sales meningkat, seharusnya Beban Penjualan juga mengalami peningkatan. Dalam perusahaan ini, kita dapat mengetahui bahwa hubungan tersebut terjadi. Sehingga hal ini dapat dikatakan wajar.

3. Hubungan Piutang Pihak Berelasi dengan DIviden

Seharusnya laba perusahaan digunakan terutama untuk pembagian deviden dan tidak seluruhnya digunakan untuk memberikan pinjaman kepada pihak berelasi. Pada perusahaan ini walaupun piutang terhadap pihak berelasi meningkat tetapi tetap bisa membagikan deviden.

4. Hubungan Hutang Pajak dengan Beban Pajak Penghasilan

Seharusnya apabila hutang pajak meningkat, maka beban pajak penghasilan juga meningkat. Dalam perusahaan ini, kita dapat mengetahui bahwa hubungan tersebut terjadi. Sehingga hal ini dapat dikatakan wajar.

5. Hubungan Sales dengan Persediaan

(8)

TUGAS AUDIT KONTEMPORER

Analisis Laporan Keuangan

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

Tahun 2016

(9)

Nama : Stephanie

NIM : 125140002

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan strategi word square dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IIIA SD Al Firdaus

Sebagai penutup dari laporan akuntabilitas kinerja Pusat Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi, Kedeputian IPS - Badan Standardisasi Nasional TA. 2016

Siswa dengan AQ rendah (quitter) tidak menunjukkan karakteristik berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dikarenakan ada banyak indikator yang tidak terpenuhi pada

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Imunisasi dengan P.berghei yang dilemahkan dengan dosis radiasi 175 Gy dapat meningkatkan viabilitas limfosit serta

Baik di Ciomas maupun di Ciampea populasi siput ini mulai meningkat setelah penanaman padi, yaitu pada bulan Januari dan Juli, dan selama 1/3 masa awal pertumbuhan padi, karena

Tadi kita telah mendengarkan laporan daripada penyerahan iktisar pemeriksaan semester II yang disampaikan oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Syarat obyektif, yaitu syarat yang menyangkut obyek yang disengketakan. Dari ketentuan Pasal 1 angka 4 tersebut dapat diketahui bahwa yang dapat dijadikan obyek perkara

Dari seluruh kasus tadi, yang dilengkapi dengan specimen dan data klinik lengkap adalah 1 18 anak dengan seluruh jumlah cairan otak yang diterima dari kasus lain