PERBANDINGAN SOLOPOS DAN KOMPAS
TERKAIT PEMBERITAAN PEMILIHAN PRESIDEN 2014
Solopos dan Kompas merupakan dua dari sekian banyak media massa yang ada di Indonesia. Kedua media massa ini tentunya sedang gencar meliput pemberitaan tentang pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan dilaksanakan 9 Juli mendatang. Berikut merupakan analisis perbandingan Solopos dan Kompas terkait pemberitaan tentang Pilpres 2014. banyaknya jumlah berita positif tentang capres nomor urut 2 ini. Sedangkan pemberitaan terhadap capres nomor urut 1, Prabowo dan cawapresnya Hatta Rajasa, lebih condong ke arah netral dan negatif. Artinya, seolah ada kepemihakan dalam menulis berita yang dilakukan wartawan.
Menurut penulis, subjektifitas Solopos terhadap pasangan calon nomor urut 2 ini dikarenakan Jokowi pernah menjabat sebagai walikota solo yang terbilang cukup sukses pada era kepemimpinannya.
Kompas
Kompas merupakan harian nasional yang terbilang sangat populer sebagai media massa di Indonesia. Wilayah distribusinya juga lebih luas dari Solopos. Terkait dengan pemberitaan terhadap Pilpres 2014, harian ini cenderung netral dalam pemberitaannya. Sisi positif dan negatif kedua capres dan cawapres yang akan berlaga itu dibahas sesuai porsinya.
Sebagai harian nasional yang tingkat kepercayaan pubiknya tinggi, Kompas cenderung berhati-hati dalam menentukan porsi berita. Ditakutkan akan adanya kepemihakan terhadap salah satu pasangan capres dan cawapres. Namun, bukan berarti Kompas sudah netral dan objektif. Kompas juga terus mengawasi penuh terhadap setiap berita yang di rilis.
Kesimpulan dan Saran
Pada era perkembangan media massa yang cukup pesat ini, banyak sekali terjadi intervensi pemilik media massa dalam menentukan arah pemberitaan. Hal ini dikarenakan banyaknya pihak-pihak yang ingin menguasai media massa sebagai upaya untuk menguasai opini publik. Perspektif “siapa yang memegang media maka dialah yang menguasai dunia” sepertinya sedang berjalan.
Subjektifitas dalam menulis berita memang sangat sulit untuk dihindari. Namun bukan berarti tidak dapat dihindari. Sudah seharusnya wartawan bersikap independen dalam menjalankan aktifitas jurnalistiknya. Sudah seharusnya wartawan menolak pasrah terhadap intervensi pemilik media. Wartawan harus sekuat mungkin untuk objektif dalam menjalankan aktifitas jurnalistiknya.