• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Teori Pembangunan Negara Dunia K (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Teori Pembangunan Negara Dunia K (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI PEMBANGUNAN NEGARA-NEGARA

DUNIA KETIGA

( ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah teori-teori pembangunan )

Dosen Pengampu: Drs. Agung Purwanto, M.Si

Nama:

Fikry Zuledy Pamungkas 140910101036

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

(2)

PENDAHULUAN

Dewasa ini hampir semua negara di Dunia tengah bekerja keras untuk melaksanakan pembangunan Negaranya. Menurut Seers, 1977. Pembangunan adalah istilah teknis untuk membangkitkan kualitas hidup warga negara berkembang dari kemiskinan, tingkat melek huruf ( literacy rate ) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial. Konsep sebuah frase “negara dunia ke-tiga” sebenarnya sudah mengalami pergeseran makna yang cukup signifikan jika mengamati dari awal kalahirannya sebagai sebuah sikap negara-negara yang tidak memihak pada salah satu blok ketika terjadi perang dingin antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Saat ini pemaknaan yang terjadi terhadap frase kata tersebut adalah sebuah atau pun kelompok negara-negara yang dinilai tertinggal, miskin, belum maju teknologinya, dan tergantung pada negara-negara yang sudah maju. Pemaknaan secara ekonomi inilah yang kemudian menimbulkan perdebatan anatar negara-negara berkembang dengan negara-negara maju terkait hubungan bilateral maupun multilateral.

Dengan demikian, teori-teori pembangunan untuk dunia ke-tiga tentunya memiliki perbedaan (meskipun ada juga persamaannya) dengan teori-teori pembangunan bagi negara-negara adikuasa, karena persoalan yang dihadapinya berbeda. Bagi negara-negara-negara-negara dunia ketiga, persoalannya adalah bagaimana bertahan hidup, atau bagaimana meletakan dasar-dasar ekonominya supaya bisa besaing di pasar internasional, sementara bagi negara-negara adikuasa persoalanya adalah bagaimana melakukan ekspansi lebih lanjut bagi kehidupan ekonominya yang sudah mapan. Ada tiga kelompok teori pembangunan negara-negara dunia ke-tiga yang akan diulas dalam tulisan ini, yaitu Teori Modernisasi, Teori Ketergantungan dan Teori Sistem Dunia.

TEORI MODERNISASI

(3)

Latin bekas jajahan Eropa melatarbelakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik. Pengaruh ideologi developmentalis yang mencoba mengkaji bagaimana Negara Dunia Ketiga dapat membangun seperti Negara Dunia Pertama tanpa mengacu pada komunisme juga mendasari teori ini.

Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori dan mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita dapat melihatnya dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott Parsons beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling bergantung.

Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi, ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Pun dengan Rostow yang menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland dengan teori need for Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan “Etika Protestan”-nya, Hoselitz yang membahas faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor “kondisi lingkungan”, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri manusia modern.

(4)

maju, tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan kemudian melembagakan demokrasi politik (Garna, 1999: 9).

Karena berpatokan dengan perkembangan di Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab kegagalan penerapannya di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik, maupun baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya.

2. Teori Ketergantungan (Teori Dependensi)

(5)

negara dominan dengan negara tergantung merupakan hubungan yang tidak sederajat, karena pembangunan di negara dominan terjadi atas biaya yang dibebankan pada negara bergantung. Melalui kegiatan pasar yang monopolistik dalam hubungan perdagangan internasional, hubungan utang-piutang dan ekspor modal dalam hubungan perdagangan modal, surplus ekonomi yang dihasilkan di negara tergantung mengalir dan berpindah ke negara dominan. Menurut Santos, dua bentuk ketergantungan pertama, adalah ketergantungan kolonial dan ketergantungan industri keuangan, selain itu ia pun menyebutkan jenis ketergantungan yang lain yaitu ketergantungan teknologis-industrial.

Packenham menyebutkan kekuatan teori dependensi yakni menekankan pada aspek internasional, mengaitkan perubahan internal negara pinggiran dengan politik luar negeri negara maju, menekankan pada kegiatan sektor swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan-perusahaan multinasional, membahas hubungan antar kelas yang ada di dalam negeri dan hubungan kelas antarnegara dalam konteks internasional, memberikan definisi yang berbeda tentang pembangunan ekonomi (tentang kelas-kelas sosial, antardaerah, dan antarnegara). Namun, kelemahannya antara lain: hanya menyalahkan kapitalisme sebagai penyebab dari ketergantungan, konsep kunci—termasuk konsep ketergantungan itu sendiri— kurang didefinisikan secara jelas hanya didefinisikan sebagai konsep dikotomi, tidak ada kemungkinan lepas dari ketergantungan, selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif, kurang membahas aspek psikologi, terlalu jauh beranggapan bahwa ada kepentingan yang berbeda antara negara-negara pusat dan negara-negara pinggiran, ketidakjelasan konsep yang membatasi teori tersebut, menganggap aktor politik sebagai boneka kepentingan modal asing, kurang dikaji secara rinci dan tajam dan dalam konteks Timur, teori ini tidak mampu melihat fenomena bangkitnya negara-negara “Macan Asia” dan runtuhnya sosialisme.

Bila teori dependensi Klasik melihat situasi ketergantungan sebagai suatu fenomena global dan memiliki karakteristik serupa tanpa megenal batas ruang dan waktu, teori dependensi Baru melihat melihat situasi ketergantungan tidak lagi semata disebabkan faktor eksternal, atau sebagai persoalan ekonomi yang akan mengakibatkan adanya polarisasi regional dan keterbelakangan. Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan persoalan sosial politik.

(6)

Menurut teori sistem dunia, dunia dipandang hanya sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Motivasi teori modernisasi untuk mengubah cara produksi masyarakat negara dunia ketiga sesungguhnya adalah usaha mengubah cara produksi prakapitalis menuju kapitalis, yang sudah diterapkan di negara-negara maju, untuk ditiru negara Dunia Ketiga.

Menurut hubungannya dengan berbagai negara di dunia, maka ada tiga bentuk negara dalam teori sistem dunia yaitu negara sentral, semipinggiran, dan pinggiran. Negara sentral diposisikan sebagai negara yang melakukan eksploitasi terhadap negara semipinggiran dan pinggiran, Negara semipinggiran disebut sebagai salah satu model kesuksesan ekonomi yang faktanya masih bergantung pada negara sentral, sedangkan negara pinggiran menaikkan statusnya menjadi negara semipinggiran akibat keberhasilan perekonomiannya.

Referensi

Dokumen terkait

Kebudayaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sesuatu yang positif atau negatif, bahkan bukan sesuatu yang dianggap benda atau obyek tertentu

Kabupaten Lahat terus berusaha untuk menanggulangi masalah banjir di Kecamatan Lahat maka Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Lahat sebagai dinas teknis yang

Tabel 4.2 Tabel hasil Uji Normalitas Kadar Protein pada Ikan Tongkol ( Euthynnus affinis ) Berdasarkan Metode Pengasapan

In the context of WBL, the determination of a true brand with the efforts done by management to provide the best service quality, security, comfort, and satisfaction in

Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.Media elektronik

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa strategi Marketing Communication SnowBay Waterpark

Pandangan masyarakat sunda terhadap orang asing, nilai yang menentukan. sikap orang sunda terhadap orang asing yang terkandung dalam

Selain itu, untuk mengurangi biaya pengeluaran asrama per bulannya, maka sumber listrik juga berasal panel surya, setelah daya diubah menjadi alternatin current